Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MATA KULIAH RG141462 - GEODINAMIKA & DEFORMASI

PAPER TENTANG EARTHQUAKE HAZARDS


(Studi Kasus : Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat)

Oleh :
Awalina Lukmana Cita Resmi
Nurul Tazaroh

Dosen Pengampu :
Ira Mutiara Anjasmara S.T., M.Phil, Ph.D
Mokhamad Nur Cahyadi, S.T., M.Sc., Ph.D
Meiriska Yusfania, S.T., M.T
JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2016

3512100051
3513100069

RG141462 - GEODINAMIKA DAN DEFORMASI


PAPER TENTANG EARTHQUAKE HAZARDS
(Studi Kasus : Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat)
A. Karakteristik dan Mekanisme
Indonesia merupakan daerah rawan gempa bumi karena dilalui oleh jalur
pertemuan tiga lempeng tektonik, yaitu: lempeng Indo Australia, lempeng Eurasia, dan
lempeng Pasifik. Selain itu masih ada lempeng mikro Filipina yang bergerak kearah
Selatan di sebelah utara Sulawesi. Oleh karena itu tidak mengherankan bila wilayah
kepulauan Indonesia menjadi wilayah yang rawan gempabumi tektonik. Pertemuan
lempeng Indo-Australia dengan Eurasia sepanjang sebelah barat lepas pantai Sumatera
menerus ke Selatan Jawa-Nusa Tenggara dan membelok ke laut Banda. Jalur
pertemuan lempeng berada di laut sehingga apabila terjadi gempa bumi besar dengan
kedalaman dangkal maka akan berpotensi menimbulkan tsunami sehingga Indonesia
juga rawan tsunami.
Pertemuan lempeng Indo-Australia dengan Eurasia di selatan Jawa hampir tegak
lurus, berbeda dengan pertemuan lempeng di wilayah Sumatera yang mempunyai
subduksi miring dengan kecepatan 5-6 cm/tahun (Bock, 2000).

Gambar 1. Tatanan Tektonik di Indonesia


Wilayah Provinsi Sumatera Barat yang terletak di bagian barat Pulau Sumatera
merupakan bagian dari Lempeng Eurasia yang bergerak sangat lambat dan relatif ke
arah tenggara dengan kecepatan sekitar 0,4 cm/tahun. Relatif berada di bagian barat

provinsi ini, terdapat interaksi antara Lempeng Eurasia dan Lempeng Samudera
Hindia yang bergerak relatif ke arah utara dengan kecepatan mencapai 7 cm/tahun.
Interaksi ini menghasilkan pola penunjaman atau subduksi menyudut (oblique), yang
diperkirakan telah terbentuk sejak Zaman Kapur dan masih terus berlangsung hingga
kini. Selain subduksi, interaksi kedua lempeng ini juga menghasilkan pola struktur
utama Sumatera, yang dikenal sebagai Zona Sesar Sumatera dan Zona Sesar
Mentawai.
Wilayah barat Pulau Sumatera merupakan salah satu kawasan yang terletak
pada pinggiran lempeng aktif (active plate margin) dunia yang dicerminkan tingginya
frekuensi kejadian gempabumi di wilayah ini. Sebaran gempabumi di wilayah ini tidak
hanya bersumber dari aktivitas zona subduksi, tetapi juga dari sistem sesar aktif di
sepanjang Pulau Sumatera.
Mentawai merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang terletak dalam ring of
fire dunia. Berdasarkan tatanan tektoniknya, gempa Mentawai terjadi akibat interaksi
antara batas lempeng subduksi Indo-Australia dan subduksi lokal Sunda. Berdasarkan
solusi mekanisme lokal dan kedalamannya, gempa ini memiliki mekanisme sesar naik
dan terjadi di sepanjang plate interface (Yudhicara, 2010).
Menurut hasil penelitian Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI,
Kondisi Geologi Pesisir Selatan dan sekitarnya tersusun oleh aluvium dan batuan
vulkanik berumur Kuarter serta batuan sedimen berumur Tersier. Aluvium dan batuan
vulkanik Kuarter mempunyai sifat lepas, urai, belum terkompaksi dengan baik. Batuan
sedimentasi akan memiliki shake (guncangan) yang besar pada saat terjadi gempa
namun akan kembali ke bentuk semula dengan cepat juga. Kondisi ini yang
memperkuat efek goncangan dari gempa bumi.
Mekanisme GempaBumi
Mekanisme gempabumi Mentawai 25 Oktober 2010, yang dilakukan analisa pada
gempabumi utama OT 14:42:22 UTC; 3.610 LS 99.930 BT , 7.2 SR; kedalaman 10 km
adalah Oblique dominan Thrust Fault; dengan strike 294, dip 47, rake 75.

