Tauhid
Tauhid
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tauhid adalah pegangan pokok dan sangat menentukan bagi kehidupan manusia,
karena tauhid menjadi landasan bagi setiap amal yang dilakukan. Hanya amal yang dilandasi
dengan tauhidullah, menurut tuntunan Islam, yang akan menghantarkan manusia kepada
kehidupan yang baik dan kebahagiaan yang hakiki di alam akhirat nanti.
Allah Taala berfirman dalam Al-Quran surat An Nahl ayat 97 yang Artinya :Barang
siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan.
Tauhid bukan sekedar mengenal dan mengerti bahwa pencipta alam semesta ini
adalah Allah, bukan sekedar mengetahui bukti bukti rasional tentang kebenaran wujud
(keberadaan) Nya, dan wahdaniyah (keesaan) Nya, dan bukan pula sekedar mengenal Asma
dan SifatNya.
Iblis mempercayai bahwa Tuhannya adalah Allah, bahkan mengakui keesaan dan
kemahakuasaan Allah dengan meminta kepada Allah melalui Asma dan SifatNya. Kaum
jahiliyah kuno yang dihadapi Rasulullah, juga meyakini bahwa Tuhan Pencipta, Pengatur,
Pemelihara dan Penguasa alam semesta ini adalah Allah. Namun, kepercayaan dan keyakinan
mereka itu belumlah menjadikan mereka sebagai makhluk yang berpredikat muslim, yang
beriman kepada Allah.
B.
Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis akan membahas masalah Tauhid dalam Islam yaitu sebagai
berikut :
1. Apa pengertian Tauhid?
2. Bagaimana pembagian Tauhid, Hakekat dan Inti Tauhid serta Keutamaan Tauhid?
3. Bagaimana Keagungan Kalimat Tauhid, Tingkatan Ilmu Tauhid dan Kesempurnaan Tauhid?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tauhid
Pengertian Tauhid : Tauhid berasal dari kata wahhada-yuwahhidu-tawhidan yang
artinya menyatukan, meng-Esakan, atau mengakui bahwa sesuatu itu satu.
Adapun yang dimaksud dengan makna harfiyah tersebut adalah meng-Esakan atau
mengakui dan menyakini akan ke-Esaan Allah SWT. Lawan dari tauhid adalah syirik, yaitu
menyekutukan atau membuat tandingan kepada Allah SWT. Dengan demikian tauhid adalah
mengakui dan menyakini ke-Esaan Allah SWT, dengan membersihkan keyakinan dan
pengakuan tersebut dari segala kemusyrikan. Maka bertauhid kepada Allah (tauhidullah)
adalah hanya mengakui hukum Allah SWT yang memiliki kebenaran mutlak, dan hanya
peraturan Allah SWT yang mengikat manusia secara mutlak.
Dengan demikian, tauhid adalah esensi aqidah dan iman dalam Islam. Tauhid
merupakan landasan utama dan pertama keyakinan Islam dan implementasi ajaran-ajarannya.
Tanpa tauhid tidak ada iman, tidak ada aqidah dan tidak ada Islam dalam arti yang
sebenarnya.
Dari kalimat tauhid tersebut mengandung dua prinsip yang harus dipegang seorang
Muslim, prinsip tersebut adalah Al-Nafyu artinya peniadaan, merupakan penegasan tentang
tidak adanya sesembahan yang haq selain Allah SWT. Selanjutnya prinsip Al-Isbat yang
artinya penetapan, yaitu menegaskan bahwa hanya Allah-lah satu-satunya sesembahan yang
haq.
B.
1.
2.
3.
4.
a.
b.
c.
d.
e.
Pembagian Tauhid
Macam-macam tauhid ada empat yaitu :
Tauhid Uluhiyah (Rububiyah) yaitu meyakini bahwa allah yang menciptakan mahluk
Tauhid Ubudiyah yaitu allah itu satu-satunya zat yang harus di ibadahi
Tauhid Istianah yaitu allah satu-satunya zat yang patut dimintai pertolongan
Tauhid Asma Washufat yaitu allah maha segala-galanya, sifat dalam asmaul husna.
