Anda di halaman 1dari 8

SKRINING FITOKIMIA DAN PENENTUAN AKTIVITAS

ANTIOKSIDAN SERTA KANDUNGAN TOTAL FENOL EKSTRAK


BUAH LABU SIAM (Sechium edule (Jacq.) Sw.)
Kurratul Aini, Betty Lukiati, Balqis
Program Studi Biologi, FMIPA
e-mail: kurratulaini@rocketmail.com
Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang,
Jl. Semarang No. 5 Malang, Indonesia

ABSTRACT: This research aims to find out; (1) the content of active substances,
(2) testing antioxidant activity, and (3) knowing the content of total phenols of the
fruit chayote extracts. The content of the active compound of chayote extract may
be known through phytochemical screening by using specific reagents. Testing of
antioxidant activity is carried out by spectrophotometry method at 517 nm
wavelength using a difenilpikril hidrazil (DPPH) as free radicals. Total phenol
content of fruit extracts chayote is carried out by spectrophotometry method at a
wavelength of 360 nm by using sulfanilat acid reagents. The results showed that
the extract of the fruit of chayote contains alkaloids, phenolics and flavonoids, but
not detected to contain the compounds these terpenoids. Antioxidant activities of
ethanol extracts of the fruit of chayote with IC50 values of weak 191,554% g/mL,
and total phenol which is very low, amounted to 0.78%.
Keywords: screening of phytochemicals, antioxidant activity, total phenols,
chayote
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; (1) kandungan senyawa
aktif, (2) melakukan uji aktivitas antioksidan, dan (3) mengetahui kandungan
total fenol dalam ekstrak buah labu siam. Kandungan senyawa aktif ekstrak labu
siam dapat diketahui melalui skrining fitokimia dengan menggunakan reagen
tertentu. Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode spektrofotometri
pada panjang gelombang 517 nm dengan menggunakan difenilpikril hidrazil
(DPPH) sebagai radikal bebas. Kandungan total fenol ekstrak buah labu siam
dilakukan dengan metode spektrofotometri pada panjang gelombang 360 nm
dengan menggunakan reagen asam sulfanilat. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ekstrak buah labu siam mengandung senyawa alkaloid, fenol, dan
flavonoid, tetapi tidak terdeteksi mengandung senyawa golongan terpenoid.
Aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah labu siam lemah dengan nilai IC50
sebesar 191,554 g/mL, serta total fenol yang sangat rendah, yakni sebesar
0,78%.
Kata kunci: skrining fitokimia, aktivitas antioksidan, total fenol, labu siam

PENDAHULUAN
Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau
lebih elektron kepada radikal bebas. Radikal bebas bersifat sangat reaktif dan
mampu mengoksidasi senyawa biologi seperti karbohidrat, DNA, lipid dan
protein. Antioksidan dibedakan menjadi antioksidan sintetik dan antioksidan
alami berdasarkan sumber perolehannya (Dalimartha dan Soedibyo, 1999).
Beberapa penelitian membuktikan bahwa penggunaan antioksidan sintetik tidak
aman bagi kesehatan, karena dapat bersifat karsinogenik (Ho dalam Tran, 2013).
Antioksidan alami yang dapat diperoleh dari buah dan sayur saat ini banyak

