Anda di halaman 1dari 12

Pengelolaan Sumberdaya Alam Tambang

Marilang

PENGELOLAAN
SUMBER DAYA ALAM TAMBANG
Marilang
Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Abstract
Indonesia has actually a lot of mining resources, unfortunately, this resource can not
provide well economic condition for its population. They are economically
disadvantages, this indicates that the Indonesia constitution fails to provide wilfare
for its community. This is because they manage this resource aot based on mining
management as wellas Islamic management.
The principles of such law should be accompanied by the principles of the of natural
resources (mines) management as taught in Islam, so that the destinations of the
natural resource management of the mine will actually achieved, that is to actualize
the welfare of all the people.
Kata Kunci: Asas-Asas, Pengelolaan, Sumberdaya alam Tambang

Al-Risalah | Volume 11 Nomor 1 Mei 2011

PENDAHULUAN

ilihat dari sudut jumlah penduduk, Indonesia merupakan salah satu negara
terkaya dibandingkan dengan negara-negara lainnya di dunia. Dewasa ini,
penduduk dunia telah mencapai sekitar 500 miliar, Cina merupakan negara
terbesar penduduknya yaitu sekitar 1,3 miliar, India menduduki urutan kedua
dengan jumlah penduduk sekitar 1 miliar, urutan ketiga adalah Rusia dengan jumlah
penduduk sekitar 350 juta jiwa, urutan keempat adalah Amerika Serikat dengan
jumlah penduduk sekitar 300 juta jiwa, dan Indonesia menduduki urutan kelima
dengan jumlah penduduk sekitar 220 juta jiwa. 1
Kemudian dari segi sumberdaya alam, Indonesia juga merupakan salah satu
negara terkaya di dunia. Potensi kekayaan alam berupa kekayaan hutan, lautan,
BBM, emas dan barang-barang tambang lainnya berlimpah ruah. Kawasan hutannya
termasuk yang paling luas di dunia sehingga dalam tahun 1993 saja, rata-rata setiap
tahun hasil hutannya mencapai 2,5 miliar dollar AS. Untuk tahun-tahun terakhir ini,
hutan Indonesia memberikan hasil sekitar 7 8 miliar dollar AS. Kekayaan minyak
Indonesia sangat banyak, ladang minyaknya mencapai 60 ladang minyak (basin), 38
di antaranya telah dieksplorasi dengan cadangan sekitar 77 miliar barel minyak dan
332 triliun kaki kubik gas.2
Akhmad Fauzi mengungkapkan bahwa salah satu potensi yang dimiliki
bangsa Indonesia yang sangat besar nilainya dibandingkan dengan bangsa-bangsa
lain di dunia adalah sumberdaya alam (renewable dan nonrenewable). Dengan
demikian, bangsa kita perlu berbangga sekaligus bersyukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas limpahan karunia-Nya itu sehingga kehidupan bangsa Indonesia
dapat berlangsung hingga saat ini. Oleh karena itu, hilangnya atau berkurangnya
ketersediaan sumberdaya ini akan berdampak besar bagi kelangsungan hidup
bangsa Indonesia pada khususnya dan umat manusia di muka bumi pada
umumnya3. Kekayaan sumberdaya alam Indonesia ini pula yang menyebabkan
negara kita dijajah berabad-abad lamanya oleh Belanda dan tiga setengah tahun
lamanya oleh Jepang.
Sumberdaya alam pada umumnya dan tambang pada khususnya sebagai
kekayaan yang tak ternilai harganya tersebut wajib dikelola secara bijaksana agar
dapat dimanfaatkan secara berdaya guna, berhasil guna, dan berkelanjutan demi
kesejahteraan rakyat, baik generasi sekarang maupun generasi yang akan datang.
Harapan-harapan seperti inilah menjadi pertanyaan bagaimana prinsip-prinsip
hukum pengelolaan sumberdaya alam tambang sehingga dapat mewujudkan
kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia?
1Rahardjo Adisasmita,

Ekonomi Sumberdaya Alam Dan Lingkungan, T.penerbit, 2007, h. 1.

2Majelis
Ulama Indonesia, Fatwa MUI Tentang
http:/dkmfahutan.wordpress.com, diakses pada 26 Juni 2010.
3Irmadi

Pengelolaan

Sumberdaya

Alam,

Nahib, Pengelolaan Sumberdaya Tidak Pulih Berbasis Ekonomi Sumberdaya (Studi Kasus :
Tambang Minyak Blok Cepu), Jurnal Ilmiah Geomatika Vol. 12 No. 1 Agustus 2006, h. 2.

