Anda di halaman 1dari 2

Bencana Gempabumi dan Tsunami di Indonesia

Salah satu ancaman bencana yang nyata di Indonesia adalah bahaya geologis berupa
gempabumi dan tsunami. Dalam skala besar, kejadian bencana ini relatif tidak terlalu sering
terjadi dibandingkan dengan bencana hidrometeorologis. Akan tetapi dampak yang
ditimbulkannya akan sangat merusak dan menimbulkan korban jiwa yang banyak. Korban dan
kerusakan yang timbul pada umumnya disebabkan karena kurangnya kesiapsiagaan dalam
menghadapi bahaya
Salah satu dari bencana gempabumi dan tsunami yang pernah terjadi di Indonesia
dilaporkan pada hari Rabu tanggal 11 April 2012. Serangkaian gempabumi kuat terjadi di lepas
pantai barat Aceh. Gempabumi pertama terjadi pukul 15:38 WIB pada awalnya terukur sebesar
8,9 SR dan kemudian dikoreksi menjadi 8,5 SR. Gempabumi kedua terjadi pukul 17:43 WIB
pada awalnya terukur sebesar 8,8 SR kemudian ditetapkan menjadi 8.1 SR.
BMKG sebagai Pusat Nasional Peringatan Tsunami (National Tsunami Warning Center
NTWC) mengeluarkan peringatan tsunami untuk kedua gempabumi tersebut. Berbagai
kejadian, baik gempabumi maupun peringatan tsunami telah sangat mempengaruhi masyarakat
dan pemerintah daerah di sepanjang pantai barat Sumatera.
BMKG telah menentukan status peringatan Awas, Siaga dan Waspada bagi beberapa
kabupaten di seluruh pantai barat Sumatera dan sirine dibunyikan di beberapa daerah. Banyak
masyarakat yang tinggal di daerah pesisir melakukan evakuasi, menyebabkan kemacetan lalu
lintas yang parah di beberapa tempat. Setelah Presiden RI memperoleh informasi kejadian
gempabumi dan potensi tsunami tersebut dari Kepala BNPB,
Presiden RI Segera memerintahkan Kepala BNPB untuk segera melakukan langkahlangkah penanggulangan yang diperlukan secepatnya. Selanjutnya Kepala BNPB
menindaklanjuti dengen membentuk lima tim, yaitu: 1. Tim Reaksi Cepat (TRC) Aceh yang
dipimpin Kepala BNPB; 2. TRC Sumatera Barat yang dipimpin Deputi Bidang Penanganan
Darurat BNPB; 3. TRC Bengkulu yang dipimpin Direktur Tanggap Darurat BNPB; 4. Tim Data,
Informasi, dan Media Center yang dipimpin Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB;
dan 5. Tim Pendukung yang dipimpin Sekretaris Utama BNPB.
TRC yang terdiri dari lintas K/L dan TNI/Polri pada hari yang sama segera berangkat ke
daerah dan setibanya di daerah segera mengadakan rapat koordinasi dengan pimpinan daerah
Provinsi Sumatera Barat beserta jajaran Kabupaten/Kota untuk memastikan dampak yang terjadi.
Keesokan harinya dilakukan peninjauan lapangan ke berbagai daerah, khususnya daerah yang
paling dekat dengan sumber gempa bumi yaitu Kabupaten Simeulue Provinsi Aceh dan pantai
barat Provinsi Aceh. Sehari setelah kejadian, dibentuk Tim Teknis Gabungan yang terdiri dari
perwakilan beberapa lembaga dan organisasi baik di tingkat daerah, nasional dan internasional.

Tim melakukan kajian cepat sejak tanggal 11 April sampai 1 Mei 2012 di Aceh, Sumatera
Barat, dan Jakarta1 dengan tujuan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai apa
yang sebenarnya terjadi di tingkat nasional dan daerah selama dan setelah kejadian. Fokus kajian
adalah analisis rantai peringatan dari BMKG sampai ke tingkat daerah serta reaksi masyarakat
terhadap gempabumi dan pesan peringatan tsunami. Hasil kajian ini digunakan sebagai acuan
untuk perbaikan dan pengembangan sistem peringatan dini lebih lanjut dan meningkatkan
kesiapsiagaan tsunami di tingkat masyarakat.
BNPB beserta instansi terkait juga melakukan peninjauan lapangan guna menggali
aspirasi warga masyarakat dan pemerintah daerah terkait dengan kebutuhan peningkatan
kesiapsiagaan dan PRB tsunami. Sebanyak lima belas provinsi dikunjungi untuk memastikan
kesiapan dan kapasitasnya tersebut. Secara umum pemahaman akan ancaman bencana tsunami
telah diketahui meskipun kapasitas kesiapsiagaan dari berbagai provinsi yang dikunjungi masih
perlu peningkatan. Sedangkan dari aspek teknis menunjukkan bahwa InaTEWs masih perlu
disempurnakan. Prosedur dan rantai peringatan dini tsunami dan kesiapsiagaan masyarakat
terhadap bahaya tsunami masih perlu dikembangkan. Berbagai kendala dan permasalahan yang
ditemukan antara lain: peringatan dini belum sampai kepada masyarakat secara tepat waktu,
masyarakat belum memiliki kapasitas yang memadai dalam merespon gempabumi, peringatan
dini, dan perintah evakuasi dengan benar.
GAMBAR TERKAIT :

REFERENSI :
http://www.bnpb.go.id/uploads/migration/pubs/578.pdf
https://inatews.bmkg.go.id/new/about_inatews.php?urt=2

Anda mungkin juga menyukai