Anda di halaman 1dari 40

CLINICAL SCIENCE SESSION

ASFIKSIA dan TENGGELAM


Preseptor:
Fahmi Arief H., dr., Sp.F.
Presentan:
DAVE ORLANDO GUMAY
JEFF PRASETIA PAPAR
REZA IZUL FATAH

ASFIKSIA
Suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya
gangguan pertukaran udara pernafasan
Oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai
dengan peningkatan karbon dioksida
(hiperkapnea)
Organ tubuh mengalami kekurangan oksigen
(hipoksia hipoksik) dan terjadi kematian.

HIPOKSIA
Suatu keadaan dimana
sel gagal untuk dapat
melangsungkan
metabolisme secara
efisien

Dibagi 4 kelompok
Hipoksikhipoksia

Dalam keadaan ini oksigen gagal


untuk masuk ke dalam sirkulasi.

Anemikhipoksia

Dimana darah yang tersedia tidak


dapat membawa oksigen cukup
untuk metabolism dalam jaringan.

Stagnanhipoksia

Dimana oleh karena sesuatu


keadaan terjadi kegagalan sirkulasi.

Histotoksikhipoksia

Suatu keadaan dimana oksigen yang


terdapat dalam darah tidak dapat
dipergunakan oleh jaringan

Histotoksikhipoksia
Histotoksik-hipoksia
ekstraseluler

Enzim pernafasan jaringan menderita keracunan

Histotoksik-hipoksia
periseluler

O2 tidak dapat masuk ke dalam sel penurunan


permeabilitas membran

Substrate histotoxic-hypoxia
bahan makanan untuk metabolism yang efisien tidak cukup
tersedia

Metabolite histotoxichypoxia

Hasil akhir dari pernafasan seluler tidak dapat dieliminer


metabolism berikutnya tidak dapat berlangsung

ETIOLOGI
Penyebab alamiah
penyakit yang menyumbat saluran
pernafasan

Trauma mekanik
pneumotoraks bilateral

Keracunan
barbiturate, narkotika.

ASFIKSIA MEKANIK

Mati lemas yang terjadi bila udara pernafasan


terhalang memasuki saluran pernafasan oleh
berbagai kekerasan misalnya:
a.

Penutupan lubang saluran pernafasan bagian atas, meliputi


pembekapan dan penyumbatan.

b.

Penekanan dinding saluran pernafasan, meliputi penjeratan,


pencekikan , dan gantung.

c.

Penekanan dinding dada dari luar (asfiksia traumatik).

d.

Saluran pernafasan terisi air (tenggelam, drowning).

Tanda &
Gejala
Fase dispnea
o2 RBC dan CO2 plasma merangsang pusat pernapasan
di MO amplitudo dan frekuensi pernapasan , nadi cepat,
tekanan darah

Fase konvulsi
Akibat kadar CO2 yang naik rangsangan terhadap SSP
konvulsi

Fase apnea
Depresi pusat pernapasan menjadi lebih hebat, pernapasan
melemah dan dapat berhenti

Fase akhir
Terjadi paralisis pusat pernapasan yang lengkap

Masa dari saat asfiksia timbul sampai


kematian sangat bervariasi. Umumnya
berkisar 4-5 menit.

Inhibisi vagal penyebab kematian segera


sudden cardiac arrest.

Inhibisi vagal dimungkinkan bila leher


terkena trauma pada leher bagian
depan/samping

Mekanisme kematian pada


inhibisi vagal

Inhibisi vagal sering diikuti oleh fibrilasi


ventrikel.

Secara eksperimental pada binatang yang


dibuat dalam keadaan obstructive
asphyxia, setelah beberapa menit
berkurangnya detak jantung takikardi
kematian.

Pemeriksaan luar
jenazah
Sianosis pada bibir,
ujung-ujung jari dan
kuku.

Pembendungan sistemik , pulmoner dan dilatasi jantung


kanan ( tanda klasik kematian akibat asfiksia)
Terdapat busa halus pada hidung dan mulut akibat
peningkatan aktivitas pernapasan pada fase 1 disertai
sekresi selaput lendir saluran napas atas
Warna lebam mayat merah kebiruan gelap dan terbentuk
lebih cepat

Kelainan umum akibat


asfiksia
1.