digunakan sebagai alternatif pengganti antioksidan sintetik. Buah labu siam


merupakan salah satu contoh yang oleh masyarakat saat ini banyak digunakan
sebagai bahan obat tradisional untuk penyakit diabetes Maity et al., (2010). Buah
labu siam ini berpotensi sebagai antioksidan alami. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui; (1) kandungan senyawa aktif, (2) melakukan uji aktivitas
antioksidan, dan (3) mengetahui kandungan total fenol dalam ekstrak buah labu
siam.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif dengan
pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan skrining
fitokimia dan menghitung persentase peredaman DPPH oleh ekstrak buah labu
siam serta menghitung kandungan total fenol ekstrak buah labu siam. Perhitungan
persentase peredaman selanjutnya akan dianilisis dengan persamaan regresi linear
sederhana untuk menentukan nilai IC50.
1. Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia meliputi uji alkaloid, uji fenol, uji flavonoid, dan uji
terpenoid dengan menggunakan reagen tertentu.
a. Uji Alkaloid
Uji alkaloid dilakukan dengan mengambil 1 mL ekstrak buah labu siam,
kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Beberapa tetes reagen Mayer,
Wagner, dan Dragendorff ditambahkan ke dalam tabung yang telah diisi ekstrak
buah labu siam. Terbentuknya endapan pada sampel uji menunjukan bahwa
sampel tersebut mengandung alkaloid. Endapan putih terbentuk dengan
penambahan reagen Mayer, endapan berwarna coklat terbentuk dengan
penambahan reagen Wagner dan endapan berwarna jingga terbentuk dengan
penambahan reagen Dragendorff.
b. Uji Flavonoid
Uji flavonoid dilakukan dengan memanaskan 5 mL ekstrak etanol buah
labu siam selama lima menit di dalam tabung reaksi, kemudian ditambah beberapa
tetes HCl pekat, selanjutnya ditambahkan bubuk Mg secukupnya. Hasil positif
ditunjukkan dengan timbulnya warna merah tua selama 3 menit.
c. Uji polifenol
Uji polifenol dilakukan dengan mengambil ekstrak segar buah labu siam
sebanyak 1 mL direaksikan dengan larutan FeCl3 1%, jika terjadi warna hijau,
merah, ungu, biru tua, biru kehitaman atau hitam kehijauan menunjukkan adanya
senyawa fenol.
d. Uji terpenoid
Uji terpenoid dilakukan dengan reaksi Lieberman-Burchard. Ekstrak buah
labu siam dilarutkan dengan 0,5 mL etanol, kemudian ditambahkan 0,5 mL asam
asetat anhidrat, selanjutnya ditambahkan 2 mL asam sulfat pekat melalui dinding
tabung. Terbentuknya larutan hijau biru menunjukkan adanya triterpenoid.
2. Uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH
Kristal DPPH sebanyak 4 mg dilarutkan dalam etanol sampai dengan 100
ml sebagai standart dengan konsentrasi 40 g/ml. Larutan standart dijaga pada
suhu 250 C dan terlindung dari cahaya, serta segera digunakan. Sampel esktrak
buah labu siam dibuat dengan konsentrasi 10, 20, 30, 40, dan 50 g/ml, masingmasing sebanyak 300 ml dilarutkan dalam DPPH 40 g/ml sampai dengan 3 ml.