Al-Risalah | Volume 11 Nomor 1 Mei 2011

Pengelolaan Sumberdaya Alam Tambang

Marilang

PEMBAHASAN
1.

Sumberdaya Alam Tambang dalam Perspektif Ilmu Pengetahuan

Konstitusi UUD RI 1945 tidak mendefiniskan secara eksplisit tentang arti


sumberdaya alam, namun pada Pasal 33 ayat (3) secara garis besar mengidentifikasi
sumberdaya alam dengan rumusan bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Artinya, sumberdaya alam dalam bentuk apapun yang
menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara dengan catatan
mutlak, penggunaan dan pemanfaatannya harus demi kesejahteraan seluruh rakyat
Indonesia.
Dengan demikian, batasan sumberdaya alam hanya dapat ditemukan melalui
teori-teori yang dikembangkan oleh para ahli di bidangnya masing-masing dan
batasan-batasan yang dirumuskan melalui undang-undang organik, khususnya
undang-undang pengelolaan sumberdaya alam.
Rees yang dikutip oleh Akhmad Fauzi mengemukakan bahwa sesuatu untuk
dapat dikatakan sebagai sumberdaya harus : 1. ada pengetahuan, teknologi atau
keterampilan untuk memanfaatkannya; 2. harus ada permintaan (demand) terhadap
sumberdaya tersebut. Dengan kata lain sumberdaya alam adalah faktor produksi
yang digunakan untuk menyediakan barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi 4.
Dengan demikian, secara umum sumberdaya alam dapat diklasifikasi ke
dalam dua kelompok, yaitu :
1. Kelompok Stok (non Renewable). Jenis sumberdaya ini dianggap memiliki
cadangan yang terbatas, sehingga eksploitasinya terhadap sumberdaya tersebut
akan menghabiskan cadangan sumberdaya, sumber stok dikatakan tidak dapat
diperbaharui (non renewable) atau terhabiskan (exhaustible).
2. Kelompok Flow. Kelompok sumberdaya ini, jumlah dan kualitas fisik sumberdaya
berubah sepanjang waktu. Berapa jumlah yang dimanfaatkan sekarang, bisa
mempengaruhi atau tidak mempengaruhi ketersediaan sumberdaya di masa
mendatang. Sumberdaya ini dikatakan dapat diperbaharui (renewable) yang
regenerasinya ada yang tergantung pada proses biologi dan ada yang tidak. 5
Sumberdaya alam tidak dapat terbarukan atau sering juga disebut sebagai
sumberdaya terhabiskan adalah sumberdaya alam yang tidak memiliki kemampuan
regenerasi secara biologis. Sumberdaya alam ini terbentuk melalui proses geologi
yang memerlukan waktu sangat lama untuk dapat dijadikan sebagai sumberdaya
alam yang siap diolah atau siap pakai. Apabila dieksploitasi sebagian, maka jumlah
yang tinggal tidak akan pulih kembali seperti semula.

4Ibid, h. 3.
5Ibid.

