TINJAUAN PUSTAKA
1. HENOCH-SCHONLEIN PURPURA
1.1 DEFINISI
Henoch-schonlein purpura (HSP) adalah kelainan inflamasi yang di tandai
dengan vaskulitis generalisata pada pembuluh darah kecil di kulit, saluran cerna,
ginjal, sendi dan jarang pada paru dan susunan saraf pusat. Merupakan vaskulitis yang
paling sering ditemukan pada anak-anak.
Purpura
Henoch-Schonlein
merupakan
suatu
vaskulitis
dengan
karakteristik dijumpai deposisi kompleks imun yang mengandung antibody IgA pada
kulit dan ginjal. Dengan keterlibatan ginjal berupa hematuria mikroskopik (4%100%), hematuria makroskopik (8%-80%) dan proteinuria (45%-100%).
Penyakit yang ditandai dengan adanya purpura, artritis, nyeri abdomen, dan
nefritis tanpa disertai trombositopenia. 5,6,7
1.2 EPIDEMIOLOGI
Purpura Henoch-Schonlein dengan keterlibatan ginjal berupa hematuria
mikroskopik (4%-100%), hematuria makroskopik (8%-80%) dan proteinuria (45%100%). Beberapa kasus HSP didahului dengan infeksi pernapasan bagian atas.
HSP mengenai semua golongan ras di dunia tetapi yang paling banyak
pada ras kulit putih dan asia. Rata-rata 14-20 kasus per 100.000 anak usia sekolah;
prevalensi tertinggi pada usia 2-11 tahun (75%); 27% kasus ditemukan pada dewasa,
jarang ditemukan pada bayi. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak
perempuan (rasio 1,2-1,8 :1). 7,8
1.3 ETIOLOGI
Sampai saat ini masih belum diketahui pasti; IgA diduga berperan penting,
ditandai dengan peningkatan konsentrasi IgA serum, kompleks imun, dan deposit IgA
pada dinding pembuluh darah dan mesangium ginjal.
1.4 PATOGENESIS
Sampai saat ini pathogenesis dari HSP masih tidak deketahui secara pasti.
Tersering HSP didahului dengan infeksi pernapasan bagian atas. Grup A -hemolytic
streptococcus, Staphylococcus aureus, mycoplasma, dan adenovirus dicurigai menjadi
faktor pencetusnya. Dari kebanyakan ditemukannya IgA spesifik, didapatkan bahwa
HSP adalah penyakit yang termediasi oleh IgA dan IgA immune kompleks. Gen HLAB34 dan HLA-DRB1*01 allel dikaitkan dengan HSP nefritis. Pasien dengan family
demam mediterania, sindrom demam hereditas periodic, dan defisiensi komplemen
meningkatkan risiko dari HSP. 8
Kemudian muncul lesi kulit, nyeri perut, edema perifer, muntah, dan
atau tanpa disertai artritis.
Gejala saluran cerna dialami oleh 85% kasus, umumnya berupa nyeri
perut kolik.
1.6 DIAGNOSIS
Ditemukan lesi purpura yang dapat diraba dengan lokasi yang khas di kulit, serta di
temukan manifestasi kelainan saluran cerna, ginjal dan sendi. Pada 25% kasus rash
muncul setelah manifestasi lainnya.8
Kriteria diagnosis
Bila di temukan min 2 dari 4 kriteria menurut the American College of Rheumatology
1990:
-
LED
Pemeriksaan penunjang
-
Darah
tepi
lengkap
dapat
menunjukkan
leukositosis
dengan
digunakan parasetamol. Edema dapat diatasi dengan elevasi tungkai. Selama ada
keluhan muntah dan nyeri perut, dier diberikan dalam bentuk makanan lunak.
Kortikosteroid dipertimbangkan pada kondisi:
-
Edema berat
1.8 PROGNOSIS
Prognosis umumnya baik, tetapi bila manifestasi awalnya berupa kelainan
ginjal yang berat, maka perlu dilakukan pemantauan fungsi ginjal setiap 6 bulan
hingga 2 tahun pasca-sakit. Kekambuhan terjadi 6 minggu 7 tahun sesusah penyakit
inisial. Oleh karena itu, pasien dianjurkan untuk follow up rutin.6
2. SINDROM NEFROTIK
2.1 DEFINISI
Sindrom
mengenai
nefrotik
glomerulus,
hipoalbuminemia
hiperlipidemia
dan
dan
(SN)
adalah
ditandai
edema,
penyakit/sindrom
dengan
dengan
hiperkolesterolemia.
proteinuria
atau
tanpa
Kadang-kadang
yang
masif,
disertai
gejala
2.2 EPIDEMIOLOGI
Di klinik (75%-80%) kasus SN merupakan SN primer (idiopatik). Pada
anak-anak (< 16 tahun) paling sering ditemukan nefropati lesi
(30%-50%),
umur
rata-rata
30-50
tahun
dan
dengan
sindrom
nefrotik
berespon
baik
terhadap
pengobatan kortikosteroid. 8
Kejadian
sedangkan
pada
SN
idiopatik
dewasa
2-3
kasus/100.000
3/1000.000/tahun.
anak/tahun
Sindrom
nefrotik
2.3 KLASIFIKASI
Berdasarkan Etiologi
a. Sindrom nefrotik primer
Faktor etiologinya tidak diketahui. Dikatakan sindrom nefrotik primer
oleh karena sindrom nefrotik ini secara primer terjadi akibat
kelainan pada glomerulus itu sendiri tanpa ada penyebab lain.