Tauhid dalam berbagai segi kehidupan yaitu pada :
Bidang pendidikan
Bidang IPTEK
Bidang sosial budaya
Bidang ekonomi
Bidang politik
Bertemu dengan allah itu dapat melalui ciptaannya, lafadz dzikir, asmanya, perilaku
dan peristiwa yang dialami, dan pelaksanaan ibadah. Buah dari tauhid itu adalah kebenaranm
keamanan, keselamatan, dan ketenangan.
Tiga macam pembagian tauhid menurut Ulama:
1.
Tauhid Rububiyah
Yaitu mentauhidkan Allah dalam perbuatan-Nya, seperti mencipta, menguasai,
memberikan rizki, mengurusi makhluk, dll yang semuanya hanya Allah semata yang mampu.
Dan semua orang meyakini adanya Rabb yang menciptakan, menguasai, dll. Kecuali orang
atheis yang berkeyakinan tidak adanya Rabb. Diantara penyimpangan yang lain yaitu kaum
Zoroaster yang meyakini adanya Pencipta Kebaikan dan Pencipta Kejelekan, hal ini juga
bertentanga dengan aqidah yang lurus.
2.
Tauhid Uluhiyah
Allah dalam perbuatan-perbuatan yang dilakukan hamba. Yaitu mengikhlaskan
ibadah kepada Allah, yang mencakup berbagai macam ibadah seperti : tawakal, nadzar, takut,
khosyah, pengharapan, dll. Tauhid inilah yang membedakan umat Islam dengan kaum
musyrikin. Jadi seseorang belum cukup untuk mentauhidkan Allah dalam perbuatan-Nya
(Tauhid Rububiyah) tanpa menyertainya dengan mengikhlaskan semua ibadah hanya kepada-
Nya (Tauhid Uluhiyah). Karena orang musyrikin dulu juga meyakini bahwa Allah yang
mencipta dan mengatur, tetapi hal tersebut belum cukup memasukkan mereka ke dalam
Islam.
3.
C.
Saya perintahkan kepadamu dengan kalimat laa ilaaha illallah (Tiada Ilah (yang
berhak disembah) selain Allah). Sesungguhnya seandainya tujuh lapis langit dan tujuh lapis
bumi diletakkan dalam satu daun timbangan dan kalimah laa ilaaha illallah (Tiada Ilah (yang
berhak disembah) selain Allah) diletakkan pada daun timbangan yang lain, niscaya kalimat
laa ilaaha illallah lebih berat. Dan jikalau tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi merupakan
sebuah lingkaran yang samar, niscaya dipecahkan oleh kalimah laa ilaaha illallah dan
subhanallahi wabihamdih (maha suci Allah dan dengan memujian-Nya), sesungguhnya ia
merupakan inti dari semua ibadah. Dengannya makhluk diberi rizqi. Dan aku melarangmu
dari perbuatan syirik dan takabur HR. Ahmad dan al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad.
D.
Kesempurnaan Tauhid
Tauhid tidak sempurna kecuali dengan beribadah hanya kepada Allah SWT semata, tiada
sekutu bagi-Nya dan menjauhi thaghut.
Thaghut adalah setiap perkara yang hamba melewati batas dengannya berupa
sesembahan seperti berhala, atau yang diikuti seperti peramal dan para ulama jahat, atau yang
ditaati seperti para pemimpin atau pemuka masyarakat yang ingkar kepada Allah SWT.
Thaghut itu sangat banyak dan intinya ada lima:
1. Iblis (semoga Allah SWT melindungi kita darinya),
2.
Siapa
yang
disembah
sedangkan
dia
3.
Siapa
yang
mengajak
manusia
untuk
menyembah
4.
Siapa
yang
mengaku
mengetahui
yang
5. Siapa yang berhukum kepada selain hukum Allah SWT.
ridha,
dirinya,
gaib,
E.
F.
Tingkatan Tauhid
Baik tauhid maupun kemusyrikan ada tingkatan dan tahapannya masing-masing.
Sebelum kita melewati semua tahap dalam tauhid, kita belum dapat menjadi pengikut atau
ahli tauhid (muwahhid) yang sejati.
