Anda di halaman 1dari 2

FEATURE

Ulasan CD | Klinik | Ulasan | Linux Ready | Utama | Bisnis | Feature | Tutorial

Warnet dan Wargame Linux

Warnet dan Wargame Linux


Banyak komputer di warnet (warung Internet) tidak hanya berfungsi untuk
mengakses Internet, tapi juga untuk bermain game, sehingga warnet
biasanya juga menjadi wargame (warung game). Bagaimana manfaat Linux
untuk warnet dan wargame? Ikuti laporan singkat berikut. ini.

arnet menggunakan server


Linux itu sudah biasa. Ini karena
kemampuan Linux untuk
internet sharing dan Linux sebagai server
proxy sudah tidak diragukan lagi. Hampir
semua distro Linux dapat digunakan
sebagai internet sharing atau gateway dan
web proxy. Bahkan dengan Linux yang
hanya satu disket, Anda sudah bisa
mengakses ke Internet dan membagi akses
itu untuk komputer-komputer lain dalam
jaringan. Demikian pula sebagai server
game, misalnya untuk Counter Strike, Linux
sudah sejak lama dapat berfungsi baik,
bahkan lebih cepat dan stabil daripada
server Windows dengan spesifikasi
komputer yang sama.

Server dan workstation

tenang menjalankan bisnis warnet yang


sepenuhnya Linux, sehingga masih ada
beberapa komputer menggunakan
Windows. Salah satu kendala yang
dihadapi warnet-warnet Linux adalah
kurangnya tenaga teknis, yaitu operator
yang menguasai Linux dan administrator
sistem Linux. Ada seorang operator warnet
yang hampir semua komputer
menggunakan Linux, masih kesulitan dalam
mengakses floppy drive atau disket.
Padahal warnet tersebut tidak
menggunakan diskless. Artinya semua
komputer diinstalasi Linux secara penuh
dengan harddisk dan floppy drive.
Menurut Setya, jika pebisnis komputer
taat hukum, peluang warnet yang
sepenuhnya Linux sangat besar. Itu
disebabkan paling tidak oleh tiga alasan.
Pertama, Linux tidak memerlukan biaya
lisensi. Kedua, dengan sistem diskless,
Linux lebih hemat biaya pengadaan
hardware. Ketiga, Linux lebih mudah
dirawat, terutama tidak terganggu oleh
virus-virus Windows. Dengan total biaya
yang rendah ini, harusnya biaya sewa juga
lebih rendah dibanding warnet yang
menggunakan Windows. Sayangnya,
kata Setya, penghargaan masyarakat kita

48

Distro Linux ROSe untuk game dan Internet.

INFOLINUX MEI 2004

Rusmanto

Fungsi Linux sebagai server warnet dan


wargame ini kurang atau tidak dirasakan
oleh pengguna warnet dan wargame yang
masih menggunakan workstation Windows. Demikian pula pengguna Internet
umumnya, sangat mungkin banyak yang
tidak mengetahui bahwa server-server
Internet yang mereka akses, misalnya
Google.com, sebenarnya menggunakan
Linux.

Bagaimana dengan warnet yang semua


komputernya, server dan workstation,
menggunakan Linux? Apakah tidak dijauhi
pelanggan? Atau sebaliknya, menjadi
dibanjiri pelanggan karena biayanya murah,
misalnya?
Setya Rahardjo, salah seorang pemilik
warnet dan wargame yang menggunakan
Linux untuk server dan workstation,
mengatakan bahwa banyak pelanggannya
yang masih menanyakan program-program
Windows saat mereka bekerja di workstation Linux. Warnet dan wargame Setya
yang berada di kawasan perumahan Bumi
Serpong Damai Jakarta itu terpaksa masih
menggunakan Windows pada beberapa
workstation untuk melayani pelanggan
yang tidak mau menggunakan Linux.
Menurut Setya, kalau untuk warnet
sudah tidak banyak masalah memakai
Linux. Warnet saya sejak awal 2001
sudah menggunakan Linux sebagai server.
Sekitar Oktober 2003, seluruh workstation
warnet saya ganti menjadi Linux dengan
sistem diskless dari Knoppix. Sayangnya,
masih ada pelanggan yang maunya pakai
Internet Explorer, ungkap Setya.
Salah satu sumber InfoLINUX di sebuah
warnet lain di Jakarta juga belum merasa

Suasana di sebuah warnet dan wargame.

www.infolinux.web.id

FEATURE

Ulasan CD | Klinik | Ulasan | Linux Ready | Utama | Bisnis | Feature | Tutorial

Warnet dan Wargame Linux

Wargame atau game center biasanya baru


sebatas menggunakan Linux sebagai
server. Belum banyak pengelola wargame
yang memberanikan diri sepenuhnya pakai
Linux. Setya Rahardjo dengan warnet dan
game center NETTER-nya bertekad untuk
membangun wargame yang sepenuhnya
Linux. Sayangnya, workstation Linux itu
tetap menjalankan game Windows dengan
emulator. Game-game di Linux belum
sebanyak dan semenarik game-game di
Windows, jelas Setya memberikan alasan
mengapa masih menggunakan Windows
sebagai workstation game.
Saya sudah mencoba game-game di
Windows seperti Nexia, Ragnarok, dan
Counter Strike di Linux dengan emulator.
Saya menggunakan CD ROSe Knoppix
seperti yang disertakan dalam buku Game
InfoLINUX. Tapi hanya Nexia yang bagus,
bahkan lebih bagus daripada dijalankan di
Windows. Sedangkan Ragnarok dan
Counter Strike masih belum stabil, ungkap
Setya lebih jauh.

