Anda di halaman 1dari 22

Heboh Minyak

Mentah

Seolah ingin membuktikan kebenaran hukum pasar, harga minyak dunia tanpa
ampun terus mengalami penurunan lantaran oversupply alias terlalu melimpahnya persediaan minyak dunia sementara tidak diimbangi oleh permintaan
(demand) yang cukup tinggi.
Pada tanggal 20 Januari lalu, harga minyak mentah WTI (West Texas Intermediate) sempat tenggelam hingga ke kisaran $27.53 per barrel, sekaligus menandai
harga terendah dalam 12 tahun terakhir.
Pelemahan harga minyak dunia yang di luar kebiasaan ini tak ayal
mempengaruhi sektor bisnis emas hitam ini. Perusahaan-perusahaan minyak
terkemuka pun terkena dampaknya. Tak kurang dari Conoco Phillips yang kehilangan pendapatan bersih sebesar $1,79 juta tiap kuartal untuk setiap
penurunan harga minyak sebesar 10 USD.

British Petroleum Plc (Inggris) terpaksa harus memutus hubungan kerja dengan
4.000 pekerjanya, Petroleo Brasileiro SA (Brasil) memangkas rencana anggaran
menjadi $98,4 milyar dari sebelumnya $130 milyar. Sementara itu Petronas
(Malaysia) menyatakan bersiap untuk menghadapi tahun-tahun yang berat.
Menurut perkiraan pemerintah Malaysia, mereka akan mengalami kerugian
sebesar 300 juta ringgit (sekitar $68 juta) setiap penurunan harga minyak mentah sebesar satu dollar.
Chevron juga diisukan akan melakukan pemecatan 1.500 karyawan di Indonesia.
Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menyatakan bahwa
pihaknya tidak akan bisa mencampuri keputusan PT Chevron Pacific Indonesia
dalam hal tersebut, karena menurutnya itu merupakan keputusan korporasi
yang tidak bisa diintervensi pemerintah.
Meskipun demikian Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM I GN
Wiratmaja Puja mengatakan bahwa perusahaan minyak asal Amerika Serikat
tersebut hanya akan melakukan merjer organisasi dan merampingkan
struktur organisasi dengan cara melebur dua anak usahanya di Indonesia, yaitu
Chevron Pacific Indonesia (CPI) dan Chevron Indonesia Company (CICO).
Apa pun itu, yang jelas kejatuhan harga emas hitam tersebut telah memberikan
dampak yang signifikan terhadap perekonomian dunia khususnya perusahaanperusahaan minyak raksasa. Lalu sebagai trader, apa yang bisa kita lakukan?
Secara teknikal maupun fundamental,
sebenarnya
terbuka
peluang
untuk
melakukan aksi beli untuk kontrak minyak
mentah. Di FOREXimf Magz edisi kali ini,
kami mengulas perihal jatuhnya harga minyak mentah dunia ini sebagai headline.
Silakan lahap saja informasinya.
Selamat menikmati, selamat bertualang
mencari peluang.

Daftar Isi
4-6

HEADLINE

Isi Artikel ditulis hanya untuk kepentingan edukasi. Setiap transaksi yang
dilakukan untuk membeli, menjual, ataupun menahan posisi dan lainnya
atas suatu jenis kontrak perdagangan apapun berdasarkan isi dari artikel
majalah ini adalah atas pertimbangan dan keputusan pembuat transaksi.

Harga Minyak
Jatuh!
Saatnya Beli?
Harga minyak dunia semakin tertekan dan
bahkan sempat berada di kisaran angka
$27.53/barrel Januari lalu, yang merupakan
harga terendah dalam dua belas tahun terakhir.

7-13
Forex Outook

USD/JPY: BOJ Kejutkan


Pasar Dengan Kebijakan
Bunga Negatif

14
14--17
Komoditi Outlook

Gold Bias Bullish, di


Dorong Aksi Safe Haven

18
18--20
Pojok Edukasi

Mengenal Sejarah Bank of


England

Harga Minyak Jatuh!


Saatnya Beli?

