TINEA KORPORIS
Disusun Oleh:
Reksoyudo Dwi Pradipo
406148024
Dokter Pembimbing:
Dr. Hendrik Kunta Adjie, SpKK
BAB I
LAPORAN KASUS
: Ny. Y
Umur
: 75 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Tgl/Jam Masuk
Status Pekerjaan
:-
Status Penikahan
: Menikah
Agama
: Budha
: dr. Juliana,SpKK,MKes
ANAMNESIS (ALLOANAMNESIS)
Keluhan Utama
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengeluhkan gatal di punggung saat keringatan dan
malam hari selama setahun. Gatal dirasakan hilang timbul
terutama saat keringatan. Biasanya hanya diberi obat Cina sudah
sembuh namun karena tidak ada perbaikan setelah diberi obat
maka pasien berobat ke RS Husada. Di punggung pasien terlihat
bentol bentol kemerahan yang meluas namun tidak terdapat di
bagian tubuh lain. Hanya terdapat di punggung. Sudah diobati
dengan caladine dan obat Cina. Belum pernah seperti ini
sebelumnya dan di keluarga tidak ada yang mengalami gejala
serupa. Pasien terdapat riwayat tekanan darah tinggi dan gula.
Terdapat
riwayat
minum
obat
amlodipin.
Saat
mandi
Riwayat Pengobatan
Riwayat Alergi
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
: Sakit ringan
Kesadaran
: Compos mentis
TANDA VITAL
Nadi
Pernafasan
: 24x/menit
Suhu
: 36.8 oC (Axilla)
Berat badan
: 47 kg
STATUS DERMATOLOGI
Distribusi
: Regional
Regio
Konfigurasi
: Polisiklik
Efloresensi Primer
Warna
: Eritematosa
Ukuran
: Milier- Lentikuler
Jumlah
: Multiple
3|Page
RESUME
Seorang ibu berusia 75 tahun dengan keluhan gatal pada punggungnya saat malam hari
dan saat keringatan dengan bentuk papul dengan dasar eritema dengan ukuran milier
lentikuler. Dengan penyebaran lesi hanya terdapat di punggung tanpa disertai bagian tubuh
yang lain.
ANJURAN PEMERIKSAAN
Pemeriksaan KOH
DIAGNOSIS
4|Page
Dermatitis Numularis
Granuloma anulare
Psoriasis
Dermatiti seboroik
Pithriasis rosea
Pitriasis vesikolor
Pitriasis Alba
RENCANA PENATALAKSANAAN
a. Medikamentosa
R/ Ketokenazole cream 2% 10mg no I
S 1 dd ue pada punggung
R/ Itrakonazole 100mg no X
S 2 dd I
b. Non-medikamentosa
1.
Memberi penjelasan pada pasien tentang penyakit pasien, dari jenis penyakit, penyebab
sampai prognosisnya.
2.
3.
Menghindari
5.
PROGNOSIS
Ad vitam
5|Page
: Bonam
Ad functionam
: Bonam
Ad sanationam
: Bonam
Ad kosmeticam
: Bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Merupakan infeksi jamur golongan dermatofita pada badan,tungkai,dan lengan, tetapi
tidak termasuk lipat paha,tangan dan kaki.Dapat digolongkan menjadi tinea glabrosa oleh
karena kelainan terdapat pada kulit yang tidak berambut. Secara klinis dapat ditemukan tinea
kruris et korporis 4
SINONIM
Tinea
korporis
disebut
juga
tinea
sirsinata,
tinea
glabrosa,
Scherende
tinea
korporis
dapat
disebabkan
oleh
berbagai
spesies
Geofilik yaitu transmisi dari tanah ke manusia biasanya disebabkan oleh M,gypseum
Zoofilik yaitu transmisi dari hewan ke manusia, contoh Trycophyton simii (monyet),
Trycophyton mentagrophytes (tikus), Microsporum canis (kucing), Trycophyton
equinum (kuda) dan Microsporum nannum (babi).