Gambar 2. Gambar Mekanisme fokal sumber gempabumi


B. Lokasi Gempabumi
Lokasi

: 3.61 LS 99.93 BT, 78 km Barat Daya Pagai Selatan, Mentawai Sumatera Barat.

C. Kedalaman
Kedalaman

: 10 km

Gambar 3. Peta Lokasi Epicenter Mentawai-Sumatra Barat


D. Magnitude
Gempa bumi yang terjadi pada tanggal 25 Oktober 2010 di Kepulauan Mentawai
mempunyai kekuatan 7,8 SR (Sari, 2010) , sedangkan berdasarkan laporan dari BPKG
menyatakan bahwa kekuatan gempa sebesar 7.2 SR. Berikut merupakan magnitude
gempa mulai dari skala 4 SR pada tahapan coseimic dan postseismic.

Gambar 4. Plotting Magnitude Gempa (a) 2D dan (b) 3D

Gempa bumi terjadi pada zona awal penunjaman (subduksi) lempeng IndoAustralia terhadap lempeng Eurasia di Samudra India yang dikenal dengan zona
megathrust. Hal ini mengindikasikan bahwa gempa yang terjadi di Kepulauan
Mentawai akibat aktifitas jalur lempeng tektonik yang ada di bawah kepulauan
tersebut. Berdasarkan bentuk morfologi dan posisinya terhadap daerah penunjaman,
maka dapat diduga bahwa daerah pantai barat Kepulauan Mentawai merupakan
daerah yang memiliki resiko kebencanaan geologi yang tinggi.
E. Waktu
Hari/ Tanggal

: Senin, 25 Oktober 2010

Pukul

: 21:42:20 WIB

Adapun kronologis kejadian gempa bumi ini sampai dengan proses disseminasi
informasinya, diuraikan dalam bentuk time line seperti terlihat pada Tabel 1 sebagai
berikut.
Tabel 1. Time Line Gempa Mentawai (Sumber: BMKG 2010)
Waktu

Interval

Time Line Gempabumi Mentawai Sumatera

(WIB)

Waktu

Barat 25 Oktober 2010

(menit)
21:42:20

18:10:23:23

Terjadi Gempa bumi

21:42:52

00:00:32

Live sinyal dan Stasiun Status Blinking (PPSI, UBSI,


SISI, KSI, PDSI)

21:44:41

00:02:21

Informasi dari masyarakat di daerah Bengkulu,


merasakan getaran gempabumi

21:47:06

00:04:46

Keputusan untuk kirim OT= 21:42:20 WIB, 3.61 LS


99.93 BT, Mag = 7.2 SR, kedlmn = 10 km

21:47:10

00:04:50

Diseminasi

21:47:27

00:05:07

Konfirmasi tentang pemodelan di DSS dan data Tide


Gauge

21:48:18

00:05:58

Geofon/Jerman; OT: 21:42:21 WIB, Lokasi : 3.6 LS


99.9 BT Mag = 7.1 SR Kedlmn: 25 km

21:49:00

00:06:40

Parameter dari USGS/USA OT: 21:42:22 WIB, Lokasi :


3.464 LS 100.84 BT Mwp = 7.5 SR Ked: 14.2 km

21:49:00

00:06:40

ITEWC, OT.21:42:20 WIB, 3.64 LS 99.88 BT, 10 km,


7.1 SR

21:49:00

00:06:40

PTWC, OT.21:42:00, 3.1 LS 100.1 BT, 33 km, 7.5 SR ;


estimasi kemungkinan waktu tiba gelombang tsunami
(tsunami bulletin number 001)

21:55

00:13 00:18

22:00

Info Peringatan Potensi Tsunami di ANTV, TVOne,


Indosiar, RCTI, Breaking News

21:56:00

00:13:40

Telepon dari PTWC, konfirmasi tentang tsunami


warning

22:00:00

00:17:40

JATWC/Australia, Earthquake bulletin ; OT.21:42:00


WIB, 3.44 LS 100.24 BT, 0 km, 6.4 SR

22:01:00

00:18:40

Fax dari JMA/Jepang , OT: 21:42:00 WIB, 3.1 LS


100.1 BT, 7.5 SR

22:17:40

00:35:20

Wawancara live RRI Pro3 FM dengan


Supervisor (Agung Mulyo Utomo, S.Si.)

22:34:04

00:51:44

Pernyataan Warning Tsunami telah


berakhir

22:35:00

00:52:40

Wawancara live TVRI dengan Supervisor


(Agung Mulyo Utomo, S.Si.)

F. Dampak
Gempa bumi sangat berpengaruh pada perubahan dan bentuk tanah yang
biasanya disebut deformasi. Hal ini dikarenakan semua proses yang terjadi
berasosiasi

dengan

pergerakan

lempeng-lempeng

dunia.