Harga minyak dunia semakin tertekan dan bahkan sempat berada di kisaran
angka $27.53/barrel Januari lalu, yang merupakan harga terendah dalam dua
belas tahun terakhir.
Secara teknikal, area kisaran $33-25/barrel merupakan area support jangka panjang, sehingga cukup banyak analis yang berpendapat harga minyak dunia
kemungkinan rebound setidaknya hingga akhir tahun 2016. Menurut survey
yang dilakukan Bloomberg tahun ini, para analis berpendapat bahwa harga minyak mentah di New York diperkirakan akan mencapai kisaran $46/barrel di
kuartal IV/2016 sementara Brent kemungkinan akan mencapai kisaran $48/
barrel di waktu yang sama. Surplus persediaan minyak mentah dunia, yang
menekan harga minyak hingga ke level terendah dalam 12 tahun, diperkirakan
akan berubah menjadi defisit persediaan karena produksi shale oil Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan.
Menurut Energy Information Administration, produksi minyak AS diperkirakan
akan turun sebesar 620.000 barrel per hari, atau sekitar 7 persen dari kuartal
pertama hingga ke-4 tahun 2016. Sementara itu International Energy Agency
(IEA) memperkirakan total persediaan minyak dari produsen non-OPEC akan
mengalami penurunan sebesar 600.000 barrel per hari di tahun ini. Hal itu
kemungkinan akan membuka kemungkinan bagi rebound harga minyak.
Kemunginan Penurunan Produksi
Minyak mentah WTI (West Texas Intermediate) dan Brent sempat menguat di
pekan terakhir Januari masing-masing sejauh 4,4% dan 8%, di tengah spekulasi
bahwa Rusia dan OPEC akan mengadaan pertemuan guna membahas kemungkinan pemangkasan produksi minyak mentah.
Pemangkasan produksi minyak mentah dengan sendirinya akan mengurangi

persediaan minyak mentah di pasar dan pada gilirannya akan mengubah arah
pergerakan harga menjadi bullish. Sebagai informasi, di bulan Juni lalu AS
memproduksi hingga 9,61 juta barrel per hari di bulan Juni 2015 yang merupakan angka tertinggi dalam sejarah perminyakan AS dan diperkirakan masih akan
memproduksi rata-rata sekitar 9,11 juta barrel per hari sepanjang triwulan pertama tahun 2016. Namun menurut IEA produksi minyak AS akan mengalami
penurunan hingga rata-rata 8,49 juta barrel per hari di sepanjang kuartal terakhir 2016.
Masih Oversupply
Bob Dudley, CEO British Petroleum, dalam wawancara di Bloomberg Television
mengatakan bahwa ia melihat ada potensi harga minyak akan naik seiring
dengan semakin tipisnya jarak antara persediaan (supply) dan permintaan
(demand) minyak dunia di pertengahan tahun 2016. Di pertengahan tahun pertama, harga diperkirakan masih akan bergerak di bawah tekanan karena masih
ada surplus persediaan sebesar 1 juta barrel per hari.
Surplus persediaan minyak mentah yang terjadi di seluruh belahan dunia berkontribusi pada pelemahan harga minyak mentah WTI hingga 30 persen, sementara minyak mentah Brent jatuh sejauh 35 persen sepanjang tahun 2015. Persediaan minyak mentah AS sendiri telah membengkak ke angka tertinggi dalam
sejarah dan OPEC telah secara efektif meniadakan target produksi demi
melindungi pasar saham.
Kejatuhan harga minyak telah memaksa Exxon Mobil Corp. untuk memangkas
anggaran pengeboran ke angka terendah dalam 10 tahun terakhir, sementara
Standard & Poors menurunkan rating Chevron Corp untuk pertama kalinya dalam hampir tiga puluh tahun terakhir. S&P juga menurunkan rating Royal Dutch
Shell Plc ke level terendah sejak S&P memulai melakukan penilaian peringkat di
tahun 1990.
Adanya tanda-tanda bahwa supply dan demand akan kembali seimbang tahun
ini dikemukakan oleh Sekretaris Jenderal OPEC, Abdullah al-Badri, pada tanggal
25 Januari lalu dalam sebuah konferensi di London. Al-Badri mengatakan bahwa
permintaan global diperkirakan akan naik setidaknya sebesar 1,3 juta barrel per
hari, sementara suplai dari negara-negara non-OPEC diperkirakan akan mengalami penurunan sebesar sekitar 660.000 barrel per hari.
Produksi Rusia
Produksi minyak Rusia, yang bersaing dengan Arab Saudi dan AS sebagai produsen minyak terbesar dunia, mungkin akan mengalami penurunan tahun ini
sebesar sekitar 150.000 barrel per hari, atau sekitar 1,3 persen. Di bulan Januari

lalu, produksi Rusia mencatat produksi tertinggi sejak era pasca-Soviet.


