: 113- 120
ISSN 0853-733X
ABSTRACT
The change of physical rock characters due to natural geologic activity might influence hydrocarbon maturation level of
reservoir rock. The change model needs to be analyzed to predict the initial formation of oil. Preliminary study that should
be done is to determine the physical character of reservoir rock. One possibility step is to calculate the heat sum of
certain depths of well. The result shows that the maturation level of hydrocarbon on reservoir rock is influenced by the
physical rock parameters, namely overburden pressure litology, porosity, conductivity of heat rock, temperature gradient,
temperature and heat flow.
Keywords: reservoir rock, heat flow, maturation hidrocarbon
1. PENDAHULUAN
Penelitian tentang maturasi hidrokarbon di cekungancekungan sedimen di Indonesia umumnya telah berhasil
baik, dengan tujuan untuk memperkirakan tingkat
kematangan material organik dalam batuan induk dari
cekungan tersebut. Penelitian tersebut ternyata sangat
membantu untuk menunjang kegiatan eksplorasi
hidrokarbon (minyak bumi dan gas). Dasar penentuan
maturasi hidrokarbon, umumnya masih melihat pada
perubahan sifat kimianya, dimana analisis perubahan
sifat kimia sampai saat ini masih merupakan salah satu
indikator yang cukup akurat.
Seiring dengan perkembangan jaman dan semakin
sulitnya menemukan cadangan-cadangan baru
hidrokarbon, maka ilmu pengetahuanpun semakin
berkembang
dalam
mengatasi
permasalahanpermasalahan tersebut. Beberapa penelitian terdahulu
yang menggunakan konsep dasar aliran panas bumi
(terrestrial heat flow), didukung data-data geologi
dihubungkan dengan teknologi geokimia, telah
memperoleh suatu hasil yang cukup akurat dan lebih
jelas memahami persoalan-persoalan dalam kegiatan
eksplorasi. Hal ini menyiratkan pentingnya untuk
memahami hubungan antara sifat termal dan fisika
batuan terhadap tingkat maturasi hidrokarbon.
Penelitian tentang Eometamorphism, and Oil and Gas in
Time and Space 1), memberikan kesimpulan bahwa
perubahan temperatur dapat menyebabkan mulainya
metamorfisme dan sangat berpengaruh pada zat
organik yang terkandung dalam sedimen. Perubahan
113
2. METODE PENELITIAN
2.1. Data yang Diperlukan
Data-data yang diperlukan dalam riset ini adalah BHT
(Bore Hole Temperature), porositas (), stratigrafi
(litologi), umur batuan, konduktivitas panas batuan,
gradien temperatur, heat flow (Q), temperatur, Ro
(Vitrinite Reflection) dan data log sumur (sebagai
pendukung). Penelitian ini merupakan penelitian
laboratorium, yaitu pengukuran, pengolahan dan analisa
batuan dilakukan di laboratorium Geothermal dan
Petrofisika.
2.2. Pengukuran
Batuan yang dianalisa berupa conventional plug pore,
yaitu sampel batuan dari formasi hasil pengeboran
secara vertikal. Dalam penelitian ini digunakan litologi
batuan sandstone (batupasir) dan shale (batu lempung).
Selanjutnya dilakukan pengukuran konduktivitas panas
batuan dengan alat three needle device atau three
needle control box. Alat pengukur konduktivitas panas
batuan three needle device adalah modifikasi dari
peralatan hot needle device yang dipakai pada
pengukuran sedimen dasar samudera. Alat pengukur
konduktivitas panas three needle device terdiri dari
beberapa blok rangkain antara lain, Sensor, Control
BOX, dan Recorder.
114
HTTI =
Q
N min
( t )N 2 N
( Z )N
(1)
115
116
hidrokarbon
diungkapkan
bahwa
Ro=0.4-0.6
menunjukkan awal terjadinya minyak bumi, Ro=0.7-0.8
menunjukkan terjadinya minyak yang cukup matang
(abundant oil generation)3), Ro=0.8-1.3, menunjukkan
bahwa hidrokarbon bersifat sangat matang dan untuk
gas umumnya ditunjukkan dengan harga Ro >1.3.