6|Page
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi infeksi jamur superfisial di seluruh dunia diperkirakan menyerang 20-25%
populasi dunia dan merupakan salah satu bentuk infeksi kulit tersering. Penyakit ini tersebar
di seluruh dunia yang dapat menyerang semua ras dan kelompok umur sehingga infeksi jamur
superfisial ini relatif sering terkena pada negara tropis (iklim panas dan kelembaban yang
tinggi) dan sering terjadi eksaserbasi . Tinea korporis dapat ditransmisikan dari manusia yang
terinfeksi maupun dari binatang, bias melalui keluarga maupun orang terdekat yang terkena
maupun secara autoinokulasi dari reservoir seperti T. Rubrum yang berkolonisasi di kaki
kemudian menyebar ke badan. Pada anak-anak biasanya disebabkan oleh kontak dengan
binatang pathogen, khususnya M.Canis dari anjing maupun kucing. Penggunaan baju yang
terlalu tebal dan ketat serta cuaca yang hangat dan lembab juga berhubungan dengan
peningkatan frekuensi erupsi dari Tinea Korporis. Tinea Imbrikata dapat terjadi biasanya
disebabkan oleh T.concentricum, biasanya terjadi di daerah Asia Tenggara, Pasifik Selatan dan
Amerika Selatan maupun Amerika Tengah.Biasa terjadi pada suku asli pedalaman daripada
dengan pendatang. 3
Penyebab tinea korporis berbeda-beda di setiap negara, seperti di Amerika Serikat
penyebab terseringnya adalah Tricophyton rubrum, Trycophyton mentagrophytes, Microsporum
canis dan Trycophyton tonsurans. Di Afrika penyebab tersering tinea korporis adalah
Tricophyton rubrum dan Tricophyton mentagrophytes, sedangkan di Eropa penyebab
terseringnya adalah Tricophyton rubrum, sementara di Asia penyebab terseringnya adalah
Tricophyton rubrum, Tricophyton mentagropytes dan Tricophyton violaceum
Dilaporkan
Gambaran klinis dimulai dengan lesi bulat atau lonjong dengan tepi yang aktif dengan
perkembangan kearah luar, bercak-bercak bisa melebar dan akhirnya memberi gambaran yang
polisiklik,arsinar,dan sirsinar. Pada bagian pinggir ditemukan lesi yang aktif yang ditandai
dengan eritema, adanya papul atau vesikel, sedangkan pada bagian tengah lesi relatif lebih
tenang (central healing) lesi juga dapat konfluen,melebar dan bentuknya menjadi plakat.3
Tinea korporis yang menahun, tanda-tanda aktif menjadi hilang dan selanjutnya hanya
meninggalkan daerah hiperpigmentasi saja .Gejala subyektif yaitu gatal, dan terutama jika
berkeringat dan kadang-kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Pada tinea korporis
yang menahun tanda radang biasanya tidak terlihat lagi. Dalam hal ini disebut sebagai tinea
corporis et cruris maupun sebaliknya. Bentuk menahun yang disebabkan oleh Trichophyton
rubrum biasanya terlihat bersama-sama dengan tinea unguinum. Bentuk khas yang disebabkan
oleh Trichophyton concentricum disebut tinea imbrikata, dengan gambaran lesi papul berwarna
coklat yang perlahan-lahan menjadi besar, kemudian akan terbentuk lingkaran-lingkaran
skuama yang konsentris dengan pinggir yang polisiklik. Pada kasus menahun lesi kulit dapat
menyerupai iktiosis, kulit kepala dapat terserang akan tetapi rambutnya tidak. Bentuk lain Tinea
korporis yang disertai kelainan pada rambut adalah tinea favosa atau favus. Biasanya dimulai di
kepala sebagai titik kecil di bawah kulit yang berwarna merah kuning dan berkembang menjadi
krusta berbentuk cawan dengan berbagai ukuran. Rambut kemudian tidak berkilat dan mudah
terlepas. Pada pasien dapat tercium bau tikus. Tinea favosa pada kulit dapat dilihat sebagai
kelainan kulit papulovesikel dan papuloskuamosa,disertai kelainan kulit yang khas berbentuk
cawan yang kemudian disertai jaringan parut 1
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium yaitu
mikroskopis langsung dan kultur
9|Page
10 | P a g e
Central Healing. Bagian tepi lesi lebih aktif (tanda peradangan), lesi bulat, berbatas tegas,
terdiri atas eritema, papul ditepi lesi. Daerah tengahnya biasanya lebih tenang, bagian tepi
terlihat aktif.