Irak, yang merupakan produsen terbesar ke dua di OPEC, dan Pierre Andurand,
pendiri Andurand Capital Management yang memiliki aset senilai $615 juta,
memperkirakan harga minyak akan naik ke kisaran $50 per barrel. Semetara itu
Uni Emirat Arab memperkirakan bahwa persediaan minyak dunia perlahan akan
menurun meskipun setelah Iran meningkatkan ekspornya.

Harga minyak dunia masih terus berfluktuasi. Namun kombinasi antara


penurunan produksi minyak AS dan meningkatnya permintaan kemungkinan
akan mulai mendorong harga minyak dunia. Sepertinya sebagai strategi longterm saat ini merupakan waktu yang tepat untuk membeli kontrak minyak mentah ketika masih berada di bawah harga $40 per barrel, mengingat ada kemungkinan harga akan bergerak naik dengan sasaran tertinggi di kisaran $48 per barrel di akhir tahun 2016.
Good luck.
Glosarium:
Shale oil = hidrokarbon yang berasal dari jenis bebatuan sedimen yang kaya kerogen. Jumlah cadangannya masih sangat melimpah. Amerika diperkirakan mampu memproduksi shale oil sebesar 1,5 hingga 1,8 triliun barrel. Jumlah ini tiga kali
lebih besar daripada cadangan minyak Saudi Arabia dan jumlah ini diperkirakan
dapat mencukupi kebutuhan minyak Amerika selama 400 tahun.

USD/JPY: BOJ Kejutkan Pasar Dengan


Kebijakan Bunga Negatif
Pada kebijakan terakhirnya, Bank of Japan (BoJ) mengejukan pasar dengan menerapkan suku bunga negatif seiring dengan terus berjalannya program pembelian aset atau monetary base senilai 80 triliun per tahun. Banyak analis
maupun ekonom memperkirakan BoJ belum akan merubah kebijakan pada
rapat hari ini, namun gubernur BoJ, Haruhiko Kuroda, mendapat perolehan
suara yakni 5:4 untuk memangkas tingkat suku bunga hingga minus 0.1 persen.
Keputusan ini diambil agar BoJ bisa mencapai target inflasinya ditengah perlambatan global yang terjadi dan harga minyak yang terus mengalami penurunan.
Akibatnya, yen berpeluang melemah dalam beberapa waktu kedepan
Tinjauan Teknikal
Preferensi: BULLISH
Area Acuan: Perhatikan 120.771
Komentar :
Seiring dengan keputusan BOJ yang telah di rilis, Yen melemah tajam dan terpantau sedang menguji area resistance dikisaran 120.771 saat artikel ini dibuat.
Jika resistance tersebut berhasil ditembus oleh USD/JPY, maka dapat membuka
kemungkinan USD/JPY bergerak bullish menuju area resistance dikisaran
121.907 123.743.

Kondisi indikator teknikal menunjukkan sinyal jenuh beli pada grafik harian.
Waspadai jika support 118.936 pecah, karena hal tersebut bisa membuka kembali kemungkinan USD/JPY bergerak bearish menuju area support dikisaran
117.800 115.964.

GBP/USD: Bank Of England Masih Tahan Bunga


Pada pidato terakhirnya, gubernur Bank of England, Mark Carney, mengatakan
bahwa saat ini bukan waktu yang tepat untuk menaikkan suku bunga. Ia mengatakan bahwa ambruknya harga minyak, volatilitas ekonomi China, serta perlambatan pertumbuhan GDP dan gaji di Inggris sebagai alasannya.
Pasca komentar tersebut, sterling anjlok hingga mencapai 1.4079 terhadap dollar AS, yang merupakan level terendahnya sejak Maret 2009. Pasar menerjemahkan komentar Carney sebagai ketidakmungkinan terjadinya kenaikan suku
bunga pada tahun 2016, dan menggeser ekspektasinya ke tahun 2017.
Tinjauan Teknikal
Preferensi: BEARISH
Area Acuan: Perhatikan 1.45221 1.47956
Komentar :