Adapun tingkatan tauhid adalah sebagai berikut :
a.Tauhid Zat Allah
Yang dimaksud dengan tauhid (keesaan) Zat Allah adalah, bahwa Allah Esa dalam
Zat-Nya. Kesan pertama tentang Allah pada kita adalah, kesan bahwa Dia berdikari. Dia
adalah Wujud yang tidak bergantung pada apa dan siapa pun dalam bentuk apa pun. Dalam
bahasa Al-Qur'an, Dia adalah Ghani (Absolut). Segala sesuatu bergantung pada-Nya dan
membutuhkan pertolongan-Nya. Dia tidak membutuhkan segala sesuatu.
Tauhid Sifat-sifat Allah artinya adalah mengakui bahwa Zat dan Sifat-sifat Allah
identik, dan bahwa berbagai Sifat-Nya tidak terpisah satu sama lain. Tauhid Zat artinya
adalah menafikan adanya apa pun yang seperti Allah, dan Tauhid Sifat-sifat-Nya artinya
adalah menafikan adanya pluralitas di dalam Zat-Nya. Allah memiliki segala sifat yang
menunjukkan kesempurnaan, keperkasaan dan ke-indahan, namun dalam Sifat-sifat-Nya tak
ada segi yang benar-benar terpisah dari-Nya. Keterpisahan zat dari sifat-sifat dan
keterpisahan sifat-sifat dari satu sama lain merupakan ciri khas keterbatasan eksistensi, dan
tak mungkin terjadi pada eksistensi yang tak terbatas. Pluralitas, perpaduan dan keterpisahan
zat dan sifat-sifat tak mungkin terjadi pada Wujud Mutlak.
Seperti Tauhid zat Allah, tauhid sifat-sifat Allah merupakan doktrin Islam dan salah
satu gagasan manusiawi yang paling bernilai, yang semata-mata mengkristal dalam mazhab
syiah.
c. Tauhid dalam Perbuatan Allah
Arti Tauhid dalam perbuatan-Nya adalah mengakui bahwa alam semesta dengan
segenap sistemnya, jalannya, sebab dan akibatnya, merupakan perbuatan Allah saja, dan
terwujud karena kehendak-Nya. Di alam semesta ini tak satu pun yang ada sendiri. Segala
sesuatu bergantung pada-Nya. Dalam bahasa Al-Qur'an, Dia adalah pemelihara alam semesta.
Dalam hal sebab-akibat, segala yang ada di alam semesta ini bergantung. Maka dari itu, Allah
tidak memiliki sekutu dalam Zat-Nya, Dia juga tak memiliki sekutu dalam perbuatan-Nya.
Setiap perantara dan sebab ada dan bekerja berkat Allah dan bergantung pada-Nya. MilikNya sajalah segala kekuatan maupun kemampuan untuk berbuat.
Manusia merupakan satu di antara makhluk yang ada, dan karena itu merupakan
ciptaan Allah. Seperti makhluk lainnya, manusia dapat melakukan pekerjaannya sendiri, dan
tidak seperti makhluk lainnya, manusia adalah penentu nasibnya sendiri. Namun Allah sama
sekali tidak mendelegasikan Kuasa-kuasa-Nya kepada manusia. Karena itu manusia tidak
dapat bertindak dan berpikir semaunya sendiri, "Dengan kuasa Allah aku berdiri dan duduk. "
Percaya bahwa makhluk, baik manusia maupun makhluk lainnya, dapat berbuat semaunya
sendiri, berarti percaya bahwa makhluk tersebut dan Allah sama-sama mandiri dalam berbuat.
Karena mandiri dalam berbuat berarti mandiri dalam zat, maka kepercayaan tersebut
bertentangan dengan keesaan Zat Allah (Tauhid dalam Zat), lantas apa yang harus dikatakan
mengenai keesaan perbuatan Allah (Tauhid dalam Perbuatan).
d. Tauhid dalam Ibadah
Tiga tingkatan Tauhid yang dipaparkan di atas sifatnya teoretis dan merupakan
masalah iman. Ketiganya harus diketahui dan diterima. Namun Tauhid dalam ibadah
merupakan masalah praktis, merupakan bentuk "menjadi". Tingkatan-tingkatan tauhid di atas
melibatkan pemikiran yang benar. Tingkat keempat ini merupakan tahap menjadi benar.
Tahap teoretis tauhid, artinya adalah memiliki pandangan yang sempurna. Tahap praktisnya
artinya adalah berupaya mencapai kesempurnaan.
