Marilang
PENGELOLAAN
SUMBER DAYA ALAM TAMBANG
Marilang
Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Abstract
Indonesia has actually a lot of mining resources, unfortunately, this resource can not
provide well economic condition for its population. They are economically
disadvantages, this indicates that the Indonesia constitution fails to provide wilfare
for its community. This is because they manage this resource aot based on mining
management as wellas Islamic management.
The principles of such law should be accompanied by the principles of the of natural
resources (mines) management as taught in Islam, so that the destinations of the
natural resource management of the mine will actually achieved, that is to actualize
the welfare of all the people.
Kata Kunci: Asas-Asas, Pengelolaan, Sumberdaya alam Tambang
PENDAHULUAN
ilihat dari sudut jumlah penduduk, Indonesia merupakan salah satu negara
terkaya dibandingkan dengan negara-negara lainnya di dunia. Dewasa ini,
penduduk dunia telah mencapai sekitar 500 miliar, Cina merupakan negara
terbesar penduduknya yaitu sekitar 1,3 miliar, India menduduki urutan kedua
dengan jumlah penduduk sekitar 1 miliar, urutan ketiga adalah Rusia dengan jumlah
penduduk sekitar 350 juta jiwa, urutan keempat adalah Amerika Serikat dengan
jumlah penduduk sekitar 300 juta jiwa, dan Indonesia menduduki urutan kelima
dengan jumlah penduduk sekitar 220 juta jiwa. 1
Kemudian dari segi sumberdaya alam, Indonesia juga merupakan salah satu
negara terkaya di dunia. Potensi kekayaan alam berupa kekayaan hutan, lautan,
BBM, emas dan barang-barang tambang lainnya berlimpah ruah. Kawasan hutannya
termasuk yang paling luas di dunia sehingga dalam tahun 1993 saja, rata-rata setiap
tahun hasil hutannya mencapai 2,5 miliar dollar AS. Untuk tahun-tahun terakhir ini,
hutan Indonesia memberikan hasil sekitar 7 8 miliar dollar AS. Kekayaan minyak
Indonesia sangat banyak, ladang minyaknya mencapai 60 ladang minyak (basin), 38
di antaranya telah dieksplorasi dengan cadangan sekitar 77 miliar barel minyak dan
332 triliun kaki kubik gas.2
Akhmad Fauzi mengungkapkan bahwa salah satu potensi yang dimiliki
bangsa Indonesia yang sangat besar nilainya dibandingkan dengan bangsa-bangsa
lain di dunia adalah sumberdaya alam (renewable dan nonrenewable). Dengan
demikian, bangsa kita perlu berbangga sekaligus bersyukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas limpahan karunia-Nya itu sehingga kehidupan bangsa Indonesia
dapat berlangsung hingga saat ini. Oleh karena itu, hilangnya atau berkurangnya
ketersediaan sumberdaya ini akan berdampak besar bagi kelangsungan hidup
bangsa Indonesia pada khususnya dan umat manusia di muka bumi pada
umumnya3. Kekayaan sumberdaya alam Indonesia ini pula yang menyebabkan
negara kita dijajah berabad-abad lamanya oleh Belanda dan tiga setengah tahun
lamanya oleh Jepang.
Sumberdaya alam pada umumnya dan tambang pada khususnya sebagai
kekayaan yang tak ternilai harganya tersebut wajib dikelola secara bijaksana agar
dapat dimanfaatkan secara berdaya guna, berhasil guna, dan berkelanjutan demi
kesejahteraan rakyat, baik generasi sekarang maupun generasi yang akan datang.
Harapan-harapan seperti inilah menjadi pertanyaan bagaimana prinsip-prinsip
hukum pengelolaan sumberdaya alam tambang sehingga dapat mewujudkan
kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia?
1Rahardjo Adisasmita,
2Majelis
Ulama Indonesia, Fatwa MUI Tentang
http:/dkmfahutan.wordpress.com, diakses pada 26 Juni 2010.
3Irmadi
Pengelolaan
Sumberdaya
Alam,
Nahib, Pengelolaan Sumberdaya Tidak Pulih Berbasis Ekonomi Sumberdaya (Studi Kasus :
Tambang Minyak Blok Cepu), Jurnal Ilmiah Geomatika Vol. 12 No. 1 Agustus 2006, h. 2.