Setelah sempat jatuh tajam, saat ini poundsterling tampak kembali mencoba
untuk menguat. Kecenderungan untuk pound masih akan melemah kembali
menuju ke area support dikisaran 1.43528 - 1.40792, jika ternyata di area kisaran
1.45221 1.47956 ditemukan konfirmasi sinyal jual. Waspadai jika ternyata
pound bergerak naik dengan menembus resistance 1.47956, karena hal tersebut
bisa membuka kemungkinan pound bergerak naik menuju area resistance dikisaran 1.49649 1.52385

NZD/USD: Kiwi Tahan Bunga, Isyaratkan Kemungkinan Pelonggaran


Moneter
Hasil dari rapat kebijakan moneter pertamanya di tahun ini, Reserve Bank of
New Zealand (RBNZ) masih mempertahankan tingkat suku bunga di angka 2.5
persen dan tetap membuka kemungkinan akan adanya pelonggaran lanjutan.
Hasil ini, sesuai dengan perkiraan banyak kalangan, namun statement RBNZ
yang masih membuka kemungkinan untuk melakukan pelonggaran membuat
Kiwi merosot tajam terhadap Dolar AS. RBNZ masih terus memantau pertumbuhan ekonomi domestiknya dan perekonomian global.
Tinjauan Teknikal
Preferensi: BEARISH
Area Acuan: Perhatikan 0.65502 0.66767
Komentar:

Kiwi masih berada dalam kondisi bearish meskipun saat ini terlihat harga berpeluang untuk terkoreksi. Jika di area 0.65502 0.66767 ditemukan konfirmasi
sinyal jual, maka ada peluang NZD/USD akan kembali bergerak bearish menuju
area support dikisaran 0.64720 0.63456. Hati-hati jika resistance 0.66767 tembus karena hal itu berpotensi akan mengubah bias menjadi bullish dan berpotensi mendorong NZD/USD hingga kisaran 0.67549 0.68813.

EUR/USD: Draghi Beri Isyarat Pelonggaran Moneter di Bulan Maret


Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Mario Draghi tetap melanjutkan pelonggaran
moneter nya tidak berubah pada pidato bulan Januari kemarin. Beliau pun
mengatakan bahwa tingkat suku bunga rendah dipertahankan hingga beberapa
bulan mendatang. Jika diperlukan, Draghi akan memberikan isyarat pelonggaran
moneter lanjutan pada bulan Maret mendatang.
Mario Draghi mengatakan bahwa perlambatan ekonomi China menjadi perhatian
utama ECB, seiring dengan terus melemahnya harganya minyak dunia yang terus
menghambat target inflasi ECB.
Tinjauan Teknikal
Preferensi: BEARISH
Area Acuan: Perhatikan 1.11225
Komentar:

Pergerakan euro dalam sebulan terakhir tampak bergerak sempit di sekitar area
referensi dari Fibonacci. Kondisi indikator teknikal menunjukkan sinyal jenuh beli
pada grafik harian. Melihat kondisi saat ini, peluang euro untuk kembali melemah
ke kisaran 1.07510 1.05214 masih terbuka lebar selama area resistance 1.11225
belum ditembusnya. Hati-hati jika resistance 1.11225 tembus karena hal itu
dapat berpotensi mengubah bias menjadi bullish dan berpotensi mendorong
euro hingga kisaran 1.07510 1.05214.

AUD/USD: Inflasi Naik Di Kuartal IV/2015


Indeks Harga Konsumen (CPI) Australia naik 0.4 persen pada kuartal ke-empat
tahun 2015, menyusul kenaikan 0.5 persen pada kuartal ketiga. Data ini termasuk
sebagai data yang paling diawasi oleh Bank Sentral Australia (RBA), di mana jika
hasilnya lemah, maka ada kemungkinan RBA akan menurunkan suku bunganya
lagi.
Namun, sektor pekerjaan Australia masih cenderung kuat yang memberikan
bank sentral Australia untuk menahan pemotongan suku bunga lebih lanjut, ditengah perlambatan yang terjadi di China. Para trader kemungkinan akan
mengabaikan hasil pertemuan bank sentral Australia yang sepertinya masih akan
mempertahankan suku bunga terendahnya di 2 persen.

