Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
tanah
dunia. Tanah
dipergunakan sebagai tempat tinggal dan sebagai sumber penghidupan manusia seperti
untuk menanam padi, jagung, sayur-sayuran.Tanah merupakan fondasi yang
sangat
penting bagi kelangsungan hidup manusia,di samping itu tanah juga merupakan sumber
kekayaan bagi mereka yang memiliki dan menguasainya karena semua yang terkandung
di dalamnya bisa merupakan sumber pendapatan ataupun sumber penghasilannya. Tanah
begitu penting bagi masyarakat, nilai ekonomi tanah sangat begitu tinggi yang daerahnya
1
merupakan daerah tujuan pariwisata. Bali merupakan daerah tujuan pariwisata yang
terkenal dengan lingkungan alam dan adat budayanya. Dengan masuknya pariwisata di
Bali, banyaknya tanah-tanah yang dijadikan sebagai sarana kebutuhan wisatawan seperti:
pertokoan, restaurant, spa, dan lain sebagainya yang masi berkaitan dengan pariwisata.
Manusia sangat tergantung dengan tanah, bahkan sampai mati pun manusia masih
memerlukan tanah untuk penguburannya. Oleh karena itu begitu pentingnya arti tanah
bagi kehidupan manusia,tanah juga memiliki peranan yang sangat penting bagi Bangsa
Indonesia untuk melaksanakan dan melanjutkan
mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur,sesuai dengan apa yang terkandung
di dalam Pancasila dan juga UUD 1945. Bali sebagai pusat pariwisata dunia
menyebabkan setiap orang berlomba-lomba untuk bisa memiliki dan menguasai tanah di
Bali. Para investor tingkat dunia pun bersaing untuk menanamkan modal sebesarbesarnya untuk membangun hotel dan pusat-pusat hiburan demi meraup keuntungan yang
tidak sedikit. Lahan-lahan banyak yang beralih fungsi, kawasan yang semula asri,
berubah menjadi lahan beton. Pemukiman penduduk dibangun di mana-mana, hal ini
tentu saja membuat kebutuhan akan tanah semakin meningkat dan berimbas pula pada
nilai ekonomis tanah tersebut, harga tanah menjadi semakin melambung dan tidak
terkendali, yang menyebabkan pula naiknya nilai pajak akan obyek tanah tersebut, hal ini
tidak bisa dicegah, karena pengaruh dan dampak dari pembangunan di bidang pariwisata.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah kedudukan dan fungsi tanah pekarangan desa (PKD) di Bali?
2. Bagaimanakah faktor penyebab terjadinya pengalihan fungsi tanah adat terhadap
pariwisata di bali ?
3. Apakah dampak pengaruh
pariwisata
terhadap
peralihan
fungsi tanah
BAB II
PEMBAHASAN
3
kesatuan masyarakat hukun adat Bali. Hal ini menunjukan bahwa desa pakraman sebagai
masyarakat hukum adat di Bali adalah merupakan desa yang otonum karena mempunyai
hak untuk mengurus rumah tangganya sendiri.Desa pakraman yang memiliki otonomi
dalam kaitannya dengan fungsi tanah juga dapat mempunyai hak untuk mengatur
pengunaan tanah-tanah yang ada di wilayahnya. Sebagaimana terdapat di Desa Pakraman
di Bali yang dalam kepustakaannya disebut dengan hak ulayat. Dilihat dari ciri khas desa
pakraman ini jelaslah bahwa corak masyarakat Bali dalam wadah desa pakraman adalah
sosial religius dalam arti segala prilaku selalu dilandasi oleh ajaran Agama (Agama
Hindu). Sejalan dengan ciri khas (identitas), corak masyarakat Bali serta unsur yang
dimiliki, maka segala aktifitas akan selalu mencari bentuk (menyesuaikan diri) lewat
situasi serta kondisi yang demikian. Hal ini pun terlihat pada pemanfaatan tanah-tanah
adat yang dimiliki oleh Desa Pakraman Daerah Pariwisata di Bali, dimana tanah-tanah
adat memperlihatkan fungsi dalam tiga bentuk yaitu:
1. Tanah adat berfungsi ekonomis merupakan tanah-tanah adat khususnya yang
berupa tanah-tanah pertanian (sawah, tegalan) semenjak dahulu memang telah
dipakai sebagai sarana pokok dan penunjang dalam kehidupan kerumah tanggaan.
2. Tanah adat berfungsi sosial ini misalnya dapat dilihat pada penyediaan tanah milik
desa untuk dipakai sekolah, lapangan, pasar, dan sebagai oleh pemerintah.
3. Tanah adat berfungsi keagamaan merupkan tanah yang diperuntukan sebagai
tempat melakukan upacara secara rutin baik dilakukan oleh krama desa sebagai
kesatuan maupun perorangan sesuai dengan keperluan.