Sampel diinkubasi selama 30 menit pada suhu 250 C dan dalam keadaan gelap,
selanjutnya diukur absorbansinya pada panjang gelombang 517 nm dengan etanol
sebagai larutan blanko. Aktivitas antioksidan dihitung berdasarkan persentase
peredaman radikal bebas DPPH oleh senyawa antioksidan. Percobaan tersebut
dilakukan secara duplo dengan 3 kali ulangan. Data absorbansi yang diperoleh
akan dimasukkan pada tabel pengamatan, sperti Tabel 3.2. Data absorbansi yang
diperoleh digunakan untuk menentukan % peredaman aktivitas antioksidan
ekstrak etanol buha labu siam terhadap radikal bebas DPPH.
3. Kandungan total fenol ekstrak labu siam
Larutan sampel yang berupa ekstrak labu siam ditambah dengan 1 mL
reagen A (campuran asam sulfinat 7,64%, H2SO4 , NaNO2 4,8%, dengan
perbandingan 5:1:5), ditambah 0,5 mL reagen B (NaOH 8%). Campuran antara
larutan sampel dan reagen diinkubasi pada suhu 100 C selama 30-40 menit,
selanjutnya diukur absorbansinya dengan spektrofometer UV-Vis pada panjang
gelombang 360 nm. Hasil pengukuran sampel dibandingkan dengan fenol sebagai
larutan standart. Larutan standart dibuat dengan menggunakan larutan fenol
dengan konsentrasi 1, 2, 3, 4 ppm dengan perlakuan yang sama, kemudian diukur
absorbansinya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Skrining Fitokimia Ekstrak Buah Labu Siam (Sechium edule (Jacq.) Sw.)
Hasil penelitian dari skrining fitokomia ekstrak etanol buah labu siam
menunjukkan bahwa labu siam mengandung senyawa golongan alkaloid, fenol,
dan flavonoid, tetapi tidak terdeteksi mengandung senyawa golongan terpenoid
seperti yang tertera pada tabel 1. Hasil uji terpenoid menunjukkan hasil negatif
dengan menggunakan reagen Liebermann-Burchard. Hal tersebut sesuai dengan
hasil penelitian Khandelwal dalam Maity et al. (2013) yang menyebutkan bahwa
ekstrak labu siam mengandung senyawa alkaloid, fenol, flavonoid, saponin,
karoten, karbohidrat, dan glikosida.
Tabel 1. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Buah Labu Siam

No.

Senyawa

1.

Alkaloid

2.

Flavonoid

3.

Polifenol

4.

Terpenoid

Reagen

Keberadaan
senyawa

Mayer
Wagner
Dragendorff
Bubuk Mg, HCl
pekat
FeCl3 1%

+
+
+
+

LiebermannBurchard

Keterangan
Terbentuk endapan putih
Terbentuk endapan coklat
Terbentuk endapan jingga
Terjadi perubahan warna dari
coklat menjadi merah kecoklatan
Terjadi perubahan warna dari
coklat menjadi kuning
Tidak terjadi perubahan warna
menjadi hijau biru pada larutan
uji.

Robinson (1995), menyatakan bahwa karoten adalah senyawa yang


merupakan golongan tetraterpenoid, sehingga tidak bisa terdeteksi menggunakan
reagen Liebermann-Burchard. Reagen Liebermann-Burchard digunakan untuk
mendeteksi adanya senyawa triterpena dengan memberikan reaksi hijau biru.
Etanol digunakan sebagai pelarut sehingga kemungkinan besar karotenoid yang

