Disusun oleh :
A.
pembuat peralatan elektronik dengan produk-produk low-end. Perusahaan tersebut hanya dikenal
sebagai imitator, bukan innovator karena memang tidak melakukan inosai-inovasi produk pada
saat itu. Produk-produk kompetitif berdasar pada low cost yang direfleksikan dengan tenaga
kerja yang murah. Samsung belum mempunyai brand value dan belum memiliki pasar
internasional. Strategi yang dilakukannya pada saat itu adalah cost/ price leadership.
Ketika terjadi krisis ekonomi di Asia, Samsung mengalami kerugian yang besar, namun
dia dapat merespon dengan sangat baik. Ia mengembangkan turnaround strategy, meskipun
masih membawa kebudayaan tua Korea Inc yang tidak fleksibel. Samsung memperbaiki kualitas
dan melakukan inovasi-inovasi produk.
B.
Keunikan ini harus dicerminkan dalam visi dan misi. Pernyataan visi yang baik mengungkapkan
pelanggan, produk atau jassa, teknologi, pasar, pemikiran untuk bertahan hidup (pertumbuhan
dan keuntungan), pemikiran untuk karyawan, pemikiran untuk citra publik/masyarakat, dan
perusahaan. Pernyataan Visi dan Misi, harus dapat menunjukkan
identitas
khusus,
usaha
manajemen yang terdiri dari manajemen pemasaran, manajemen SDM, manajemen keuangan,
manajemen riset dan pengembangan (R & D), manajemen operasional dan produksi. Beberapa
aspek yang dapat diketahui dari Perusahaan Samsung antara lain :
1. Aspek Pemasaran
Dari segi pemasaran awalnya Samsung berfokus pada pasar-pasar tertentu, ia memilih
fokus pada pasar dengan permintaan terbesar, pasar Amerika yang perkembangannya
tinggi, juga pada pasar yang pertumbuhannya cepat, yaitu China.
terwujud
dalam
pemilihan
lokasi,
Samsung
mengoperasikan
12
pabrik/manufakturdi China pada tahun 2003 dan juga India dengan tujuan mengambil
keuntungan yang berlimpah dengan tariff upah kerja Sumber Daya Manusia yang murah
terutama pada sektor teknologi.
3. Aspek Riset dan Pengembangan
Samsung sangat gemar melakukan inovasi, salah satu inovasinya yaitu dengan melakukan
perubahan teknologi analog ke digital. Dengan fokus berinvestasi di produk teknologi
digital, Samsung dapat memposisikan produk-produknya sebagai produk premium.
Samsung juga menerapkan Sashimi Theory yaitu menjual dengan harga tinggi pada hari
pertama disaat masih fresh, namun menurunkan harganya secara dramatis setelahnya
karena produk sudah tidak lagi fresh.
4. Aspek Produksi
Samsung lebih menekankan untuk memproduksi Hardware dan memilih untuk tidak
mengembangkan kepemilikan software dan konten seperti musik, film dan video games.
Meskipun software dinilai mempunyai profit margin yang lebih besar dan siklus hidup
yang lebih lama. Namun, strategi Samsung adalah focus pada hardware dan perangkatnya
D.
lingkungan yang sifatnya umum dan lingkungan industri. Jika Analisis lingkungan umum
terfokus pada masa yang akan datang, maka analisis lingkungan industri terfokus pada
pemahaman akan factor-faktor dan kondisi-kondisi yang akan mempengaruhi profitabilitas
perusahaan; dan analisis pesaing terfokus pada prediksi terhadap dinamika tindakan-tindakan,
respon-respon, dan kemauan para pesaing.Secara singkat, dapat disimpulkan bahwa Lingkungan
industri adalah tingkatan dari lingkungan eksternal organisasi yang menghasilkan komponenkomponen yang secara normal memiliki dampak yang relatif lebih spesifik dan langsung
terhadap operasional perusahaan.