Golongan ini paling sering dijumpai pada anak. Termasuk dalam
sindrom nefrotik primer adalah sindrom nefrotik kongenital, yaitu
salah satu jenis sindrom nefrotik yang ditemukan sejak anak itu lahir
atau usia di bawah 1 tahun.
hipertensi,
hematuria,
disfungsi
ginjal,
gejala
Dasar Klasifikasi
Keterangan
Etiologi
1.
Sindrom
Nefrotik * umumnya idiopatik
Primer
* penyakit terbatas hanya di dalam ginjal /
glomerulus
* diduga ada
2.
Sindrom
hubungan
dengan
genetik,
Sekunder
* tersering : Lupus Eritematosus Sistemik,
Henoch
Schonlein Purpura
Histopatologi
1.
Sindrom
Perubahan Minimal
* lebih banyak pada anak daripada dewasa
* dengan mikroskop biasa glomerulus
2.
Sindrom
tampak normal
* prognosis lebih baik
Nefrotik * 10 - 15 % dari seluruh kasus SN pada anak
Perubahan Non-minimal
membranus
glomerulonefritis
Respon
terhadap
Steroid
1. Steroid responsive
* Remisi terjadi
2. Non-steroid responsive
selama 4 minggu
*Remisi tidak terjadi
pengobatan
steroid selama 4
minggu, sehingga memerlukan pengobatan
alternative
2.4 PATOFISIOLOGI
Proteinuria (albuminuria) massif merupakan penyebab utama
terjadinya sindrom nefrotik, namun penyebab terjadinya proteinuria
belum diketahui benar. Salah satu teori yang dapat menjelaskan
adalah hilangnya muatan negatif yang biasanya terdapat di
sepanjang
endotel
kapiler
glomerulus
dan
membran
basal.
negatif
tertarik
Hipoalbuminemia
keluar
menembus
merupakan
akibat
sawar
kapiler
utama
dari
karena
cairan
menembus
dinding
kapiler
dari
ruang
mengakibatkan
pengenceran
plasma
dan
dengan
volume plasma
daerah
periorbita,
skrotum,
labia.
Bengkak
bersifat
mikroskopik
kadang-kadang
terlihat
pada
sindrom
2.6 DIAGNOSIS
Anamnesis
Keluhan yang sering ditemukan adalah bengkak di kedua
kelopak mata, perut, tungkai, atau seluruh tubuh yang dapat disertai
penurunan jumlah urin. Keluhan lain juga dapat ditemukan seperti urin
keruh atau jika terdapat hematuri berwarna kemerahan.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan edema di kedua kelopak
mata,
tungkai,
atau
adanya
asites
dan
edema
skrotum/labia;
darah
didapatkan
hipoalbuminemia
(<
2,5
g/dL),
hematuri
mikroskopik
sementara.
Adanya
hematuri
memulai
pengobatan
steroid,
dan
edukasi
orangtua.
Sebelum
tuberkulosis
diberikan
obat
anti
tuberkulosis
(OAT).
rendah
garam
anak
kehilangan
nafsu
makan
masih
Sesak dan oedem hebat disertai oedem pada skrotum dan labia.
Dosis albumin adalah
0,5-1 gr/kg BB iv, diberikan dalam 2-4 jam, diikuti oleh
pemberian furosemid
1-2 mg/kg BB iv. Dapat diulang tiap 4-6 jam bila diperlukan.
Kortikosteroid
Obat yang dipergunakan adalah prednison/prednisolon.
dalam 3-4 dosis sehari. Dosis ini diteruskan selama 4 minggu (28
hari)
tanpa
memperhitungkan
adanya
remisi
atau
tidak
(maksimum 80 mg/hari).
Bila Relaps :
Alternatif
Pada SN relaps frekuen atau tidak sensistif steroid yang disertai
gangguan pertumbuhan, hipertensi, cushingoid, dan perubahan sikap.
Kambuh
Kambuh tidak
sering
Kambuh sering
Responsif-steroid
Dependen-steroid
Resisten-steroid
Responder lambat
Non responder
awal
Non responder
lambat
2.8 PROGNOSIS
Prognosis umumnya baik, kecuali pada keadaan-keadaan sebagai
berikut :
1. Menderita untuk pertamakalinya pada umur di bawah 2 tahun
atau di atas 6 tahun