Tinjauan Teknikal
Preferensi: BEARISH
Area Acuan: Perhatikan 0.71357-0.70177
Komentar:
Pergerakan AUD/USD pada grafik harian terpantau sedang berada di sekitar area
resistance 0.71357. Jika resistance tersebut berhasil ditembus oleh AUD/USD,
maka dapat membuka kemungkinan AUD/USD bergerak bullish menuju area
resistance dikisaran 0.72086 0.73265.
Kondisi indikator teknikal menunjukkan sinyal jenuh beli pada grafik harian.
Waspadai jika support 0.70177 pecah, karena hal tersebut bisa membuka kembali kemungkinan aussie kembali melemah menuju area support dikisaran 0.69448
0.68269.

USD/CHF: Ekonomi Swiss Masih Kuat Kendati Ekonomi Global Lesu


Kondisi perekonomian global diproyeksi lesu, tetapi ekonomi Swiss masih relatif
kuat. Sejauh ini, Bank sentral Swiss (SNB) belum ada rencana untuk mengutakatik suku bunganya lagi dari level negatifnya. SNB menekankan pentingnya menjaga nilai mata uangnya terlindungi dari apresiasi berlebihan yang akan merugikan ekonomi Swiss.

Tinjauan Teknikal
Preferensi: BULLISH
Area Acuan: Perhatikan 1.03266
Komentar:
Pergerakan USD/CHF pada grafik harian terpantau sedang berada dalam kondisi
bullish membidik area resistance 1.03266. Tekanan bullish berpotensi berlanjut
ke kisaran 1.05276 1.06519, jika resistance 1.03266 berhasil ditembus oleh
USD/CHF.
Kondisi indikator teknikal menunjukkan sinyal jenuh beli pada grafik harian.
Waspadai jika harga terus tertahan dibawah resistance 1.03266, karena hal tersebut dapat membuka kemungkinan USD/CHF bergerak bearish menuju area support dikisaran 1.00013 0.98002.

Gold Bias Bullish, di Dorong Aksi


Safe Haven
Preference : BULLISH
Area Referensi : Resistance dikisaran 1136,05
Komentar :
Emas menapaki bias Bullish pada akhir bulan seiring dengan melemahnya US
dollar karena kurang bagusnya data ekonomi dari AS yang dirilis serta anjloknya
bursa saham dan turunnya harga minyak dunia. Hal ini memicu pelaku pasar
melakukan aksi risk off dan salah satu instrumen yang diincar pelaku pasar atau
investor yaitu emas yang memang sejak dari dulu dikenal sebagai sarana safe
haven disaat kondisi global mengalami ketidakpastian.
Namun demikian kenaikkan emas ini mendapatkan tahanan seiring dengan
perekonomian China yang mengalami perlambatan, dimana China merupakan
salah satu negara konsumen emas terbesar sehingga dikuatirkan akan mengurangi permintaan. Dan juga adanya berita bahwa ECB akan melakukan kebijakan
lunak lebih lanjut. Dari isu tersebut bisa membuat emas kembali tertekan.
Tinjauan Teknikal :
Dari grafik emas TF Daily dibawah terlihat harga masih cenderung bergerak dalam kondisi Bullish, terlihat dari channel yang terbentuk dan jika emas naik akan
berusaha menguji resistance dikisaran 1136,05 atau 61,8% dari fibo, jika resistance tersebut mampu ditembus membuka peluang emas melanjutkan kenaikkannya hingga kisaran 1157,30 1191,55.

Namun waspadai apabila resistance dikisaran 1136,05 tidak berhasil tertembus


karena berpotensi menekan emas kembali hingga kisaran 1080,60 1101,80

Perak Bullish, Akankah Berlanjut ?