GAMBARAN HISTOPATOLOGI
Pada pemeriksaan dengan pewarnaan PAS (Periodic acidSchiff) pada tinea korporis
terdapat hifa berwarna merah pada stratum korneum. Hifa bersifat basofilik dengan
hematoxylin dan eosin,dan pada pewarnaan menjadi hitam dengan methenamine silver. Apabila
tidak ditemukan organisme pada pemeriksaan maka gambaran histopatologinya menjadi non
spesifik dan menjadi seperti akut atau kronis dermatitis dengan maupun tanpa vesikulasi
spongiotic.3
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan mikroskopis, kultur, pemeriksaan lampu wood, biopsi dan histopatologi,
pemeriksaan serologi, dan pemeriksaan dengan menggunakan PCR5
Pemeriksaan mikroskopis dilakukan dengan membuat preparat langsung dari kerokan
kulit, kemudian sediaan dituangi larutan KOH 10%. Sesudah 15 menit atau sesudah dipanaskan
dengan api kecil, dilihat di bawah mikroskop. Pemeriksaan ini memberikan hasil positif hifa
ditemukan hifa (benang-benang) yang bersepta atau bercabang, selain itu tampak juga spora
berupa bola kecil sebesar 1-35
Kultur dilakukan dalam media agar sabaroud pada suhu kamar (25-30C),kemudian satu
minggu dilihat dan dinilai apakah ada pertumbuhan jamur. Spesies jamur dapat ditentukan
11 | P a g e
Pemeriksaan KOH 10%. Terlihat elemen jamur berupa hifa panjang dan artospora. Hasil KOH
(+)
DIAGNOSIS BANDING
Kelainan pada kulit pada dermatitis seboroika selain dapat menyerupai tinea korporis,
biasanya dapat terlihat pada tempat-tempat predileksi, misalnya di kulit kepala (scalp), lipatan
kulit, misalnya belakang telinga, daerah nasolabial dan sebgainya. 7 Pitiriasi rosea yang
distribusi kelainan kulitnya simetris dan terbatas pada tubuh dan bagian proksimal anggota
badan, sukar dibedakan dengan tinea korporis tanpa herald patch yang dapat membedakan
penyakit ini dengan tinea korporis. Pemeriksaan laboraturium dapat memastikan diagnosisnya.
Psoriasis dapat dikenal dari kelainan kulit pada tempat predileksi yaitu di daerah ekstensor,
misalnya lutut, siku dan punggung. Kulit kepala berambut juga sering terkena penyakit ini.
Adanya lekukakn pada kuku dapat menolong untuk menentukan diagnosis.11
12 | P a g e
Dermatitis seboroik2
Pitryasis Rosea2
Dermatitis Numularis2
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Pengobatan tinea korporis terdiri dari pengobatan lokal dan pengobatan sistemik. Pada
13 | P a g e
tinea korporis dengan lesi terbatas,cukup diberikan obat topikal. Lama pengobatan bervariasi
antara 1-4 minggu bergantung jenis obat. Obat oral atau kombinasi obat oral dan topikal
diperlukan pada lesi yang luas atau kronik rekurens. Anti jamur topikal yang dapat diberikan
yaitu derivate imidazole, toksiklat, haloprogin dan tolnaftat. Pengobatan lokal infeksi jamur
pada lesi yang meradang disertai vesikel dan eksudat terlebih dahulu dilakukan dengan
kompres basah secara terbuka3
Pada keadaan inflamasi menonjol dan rasa gatal berat, kombinasi antijamur dengan
kortikosteroid jangka pendek akan mempercepat perbaikan klinis dan mengurangi keluhan
pasien3
1. Pengobatan Topikal
Pengobatan topikal merupakan pilihan utama. Efektivitas obat topikal dipengaruhi oleh
mekanisme kerja,viskositas, hidrofobisitas dan asiditas formulasi obat tersebut. Selain obatobat klasik, obat-obat derivate imidazole dan alilamin dapat digunakan untuk mengatasi
masalah tinea korporis ini. Efektivitas obat yang termasuk golongan imidaol kurang lebih sama.
Pemberian obat dianjurkan selama 3-4 minggu atau sampai hasil kultur negative. Selanjutnya
dianjurkan juga untuk meneruskan pengobatan selama 7-10 hari setelah penyembuhan klinis
dan mikologis dengan maksud mengurangi kekambuhan
2. Pengobatan Sistemik
Pengobatan sistemik yang dapat diberikan pada tinea korporis adalah:
Griseofulvin
Griseofulvin merupakan obat sistemik pilihan pertama. Dosis untuk anak-anak 15-20
mg/kgBB/hari, sedangkan dewasa 500-1000 mg/hari .
Ketokonazol
Ketokonazol digunakan untuk mengobati tinea korporis yang resisten terhadap
griseofulvin atau terapi topikal. Dosisnya adalah 200 mg/hari selama 3 minggu.
Obat-obat yang relative baru seperti itrakonazol serta terbinafin dikatakan cukup memuaskan
untuk pengobatan tinea korporis . terbinafin 250 mg per hari selam 2 minggu
Non medikamentosa
Menurut Badan POM RI (2011), dikatakan bahwa penatalaksanaan non medikamentosa adalah
sebagai berikut:
14 | P a g e
a. Gunakan handuk tersendiri untuk mengeringkan bagian yang terkena infeksi atau bagian
yang terinfeksi dikeringkan terakhir untuk mencegah penyebaran infeksi ke bagian tubuh
lainnya.
b. Jangan mengunakan handuk, baju, atau benda lainnya secara bergantian dengan orang yang
terinfeksi.
c. Cuci handuk dan baju yang terkontaminasi jamur dengan air panas untuk mencegah
penyebaran jamur tersebut.