Al-Risalah | Volume 11 Nomor 1 Mei 2011

Salah satu yang termasuk dalam golongan sumberdaya tidak dapat


terbarukan adalah tambang minyak dan nikel. Tambang nikel memerlukan waktu
ribuan bahkan jutaan tahun untuk terbentuk karena ketidakmampuan sumberdaya
ini untuk melakukan regenerasi, sehingga sumberdaya ini sering juga disebut sebagai
sumberdaya yang mempunyai stok yang tetap.
Sifat-sifat tersebut menyebabkan masalah eksploitasi sumberdaya alam tidak
terbarukan (non renewable) berbeda dengan ekstrasi sumberdaya terbarukan
(renewable). Pengusaha pertambangan harus memutuskan kombinasi yang tepat dari
berbagai faktor produksi untuk menentukan produksi yang optimal dan juga
seberapa cepat stok harus diekstrasi dengan kendala stok yang terbatas.
Dari sudut yuridis, pengertian sumberdaya alam telah dirumuskan dalam
Rancangan Undang-undang tentang Pengelolaan Sumberdaya Alam, melalui Pasal 1
bahwa Sumberdaya alam adalah kesatuan tanah, air, dan ruang udara, termasuk
kekayaan alam yang ada di atas dan di dalamnya yang merupakan hasil proses
alamiah baik hayati maupun nonhayati, terbarukan dan tidak terbarukan, sebagai
fungsi kehidupan yang meliputi fungsi ekonomi, sosial, dan lingkungan. 6
Kemudian dalam penjelasan umum Rancangan undang-undang tersebut
dijelaskan bahwa Sumberdaya alam merupakan karunia dan amanah dari Tuhan
Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada bangsa Indonesia sebagai kekayaan
yang tak ternilai harganya. Oleh karena itu sumberdaya alam wajib dikelola secara
bijaksana agar dapat dimanfaatkan secara berdaya guna, berhasil guna, dan
berkelanjutan bagi sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat, baik generasi sekarang
maupun generasi yang akan datang. Ketersediaan sumberdaya alam baik hayati
maupun nonhayati sangat terbatas, oleh karena itu pemanfaatannya baik sebagai
modal alam (stock resources) maupun komoditas (product) harus dilakukan secara
bijaksana sesuai dengan karakteristiknya. 7
2. Sumberdaya Alam Tambang dalam Perspektif Islam
Dalam pandangan sistem ekonomi Islam, harta kekayaan yang ada di bumi
ini tidaklah bebas untuk dimiliki oleh individu, sebagaimana yang ada dalam
pemahaman sistem ekonomi kapitalisme. Sebaliknya, juga tidak seperti dalam
pandangan sistem ekonomi sosialisme, yang memandang bahwa harta kekayaan
yang ada di bumi ini harus dikuasai oleh negara. Dalam sistem ekonomi Islam, status
kepemilikan terhadap seluruh harta kekayaan yang ada di bumi ini dapat
dikategorikan dalam 3 kelompok, yaitu:
a. Kepemilikan individu, yaitu hukum syara yang berlaku bagi zat atau manfaat
tertentu,
yang
memungkinkan
bagi
yang
memperolehnya
untuk
memanfaatkannya secara langsung atau mengambil kompensasi (iwadh) dari
barang tersebut.
6Menteri

Sekretaris Negara Republik Indonesia, Naskah Rancangan Undang-Undang Tentang


Pengelolaan Sumberdaya Alam.
7Ibid.

Al-Risalah | Volume 11 Nomor 1 Mei 2011

Pengelolaan Sumberdaya Alam Tambang

Marilang

b. Kepemilikan umum, yaitu ijin Asy-Syari kepada suatu komunitas untuk bersamasama memanfaatkan suatu benda.
c. Kepemilikan negara, yaitu harta yang tidak termasuk kategori milik umum
melainkan milik individu, namun barang-barang tersebut terkait dengan hak
kaum muslimin secara umum.8
Berdasarkan pengkategorisasian harta kekayaan yang ada di bumi tersebut
memunculkan pertanyaan, dimana posisi sumberdaya alam seperti pertambangan,
energi, hutan, air dan sebagainya ? Jawabannya adalah masuk kategori yang kedua
(kepemilikan umum). Pendapat ini didasarkan pada dalil Hadits yang berasal dari
Imam At-Tirmidzi yang meriwayatkan hadits dari Abyadh bin Hamal bahwa ia
telah meminta kepada Rasul untuk mengelola tambang garamnya, lalu Rasul
memberikannya. Setelah dia pergi, ada seorang laki-laki dari majelis tersebut
bertanya kepada Rasul Wahai Rasulullah, tahukah engkau apa yang engkau berikan
kepadanya ? Sesungguhnya engkau telah memberikan sesuatu yang bagaikan air
mengalir (mau al-iddu) Rasulullah kemudian bersabda Tariklah tambang tersebut
darinya.9
Mau al-iddu adalah air yang tak terbatas jumlahnya. Hadits tersebut
merupakan tambang garam dengan air yang mengalir, karena jumlahnya tidak
terbatas. Hadits ini menjelaskan bahwa Rasulullah saw memberikan tambang garam
kepada Abyadh. Hal itu menunjukkan kebolehan memberikan tambang garam jika
tambangnya kecil. Namun, tatkala beliau tahu bahwa tambang tersebut merupakan
tambang yang besar (seperti air yang mengalir), maka beliau mencabut
pemberiannya dan melarang dimiliki oleh pribadi, berarti tambang tersebut
merupakan milik umum.
Dalam hadits tersebut, yang dimaksudkan bukan hanya garamnya itu sendiri,
melainkan tambangnya. Hal itu berdasarkan bukti, bahwa ketika Rasul saw
mengetahui bahwa tambang tersebut tidak terbatas jumlahnya, maka beliau
mencegahnya, sementara itu beliau sejak awal sudah mengetahui bahwa tambang itu
merupakan garam yang diberikan kepada Abyadh. Dengan demikian, pencabutan
tersebut bukan karena garam, tetapi tambang yang tidak terbatas jumlahnya.
Abu Ubaid mengomentari hadits tersebut dengan mengatakan bahwa
Adapun pemberian Nabi saw kepada Abyadh bin Hamal terhadap tambang garam
yang terdapat di daerah Marab, kemudian beliau mengambilnya kembali dari
tangan Abyadh, sesungguhnya beliau mencabutnya semata karena menurut beliau
tambang tersebut merupakan tanah mati yang dihidupkan oleh Abyadh lalu ia
mengelolanya. Ketika Nabi saw mengetahui bahwa tambang tersebut (laksana) air
yang mengalir, yang mana air tersebut merupakan benda yang tidak pernah habis,
seperti mata air dan air bor, maka beliau mencabutnya kembali, karena sunnah
8Dewi