Sejak 2003 penjualan Sony cukup stagnan atau cenderung turun. Selain itu profitabilitas
merosot sejak tahun 1997. Penyebabnya adalah Sony tidak pernah lagi meluncurkan produkproduk inovasi baru. Perusahaan tersebut gagal berinvestasi secara dini dan agresif dalam
mengembangkan
produk-produknya
yang
menyebabkan
kalahnya
persaingan
dengan
perusahaan-perusahaan lain.
Lain halnya dengan Samsung, Samsung merupakan sebuah perusahaan yang tidak
sebesar Sony namun menawarkan produk-produk unggulan dan berkinerja hebat. TV dan produk
electronics Samsung juga dikenal karena kualitasnya yang bagus. Samsung menduduki peringkat
pertama untuk semikonduktor dan cukup tinggi peringkatnya untuk monitor LCD dan TV LCD.
Samsung berhasil menemukan tren utama dalam industri elektronik dan berinvestasi secara
agresif. Oleh karena itu kondisi keuangan Samsung dapat dikatakan lebih baik daripada Sony
Sony memiliki sejarah meluas ke luar negeri yang lebih banyak daripada Samsung. Sony
memiliki banyak pabrik produksi di luar negeri di seluruh dunia, Samsung memang kalah dari
Sony dalam segala aspek globalisasi. Namun Samsung lebih sigap memanfaatkan peluangpeluang dan merancang strateginya, sebagai contoh strategi dalam menciptakan brandmarketing, dalam bidang sponsorship, R n D, dan desain produknya.
E.
dengan pesaing yang berarti korporasi harus mampu untuk menciptakan serangkaian aktivitas
untuk dapat memberikan nilai yang unik bagi pengguna. Dengan demikian, strategi korporasi
dapat diartikan sebagai pendekatan yang dilakukan oleh organisasi bisnis untuk dapat
merealisasikan visinya sehingga mampu memberikan nilai kepada penggunanya secara berbeda
dibanding pesaingnya.
Sedangkan korporasi adalah salah satu bentuk organisasi bisnis, sebagai aktivitas
komersial untuk memperoleh profit dengan menjalankan suatu aktivitas yang menghasilkan
barang atau jasa. Salah satu ciri umum korporasi adalah adanya pemisahan kemepilikan
organisasi yang menyebabkan keterbatasan tanggung jawab dari pemilik. Hal ini juga
dikarenakan dalam korporasi terjadi penerbitan saham yang mudah dipindahtangankan.
Korporasi dapat menjalankan bisnisnya dengan produk tunggal maupun produk yang bermacammacam, selain juga memungkinkan tempat beroperasi dan menjalankan layanan produksi yang
luas di berbagai tempat.
Diantara beberapa strategi korporasi yang pernah dan sedang digunakan oleh
Perusahaan Samsung antara lain :
1. Strategi Biaya Rendah (Cost leadership)
Strategi Biaya Rendah (Cost leadership) menekankan pada upaya memproduksi produk
standar (sama dalam segala aspek) dengan biaya per unit yang sangat rendah. Produk ini
(barang maupun jasa) biasanya ditujukan kepada konsumen yang relatif mudah terpengaruh
oleh pergeseran harga (price sensitive) atau menggunakan harga sebagai faktor penentu
keputusan.
Samsung lebih dikenal dengan reputasinya sebagai perusahan pembuat peralatan
elektronik dengan produk-produk low-end. Perusahaan tersebut hanya dikenal sebagai
imitator, bukan innovator karena memang tidak melakukan inosai-inovasi produk pada saat
itu. Produk-produk kompetitif berdasar pada low cost yang direfleksikan dengan tenaga kerja
yang
murah. Samsung belum mempunyai brand value dan belum memiliki pasar
internasional. Strategi yang dilakukannya pada saat itu adalah cost/ price leadership.
Dari sisi perilaku pelanggan, strategi jenis ini amat sesuai dengan kebutuhan pelanggan
yang termasuk dalam kategori perilaku low-involvement, ketika konsumen tidak (terlalu)
peduli terhadap perbedaan merek, (relatif) tidak membutuhkan pembedaan produk, atau jika
terdapat sejumlah besar konsumen memiliki kekuatan tawar-menawar yang signifikan.