terkandung dalam ekstrak labu siam tidak terekstraksi, oleh karena itu variasi
penggunaan pelarut dapat dilakukan untuk memastikan kualitas kandungan
ekstrak yang didapatkan.
Pengujian senyawa alkaloid dengan menggunakan reagen Mayer, Wagner,
dan Dragendorff, menyebabkan reaksi pengendapan karena adanya penggantian
ligan. Atom nitrogen yang mempunyai pasangan elektron bebas pada alkaloid
mengganti ion iod dalam reagen Mayer, reagen Dragendroff, dan reagen Wagner.
Hal tersebut mengakibatkan terbentuknya endapan jingga terhadap penambahan
reagen Dragendroff, hal ini karena nitrogen digunakan untuk membentuk ikatan
kovalen koordinat dengan K+ yang merupakan ion logam. Terbentuknya endapan
putih kekuningan pada penambahan reagen Mayer karena nitrogen pada alkaloid
akan bereaksi dengan ion logam K+ dari kalium tetraiodomerkurat (II) membentuk
kompleks kalium-alkaloid yang mengendap (Marliana dkk, 2005; Sangi dkk.,
2008). Endapan coklat yang terbentuk dengan penambahan reagen Wagner
disebabkan oleh ion logam K+ akan membentuk ikatan kovalen koordinat
dengan nitrogen pada alkaloid membentuk kompleks kalium-alkaloid yang
mengendap (Marlina dkk, 2005).
Pengujian polifenol dilakukan dengan melakukan penambahan FeCl3.
Perubahan warna terjadi ketika penambahan FeCl3 yang bereaksi dengan salah
satu gugus hidroksil yang ada pada senyawa polifenol. Pada penambahan FeCl3
pada ekstrak uji menghasilkan merah atau warna hijau kehitaman yang
menunjukkan bahwa sampel mengandung senyawa polifenol.
Warna merah pada uji flavonoid disebabkan terbentuknya garam flavilium
(Achmad dalam Marlinda, 2012). Pengujian senyawa terpenoid menunjukkan
hasil negatif yang dilakukan dengan menggunakan reagen Liebermann-Burchard
tetapi tidak terbentuk warna hijau biru pada larutan uji. Warna hijau biru yang
timbul pada uji tersebut disebabkan pembentukan ikatan rangkap terkonjungasi
yang terbentuk akibat polimerasi hidrokarbon tak jenuh.
Uji Aktivitas Antioksidan dari Ekstrak Buah Labu Siam (Sechium edule
(Jacq.) Sw.)
Uji aktivitas antioksidan dilakukan berdasarkan aktivitas penangkapan
elektron radikal bebas DPPH yang diukur dengan menggunakan spektrofotometer.
Peredaman radikal bebas oleh antioksidan terjadi ketika elektron tak berpasangan
menjadi berpasangan dengan adanya sebuah donor hidrogen, sehingga
membentuk DPPH yang lebih stabil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penambahan ekstrak labu siam pada larutan DPPH akan menyebabkan pemudaran
warna, dari ungu tua menjadi ungu muda. Hal tersebut menunjukkan bahwa
terjadi reaksi reduksi oksidasi (redoks) antara radikal bebas DPPH dengan
antioksidan ekstrak buah labu siam yang menghasilkan produk stabil dan air
(H2O). Produk inilah yang dapat mempengaruhi warna menjadi pudar.
Aktivitas antioksidan esktrak buah labu siam diperoleh berdasarkan
persentase peredaman radikal bebas DPPH oleh esktrak buah labu siam, yang
disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rerata Nilai abssorbansi dan Persentase Peredaman Radikal Bebas DPPH oleh
Esktrak Buah Labu Siam

Konsentrasi
esktrak labu siam
(g/ml)
0
10
20
30
40
50

Rerata nilai absorbansi


pada panjang gelombang
517 nm

Persentase
peredaman

1.5366667
1.3633333

64.9465006

1.3733333

64.2957414

1.3433333

66.248019

1.2733333

70.8033334

1.2233333

74.0571294

Nilai rerata absorbansi dari ekstrak etanol buah labu siam yang diperoleh,
kemudian dihitung % peredaman radikal bebasnya. Perhitungan persentase
peredaman radikal bebas dapat dihitung menggunakan rumus :
100%

% peredaman radikal bebas =

Daya peredaman radikal


(%)

Hasil perhitungan % peredaman radikal bebas kemudian dibandingkan


dengan konsentrasi sampel yang digunakan dengan membuat sebuah grafik.
Persamaan regresi linier didapatkan dari grafik yang berisi hubungan antara
konsentrasi sampel dengan daya peredaman radikal (%) seperti pada Gambar 1.
25
y = 0.213x + 9.199
R = 0.876

20
15
10
5
0
0

10

20

30

40

50

60

Konsentrasi ekstrak buah labu siam (g/ml)

Gambar 1. Hubungan antara Konsentrasi Sampel dengan Daya Peredaman Radikal (%)