Condro
Triono,
Peran
Negara
dalam
http://kertaskuning.wordpress.com, diakses pada 26 Juni 2010, h. 6-7.

Pengelolaan

Sumberdaya

Alam,

9 Ibid, h. 7.

Al-Risalah | Volume 11 Nomor 1 Mei 2011

Rasulullah saw dalam masalah padang, api dan air menyatakan bahwa semua
manusia berserikat dalam masalah tersebut, maka beliau melarang bagi seseorang
untuk memilikinya, sementara yang lain tidak dapat memilikinya.10
Apabila garam tersebut termasuk dalam kategori tambang, maka pencabutan
kembali Rasul terhadap pemberian beliau kepada Abyadh tersebut dianggap sebagai
Illat ketidabolehan dimiliki individu, di mana garam tersebut merupakan tambang
yang tidak terbatas jumlahnya, bukan karena garamnya itu sendiri yang tidak
terbatas jumlahnya. Dari hadits di atas nampak jelas bahwa illat larangan untuk tidak
memberikan tambang garam tersebut adalah karena tambang tersebut mengalir
yakni tidak terbatas.
Riwayat dari Amru bin Qais memperjelas bahwa yang dimaksud dengan
garam di sini adalah tambang garam, di mana beliau mengatakan: Madanul milhi
(tambang garam). Maka dengan meneliti pernyataan ahli fiqih, menjadi jelaslah
bahwa mereka telah menjadikan garam termasuk dalam kategori tambang, sehingga
hadits ini jelas terkait dengan tambang, bukan dengan garam itu sendiri secara
khusus.11
Adapun hadits yang diriwatkan oleh Abu Daud, bahwa Rasulullah telah
memberikan tambang kepada Bilal bin Harits Al-Muzni dari kabilahnya, serta hadits
yang diriwayatkan oleh Abu Ubaid dalam kitab Al-Amwal dari Abi Ikrima yang
mengatakan: Rasulullah saw memberikan sebidang tanah ini kepada Bilal dari
tempat ini hingga sekian, berikut kandungan buminya baik berupa gunung atau
tambang12, sebenarnya tidak bertentangan dengan hadits dari Abyadh, melainkan
mengandung pengertian bahwa tambang yang diberikan Rasulullah kepada Bilal
adalah terbatas, sehingga boleh diberikan. Sebagaimana Rasulullah pertama kalinya
memberikan tambang garam tersebut kepada Abyadh dan tidak boleh diartikan
sebagai pemberian tambang secara mutlak, sebab bila diartikan demikian
bertentangan dengan pencabutan Rasul terhadap tambang yang beliau ketahui
bahwa tambang tersebut mengalir dan besar jumlahnya. Jadi jelaslah bahwa
kandungan tambang yang diberikan Rasulullah tersebut bersifat terbatas.
Hukum tambang yang tidak terbatas jumlahnya adalah milik umum, juga
meliputi semua tambang, baik tambang yang nampak yang bisa diperoleh tanpa
harus susah payah, yang bisa didapatkan oleh manusia, serta bisa mereka
manfaatkan, semisal garam, antimonium, batu mulia, dan sebagainya; ataupun
tambang yang berada di dalam perut bumi yang tidak bisa diperoleh selain dengan
kerja keras dan susah payah semisal tambang emas, perak, besi, tembaga, timah dan
sejenisnya. Baik berbentuk padat, semisal Kristal ataupun berbentuk cair semisal
minyak tanah, maka semuanya adalah tambang yang termasuk dalam pengertian
hadits di atas.

10Ibid, h. 7-8.
11Ibid.
12Ibid, h. 8.