2.2 Faktor penyebab terjadinya pengalihan fungsi tanah adat terhadap pariwisata di
Bali
Berdasarkan faktor penyebab terjadinya perubahan fungsi tanah adat di Bali. terdapatada 2
(dua) factor penyebab utama yang dialih fungsikannya tanah adat menjadi obyek pariwisata
di Bali, yaitu:
5
Faktor Ekonomi
Seperti pada uraian di atas, berkat adanya perkembangan pariwisata yang sangat pesat
di Bali ini sangat berpengaruh terhadap harga-harga tanah yang ada di Bali. Sehingga harga
tanah yang pada mulanya tidak mempunyai nilai ekonomis menjadi bernilai tinggi, dengan
adanya pariwisata yang membutuhkan sarana sebagai tempat untuk membangun Hotel,
Restaurant, Cafe, Art Shop yang mendukung sebagai daerah tujuan pariwisata. Selanjutnya
menurut hemat penulis, dengan dialihfungsikan tanah adat tersebut dan dibangunnya Hotel,
Cafe dan Art Shop, akan menambah penghasilan bagi warga desa adat tersebut dengan cara
menjual cindera mata atau buah tangan. Dapat kita lihat pasar seni Sukawati, dimana disana
terdapat berbagai macam hasil kerajinan dan kesenian dari masyarakat setempat. Apalah
jadinya jika tanah tetap dibiarkan kosong dan menjadi semak belukar, tanah tersebut tidak
akan memberikarn nilai ekonomi. Dengan menjadi obyek wisata, para turis wajib membayar
tiket masuk, sangat memberi keuntungan ekonomi yang tinggi baik bagi warga masyarakat,
warga desa adat, maupun warga desa dinas. Sekali lagi, faktor penyebab dialih fungsikannya
tanah adat menjadi tempat pariwisata adalah karena faktor ekonomi tersebut. Ekonomi
meningkat, akan mensejahterakan warga masyarakat adat sehingga pura-pura atau tempattempat pemujaan/sembahyang yang rusak atau sudah termakan usia, dengan adanya uang
pemasukkan dari hasil obyek wisata tersebut, maka dapat diperbaiki. Dengan tempat
sembahyang yang baik dan terawat baik, maka untuk menjalankan ibadahpun akan tenang
dan khusuk.
tanah adat menjadi tempat pariwisata dengan faktor ekonomi. Dengan faktor ekonomi
terhadap pengalihan fungsi tanah adat yaitu Tanah Perkaranga Desa (PKD) yang dimana
dapat meningkat, akan mensejahterakan warga masyarakat adat dan menambah adanya
perkembangan pariwisata yang sangat pesat di Bali yang berpengaruh dampak kedepannya
sehingga pura-pura atau tempat-tempat pemujaan/sembahyang yang rusak atau sudah
termakan usia, dengan adanya uang pemasukkan dari hasil obyek wisata tersebut, maka dapat
diperbaiki.
2.3 Dampak Pengaruh terhadap Peralihan fungsi Tanah Pekarangan Desa (PKD) Desa
Pakraman di Bali
Sebagaimana Dampak pengaruh Pariwisata terhadap peralihan tanah adat di Bali
Dimana dapat diketahui bahwa hampir sebagian masyarakat di Bali bekerja dan
mempertaruhkan
nasibnya
pada
bidang-bidang
yang
berkaitan
dengan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Bahwa
pengaruh pariwisata terhadap peralihan tanah perkarangan desa di bali yang sebagaimana
dalam kedudukannya dan menurut fungsinya , kedudukan tanah adat di Bali selain tidak
dapat di pisahkan dengan sejarah tanah adatnya juga tidak bisa dilepaskan dengan
masyarakat hukum adat selaku pemilik dari tanah adat. Mengenai masyarakat hukum
adat diatur secara yuridis dalam peraturan perundang-undangan, peraturan daerah dan
awig-awig. Pasal 18B ayat (2) UUD Dasar 1945 yang menyatakan bahwa Negara
mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yg diatur dalam undang-undang, Pasal 3
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Undang-Undang Pokok Agraria sebagai
Pasal yang mengakui keberadaan hak ulayat sepanjang kenyataan masih ada, Pasal 1
angka 4 Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 3 Tahun 2001 tentang Desa Pakraman
sebagaimana telah diubah dengan Perda Provinsi Bali No. 3 Tahun 2003 yang
menunjukan bahwa desa di Bali termasuk jenis desa kesatuan masyarakat hukun adat
Bali. Hal ini menunjukan bahwa desa pakraman sebagai masyarakat hukum adat di Bali
adalah merupakan desa yang otonum karena mempunyai hak untuk mengurus rumah
tangganya sendiri.Desa pakraman yang memiliki otonomi dalam kaitannya dengan fungsi
tanah juga dapat mempunyai hak untuk mengatur pengunaan tanah-tanah yang ada di