Semakin besar harga JK, harga Ro semakin membesar,
dimana sifat grafiknya menunjukkan eksponensial6).
Keadaan tersebut terjadi karena Ro dan JK,
berhubungan dengan faktor kedalaman dan temperatur.
Jika harga JK tersebut kita hubungkan dengan faktor
kedalaman, maka diperoleh hubungan antara JK dan
kedalaman, semakin bertambah kedalamannya harga
JK bertambah besar.
Sumur A-1
Jika harga JK tersebut kita hubungkan dengan faktor
kedalaman, maka diperoleh hubungan antara JK dan
kedalaman, seperti ditunjukkan dalam Gambar 5.
Tampak pada gambar tersebut, semakin bertambah
kedalamannya, harga JK bertambah besar.
Harga JK=1-2, terjadi pada kedalaman 485-635 meter,
dan harga Ro berkisar antara 0.35-0.4, maka dapat
disimpulkan bahwa pada kedalaman tersebut
menunjukkan awal terjadinya minyak bumi (immature
hydrocarbon) atau dapat dikatakan bahwa awal
maturasi hidrokarbon terjadi pada Formasi Telisa (284698m) dengan harga JK=1-2.
Harga JK=10-15, terjadi pada kedalaman 1095.8-1289.8
meter, dan harga Ro adalah 0.7. Pada kedalaman
tersebut menunjukkan terjadinya minyak bumi yang
cukup matang, tepatnya pada Formasi Pematang SS
(969-1457m) terbentuk minyak bumi yang cukup
matang.
117
Sumur B-1
118
c.
7.
4.2. Saran
Dalam proses pengembangan dan penyempurnaan
penelitian tersebut, perlu dihubungkan beberapa
perubahan parameter sifat kimia, selanjutnya dipadukan
dengan teknologi termal, seismik dan petrofisika, serta
didukung oleh data geologi, sehingga dapat
diperkirakan tingkat maturasi hidrokarbon di daerah luar
sumur dan diantara kedua sumur atau diantara
beberapa sumur. Pada akhirnya tujuan dari eksplorasi
hidrokarbon akan lebih akurat dan kompleks.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
4.1. Kesimpulan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Perkiraan
tingkat
maturasi
hidrokarbon
menggunakan harga JK dari hasil pengukuran KB,
mempunyai nilai yang sama dengan hasil
perhitungan KB.
Awal maturasi hidrokarbon (immature), dengan
indikator geokimia Ro=0.34-0.44, ditunjukkan oleh
harga JK=1-2 dan temperatur 60-70 OC.
Minyak bumi yang matang/mature (oil generation) ,
dengan
indikator
geokimia
Ro=0.7-0.73,
ditunjukkan oleh harga JK=10-15 dan temperatur
90-100 OC.
Hidrokarbon yang sangat matang atau over
mature, dengan indikator geokimia Ro=0.85-0.91,
ditunjukkan oleh harga JK=50-70 dan temperatur
110-120 OC.
Gas, dengan indikator geokimia Ro=1.95-2.00,
ditunjukkan oleh harga JK=100-150 dan temperatur
120-130 OC.
Perubahan parameter sifat-sifat fisika batuan
reservoir sangat mempengaruhi tingkat maturasi
hidrokarbon dalam sumur minyak.
a. Tekanan,
kedalaman
dan
litologi
mempengaruhi nilai porositas batuan.
b. Porositas mempengaruhi nilai konduktivitas
panas batuan.
9.
10.
11.
12.
120
13.
14.
Dewanto, O.
2004. Estimasi Heat Flow
Berdasarkan Konduktivitas Panas Sumur Hasil
Pengukuran dan Perhitungan pada Sumur Minyak
di Sumatera Tengah, J. Sains dan Teknologi, 10
(3): 188-194.
15.
16.