Al-Risalah | Volume 11 Nomor 1 Mei 2011

Pengelolaan Sumberdaya Alam Tambang

Marilang

Kemudian, Al-Assal dan Karim dengan mengutip pendapat Ibnu Qudama


dalam kitabnya Al-Mughni mengatakan barang-barang tambang yang boleh
didambakan manusia dan dimanfaatkan tanpa biaya, seperti halnya garam, air,
belerang, gas, mumia (semacam obat), petroleum, intan dan lain-lain, tidak boleh
dipertahankan (hak kepemilikan individualnya) selain seluruh kaum muslimin,
sebab hal itu akan merugikan mereka.13
Maksud dari pendapat Ibnu Qudama adalah bahwa barang-barang tambang
adalah milik orang banyak meskipun diperoleh dari tanah hak milik khusus, maka
barangsiapa menemukan barang tambang atau petroleum pada tanah miliknya tidak
halal baginya untuk memilikinya dan harus diserahkan kepada negara untuk
mengelolanya.
Untuk sumberdaya alam yang menguasai hajat hidup orang banyak seperti
sumberdaya air, sumberdaya energi, sumberdaya hutan dan sebagainya termasuk
kategori milik umum sebagaimana sabda Rasulullah saw yang berbunyi Manusia
itu berserikat (punya andil) dalam tiga perkara, yakni: Air, padang rumput, dan api
(BBM, gas, listrik, dan sebagainya) (HR Ahmad dan Abu Dawud).
Hadits tersebut selain menyebut air, padang rumput, Rasul saw juga
menyebut lafadz api, yang dimaksudkan adalah energi seperti: Listrik, BBM, Gas,
Batubara, Nuklir dan sebagainya. Dengan demikian, berbagai sumberdaya yang
disebut dalam hadits di atas adalah masuk dalam kategori kepemilikan umum.
Hadist Nabi yang menetapkan tambang garam sebagai milik umum (tidak
boleh dimiliki secara individu) karena tambang garam tersebut jumlahnya banyak,
semakna dengan tambang yang menguasai hajat hidup orang banyak menurut istilah
konstitusi UUD 1945 bahwa bumi, air, dan segala kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besar kemakmuran
rakyat
3. Prinsip-Prinsip Hukum Pengelolaan Sumber daya Alam Tambang
Penggunaan istilah asas dan prinsip secara bergantian dalam tulisan ini
disebabkan karena rujukan yang digunakan sebagai referensi utama bukan hanya
teori-teori ilmiah (hukum), akan tetapi juga teori-teori Islam, dimana kedua referensi
ini menggunakan istilah yang berbeda, namun dalam konteks tertentu, kedua istilah
ini pada hakikatnya memiliki arti dan makna yang sama. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia dijelaskan tentang arti asas dan prinsip. Asas diartikan sama dengan dasar,
sedangkan prinsip diartikan sama dengan asas atau kebenaran yang dijadikan dasar
pokok berfikir dan bertindak, prinsip juga memiliki arti sebagai dasar14. Dengan
demikian, penggunaan asas dan prinsip dalam tulisan ini memiliki makna yang sama
13Ibid, h. 8.
14M. Arfin Hamid, Membumikan Ekonomi Syariah Di Indonesia (Perspektif Sosio-yuridis), eLSAS,
Jakarta, 2007, h. 111.