Preference : Bullish
Area Referensi : 14,985 15,305
Komentar :
Harga perak saat ini terpantau mengalami kenaikkan dan sampai artikel ini dibuat perak diperdagangkan dikisaran $14.43. Naiknya perak ini mengikuti kenaikkan yang juga dialami oleh emas.
Tapi tetap, kita melihat beberapa perilaku yang sangat konstruktif pada sisi
teknis, serta perkembangan positif di sisi fundamental. Dan semua ini dipengaruhi salah satunya oleh anjloknya pasar saham yang tampaknya semakin
rapuh.
Kekuatiran perlambatan ekonomi global sebagai pengaruh melambannya
perekonomian China membuat maraknya aksi jual di bursa saham yang dilakukan oleh investor karena panik, Indeks S & P 500 sempat mengalami
penurunan sebesar 3,4% pada titik terendah serta turunnya minyak dunia yang
sempat menyentuh level terendah dalam 10 tahun dikisaran $ 27.50.
Tinjauan Teknikal :

Perak mulai menunjukkan kenaikkan setelah sempat turun hingga kisaran


13,627, saat ini harga berusaha menguji resistance dikisaran 14,664 atau 38,2%
dari fibo, apabila resistance tersebut berhasil tertembus membuka ruang bagi
perak untuk naik lebih lanjut hingga kisaran 14,985 15,305.
Namun waspadai apabila resistance dikisaran 14,664 tidak berhasil tertembus
karena hal tersebut berpotensi membuat perak kembali turun hingga kisaran
13,627 14,268

Minyak Mentah Tidak Berdaya, Sampai Kapan ?


Preference : BEARISH
Area Referensi : Support dikisaran 27,55 dan Resistance dikisaran 33,00
Komentar :
Harga minyak mentah masih cenderung tertekan bahkan sempat mencetak level
terendahnya dalam 10 tahun terakhir yaitu dikisaran level $27,53 per barrel pada pertengahan bulan Januari kemarin. Terus tertekannya harga minyak mentah
ini seiring dengan meningkatnya kekuatiran akan adanya kelebihan pasokan
minyak mentah yang tidak seimbang dengan permintaan dunia, apalagi dari
meeting OPEC terakhir yang mengeluarkan kebijakan untuk tidak melakukan
pemotongan tingkat produksi dan disisi lain dicabutnya embargo ekonomi atas
Iran yang menyebabkan Iran bisa melakukan ekspor minyak mentah lagi membuat kekuatiran over supply semakin meningkat.

Selain itu adanya berita yang menyiratkan bahwa perekonomian China mengalami perlambatan juga ikut menekan harga minyak mentah, karena perlambatan
ekonomi China ini bisa berdampak terhadap perekonomian global yang pada
akhirnya bisa mengurangi permintaan minyak mentah dunia. Penguatan US dollar serta anjloknya bursa saham juga ikut berperan terhadap anjloknya minyak
mentah saat ini. Pertanyaan sekarang yang muncul, apakah harga minyak mentah sudah di dasar dan ke depan mulai merangkak naik ?
Tinjauan Teknikal
Minyak mentah masih dalam kondisi Bearish, minyak mentah sempat mengalami
koreksi hingga kisaran 33,00 atau 50% dari fibo setelah sebelumnya sempat jatuh
menyentuh level terendah dalam 10 tahun dikisaran $27.50 pada tanggal 20 Januari 2016. Dan saat ini berusaha menguji kembali level support tersebut.
Apabila support di kisaran 27,50 berhasil tertembus berpotensi menekan minyak
mentah lebih lanjut hingga kisaran 24,95 26,10. Namun jika Support tersebut
tidak berhasil tertembus ada potensi minyak mentah kembali pullback dengan
target pertama akan menguji resistance dikisaran 33,00, dan jika resistance tersebut berhasil tertembus membuka peluang minyak mentah untuk naik lebih
lanjut hingga kisaran 35,80 38,40.

Mengenal Sejarah
Bank of England

Bank of England adalah bank sentral dari Inggris yang menjadi bank sentral
kedua tertua pada saat ini. Bank of England juga sering juga dikenal dengan
sebutan NyonyaTua' dari Threadneedle Street.
Bank sentral Inggris merupakan bank sentral tertua kedua di dunia setelah Swedia Riks bank, yang didirikan pada tahun 1668.
Awal Didirikan
Bank sentral ini didirikan pada tahun 1694, dan akhirnya dinasionalisasi pada tanggal 1 Maret 1946.
BoE memperoleh kemandirian untuk melakukan operasi bank pada
tahun 1997 yang berkomitmen untuk menjaga system keuangan
dengan menjaga stabilitas moneter
dan keuangan dengan memberikan
kontribusi kepada perekonomian
Inggris.