Perhitungan yang telah dilakukan terhadap nilai IC50 untuk aktivitas


antioksidan buah lau siam, yakni sebesar 191, 554 g/ml, sehingga aktivitasnya
termasuk kategori lemah. Nilai IC50 diperoleh dari suatu persamaan regresi linier
yang menyatakan hubungan antara konsentrasi ekstrak uji dan persen
penangkapan radikal. Ekstrak labu siam terbukti mengandung senyawa dari
golongan fenol, flavonoid, dan alkaloid yang merupakan senyawa yang bersifat
sebagai reduktor sehingga dapat bertindak sebagai donor hidrogen terhadap
radikal bebas. Senyawa fenol digunakan sebagai antioksidan untuk mencegah
oksidasi dari asam lemak (Vermerris, 2006). Fungsi polifenol sebagai penangkap
dan pengikat radikal bebas dari rusaknya ion ion logam. Gugus hidroksil

menyebabkan senyawa fenol mampu menangkap radikal bebas. Fenol


mengamankan sel dari serangan senyawa oksigen reaktif seperti oksigen singlet,
superoksida, radikal peroksida, radikal hidroksil dan peroksinitrit (Sirait, 2007).
Reaksi peredaman radikal bebas oleh polifenol.
Aktivitas antioksidan senyawa polifenol berkaitan erat dengan struktur
rantai samping dan juga substitusi pada cincin aromatiknya. Aktivitas peredaman
radikal bebas senyawa polifenol diyakini dipengaruhi oleh jumlah dan posisi
hidrogen fenol dalam molekulnya. Aktivitas antioksidan yang lebih tinggi akan
dihasilkan pada senyawa fenol yang mempunyai jumlah gugus hidroksil yang
lebih banyak pada inti flavonoidnya (Es-Safi, et al, 2007).
Flavonoid merupakan senyawa golongan fenol yang berfungsi sebagai
pereduksi yang baik dan menghambat banyak reaksi oksidasi secara non enzim.
Senyawa flavonoid dapat bertindak sebagai antioksidan dan merupakan donor
hidrogen (Robinson, 1995). Flavonoida bersifat sebagai reduktor sehingga dapat
bertindak sebagai donor hidrogen terhadap radikal bebas. Sifat antioksidan dari
flavonoid berasal dari kemampuan untuk mentransfer sebuah elektron ke senyawa
radikal bebas (Gupta, et al, 2010, Meng, et al, 2010) dan juga membentuk
kompleks dengan logam (Pietta, 2000). Kedua mekanisme itu membuat flavonoid
memiliki beberapa efek, diantaranya menghambat peroksidasi lipid, menekan
kerusakan jaringan oleh radikal bebas dan menghambat aktivitas beberapa enzim
(Shahidi, 1997).
Hasil uji total fenol ekstrak labu siam menunjukkan nilai yang sangat
rendah, yakni sebesar 0,78 gr per 100 ml. Hasil uji tersebut sangat berkaitan
dengan aktivitas antioksidan ekstrak labu siam yang juga ternyata sangat lemah.
Senyawa fenol mempunyai kemampuan untuk menyumbangkan hidrogen, maka
aktivitas antioksidan senyawa fenol dapat dihasilkan pada reaksi netralisasi
radikal bebas yang mengawali proses oksidasi atau pada penghentian reaksi
radikal berantai yang terjadi (Es-Safi, et al, 2007). Rendahnya kandungan total
fenol dalam ekstrak labu siam ini dapat dipengaruhi oleh pelarut yang digunakan.
Menurut Tursiman, dkk (2012), perbedaan jenis pelarut mempengaruhi hasil
ekstrak yang dihasilkan.
Fenol terdiri atas bermacam-macam zat yang memiliki kepolaran yang
berbeda-beda. Golongan senyawa yang termasuk fenol misalnya flavonoid
memiliki ikatan dengan gugus gula sehingga menyebabkan flavonoid bersifat
polar, sedangkan senyawa minyak atsiri biasanya cenderung bersifat non polar.
Kelarutan senyawa fenol terbanyak tidak selalu terdapat dalam ekstrak polar,
tetapi tergantung dari struktur senyawa fenol yang dijumpai (Markham, 1988).
Penggunaan pelarut etanol yang bersifat semipolar diduga menyebabkan tidak
semua fenol dalam labu siam terekstrak. Aktivitas antioksidan berbanding lurus
dengan total fenol, semakin tinggi kandungan fenol dalam suatu bahan semakin
tinggi pula aktivitasnya sebagai antioksidan (Huang et all., 2005).
Alkaloid mengandung nitrogen sebagai bagian dari sistem sikliknya serta
mengandung substituen yang bervariasi seperi gugus amina, amida, fenol, dan
metoksi sehingga alkaloid bersifat semipolar. Senyawa alkaloid, terutama indol,
memiliki kemampuan untuk menghentikan reaksi rantai radikal bebas secara
efisien (Yuhernita dan Juniarti, 2011). Senyawa berbasis nitrogen dari tumbuhan
berpotensi menghambat berbagai proses oksidatif. Senyawa radikal turunan dari
senyawa amina memiliki tahap terminasi yang sangat lama, dengan demikian