Al-Risalah | Volume 11 Nomor 1 Mei 2011

dalam konteks keduanya berfungsi sebagai pedoman dasar untuk berfikir dan
bertindak.
Danusaputro mengemukakan bahwa prinsip hukum digunakan dalam
pengertian yang sama dengan asas hukum dan dasar hukum, sekalipun dalam suatu
prinsip terdapat prinsip yang lebih prinsip dari prinsip itu sendiri. Dengan demikian,
prinsip memiliki hirarki tertentu15. Ronal Dworkin mengemukakan bahwa dalam
hukum, prinsip merupakan pertimbangan moral tentang apa yang benar dan apa
yang buruk yang meliputi prinsip tentang political morality dan political organization
yang membenarkan pengaturan secara konstitusional, prinsip yang membenarkan
metoda melakukan interpretasi menurut undang-undang, dan prinsip tentang hak
asasi manusia yang substantif untuk membenarkan isi keputusan pengadilan. 16
Pandangan tersebut dapat membentuk pemahaman kita bahwa prinsipprinsip atau asas-asas keadilan atau dasar-dasar yang paling pundamental yang
dapat dijadikan pedoman dalam pengelolaan sumberdaya alam (khususnya
tambang) dalam rangka upaya mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyat atau
kesejahteraan seluruh anggota masyarakat dalam komunitas tertentu.
Dalam beberapa teori politik yang dikembangkan oleh pakar-pakar politik,
khususnya pakar keadilan sosial politik juga sering menggunakan istilah prinsip
yang dimaknai atau searti dengan asas sebagai perwujudan nilai-nilai tertentu yang
dijadikan pedoman, dasar, dan pondasi dalam membangun teorinya, seperti antara
lain John Rawls menggunakan istilah prinsip keadilan sebagai asas dalam
membangun teori keadilan sosialnya.17
Dalam konsiderans Rancangan Undang-undang tentang Pengelolaan
Sumberdaya Alam, Bagian menimbang, huruf c ditegaskan bahwa Pengelolaan
sumberdaya alam seharusnya didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan,
berkelanjutan, keterpaduan, demokratis. Landasan filosofi sebagaimana dalam
konsiderans RUU tersebut dipertegas kembali melalui Bab II tentang Prinsip dan
Tujuan, Pasal 2 dengan rumusan bahwa Pengelolaan sumberdaya alam
diselenggarakan berdasarkan prinsip-prinsip keberlanjutan, keadilan, dan
demokratis.
Prinsip-prinsip atau asas-asas hukum dalam rancangan undang-undang
tentang pengelolaan sumberdaya alam tersebut dijelaskan secara detil melalui
penjelasan Pasal 2 yang selengkapnya berbunyi :
a. Prinsip keberlanjutan meliputi aspek-aspek kelestarian, kehati-hatian,
perlindungan optimal keanekaragangam hayati, keseimbangan, dan keterpaduan.

15St. Munadjat

Danusaputro, Bina Mulia Hukum dan Lingkungan, Binacipta, Bandung, 1984, h. 46-46.
Lihat pula dalam bukunya yang berjudul Hukum Lingkungan : Buku I Umum, Binacipta, Bandung, 1985, h.
122-130.
16S.H.R. Otje Salman et. al., Teori Hukum : Mengingat, Mengumpulkan dan Membuka Kembali, PT.
Refika Aditama, Bandung, 2004, h. 93-94.
17John

Rawls, A Theory of Justice (Teori Keadilan, Dasar-Dasar Filsafat Politik Untuk Mewujudkan
Kesejahteraan Sosial Dalam Negara), Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006, h. 72.

Al-Risalah | Volume 11 Nomor 1 Mei 2011

Pengelolaan Sumberdaya Alam Tambang

Marilang

b. Prinsip keadilan meliputi aspek-aspek kesejahteraan rakyat, pemerataan,


pengakuan kepemilikan masyarakat adat, pluralisme hukum, dan perusak
membayar.
c. Prinsip demokrasi meliputi aspek-aspek transparansi, kebangsaan dan kesatuan,
HAM, dan akuntabilitas publik.
Kemudian, dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara, melalui Pasal 2 ditegaskan tentang asas-asas
(prinsip-prinsip) pengelolaan pertambangan mineral dan batubara, yaitu:
a. Manfaat, keadilan, dan keseimbangan;
b. Keberpihakan kepada kepentingan bangsa;
c. Partisipatif, transparansi, dan akuntabilitas;
d. Keberlanjutan dan berwawasan lingkungan.
Demikian juga dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak
dan Gas Bumi, melalui Pasal 2 ditegaskan bahwa Penyelenggaraan kegiatan usaha
Minyak dan Gas Bumi yang diatur dalam undang-undang ini berasaskan: Ekonomi
kerakyatan, keterpaduan, manfaat, keadilan, keseimbangan, pemerataan,
kemakmuran, dan kepastian hukum serta berwawasan lingkungan.
Dari sekian banyak asas yang ditetapkan undang-undang dalam pengelolaan
sumberdaya alam dan/atau tambang tersebut, namun penulis hendak
merampingkannya menjadi 5 (lima) asas atau prinsip hukum yang dapat dijadikan
pedoman pengelolaan sumberdaya alam (tambang) dalam rangka mewujudkan
kesejahteraan rakyat, yakni:
1. Asas tanggung jawab Negara dimaksudkan sebagai perwujudan dari prinsip
Negara sebagai organisasi kekuasaan (politik) yang berkewajiban melindungi
segenap warga negara atau penduduknya, territorial dan semua kekayaan alam
serta harta benda dari negara dan penduduknya.
Asas ini relevan dengan pendapat pakar politik Adolf Markel yang mengatakan
bahwa segala yang berbau kepentingan umum harus dilindungi dan dijamin
secara hukum oleh negara18 yang dalam Pasal 33 konstitusi UUD NRI 1945
ditegaskan dengan kalimat sumberdaya alam (bumi, air, dan segala kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya) yang menguasai hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh Negara.
2. Asas manfaat mengandung arti bahwa perwujudan kesejahteraan rakyat melalui
pengelolaan sumberdaya alam (tambang) yang merata berdasarkan prinsip
kebersamaan dan keseimbangan untuk mencegah terjadinya kesenjangan
ekonomi, konflik sosial, dan budaya.
3. Asas keadilan merupakan prinsip keadilan yang meliputi aspek-aspek
kesejahteraan rakyat, pemerataan, pengakuan kepemilikan masyarakat adat,
pluralisme hukum, dan perusak membayar. Asas keadilan ini bertujuan untuk
18Asas-Asas