2. Strategi Pembedaan Produk (differentiation)
Strategi Pembedaan Produk (differentiation), mendorong perusahaan untuk sanggup
menemukan keunikan tersendiri dalam pasar yang jadi sasarannya. Keunikan produk (barang
atau jasa) yang dikedepankan ini memungkinkan suatu perusahaan untuk menarik minat
sebesar-besarnya dari konsumen potensialnya. Cara pembedaan produk bervariasi dari pasar
ke pasar, tetapi berkaitan dengan sifat dan atribut fisik suatu produk atau pengalaman
kepuasan (secara nyata maupun psikologis) yang didapat oleh konsumen dari produk tersebut.
Berbagai kemudahan pemeliharaan, features tambahan, fleksibilitas, kenyamanan dan
berbagai hal lainnya yang sulit ditiru lawan merupakan sedikit contoh dari diferensiasi.
Strategi jenis ini biasa ditujukan kepada para konsumen potensial yang relatif tidak
mengutamakan harga dalam pengambilan keputusannya (price insensitive).
Ketika terjadi krisis ekonomi di Asia, Samsung mengalami kerugian yang besar, namun
dia dapat merespon dengan sangat baik. Ia mengembangkan turnaround strategy, meskipun
masih membawa kebudayaan tua Korea Inc yang tidak fleksibel. Samsung memperbaiki
kualitas dan melakukan inovasi-inovasi produk.
Samsung bertujuan untuk menaikkan harga dan profit margin dengan menjual produkproduk yang berkualitas tinggi, tidak hanya ditekankan pada teknologi baru, tapi juga desain.
Ini membutuhkan strategi inovasi yang dapat menghasilkan produk-produk yang baru dan
menarik. Oleh karena itu, diversifikasi produk membuat Samsung menjadi berbeda dari
kompetitornya sehingga Samsung dapat masuk dalam setiap kategori elektronik.
3. Strategi Fokus (focus)
Strategi fokus digunakan untuk membangun keunggulan bersaing dalam suatu segmen
pasar yang lebih sempit. Strategi jenis ini ditujukan untuk melayani kebutuhan konsumen
yang jumlahnya relatif kecil dan dalam pengambilan keputusannya untuk membeli relatif
tidak dipengaruhi oleh harga.
CEO Yun memutuskan bahwa Samsung hanya akan menjual produk-produk highend, sehingga membutuhkan investasi dengan jumlah besar untuk penelitian. Penerapan
inovasi desain tersebut tidak hanya untuk produk-produk final consumer, tapi pada input-input
yang penting.
Hal ini ditunjukkan pada tahun 2008 Samsung menduduki posisi pertama dalam pasar
ponsel AS, Menduduki posisi No.1 pangsa pasar TV dunia selama sembilan kali secara
berturut-turut.
Permintaan masyarakat pada produk-produk yang gaya, best practice, simple, dan
respon yang cepat pada perubahan-perubahan pasar. Samsung lebih memilih untuk
memciptakan produk-produk high-end yang tentu saja menawarkan stylish best-practice
products. Produk-produk tersebut antara lain : DRAM, SRAM, Flash memory, CDMA mobile
phones, TFT-LCDs, Computer monitors, Big-screen TVs, VCRs, DVD players, MP3 players,
Microwave ovens, dan lain-lain Samsung lebih menekankan pada kualitas produk, sehingga
penentuan harga ditetapkan berdasarkan pada tingkat kualitas masing-masing produk tersebut.
4. Joint Venture
Joint Venture, biasa disingkat JV, merupakan strategi yang sangat populer. Strategi ini
muncul ketika dua atau lebih perusahaan membentuk suatu kerjasama atau konsorsium dalam
rangka memanfaatkan peluang yang ada secara bersama-sama. Strategi ini masuk dalam
kategori strategi defensif karena perusahaan yang melakukan JV tidak berminat untuk
bekerja/ mengambil resiko sendiri. Tidak jarang, pihak-pihak yang bermaksud melakukan
kerjasama tersebut membentuk suatu perusahaan baru dengan tujuan menjalankan kerjasama
yang dimaksud. JV bisa terjadi dalam berbagai bentuk seperti R&D, jaringan dan sistem