mampu menghentikan reaksi rantai radikal secara efisien (Shukla, et al., 1997).
Reaksi peredaman radikal bebas oleh senyawa alkaloid. Uji skrining fitokimia
untuk alkaloid yang dilakukan dengan menggunakan tiga reagen, yakni
Dragendroff, Mayer, dan Wagner memperlihatkan hasil positif, yakni esktrak labu
siam mengandung alkaloid.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ekstrak etanol buah labu siam
mengandung senyawa aktif yang bersifat sebagai antioksidan berupa fenol,
flavonoid, dan alkaloid yang sangat bermanfaat. Komponen alkaloid dalam labu
siam mampu memperlancar peredaran darah dan mencegah penyakit stroke,
sehingga dapat digunakan untuk terapi herbal, yakni proses penyembuhan dengan
menggunakan ramuan berbagai tanaman berkhasiat obat. Terapi herbal saat ini
sedang populer di kalangan masyarakat karena dinilai sebagai pengobatan yang
mempunyai efek samping sedikit, murah, dan mudah didapat (Utami, 2003).
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal
berikut; (1) Hasil skrining fitokimia ekstrak buah labu siam (Sechium edule
(Jacq.) Sw.) terbukti mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, dan fenol, tetapi
tidak terdeteksi mengandung senyawa golongan terpenoid; (2) Uji aktivitas
antioksidan dari ekstrak buah labu siam (Sechium edule (Jacq.) Sw.) menunjukkan
hasil yang sangat lemah dengan nilai IC50 sebesar 191,554 g/mL; (3) Kandungan
total fenol dalam ekstrak buah labu siam sangat rendah, yakni sebesar 0,78 % dari
fenol standart.
Saran
Berdasarkan pembahasan di atas, maka saran yang diajukan yakni sebagai
berikut; (1) Sebaiknya digunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT) untuk
skrining fitokimia sehingga dapat diperoleh macam kandungan senyawa aktif
yang lebih akurat; (2) Pemeriksaan uji kuantitatif alkaloid dapat dilakukan dengan
menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dilanjutkan dengan
densitometer atau menggunakan High Performance Liquid Cromatography
(HPLC) dengan detektor spektrofotometer; (3) Digunakan variasi pelarut dalam
proses ekstraksi buah labu siam, seperti menggunakan metanol, n-butanol, dan etil
asetat, sehingga didapatkan senyawa yang lebih banyak macamnya.
DAFTAR RUJUKAN
Dalimartha, S. dan Soedibyo, M. 1999. Awet Muda Dengan Tumbuhan Obat dan
Diet Supleme. Jakarta: Trubus Agriwidya. hal. 36-40.
Es-Safi, N.E., Ghidouche, S. dan Ducrot, P.H. 2007. Flavonoids: hemisynthesis,
reactivity, characterization and free radical scavenging activity. Molecule;
12(9): 2228-58.
Firdous, S. M., Sravanthi, K., Debnath, R. and Neeraja, K. 2012. Protective Effect
Of Ethanolic Extract And Its Ethylacetate And N-Butanol Fractions Of
Sechium Edule Fruits Against Carbon Tetrachloride Induced Hepatic
Injury In Rats. Int J Pharm Pharm Sci. Vol 4. Issue 1. 354-359.
Gupta, V.K. , Kumria, R., Garg, M. and Gupta, M. 2010. Recent Updates on Free
Radicals Scavenging Flavonoids: An Overview. Asian Journal of Sciences
9(3); 108-117.