Darah berwarna lebih gelap dan lebih encer,


karena fibrinolisin darah yang meningkat
pasca mati

2.

Busa halus di dalam saluran pernapasan

3.

Pembendungan sirkulasi seluruh organ dalam


tubuh menjadi lebih berat, berwarna lebih
gelap dan pada pengirisan banyak
mengeluarkan darah.

4. Petekie: mukosa usus halus, epikardium pada bagian


belakang jantung daerah aurikuloventrikular, subpleura
viseralis paru terutama di lobus bawah pars diafragmatika
dan fisura interlobaris, kulit kepala sebelah dalam
terutama daerah otot temporal, mukosa epigotis dan
daerah subglotis.
5. Edema paru sering terjadi pada kematian yang
berhubungan dengan hipoksia
6. Kelainan-kelainan yang berhubungan dengan kekerasan,
seperti fraktur laring langsung /tidak langsung, perdarahan
faring terutama bagian belakang rawan krikoid (pleksus

II. Tenggelam
Definisi:

Akibat dari
terbenamnya sebagian atau seluruh
tubuh ke dalam cairan.
Terbenam salah satu bentuk kematian
asfiksia, dimana terjadi perubahan
elektrolit dalam darah, baik tenggelam
pada air tawar, maupun tenggelam
dalam air asin.

PROSES TENGELAM
Terbenam
pertama kali
karena gravitasi

BJ tubuh < BJ air, korban timbul


dan berusaha mengambil nafas
tdk bs berenang, air masuk
tertelan dan terinhalasi BJ
korban > BJ air tenggelam untuk
ke-2 kalinya.

Proses pembusukan pembentukan


gas mengapungkan tubuh korban
sekitar 7-14 hari tubuh dapat rusak
terkena benda-benda disekitar, digigit
binatang atau karena proses
pembusukan itu sendiri gas
pembusukan akan keluar tubuh
terbenam yang ke-3 kalinya

Mekanisme Tenggelam
1. Air Tawar
Air Tawar Cepat diserap dalam jumlah
banyak

hemodilusi cairan di pembuluh


darah >>

air masuk ke aliran darah sekitar


alveoli pecahnya RBC (hemolisis)

kompensasi tubuh mengeluarkan K dari serabut otot jantung sehingga K


plasma , terjadi perubahan keseimbangan K dan Ca dalam serabut otot
jantung dapat mendorong terjadinya fibrilasi ventrikel dan tek. Darah

kematian akibat anoksia otak. (5


menit)

2.Air Asin

Terjadi hemokonsentrasi, cairan keluar


sampai 42% jaringan paru edema
pulmonum berat (waktu singkat)
Air asin dalam darah peningkatan
Hematokrit dan Na plasma anoksia
miokardium dan disertai peningkatan
viskositas darah payah jantung.

Konsentrasi elektrolit cairan air asin >


darahair ditarik dari sirkulasi pulmonal,
hemokonsentrasi, hipovolemia, dan
kenaikan kadar magnesium dalam darah.

Hemokonsentrasi sirkulasi menjadi


lambat payah jantung. Kematian terjadi
kira-kira dalam waktu 8-9 menitsetelah
tenggelam.

Mekanisme Kematian Pada


Korban Tenggelam
1.Asfiksia akibat spasme laring
2.Asfiksia karena gaging dan
choking.
3.Refleks vagal.
4.Fibrilasi ventrikel (dalam air
tawar)
5.Edema Pulmoner (dalam air asin)

Pemeriksaan
Hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan
korban tenggelam adalah:
1. Menentukan identitas korban.

Pakaian dan benda milik korban.

Warna dan distribusi rambut dan identitas lain.

Kelainan atau deformitas dan jaringan parut.

Sidik jari.

Pemeriksaan Gigi.

Teknik identifikasi lain.

2. Apakah korban masih


hidup saat tenggelam
Pada mayat segar, dapat diketahui dari
hasil pemeriksaan:

Pemeriksaan diatom.

Dibandingkan kadar elektrolit Mg darah dari bilik


jantung kiri dan kanan.
Benda asing dalam paru dan saluran pernafasan,
air dalam lambung dan alveoli yang secara fisik
dan kimia sifatnya sama dengan air tempat
korban tenggelam mempunyai nilai yang
bermakna.