Marilang
PEMBAHASAN
1.
4Ibid, h. 3.
5Ibid.
Marilang
b. Kepemilikan umum, yaitu ijin Asy-Syari kepada suatu komunitas untuk bersamasama memanfaatkan suatu benda.
c. Kepemilikan negara, yaitu harta yang tidak termasuk kategori milik umum
melainkan milik individu, namun barang-barang tersebut terkait dengan hak
kaum muslimin secara umum.8
Berdasarkan pengkategorisasian harta kekayaan yang ada di bumi tersebut
memunculkan pertanyaan, dimana posisi sumberdaya alam seperti pertambangan,
energi, hutan, air dan sebagainya ? Jawabannya adalah masuk kategori yang kedua
(kepemilikan umum). Pendapat ini didasarkan pada dalil Hadits yang berasal dari
Imam At-Tirmidzi yang meriwayatkan hadits dari Abyadh bin Hamal bahwa ia
telah meminta kepada Rasul untuk mengelola tambang garamnya, lalu Rasul
memberikannya. Setelah dia pergi, ada seorang laki-laki dari majelis tersebut
bertanya kepada Rasul Wahai Rasulullah, tahukah engkau apa yang engkau berikan
kepadanya ? Sesungguhnya engkau telah memberikan sesuatu yang bagaikan air
mengalir (mau al-iddu) Rasulullah kemudian bersabda Tariklah tambang tersebut
darinya.9
Mau al-iddu adalah air yang tak terbatas jumlahnya. Hadits tersebut
merupakan tambang garam dengan air yang mengalir, karena jumlahnya tidak
terbatas. Hadits ini menjelaskan bahwa Rasulullah saw memberikan tambang garam
kepada Abyadh. Hal itu menunjukkan kebolehan memberikan tambang garam jika
tambangnya kecil. Namun, tatkala beliau tahu bahwa tambang tersebut merupakan
tambang yang besar (seperti air yang mengalir), maka beliau mencabut
pemberiannya dan melarang dimiliki oleh pribadi, berarti tambang tersebut
merupakan milik umum.
Dalam hadits tersebut, yang dimaksudkan bukan hanya garamnya itu sendiri,
melainkan tambangnya. Hal itu berdasarkan bukti, bahwa ketika Rasul saw
mengetahui bahwa tambang tersebut tidak terbatas jumlahnya, maka beliau
mencegahnya, sementara itu beliau sejak awal sudah mengetahui bahwa tambang itu
merupakan garam yang diberikan kepada Abyadh. Dengan demikian, pencabutan
tersebut bukan karena garam, tetapi tambang yang tidak terbatas jumlahnya.
Abu Ubaid mengomentari hadits tersebut dengan mengatakan bahwa
Adapun pemberian Nabi saw kepada Abyadh bin Hamal terhadap tambang garam
yang terdapat di daerah Marab, kemudian beliau mengambilnya kembali dari
tangan Abyadh, sesungguhnya beliau mencabutnya semata karena menurut beliau
tambang tersebut merupakan tanah mati yang dihidupkan oleh Abyadh lalu ia
mengelolanya. Ketika Nabi saw mengetahui bahwa tambang tersebut (laksana) air
yang mengalir, yang mana air tersebut merupakan benda yang tidak pernah habis,
seperti mata air dan air bor, maka beliau mencabutnya kembali, karena sunnah
8Dewi
Condro
Triono,
Peran
Negara
dalam
http://kertaskuning.wordpress.com, diakses pada 26 Juni 2010, h. 6-7.
Pengelolaan
Sumberdaya
Alam,
9 Ibid, h. 7.
Rasulullah saw dalam masalah padang, api dan air menyatakan bahwa semua
manusia berserikat dalam masalah tersebut, maka beliau melarang bagi seseorang
untuk memilikinya, sementara yang lain tidak dapat memilikinya.10
Apabila garam tersebut termasuk dalam kategori tambang, maka pencabutan
kembali Rasul terhadap pemberian beliau kepada Abyadh tersebut dianggap sebagai
Illat ketidabolehan dimiliki individu, di mana garam tersebut merupakan tambang
yang tidak terbatas jumlahnya, bukan karena garamnya itu sendiri yang tidak
terbatas jumlahnya. Dari hadits di atas nampak jelas bahwa illat larangan untuk tidak
memberikan tambang garam tersebut adalah karena tambang tersebut mengalir
yakni tidak terbatas.