Billing System
Soal billing system untuk warnet dan
wargame ini masih sering menjadi bahan
diskusi di milis-milis. Meskipun telah
tersedia beberapa free software, seperti di
www.rab.co.id, banyak pengguna awam
masih kesulitan mengaplikasikannya. Untuk
itulah, Setya sebagai pengguna biasa
bekerja sama dengan developer RAB Linux,
Owo Sugiana, mengembangkan billing
system untuk warnet dan game center ini
dalam satu CD Linux ROSe yang berbasis
Knoppix.
Menurut Setya, billing system yang ada
di ROSe ini sangat cocok untuk warnet dan
game center yang semua komputernya
Linux. Untuk warnet, billing system itu

Linux router atau gateway


Istilah router ini dulu lebih sering dikaitkan
dengan peralatan jaringan yang mahal. Saat
ini banyak modem kabel dan modem ADSL
yang telah dilengkapi fasilitas router.
Umumnya warnet, sebenarnya hanya
merupakan sebuah jaringan lokal (LAN)
yang terhubung ke Internet melalui sebuah
gateway. Gateway ini bisa dikatakan
sebagai router sederhana. Dengan kata lain,
router yang ada di modem itu hanya
difungsikan sebagai gateway.
Warnet dapat menggunakan router atau
gateway yang berupa sebuah komputer. Ini
pasti dibutuhkan bila modem yang ada
tidak memiliki fungsi sebagai router atau
gateway. Jika menggunakan sistem operasi
Linux, router dapat berbentuk salah satu
dari beberapa pilihan ini:
1. Komputer dengan disket, tanpa CD dan
harddisk.
Router ini dapat dibangun dengan komputer
kuno, misalnya Pentium I atau bahkan 486,
sehingga sangat menghemat biaya
pengadaan hardware. Paket Linux yang
digunakan bisa berupa disket LRP (Linux
Router Project), Freesco, dan lain-lain.
Fungsi utama hanya sebagai Internet
sharing, misalnya dengan iptables.
Kekurangan sistem ini, tidak dapat
berfungsi sebagai web proxy, sehingga
akses Internet jadi lebih lambat untuk
mengakses web-web populer.
2. Komputer dengan CD, tanpa harddisk
dan disket.
Jika spesifikasi komputer lebih besar dan
memiliki drive CD, router, atau gateway
dapat dibangun dengan Live-CD Linux,
misalnya Knoppix. Kelebihannya, aplikasi
yang dapat dijalankan bisa lebih banyak dari
disket. Kekurangannya mirip dengan yang
pertama, tidak memiliki harddisk sehingga
meskipun dapat menjalankan web proxy,
kemampuannya tidak secepat menggunakan harddisk. Kecuali jika komputer
memiliki RAM besar, yang dapat berfungsi
sebagai ramdisk atau harddisk virtual.

www.infolinux.web.id

Rusmanto

Game center

berjalan baik di workstation Linux dan


Windows, tapi masih belum sempurna
untuk game center dengan workstation
Windows, ujar Setya.

terhadap HaKI masih lemah, sehingga


banyak warnet yang menggunakan
software bajakan. Tentu saja, total biaya
jadi tidak berbeda jauh dengan Linux.
Untuk itulah, Setya berkeinginan
membangun warnet dan game center-nya
juga berfungsi sebagai pusat pelatihan dan
perpustakaan Linux, agar masyarakat lebih
terbiasa dengan Linux dan menghargai hak
cipta.

Setya Rahardjo.

3. Komputer dengan harddisk, bisa tanpa


CD dan disket.
Ini adalah Linux yang sepenuhnya
diinstalasi ke harddisk, seperti umumnya
distro Linux. CD hanya diperlukan untuk
instalasi dan update. Kelebihannya adalah
dapat berfungsi dengan baik sebagai proxy.
Bahkan dapat menyediakan server mail dan
web, di samping sebagai router atau
gateway. Konfigurasi ini yang paling umum
digunakan oleh warnet-warnet dan intranet
atau ekstranet di kantor dan lembaga
pendidikan.
Jika spesifikasi komputer sangat baik,
misalnya sekelas Pentium IV dengan RAM
minimal 512 MB, akan dapat melayani
workstation tanpa harddisk (diskless). Dua
contoh sistem diskless adalah berbasis
LTSP (Linux Terminal Server Project) dan
KTS (Knoppix Terminal Server).
Model jaringan diskless KTS dipilih Setya
untuk warnet dan game center-nya.
Beberapa lembaga pendidikan di Jakarta,
Yogyakarta, Denpasar, dan beberapa kota
lain, menggunakan sistem diskless dengan
model LTSP. Alasan mereka memilih sistem
diskless ini seperti yang diungkap Setya
antara lain adalah penghematan biaya
pengadaan hardware, kemudahan
perawatan, aman terhadap virus Windows,
dan kemerdekaan karena menggunakan
free software.
Rusmanto (rus@infolinux.co.id)

INFOLINUX MEI 2004

49

Anda mungkin juga menyukai