Deformasi

sangat

berhubungan erat dengan gempa bumi yakni akibat cosesismic dan postseismic. Gempa
bumi biasanya akan menyebabkan kerak bumi disekitarnya terdeformasi baik dalam
arah vertikal dan hirosontal.
Dalam studi kasus gempa di Kepulauan Mentawai ini, berdasarkan data BNPB
sampai dengan tanggal 11 November 2010, jumlah korban 448 orang meninggal, 56
orang hilang, 173 orang luka berat, 325 orang luka ringan, 325 rumah rusak berat dan
204 rumah rusak ringan. Korban dan kerusakan pada bangunan disebabkan oleh
tsunami, bukan akibat dari goncangan gempa bumi. Pengamatan lapangan dampak
goncangan gempa bumi menunjukkan goncangan yang tidak terlalu kuat. Meskipun
dampak goncangan gempa bumi yang terasa pada penduduk di Pagai Selatan, Pagai
Utara dan Sipora tidak terlalu kuat dan tidak menimbulkan kerusakan, tetapi gempa
bumi ini memicu tsunami. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan ketinggian
gelombang tsunami mencapai 7 m melanda daerah Malakopa, Kecamatan Pagai
Selatan, dan menghasilkan landaan tsunami mencapai 1 km yang merusak puluhan

rumah. Di Desa Malakopa ini tidak ada korban jiwa, karena sebagian perkampungan
dekat pantai sudah direlokasi setelah kejadian gempa bumi tahun 2007, meskipun
saat itu gempa bumi tidak diikuti oleh tsunami. Di Pulau Siruso, pulau kecil di sebelah
barat Pulau Pagai Selatan ketinggian tsunami berkisar 3 meter. Sementara itu, pada
daerah Sikakap, bagian timur laut Pulau Pagai Utara, ketinggian tsunami mencapai 50
cm. Ketinggian tsunami di Dusun Muntei, Desa Beitu Monga, Kecamatan Pagai Utara
mencapai 6 m dan landaan tsunami mencapai 600 m. Tsunami di Dusun Munte
menyebabkan 183 meninggal dan 30 orang belum ditemukan. Tsunami juga
menghantam Dusun Duamonga dengan ketinggian 4 m dan jarak landaan sekitar 200
m, dan semua rumah hancur, satu orang meninggal.

Gambar 5. Indikasi ketinggian genangan (flow depth) berupa goresan pada batang pohon, kiri,
dan jejak genangan air pada dinding bangunan, kanan. (Foto: GITST)

Selain itu, terdapat dua jenis material yang dibawa oleh gelombang tsunami,
yaitu bongkah terumbu koral dan endapan pasir halus hingga kasar.

Gambar 6. Endapan tsunami yang dijumpai di Sabeugunggung (kiri) dan Malakopa (kanan).
(Foto: GITST)

Gambar 7. Terumbu koral yang terangkat dan diendapkan di atau dekat pantai, contoh di Pulau
Kasi, Pagai Utara. (Foto: GITST)
Tabel 2. Ketebalan Endapan Tsunami Maksimum di beberapa Lokasi Penelitian (GITST, 2010)

Gambar 8. Pengerukan akibat tsunami di Pulau Libuat, Pagai Selatan (Foto: GITST)

Gambar 9. Kerusakan pemukiman hancur total di Dusun Tumalei, kiri dan kerusakan bangunan
pemukiman sebagian, tampak bangunan bergeser dari pondasinya, kanan. (Foto: GITST)
G. Intensitas Gempa

Gambar 10. Timeline Gempabumi dan Waktu Tibanya Tsunami Mentawai


Pada umumnya, gempabumi signifikan (besar) akan diikuti gempabumi susulan
yang magnitudonya lebih kecil dari gempabumi utama selama selang waktu tertentu.
Sampai dengan pukul 15:00 WIB 31 Oktober 2010, telah terjadi gempabumi susulan
dengan Magnitudo > 4.0 SR sebanyak 71 kali.

Gambar 11. Peta Distribusi Gempabumi susulan Mentawai, 25 Oktober 2010

Gambar 12. Distribusi Gempabumi Susulan gempabumi Mentawai , tgl. 31 Oktober 2010
Dari data distribusi harian gempabumi susulan, dapat diperkirakan waktu
sampai dengan aktivitas seismik normal untuk daerah tersebut.
Dari hasil perhitungan didapat perkiraan gempabumi susulan berakhir pada
sekitar 12 hari setelah gempa utama ( Perhitungan berdasarkan data gempabumi
susulan). Dari data distribusi harian, untuk gempabumi susulan terlihat bahwa
gempabumi susulan secara umum menurun terhadap waktu

H. Perbandingan Parameter Gempabumi Utama Mentawai


Berikut perbandingan parameter gempabumi utama Mentawai, 25 Oktober 2010 :

Tabel 3. Perbandingan parameter Gempabumi Utama Mentawai, 25 Oktober 2010

Anda mungkin juga menyukai