Riwayat dari Amru bin Qais memperjelas bahwa yang dimaksud dengan
garam di sini adalah tambang garam, di mana beliau mengatakan: Madanul milhi
(tambang garam). Maka dengan meneliti pernyataan ahli fiqih, menjadi jelaslah
bahwa mereka telah menjadikan garam termasuk dalam kategori tambang, sehingga
hadits ini jelas terkait dengan tambang, bukan dengan garam itu sendiri secara
khusus.11
Adapun hadits yang diriwatkan oleh Abu Daud, bahwa Rasulullah telah
memberikan tambang kepada Bilal bin Harits Al-Muzni dari kabilahnya, serta hadits
yang diriwayatkan oleh Abu Ubaid dalam kitab Al-Amwal dari Abi Ikrima yang
mengatakan: Rasulullah saw memberikan sebidang tanah ini kepada Bilal dari
tempat ini hingga sekian, berikut kandungan buminya baik berupa gunung atau
tambang12, sebenarnya tidak bertentangan dengan hadits dari Abyadh, melainkan
mengandung pengertian bahwa tambang yang diberikan Rasulullah kepada Bilal
adalah terbatas, sehingga boleh diberikan. Sebagaimana Rasulullah pertama kalinya
memberikan tambang garam tersebut kepada Abyadh dan tidak boleh diartikan
sebagai pemberian tambang secara mutlak, sebab bila diartikan demikian
bertentangan dengan pencabutan Rasul terhadap tambang yang beliau ketahui
bahwa tambang tersebut mengalir dan besar jumlahnya. Jadi jelaslah bahwa
kandungan tambang yang diberikan Rasulullah tersebut bersifat terbatas.
Hukum tambang yang tidak terbatas jumlahnya adalah milik umum, juga
meliputi semua tambang, baik tambang yang nampak yang bisa diperoleh tanpa
harus susah payah, yang bisa didapatkan oleh manusia, serta bisa mereka
manfaatkan, semisal garam, antimonium, batu mulia, dan sebagainya; ataupun
tambang yang berada di dalam perut bumi yang tidak bisa diperoleh selain dengan
kerja keras dan susah payah semisal tambang emas, perak, besi, tembaga, timah dan
sejenisnya. Baik berbentuk padat, semisal Kristal ataupun berbentuk cair semisal
minyak tanah, maka semuanya adalah tambang yang termasuk dalam pengertian
hadits di atas.
10Ibid, h. 7-8.
11Ibid.
12Ibid, h. 8.
Marilang
dalam konteks keduanya berfungsi sebagai pedoman dasar untuk berfikir dan
bertindak.
Danusaputro mengemukakan bahwa prinsip hukum digunakan dalam
pengertian yang sama dengan asas hukum dan dasar hukum, sekalipun dalam suatu
prinsip terdapat prinsip yang lebih prinsip dari prinsip itu sendiri. Dengan demikian,
prinsip memiliki hirarki tertentu15. Ronal Dworkin mengemukakan bahwa dalam
hukum, prinsip merupakan pertimbangan moral tentang apa yang benar dan apa
yang buruk yang meliputi prinsip tentang political morality dan political organization
yang membenarkan pengaturan secara konstitusional, prinsip yang membenarkan
metoda melakukan interpretasi menurut undang-undang, dan prinsip tentang hak
asasi manusia yang substantif untuk membenarkan isi keputusan pengadilan. 16
Pandangan tersebut dapat membentuk pemahaman kita bahwa prinsipprinsip atau asas-asas keadilan atau dasar-dasar yang paling pundamental yang
dapat dijadikan pedoman dalam pengelolaan sumberdaya alam (khususnya
tambang) dalam rangka upaya mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyat atau
kesejahteraan seluruh anggota masyarakat dalam komunitas tertentu.