Huang D., Ou B. and Prior R.L. 2005. The chemistry behind antioxidant capacity
assays. J. of Agricultural and Food Chemistry. 53:1841-1856.
Maity, S., Firdous, S.M. and Debnath, R. 2013. Evaluation Of Antidiabetic
Activity Of Ethanolic Extract Of Sechium Edule Fruits In Alloxan-Induced
Diabetic Rats. World Journal Of Pharmacy And Pharmaceutical Sciences.
Volume 2, Issue 5, 3612-3621.
Markham, K.R. (1988). Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung: Penerbit ITB.
Marliana, S.D., Suryanti, V. dan Suyono. 2005. Skrining Fitokimia dan Analisis
Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium
edule Jacq. Swartz.) dalam Ekstrak Etanol. Biofarmasi. 3 (1): 26-31.
Marlinda, M., Sangi, M.S., dan Wuntu, A.D. 2012. Analisis Senyawa Metabolit
Sekunder dan Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Biji Buah Alpukat (Persea
americana Mill.). Jurnal Mipa Unsrat Online.1 (1) 24-28.
Meng, X., Munishkina, L.A., Fink, A.L. and Uversky, V.N. 2010. Effects of
Various Flavonoids on the -Synuclein Fibrillation Process. Hindawi
Access to Research Parkinsons Disease, Volume 2010 (2010), Article ID
650794.
Pietta, P.G. 2000. Flavonoids as Antioxidants. J. Nat. Prod. 63 (7), pp 10351042.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB.
Sangi, M. S., Runtuwene, M.R.J., Simbala, H.E.I. and Makang, V.M.A. 2008.
Analisis Fitokimia Tumbuhan Obat di kabupaten Minahasa Utara. Chem.
Prog, 1(1):47-53.
Shahidi, F. (Ed.), Kadaswarmi, C., Middleton, E. and Shukla, V.K.S. 1997.
Natural Antioxidants: Chemistry, Health Effects, and Applications.
Illionis: AOCS Press.
Shukla, V.K.S, Wanasundara, P.K.J.P.D and Shahidi, F. 1997. Antioxidant from
Oilseeds. In: F. Shahidi. (Ed), Natural Antioxidants: Chemistry, Health
Effects, and Applications. Illionis: AOCS Press.
Sirait, M. 2007. Penuntun Fitokimia Dalam Farmasi. Bandung: ITB Press.
Tran, A. V. 2013. Do BHA and BHT Induce Morphological Changes and DNA
Double-Strand Breaks in Schizosaccharomyces pombe?. Scripps Senior
Theses. Paper 152.
Tursiman, P. A., dan Nofiani, R. 2012. Total Fenol Fraksi Etil Asetat dari Buah
Asam Kandis (Garcinia dioica Blume). Jkk. Volume 1 (1), Hal. 45-48.
Utami, P. 2003. Tanaman obat untuk mengatasi rematik & asam urat. Depok:
Agro Media Pustaka.
Vermerris, W. and Nicholson, R.L. 2006. Phenolic Compound Biochemistry.
Netherlands: Springer.
Yuhernita dan Juniarti. 2011. Analisis Senyawa Metabolit Sekunder Dari Ekstrak
Metanol Daun Surian Yang Berpotensi Sebagai Antioksidan. Makara,
Sain. Vol. 15. No. 1.

Anda mungkin juga menyukai