Juni 2010

Pengelolaan Sumber Daya Alam dalam website http://www.scribd.com, diakses 26

Al-Risalah | Volume 11 Nomor 1 Mei 2011

mewujudkan penyelenggaraan pengelolaan sumberdaya alam tambang yang


menjamin keadilan antar dan inter-generasi. Di samping itu, asas ini juga
bertujuan untuk mewujudkan perlindungan hukum bagi masyarakat adat dan
masyarakat lainnya dalam pengelolaan sumberdaya alam tambang.
4. Asas keseimbangan dimaksudkan sebagai asas pengelolaan sumberdaya alam
tambang berdasarkan prinsip pelestarian kemampuan lingkungan yang serasi dan
seimbang untuk menunjang pembangunan yang berkesinambungan bagi
peningkatan kesejahteraan manusia. Pengertian pelestarian mengandung makna
tercapainya kemampuan lingkungan yang serasi dan seimbang dan peningkatan
kemampuan tersebut.
5. Asas berkelanjutan mengandung makna setiap orang memikul kewajiban dan
tanggung jawab terhadap generasi mendatang dan terhadap sesamanya dalam
satu generasi. Untuk terlaksananya kewajiban dan tanggung jawab tersebut, maka
pengelolaan sumberdaya alam tambang harus didasarkan pada prinsip
keseimbangan antara ketersediaan bahan tambang dengan kebutuhan konsumen
dan pasar.
Selain ketentuan undang-undang, Islam juga mengajarkan tentang prinsipprinsip pengelolaan sumberdaya alam (tambang) sebagai pedoman dasar dalam
menegakkan moral dalam mengeksplorasi dan mengeksploitasi sumberdaya alam.
Prinsip-prinsip dimaksud sebagai prinsip umum yang ditetapkan Islam dalam
mengelola sumberdaya alam (khususnya tambang) seperti dikemukakan Qadir
Gassing HT.19 sebagai berikut :
Prinsip pertama, segala isi alam semesta (khususnya barang tambang)
merupakan ciptaan Tuhan sekaligus milik-Nya. Keyakinan ini didasarkan pada Q.S,
al-Baqarah, 2 : 284 bahwa Hanya milik Allah segala apa yang ada di langit dan apa
yang ada di bumi.
Dalam bahasa konstitusi kita, diperkenalkan dengan kalimat bumi, air, dan
khususnya segala kekayaan alam yang terkandung di dalamnya (tambang)
merupakan karuniah Tuhan Yang Maha Esa, oleh karenanya harus dikuasai oleh
negara dan dipergunakan demi sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Prinsip kedua, segala isi alam (khususnya tambang) diperuntukkan bagi
manusia. Prinsip ini didasarkan pada Q.S. al-Baqarah, 2:29 bahwa Dia-lah Allah
yang menciptakan untuk kamu segala apa yang ada di bumi.
Prinsip ketiga, segala jagat raya ditundukkan untuk manusia. Artinya, seluruh
kekayaan alam (tambang) diciptakan untuk dikelola sesuai dengan kebutuhan
manusia. Prinsip ini didasarkan pada Q.S. Ibrahim, 14 : 32-33.
Prinsip keempat, adalah istikhlaf yaitu manusia hanya diberi amanah untuk
mengelola bumi (barang-barang tambang) secara bertanggung jawab. Prinsip ini
didasarkan pada Q.S. al-Hadid, 57 : 7 bahwa Berimanlah kamu kepada Allah dan
Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan
kamu menguasainya.
19A. Qadir

10

Gassing HT., Etika Lingkungan Dalam Islam, Pustaka Mapan, Jakarta, 2007, h. 110-136.