3. Penyebab kematian yang


sebenarnya dan jenis drowning

Mayat
yang
segar
Kecelaka
an di
kolam
renang

gambaran pasca-mati dapat


menunjukan tipe drowning &
penyebab kematian lain
(penyakit, keracunan atau
kekerasan lain).

benturan ante mortem


(antemortem impact) pada
tubuh

4. Faktor-faktor yang berperan


pada proses kematian
Ditemukan pada pemeriksaan luar
atau melalui bedah jenazah:
Kekerasan.
Alkohol.
Obat-obatan.

5. Tempat korban pertama


kali tenggelam
Pemeriksaan

diatom dari air tempat


korban ditemukan dapat membantu
menentukan apakah korban
tenggelam di tempat itu/ tempat
lain.

6. Apakah Terdapat
Penyulit Alamiah Lain Yang
Mempercepat Kematian
a. Bila

sudah ditentukan bahwa korban


masih hidup waktu masuk ke air, maka
perlu ditentukan apakah kematian
disebabkan karena air masuk ke saluran
pernafasan (tenggelam).
b. Bila tidak ditemukan air dalam paru dan
lambung, berarti kematian terjadi
seketika akibat spasme glottis yang
menyebabkan cairan tidak dapat masuk.

6. Apakah Terdapat Penyulit


Alamiah Lain Yang Memperberat
Kematian (contributing cause)

Bila sudah ditentukan


bahwa korban masih
hidup waktu masuk ke air,
maka perlu ditentukan
apakah kematian
disebabkan karena air
masuk ke saluran
pernafasan (tenggelam).

Bila tidak ditemukan air


dalam paru dan lambung,
berarti kematian terjadi
seketika akibat spasme
glottis yang menyebabkan
cairan tidak dapat masuk.

Waktu yang diperlukan untuk terbenam


bervariasi tergantung dari:Keadaan
sekeliling korban,

Reaksi perorangan yang


bersangkutan,

Keadaan kesehatan
Jumlah serta sifat cairan
yang dihisap ke saluran
pernafasan.
Keadaan sekeliling
korban,

Pemeriksaan Luar Jenazah


Mayat dalam keadaan basah, mungkin berlumur pasir, lumpur dan
benda-benda asing lain yang terdapat dalam air, kalau seluruh tubuh
terbenam dalam air.
Penurunan suhu mayat (algor mortis), berlangsung cepat, rata-rata
50F/menit, suhu tubuh akan sama dengan suhu lingkungan dalam
waktu 5 atau 6 jam.
Lebam mayat (livor mortis),
tampak jelas pada dada depan,
leher dan kepala; lebam mayat
berwarna merah terang yang perlu
dibedakan dengan lebam mayat
yang terjadi pada keracunan CO.

Pembusukan sering tampak, kulit kehijauan atau merah gelap; pada


pembusukan lanjut tampak gelembung pembusukan, terutama bagian
atas tubuh, dan scrotum serta penis dan labia mayora, kulit telapak
tangan dan kaki dapat mengelupas.

Gambaran kulit angsa (goose-flesh,


cutis anserina) sering dijumpai.
Terjadi selama interval antara
kematian somatic dan seluler, atau
merupakan perubahan post-mortal
karena terjadi rigor mortis pada
mm.erector pili (karena rangsang
dinginnya air).

Washer womans hand, telapak


tangan dan kaki berwarna keputihan
dan berkeriput yang disebabkan
karena inhibisi cairan ke dalam kutis
dan biasanya membutuhkan waktu
lama.

Busa halus putih berbentuk jamur (mushroom-like mass) tampak pada mulut
dan atau hidung.

Terbentuknya busa halus tersebut


sebagai berikut:
Cairan masuk ke saluran pernafasan
merangsang ternentuknya mucus,
substansi ini bercampur dengan air dan
surfaktan paru-paru terkocok oleh upaya
pernafasan yang hebat.
Pembusukan akan merusak busa
tersebut dan terbentuk pseudofoam
yang berwarna kemerahan yang berasal
dari darah dan gas pembusukan.

Perdarahan berbintik (petechial haemorrhages) dapat ditemukan


pada ke-2 kelopak mata, terutama kelopak mata bagian bawah.

Pada pria, skrotumnya dapat mengkerut.