d. Bersihkan kulit setiap hari menggunakan sabun dan air untuk menghilangkan sisa-sisa
kotoran agar jamur tidak mudah tumbuh.
e. Jika memungkinkan hindari penggunaan baju dan sepatu yang dapat menyebabkan kulit
selalu basah seperti bahan wool dan bahan sintetis yang dapat menghambat sirkulasi udara.
f. Sebelum menggunakan sepatu, sebaiknya dilap terlebih dahulu dan bersihkan debu-debu
yang menempel pada sepatu.
g. Hindari kontak langsung dengan orang yang mengalami infeksi jamur. Gunakan sandal yang
terbuat dari bahan kayu dan karet
PENCEGAHAN
Budayakan kebiasaan cuci tangan setelah menyentuh sesuatu yang dirasa kotor. Jangan
menggunakan pakaian yang lembab atau basah dalam jangka waktu yang lama. Periksakan
selalu hewan peliharaan yang dimiliki agar terhindar dari penularan binatang peliharaan.
Hindarilah kebiasaan meminjam atau meminjamkan barang pribadi.Meningkatkan hygiene dan
menghilangkan sumber infeksi1
KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah infeksi berulang apabila tidak ada pengobatan
secara menyeluruh, sepertimisalnya pada pasien yang menghentikan penggunaan pengobatan
topical terlalu cepat ataupun pada jamur tersebut resisten terhadap pengobatan anti jamur yang
diberikan
PROGNOSIS
Prediktor-prediktor yang mempengaruhi prognosis diantaraya faktor : usia, sistem
kekebalan tubuh, dan perilaku keseharian penderita. Tinea korporis merupakan salah satu
penyakit kulit yang menular dan bisa mengenai anggota keluarga lain yang tinggal satu rumah
dengan penderita. Anak-anak dan remaja muda paling rentan ditularkan tinea korporis.
15 | P a g e
Disarankan untuk lebih teliti dalam memilih bahan pakaian yang tidak terlalu ketat, tidak
berbahan panas dan bahan pakaian yang tidak menyerap keringat. Penularan juga dipermudah
melalui binatang yang dipelihara dalam rumah penderita tinea korporis.8
Faktor usia juga dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Semakin bertambahnya
usia, maka sistem kekebalan tubuh pun akan menurun, jadi lebih beresiko dan mudah tertular
suatu penyakit, termasuk tinea korporis.Perkembangan penyakit tinea korporis dipengaruhi
oleh bentuk klinik dan penyebab penyakitnya, disamping faktor-faktor yang memperberat atau
memperingan penyakitnya.. Tinea korporis mempunyai prognosa baik dengan pengobatan yang
adekuat dan kelembaban dan kebersihan kulit yang selalu dijaga12
DAFTAR PUSTAKA
1. Adhi Djuanda, Mochtar Hamzah, Siti Aisah. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi ke-6. Jakarta : FKUI.2013.
2. Fitzpatrick TB, Johnson RA, Klaus W, Suurmond D. Color Atlas and Synopsis of
Clinical Dermatology. 5th ed. New York (NY) : McGraw-Hill Companies; 2005.
3. Verma,
dan
Hefferman,
MP.
2008.
7th
Fungal
Edition.
Disease.
New
York:
McGraw HillCompanies.
4.
M.Goedadi H,H.Suwito PS., 2004. Tinea korporis dan Tinea kruris. Dalam : Budimulja
U., Kuswadi, Bramono K., Menaldi S.L., Dwihastuti P., Widati S., editor.
Dermatomikosis Superfisial. Edisi ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
5. Hay RJ, Moore MK. Mycology rooks textbook of dermatology. 7th ed. New York;
Blackwell Publishing Company: 2004.
6. Cholis, M. Tinea corporis dan kruris penyakit jamur. Jakarta : FKUI; 1999
7. Brannon, Heather (2010-03-08). Ringworm-Tinea Corporis. About.com Dermatology.
About.com
8. Budimulja, U.: Infeksi Jamur. Yayasan Penerbit IDI, Jakarta. 2004.
9. Adiguna, MS. Epidemiologi Dermatomikosis di Indonesia. Edisi ke 5. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2001
10.
Arnold, Harry, L., et al. (1990). Andrews Diseases of The Skin: Clinical Dermatology.
Philadelphia: WB Saunders Company.
16 | P a g e
11. Berman, Kevin (2008-10-03). Tinea corporis All information. MultiMedia Medical
Encyclopedia. University of Maryland Medical Center.
12. James, William D.; Berger, Timothy G.; Elston, Dirk M.; Odom, Richard B. (2006).
Andrews Diseases of the Skin: Clinical Dermatology (10th ed.). Philadelphia; Saunders
Elsevier
17 | P a g e