Al-Risalah | Volume 11 Nomor 1 Mei 2011

Pengelolaan Sumberdaya Alam Tambang

Marilang

Prinsip kelima, sebagai khalifah tugas manusia untuk mengelola alam


(tambang) demi mencapai tujuannya yakni bermanfaat demi kesejahteraan umat
manusia (kesejahteraan seluruh rakyat dalam konteks negara). Prinsip ini didasarkan
antara lain pada Q.S. Ali Imran, 3 : 191 bahwa (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) Ya Tuhan kami,
tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka.
Prinsip keenam, dilarang boros sekalipun dalam kebaikan. Artinya,
pengelolaan sumberdaya alam (khususnya tambang) seyogyanya dieksploitasi sesuai
dengan kebutuhan, sehingga tingkat ketersediannya tetap terjaga demi generasi
sekarang dan juga generasi berikutnya (anak cucu kita). Prinsip ini didasarkan pada
Q.S. al-Isra, 17:26-27.
Prinsip ketujuh, pengelolaan sumberdaya alam tambang harus tetap menjaga
keseimbangan dan kelestariannya. Karena kerusakan sumberdaya alam tambang
oleh manusia harus dipertanggung-jawabkan di dunia dan akhirat. Prinsip ini
didasarkan pada Q.S. al-Rum, 30:41 bahwa Telah Nampak kerusakan di darat dan
di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan
kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke
jalan yang benar).
Prinsip kedelapan, yaitu prinsip peri-Kemakhlukan. Prinsip ini mengandung
arti bahwa dalam mengelola sumberdaya alam (tambang) harus menjaga
keseimbangannya, karena kekurangan atau kehabisan barang tambang akan
berdampak signifikan terhadap kelangsungan hidup manusia juga. Prinsip ini
didasarkan antara lain pada Q.S. al-Anam, 6:38 bahwa Dan tiadalah binatangbinatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua
sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu.
Walaupun dalam surah al-Anam tersebut disebutkan secara tegas tentang
binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang ada di udara, namun
kedua jenis makhluk hidup (biotic) ini tidak memiliki perbedaan dengan barang
tambang (abiotic) jika dilihat dari sudut eksistensinya sebagai makhluk (salah satu
mata rantai ekosistem) yang apabila mengalami kerusakan, semuanya akan
berdampak negatif terhadap kehidupan umat manusia.
PENUTUP
Prinsip-prinsip hukum pengelolaan sumberdaya alam tambang seharusnya
didasarkan pada asas-asas: Tanggung jawab negara, asas manfaat, asas keadilan, asas
keseimbangan, dan asas keberlanjutan. Prinsip-prinsip hukum tersebut seyogyanya
dibarengi dengan prinsip-prinsip pengelolaan sumberdaya alam (tambang)
sebagaimana diajarkan Islam, sehingga tujuan pengelolaan sumberdaya alam
tambang benar-benar tercapai yakni mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyat.

Al-Risalah | Volume 11 Nomor 1 Mei 2011

11

DAFTAR PUSTAKA
Alquran
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral Dan
Batubara.
A. Qadir Gassing HT., 2007, Etika Lingkungan Dalam Islam, Pustaka Mapan, Jakarta.
Dewi Condro Triono, Peran Negara dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam, http://
kertaskuning. wordpress.com, diakses pada 26 Juni 2010.
Irmadi Nahib, 2006, Pengelolaan Sumberdaya Tidak Pulih Berbasis Ekonomi
Sumberdaya (Studi Kasus: Tambang Minyak Blok Cepu), Jurnal Ilmiah
Geomatika Vol. 12 No. 1.
Majelis Ulama Indonesia, Fatwa MUI Tentang Pengelolaan Sumberdaya Alam,
http://dkmfahutan.wordpress.com, diakses pada 26 Juni 2010.
M. Arfin Hamid, 2007, Membumikan Ekonomi Syariah Di Indonesia (Perspektif SosioYuridis), eLSAS, Jakarta.
Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia, Naskah Rancangan Undang-Undang
Tentang Pengelolaan Sumberdaya Alam.
Rahardjo Adisasmita, 2007, Ekonomi Sumberdaya Alam Dan Lingkungan, T. Penerbit.
S.H.R., Otje Salman et. al., 2004, Teori Hukum: Mengingat, Mengumpulkan dan
Membuka Kembali, Refika Aditama, Bandung.
St. Munadjat Danusaputro, 1985, Bina Mulia Hukum dan Lingkungan, Binacipta,
bandung.
St. Munadjat Danusaputro, 1985, Hukum lingkungan: Buku I Umum, Binacipta,
Bandung.

12

Al-Risalah | Volume 11 Nomor 1 Mei 2011

Anda mungkin juga menyukai