Dalam beberapa teori politik yang dikembangkan oleh pakar-pakar politik,
khususnya pakar keadilan sosial politik juga sering menggunakan istilah prinsip
yang dimaknai atau searti dengan asas sebagai perwujudan nilai-nilai tertentu yang
dijadikan pedoman, dasar, dan pondasi dalam membangun teorinya, seperti antara
lain John Rawls menggunakan istilah prinsip keadilan sebagai asas dalam
membangun teori keadilan sosialnya.17
Dalam konsiderans Rancangan Undang-undang tentang Pengelolaan
Sumberdaya Alam, Bagian menimbang, huruf c ditegaskan bahwa Pengelolaan
sumberdaya alam seharusnya didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan,
berkelanjutan, keterpaduan, demokratis. Landasan filosofi sebagaimana dalam
konsiderans RUU tersebut dipertegas kembali melalui Bab II tentang Prinsip dan
Tujuan, Pasal 2 dengan rumusan bahwa Pengelolaan sumberdaya alam
diselenggarakan berdasarkan prinsip-prinsip keberlanjutan, keadilan, dan
demokratis.
Prinsip-prinsip atau asas-asas hukum dalam rancangan undang-undang
tentang pengelolaan sumberdaya alam tersebut dijelaskan secara detil melalui
penjelasan Pasal 2 yang selengkapnya berbunyi :
a. Prinsip keberlanjutan meliputi aspek-aspek kelestarian, kehati-hatian,
perlindungan optimal keanekaragangam hayati, keseimbangan, dan keterpaduan.
15St. Munadjat
Danusaputro, Bina Mulia Hukum dan Lingkungan, Binacipta, Bandung, 1984, h. 46-46.
Lihat pula dalam bukunya yang berjudul Hukum Lingkungan : Buku I Umum, Binacipta, Bandung, 1985, h.
122-130.
16S.H.R. Otje Salman et. al., Teori Hukum : Mengingat, Mengumpulkan dan Membuka Kembali, PT.
Refika Aditama, Bandung, 2004, h. 93-94.
17John
Rawls, A Theory of Justice (Teori Keadilan, Dasar-Dasar Filsafat Politik Untuk Mewujudkan
Kesejahteraan Sosial Dalam Negara), Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006, h. 72.
Marilang
Juni 2010
10
Gassing HT., Etika Lingkungan Dalam Islam, Pustaka Mapan, Jakarta, 2007, h. 110-136.
Marilang
11
DAFTAR PUSTAKA
Alquran
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral Dan
Batubara.
A. Qadir Gassing HT., 2007, Etika Lingkungan Dalam Islam, Pustaka Mapan, Jakarta.
Dewi Condro Triono, Peran Negara dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam, http://
kertaskuning. wordpress.com, diakses pada 26 Juni 2010.
Irmadi Nahib, 2006, Pengelolaan Sumberdaya Tidak Pulih Berbasis Ekonomi
Sumberdaya (Studi Kasus: Tambang Minyak Blok Cepu), Jurnal Ilmiah
Geomatika Vol. 12 No. 1.
Majelis Ulama Indonesia, Fatwa MUI Tentang Pengelolaan Sumberdaya Alam,
http://dkmfahutan.wordpress.com, diakses pada 26 Juni 2010.
M. Arfin Hamid, 2007, Membumikan Ekonomi Syariah Di Indonesia (Perspektif SosioYuridis), eLSAS, Jakarta.
Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia, Naskah Rancangan Undang-Undang
Tentang Pengelolaan Sumberdaya Alam.
Rahardjo Adisasmita, 2007, Ekonomi Sumberdaya Alam Dan Lingkungan, T. Penerbit.
S.H.R., Otje Salman et. al., 2004, Teori Hukum: Mengingat, Mengumpulkan dan
Membuka Kembali, Refika Aditama, Bandung.
St. Munadjat Danusaputro, 1985, Bina Mulia Hukum dan Lingkungan, Binacipta,
bandung.
St. Munadjat Danusaputro, 1985, Hukum lingkungan: Buku I Umum, Binacipta,
Bandung.
12