Tauhid teoretis artinya adalah memahami keesaan Allah, sedangkan tauhid praktis
artinya adalah menjadi satu. Tauhid teoretis adalah tahap melihat, sedangkan tauhid praktis
adalah tahap berbuat. Sebelum menjelaskan lebih lanjut tentang tauhid praktis, perlu
disebutkan satu masalah lagi mengenai tauhid teoretis. Masalahnya adalah apakah mungkin
mengetahui Allah sekaligus dengan keesaan Zat-Nya, keesaan Sifat-sifat-Nya dan keesaan
perbuatan-Nya, dan jika mungkin, apakah pengetahuan seperti itu membantu manusia untuk
hidup sejahtera dan bahagia; atau dan berbagai tingkat dan tahap tauhid, hanya tauhid praktis
saja yang bermanfaat.
v Al-Quran adalah Kitab Tauhid Terbesar
Sesungguhnya pembahasan utama Al-Quran adalah tauhid. Kita tidak akan
menemukan satu halaman pun yang tidak mengandung ajakan untuk beriman kepada Allah,
rasul-Nya, atau hari akhir, malaikat, kitab-kitab yang diturunkan Allah, atau taqdir yang
diberlakukan bagi alam semesta ini.
Bahkan dapat dikatakan bahwa hampir seluruh ayat Al-Quran yang diturunkan
sebelum hijrah (ayat-ayat Makkiyyah) berisi tauhid dan yang terkait dengan tauhid.
Karena itu tak heran masalah tauhid menjadi perhatian kaum muslimin sejak dulu,
sebagaimana masalah ini menjadi perhatian Al-Quran. Bahkan, tema tauhid adalah tema
utama dakwah mereka. Umat Islam sejak dahulu berdakwah mengajak orang kepada agama
Allah dengan hikmah dan pelajaran yang baik. Mereka mendakwahkan bukti-bukti kebenaran
akidah Islam agar manusia mau beriman kepada akidah yang lurus ini.
Bagi seorang muslim, akidah adalah segala-galanya. Tatkala umat Islam mengabaikan
akidah mereka yang benar -yang harus mereka pelajari melalui ilmu tauhid yang didasari oleh
bukti-bukti dan dalil yang kuat mulailah kelemahan masuk ke dalam keyakinan sebagian
besar kaum muslimin.
Kelemahan akidah akan berakibat pada amal dan produktivitas mereka. Dengan
semakin luasnya kerusakan itu, maka orang-orang yang memusuhi Islam akan mudah
mengalahkan mereka. Menjajah negeri mereka dan menghinakan mereka di negeri mereka
sendiri.Sejarah membuktikan bahwa umat Islam generasi awal sangat memperhatikan tauhid
sehingga mereka mulia dan memimpin dunia. Sejarah juga mengajarkan kepada kita, ketika
umat Islam mengabaikannnya akidah, mereka menjadi lemah. Kelemahan perilaku dan amal
umat Islam telah memberi kesempatan orang-orang kafir untuk menjajah negeri dan tanah air
umat Islam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam bahasa Arab akidah berasal dari kata al-'aqdu ( )yang berarti ikatan, attautsiiqu ( )yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu (
Saran
Setelah pembahasan makalah ini, diharapkan kepada kita semua,dapat memahami
Tauhid, sehingga dapat mengenal Allah SWT serta dapat mengamalkannya dengan ibadah
dan pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengenal Allah SWT sebagai Tuhan
Yang Maha Esa dan yang patut disembah, kita akan terhindar dari perbuatan syirik.
Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang dilindungi Allah SWT dari
perbuatan syirik yang mengantar kita ke neraka jahannam. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad bin Abdullah At Tuwaijry, Tauhid, keutamaan dan macam-macamnya,
(www.islamhouse.com, 2007)
Muhammad bin Abdul Wahab, Kitab Tauhid, (http://www.scribd.com/doc/10055486/KitabTauhid, Yayasan Al-Sofwa, 2007)
Maktabah Abu Syeikha Bin Imam Al Magety, Rahasia di balik kalimat Tauhid dalam ayatayat
Al
Quran,
(http://www.4shared.com/file/41066124/ed75e1eb/RAHASIA_KALIMAT_TAUHID.html?
s=1, 2008)
Syaikh Muhammad At-Tamimi, Dasar-dasar Memahami Tauhid, (www.perpustakaanislam.com, Islamic Digital Library, 2001)