wilayahnya. Sebagaimana terdapat di Desa Pakraman di Bali yang dalam kepustakaannya
disebut dengan hak ulayat. Dilihat dari ciri khas desa pakraman ini jelaslah bahwa corak
masyarakat Bali dalam wadah desa pakraman adalah sosial religius dalam arti segala
prilaku selalu dilandasi oleh ajaran Agama (Agama Hindu). Sejalan dengan ciri khas
(identitas), corak masyarakat Bali serta unsur yang dimiliki, maka segala aktifitas akan
selalu mencari bentuk (menyesuaikan diri) lewat situasi serta kondisi yang demikian. Hal
ini pun terlihat pada pemanfaatan tanah-tanah adat yang dimiliki oleh Desa Pakraman
Daerah Pariwisata di Bali, dimana tanah-tanah adat memperlihatkan fungsi dalam tiga
bentuk yaitu:
pemanfaatan suatu tanah adat terhadap daerah pariwisata di Bali. Pemanfaatannya tersebut dialih
fungsikannya tanah adat menjadi tempat pariwisata dengan faktor ekonomi. Dengan faktor
ekonomi terhadap pengalihan fungsi tanah adat yaitu Tanah Perkaranga Desa (PKD) yang
dimana dapat meningkat, akan mensejahterakan warga masyarakat adat dan menambah adanya
perkembangan pariwisata yang sangat pesat di Bali yang berpengaruh dampak kedepannya
sehingga pura-pura atau tempat-tempat pemujaan/sembahyang yang rusak atau sudah termakan
usia, dengan adanya uang pemasukkan dari hasil obyek wisata tersebut, maka dapat diperbaiki.
Yang Sebagaimana Dampak pengaruh Pariwisata terhadap peralihan tanah adat di Bali
adalah Dapat diketahui bahwa hampir sebagian masyarakat di Bali bekerja dan mempertaruhkan
nasibnya pada bidang-bidang yang berkaitan dengan pariwisata,sehingga dampak dari pariwisata
itu sendiri sebagai hasilnya dapatlah membantu kesejahteraan masyarakat yang ada di Bali pada
umumnya. Dimana tersebarnya lapangan pekerjaan yang lebih banyak terkait pariwisata dapat
memberikan peluang pekerjaan lebih banyak terhadap masyarakat di Bali,terkait dengan
masyarakat adat,damapk positif yang dapat dipetik adalah dimana diberikannya peluang terhadap
masyarakat adat yang memiliki kesenian-kesenian yang khas di masing-masing daerah untuk
memperkenalkan dan sekaligus menjadikan sebagai suatu penghasilan bagi masyarakat tersebut.
Dalam perkembangan kemajuan ini pariwisata DesaPakraman di Bali mengakibatkan tanahtanah DesaPakraman di Bali mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi. Dengan adanya
kondisi seperti ini maka banyak kramadesa yang memanfaatkan tanah adatnya sebagai
penunjang fasilitas pariwisata akan menghasilkan pendapatan yang relative tinggi untuk
kedepannya. Yang dimana Tanah adat yang dimaksud adalah tanah pekarangan desa (PKD)
dimana tanah tersebut merupakan tanah yang dikuasai oleh desa yang diberikan kepada warga
desanya (krama desa) untuk tempat tinggal, dalam hal ini melekat kewajiban berupa beban baik
tenaga atau materi yang diberikan kepada desa adat/ desa pakraman.Yang sebagimana bagian
depan rumah yang merupakan area tempat persembayangan (pemerajan/sanggah) kramadesa
sehari-hari,dipergunakan sebagai tempat usaha seperti; pertokoan, restaurant, spadan lain
sebagainya. Hal ini menyebabkan tempat persembayangan tersebut dipersempit bahkan bergeser
kebelakang untuk mendapatkan hasil (dollar) baik digunankan sendiri maupun dikontrakan
Dimana bagian depan rumah yang biasanya merupakan area tempat persembayangan
(pemerajan/sanggah) kramadesa sehari-hari, sekarang dipergunakan sebagai tempat usaha
seperti; pertokoan, restaurant, spadan lain sebagainya. Penggunaan tanah PKD (pekarangan desa)
11
di bali juga telah berubah dari tahun ke tahun yang dimana tidak sesuai dengan urutan fungsi
utama tanah adat yang di bali, yaitu yang pertama adalah fungsi keagamaan, kedua adalah social,
dan jika kedua fungsi diatas sudah terpenuhi, maka barulah terakhir adalah fungsi ekonomi,
tetapi sekarang tanah (PKD) mengalami perubahan yaitu, pada awalnya tanah pekarangan desa
(PKD) di DesaPakraman berfungsi sosial religius, tetapi kini telah beralih fungsi menjadi fungsi
ekonomis saja, kedua fungsi lainnya, fungsi keagamaan dan fungsi social di kesampingkan.
DAFTAR PUSTAKA
13