Peran dan fungsi bank Sentral Inggris telah berevolusi dan berubah sejak berdiri
ratusan tahun lalu. Dengan fungsi awal sebagai bankir pemerintah maka sejak
abad ke-18 telah berubah fungsi menjadi sistem perbankan secara umum.
Sejarah
Sejarah Bank of England berawal ketika Raja William dan Queen Mary naik tahta
pada tahun 1688, dimana pada saat itu sector keuangan public terlihat sangat
lemah. Sistem keuangan dan sistem kredit sangat kacau. Maka dibentuklah sebuah bank nasional yang berfungsi untuk memobilisasi sumber daya keuangan
dan membantu ekonomi kerajaan pada saat itu.

Ketika Royal Charter di legalisasi pada tanggal 27 Juli 1694, maka Bank of England
secara resmi didirikan pada tahun 1694 dan bertindak sebagai bankir
pemerintah dan pengelola kredit. Sejak itu perannya telah dikembangkan dan
terus berkembang, dengan berpusat pada pengelolaan mata uang Negara dan
posisinya di tengah system keuangan di Inggris.
Ketika pecah perang Dunia Pertama pada tahun 1914-1918, hutang nasional
Inggris melonjak hingga menjadi 7 miliar dan bank sentral berperan dengan
membantu mengelola pinjaman pemerintah dan menahan tekanan inflasi.
Selama tahun 1970-an, bank tersebut memainkan peran penting selama krisis
perbankan. Juga berfungsi untuk menetapkan kebijakan moneter yang menjadi
bagian sentral dari kebijakan pemerintah pada 1980-an.

Kemandirian 1997
Pada Mei 1997 pemerintah
Inggris akhirnya memberikan
tanggung jawab penuh kepada
Bank of England untuk mengelola
dan menetapkan suku bunga
yang berguna sebagai acuan target inflasi yang ditetapkan oleh
Pemerintah.
Sejak saat itulah bank sentral
mengelola bank dengan cara
modern dengan mengatur kebijakan moneter dan keuangan dengan memiliki
direksi yang terdiri dari satu Gubernur Bank dan 2 Deputi Gubernur, serta 9
Direktur Non-Eksekutif (di bawah UU Perbankan 2009).
Secara historis, perkembangan Bank sentral Inggris adalah menjaga suku bunga
hingga hari ini. Pengalaman selama tiga ratus tahun terakhir telah terbentuk dan
dipengaruhi oleh peran serta tanggung jawab. BoE telah membentuk budaya dan
tradisi, serta keahlian dalam mengelola keuangan negara, dengan reputasi sebagai bank sentral di awal abad ke-21.
Bank of England juga mengelola devisa Inggris dan cadangan emas. Seperti kita
ketahui, Bank Sentral pada prinsipnya memiliki tujuan inti yaitu menjaga stabilitas moneter dan stabilitas keuangan suatu negara.
Bank of England telah memiliki monopoli penggunaan uang kertas di Inggris dan
Wales sejak awal abad 20. Tetapi sejak tahun 1997 akhirnya memiliki tanggung
jawab hukum untuk menetapkan suku bunga resmi di Inggris.
Keputusan tingkat suku bunga diambil oleh suatu Komite Kebijakan Moneter
Bank atau MPC (Monetary Policy Committee) yang harus menilai keadaan suku
bunga yang diperlukan untuk memenuhi target inflasi dalam perekonomian
secara keseluruhan di mana sasaran inflasi ditetapkan setiap tahun oleh menteri
keuangan.
BoE juga menerapkan keputusan tingkat suku bunga melalui operasi pasar keuangan dimana bank menetapkan suku bunga dengan meminjamkan kepada
bank-bank dan lembaga keuangan lainnya.
Pada saat yang sama, sejarah Bank Sentral Inggris berjalan sejajar dengan sejarah ekonomi, keuangan, dan seiring sejarah politik Inggris pada umumnya.

Anda mungkin juga menyukai