Anda di halaman 1dari 4

http://www.pikiran-rakyat.

com/pendidikan/2014/09/30/299040/konflik-yayasan-dankepala-madrasah-sering-terjadi
Sabtu, 31 October, 2015 - 14:11

Konflik Yayasan dan Kepala Madrasah


Sering Terjadi
PENDIDIKAN
30 September, 2014 - 12:11

SOREANG, (PRLM).- Kepala Kemenag Kab. Bandung, Imron Rosyadi, mewanti-wanti agar
tidak ada lagi konflik antara yayasan dengan kepala madrasah atau kepala pesantren. Konflik itu
dipicu adanya dana bantuan pemerintah baik Bantuan Operasional (BOS), bantuan siswa miskin
(BSM), maupun bantuan lainnya.
"Kalau dulu tidak ada bantuan pemerintah sehingga pengelolaan madrasah dan pesantren asalasalan. Bahkan, pihak yayasan begitu saja menyerahkan pengelolaan madrasah atau pesantren
kepada siapa saja yang mau," kata Imron dalam sosialisasi BOS di Hotel Horison, Selasa
(30/9/2014).
Namun setelah adanya bantuan pemerintah sehingga sering muncul konflik antara yayasan dan
kepala madrasah. "Padahal yayasan dan kepala madrasah umumnya bersaudara. Hanya akibat
adanya bantuan pemerintah sehingga ribut," ujarnya.
Dia mencontohkan saat menjadi kepala Kemenag Kab. Bandung Barat dengan adanya konflik
dengan saling gembok ruangan antara yayasan dan kepala madrasah. "Saat ini kami juga
menunda pencairan BOS untuk sebuah madrasah karena adanya konflik internal. Daripada nanti
bermasalah dengan aparat hukum sehingga lebih baik ditunda pencairan BOS-nya," jelasnya.
Imron mengimbau agar madrasah dan pesantren meningkatkan mutunya agar bisa bersaing
dengan sekolah yang ada di bawah Dinas Pendidikan. "Kalau dulu kurang bermutu itu wajar
karena dulu tak ada bantuan pemerintah. Namun untuk saat ini mutu harus diutamakan kalau
madrasah dan pesantren ingin merekrut siswa," tegasnya.(Sarnapi/A-147)***

http://www.beritasatu.com/pendidikan/302387-hindari-konflik-yayasan-perguruantinggi-perlu-manfaatkan-ti.html
Kamis, 27 Agustus 2015 | 21:24

Hindari Konflik, Yayasan Perguruan Tinggi


Perlu Manfaatkan TI

Ilustrasi ujian masuk perguruan tinggi (Beritasatu.com)


Jakarta - Penggunaan teknologi informasi (TI) dalam yayasan penyelenggara perguruan tinggi
swasta (PTS) sangat disarankan untuk memperkecil kecurigaan, memperbesar akuntabilitas dan
menghindari konflik.
Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Kementerian Hukum dan HAM (Kemkumham),
Freddy Haris mengatakan, yayasan di Indonesia tergolong unik, berlatar belakang sosial dan
pendidikan.
Mewakili Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, Freddy menambahkan, berdasarkan arahan
Menkumham bahwa yayasan yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD), sumbangan masyarakat dan atau luar negeri pada prinsipnya adalah badan publik.
"Badan publik mempunyai kewajiban menyediakan, memberikan dan atau menerbitkan
informasi publik di bawah kewenangannya terutama mengenai kinerja yayasan dan laporan
keuangan," katanya di sela-sela seminar "Strategi Pengelolaan Keuangan Yayasan/PTS Secara
Sehat Berbasis Korporasi dan IT" di Jakarta, Kamis (27/8).
Oleh sebab itu, lanjut dia, penerapan teknologi informasi oleh yayasan dalam hal laporan
kegiatan dan laporan keuangan merupakan strategi yang tepat untuk mewujudkan transparansi
dan akuntabilitas badan hukum yayasan. Di Kemkumham sendiri, kata Freddy, saat ini terdaftar
80.000 yayasan dengan berbagai tujuan sosial, kemasyarakatan dan keagamaan.

"Teknologi informasi dan komunikasi adalah jalan keluar terbaik sehingga membuat transparan
dan akuntabel," ucapnya.
Selain itu, kata dia, pembina yayasan diharapkan diisi oleh orang yang arif dan bijaksana.
"Sebab, yang paling berwenang dalam yayasan adalah pembinanya," tambah Freddy.
Ari Supriyanti Rikin/FER
Suara Pembaruan
http://www.pikiran-rakyat.com/pendidikan/2015/08/21/339247/belajar-murid-slbterganggu-karena-konflik-yayasan
Sabtu, 31 October, 2015 - 14:12

Belajar Murid SLB Terganggu Karena


Konflik Yayasan
PENDIDIKAN
21 Agustus, 2015 - 14:23

MAJALENGKA,(PRLM).- Nono Subarno dan Bambang Solendra menolak dirinya disebut


sebagai pemilik yayasan Tunas Tekad yang mengelola Sekolah Luar Biasa di Desa Bongan
Wetan, Kecamatan Sumberjaya, apalagi hingga menterlantarkan murid dan siswa di sekolah
tersebut.
Keduanya mengaku hanya sebagai pembuat akta Yayasan karena sama-sama sebagai notaris atas
permohonan para pengurus Yayasan Tunas tekad yang para pengurusnya berasal dari satu
keluarga.
Nono Subarno mengatakan dirinya membuat akta Yayasan Tunas Tekad setelah adanya
permohonan perubahan kepengurusan dari para pengurus yayasan pada tahun 2013, perubahan
akta yayasan setelah para pengurus melakukan rapat terbuka di hadapan notaris.

Akta yang dibuat tahun 2013 itu perubahan atas akta yayasan yang dibuat tahun 2007, disana
ada perubahan susunan kepengurusan namun masih satu keluarga, jadi kalau ada yang
mengatakan kami mempiliki yayasan itu bohong, kami hanya membuatkan akta, ungkap Nono
yang mengaku mendengar adanya konflik internal pengurus yayasan Tunas Tekad, namun
dirinya tidak memungkinkan untuk melakukan campur tangan pada urusan tersebut. Dia hanya
berharap persoalan bisa secepatnya selesai agar anak sekolah bisa belajar di tempat semula.
Demikian halnya yang diungkapkan Bambang Sulendra, dia mengaku mengubah akta
sebelumnya yang dibuat Nono Subarno atas permohonan para pengurus yayasan, sehingga tahun
2015 susunan kepengurusan yayasan berubah namun juga beberapa nama masih tetap ada.
Seperti diberitakan sebelumnya, 38 orang murid dan siswa SLB Sumberjaya kini terpaksa belajar
lesehan di Gedung Sekolah Dasar Bongas Wetan, karena sekolah mereka digembok pengurus
yayasan. Hal ini sudah berlangsung sejak mulai tahun ajaran baru 2015 ini.
Mereka pun belajar dengan sarana seadanya karena seluruh dokumen dan sarana belajar berada
di sekolah yang digembok oleh pengurus yayasan. Penggembokan gerbang sekolah hingga anakanak dan guru di sekolah tidak bisa masuk ke ruang kelas diduga akibat konflik internal yayasan.
Kepala SLB, Tris Brahmana Sutejo disertai sejumlah gurunya Aang Awaludin, Stri Rahayu dan
Astrid, berharap konfik segera selesai agar kegiatah belajar mengajar bisa lancar seperti sedia
kala.(Tati Purnawati/A-147)***
Tags

Anda mungkin juga menyukai