Lidah dapat memar dan ditemukan bekas gigitan (tanda korban


berusaha hidup atau sedang epilepsi) sebagai akibat tenggelam.
Cadaveric spasme (jarang dijumpai) berusaha untuk tidak
tenggelam, sebagaimana sering didapatkannya dahan, batu atau
rumput yang tergenggam, adanya Cadaveric spasm menunjukan
korban dalam keadaan hidup saat tenggelam.

Persentuhan korban dengan dasar sungai atau benda-benda disekitarnya


Luka wajah, tangan dan tungkai bagian depan luka tersebut sering
mengeluarkan darah sering berkesan bahwa korban dianiaya sebelum
ditenggelamkan.
Pada kasus bunuh diri (terjun dari tempat tinggi), benturan keras
kerusakan kepala/patah tulang leher kematian

Bila korban adalah bayi, maka dapat dipastikan pembunuhan.

Bila korban dewasa mati di empang dangkal, harus dipikirkan adanya


unsur pidana; misal setelah diberi racun, korban dilempar ke tempat
tersebut dengan maksud mengacaukan penyidikan.

Pemeriksaan Bedah Jenazah


Busa

halus dan benda asing (pasir, tumbuh-tumbuhan air)

dalam saluran pernapasan (trakhea dan percabangannya).


Paru-paru

membesar seperti balon, lebih berat, sampai

menutupi kandung jantung.


Petekie

sedikit sekali karena kapiler terjepit diantara

septum interalveolar. Mungkin terdapat bercak-bercak


perdarahan (bercak Paltauf) akibat robeknya penyekat
alveoli.

Dapat juga ditemukan paru-paru yang biasa karena


cairan tidak masuk ke dalam alveoli atau cairan sudah
masuk ke dalam aliran darah (melalui proses imbibisi).

Otak, ginjal, hati dan limpa mengalami perbendungan.

Lambung dapat sangat membesar, berisi air, lumpur


dan sebagainya yang mungkin pula terdapat dalam
usus halus.

Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Diatom
Dilakukan pada jaringan
paru mayat segar.
Bila mayat telah membusuk,
pemeriksaan diatom
dilakukan dari jaringan
ginjal, otot skelet atau
sumsum tulang paha.
Pemeriksaan diatom positif
bila pada jaringan paru
ditemukan diatom cukup
banyak 4-5/LPB atau 10-20
per satu sediaan atau pada
sumsum tulang cukup
ditemukan hanya satu.

Pemeriksaan Darah Jantung


Pemeriksaan

berat jenis dan kadar elektrolit pada

darah yang berasal dari bilik jantung kiri dan


kanan.
Bila

tenggelam di air tawar,berat jenis dan kadar

elektrolit darah jantung kiri < dari jantung kanan.


Sedangkan

sebaliknya.

pada tenggelam di air asin terjadi

Diagnosis Tenggelam
Bila mayat masih segar (belum terdapat
pembusukan), maka diagnosis kematian akibat
tenggelam dapat dengan mudah ditegakkan
melalui pemeriksaan yang teliti dari:
pemeriksaan luar
pemeriksaan dalam
pemeriksaan laboratorium berupa histologi
jaringan, destruksi jaringan dan berat jenis
serta kadar elektrolit darah.

Bila

mayat sudah membusuk, maka


diagnosis kematian akibat tenggelam
dibuat berdasaran adanya diatom yang
cukup banyak pada paru-paru yang bila
disokong oleh penemuan diatom pada
ginjal, otot atau pada sum-sum tulang
maka diagnosis akan makin pasti.

DAFTAR PUSTAKA

1.

2.

3.
4.

5.

Verive MJ. Near drowning. Updated April, 29, 2009. emedicine


webMD. Tersedia dari
http://emedicine.medscape.com/article/908677-overview
Budiyanto A, dkk. Ilmu kedokteran forensik edisi pertama.
Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 1997. Hal 55-70
Idries AM. Pedoman ilmu kedokteran forensik edisi pertama.
Jakarta: Binarupa aksara. 1997. Hal 169-190
Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Kapita
Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.
2000
National Geographic. Diatom shapes. Tersedia di:
http://photography.nationalgeographic.com/photography/enlarge
/diatom-shapes-photography.html

Post Mortem Changes, eMedicine. Tersedia di:


http://emedicine.medscape.com/article/1680032-overview
7. Jason Payne-James, Anthony Busuttil, William S. Smock. Forensic
6.

TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai