Anda di halaman 1dari 18

DIABETES MELLITUS

Dosen Pembimbing : Abdul Azis Muslim, M.A.

Oleh :
AYU NOVIDIA ARIF
7314010

PROGAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM JOMBANG
2016

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Diabetes.
Dalam penyusunan Asuhan keperawatan ini kami telah mendapatkan
bantuan dari beberapa pihak.Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Rektor UNIPDU Jombang
2. Dekan Fakultas ilmu Kesehatan

:Bapak prof.Dr.H.Ahmad zahro,Ma


:Bapak
H.Andi

Yudianto,S.kep.Ns.M.Kes
3. Ka.Prodi S1 Keperawatan
:Bapak Moh.Rajin,S.kep.Ns,M.Kes
4. Dosen Pembimbing
:Bapak Abdul Azis Muslim, M.A.
5. Orang tua,dosen,dan teman-teman atas doa dan dorongannya.
Semoga dengan hadirnya makalah ini dapat menunjang dalam proses
belajar. Kami pun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami harapkan dari
pembaca makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.
Jombang, 27 Januari 2016

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar isi ..
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan Masalah.
1.3 Tujuan....

BAB II PEMBAHASAN..
2.1.Definisi Diabetes Mellitus
2.2.Faktor-faktor penyebab
2.3.Klasifikasi Diabetes Mellitus
2.4.Patofisiologi Diabetes Mellitus
2.5.Gejala..........
2.6.Komplikasi Diabetes Mellitus
2.7. Pencegahan dan pengobatan Diabetes Mellitus..
BAB III PENUTUP..
3.1. Kesimpulan.
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA.

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Diabetes melitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolisme karbohidrat,


lemak, dan protein yang dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau
relatif dari kerja dan atau sekresi insulin yang bersifat kronis dengan ciri khas
hiperglikemia/peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal (Mihardja,
2009). DM Tipe 2 adalah jenis DM yang paling banyak ditemukan di masyarakat
(Trisnawati, 2013).
Kini DM menjadi salah satu masalah kesehatan yang besar. Data dari studi
global menunjukan bahwa jumlah penderita DM pada tahun 2011 telah mencapai
366 juta orang, dan diperkirakan akan meningkat menjadi 552 juta pada tahun
2030. Pada tahun 2006, terdapat lebih dari 50 juta orang yang menderita DM di
Asia Tenggara. International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan bahwa
sebanyak 183 juta orang tidak menyadari bahwa mereka mengidap DM. Sebesar
80% orang dengan DM tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Sebagian besar penderita DM berusia antara 40-59 tahun (Trisnawati, 2013).
Pada tahun 2013, proporsi penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun dengan
DM adalah 6,9 persen. Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi
terdapat di DI Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%),
dan Kalimantan Timur (2,3%). Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter atau
berdasarkan gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara
(3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan Nusa Tenggara Timur (3,3%) (Kemenkes,
2013).
Prevalensi DM di Indonesia beranjak naik dari tahun ke tahun. Penderita yang
terkena bukan hanya berusia senja, namun banyak pula yang masih berusia
produktif. Prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter dan gejala meningkat
sesuai dengan bertambahnya umur, namun mulai umur 65 tahun cenderung
menurun. Prevalensi DM pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada lakilaki, di perkotaan cenderung lebih tinggi dari pada di perdesaan, serta cenderung

lebih tinggi pada masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi dan dengan kuintil
indeks kepemilikan tinggi (Kemenkes, 2013).
Oleh karena itu penting bagi kita untuk lebih mengetahui tentang penyakit
diabetes mellitus, penyebab, tanda, gejala serta pencegahan dan penanganannya
agar kita bisa waspada terhadap penyakit diabetes dan mengurangi prosentase
penderita diabetes. Dalam makalah ini mengulas dengan detail tentang penyakit
Diabetes.
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas permasalahan yang akan dibahas dalam


makalah ini adalah:
1. Bagaimana penyakit Diabetes Mellitus dapat terjadi?
2. Bagaimana komplikasi penyakit Diabetes Mellitus?
3. Bagaimana cara pencegahan dan penanganan penyakit Diabetes

Mellitus?
1.3. Tujuan
Dari rumusan masalah yang ada maka tujuan dibentuknya makalah ini
adalah:
1. Mengetahui terjadinya penyakit Diabetes Mellitus
2. Mengetahui komplikasi penyakit Diabetes Mellitus
3. Mengetahui cara pencegahan dan penanganan penyakit Diabetes

Mellitus

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan


klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat, jika telah berkembang penuh secara klinis maka diabetes mellitus
ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerosis dan penyakit
vaskular mikroangiopati (Sylvia & Lorrain, 2006).
Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat
kadar glukosa darah yang tinggi yang disebabkan jumlah hormone insulin kurang
atau jumlah insulin cukup bahkan kadang-kadang lebih, tetapi kurang efektif
(Sarwono, 2006).
WHO menyatakan Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronis
yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama,
mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi
dapat dikontrol dan menurut American Diabetes Association (ADA) Diabetes
mellitus merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Diabetes
Mellitus adalah suatu keadaan dimana terjadinya peningkatan kadar gula dalam
darah yang mengakibatkan gangguan metabolisme dan berkembang menjadi
gangguan multisistem karena keterbatasan insulin di dalam tubuh seseorang.
2.2. Faktor-faktor Penyebab

Faktor-faktor penyebab diabetes melitus antara lain genetika, faktor keturunan


memegang peranan penting pada kejadian penyakit ini. Apabila orang tua
menderita penyakit diabetes mellitus maka kemungkinan anak-anaknya menderita
diabetes mellitus lebih besar. Virus hepatitis B yang menyerang hati dan merusak
pankreas sehingga sel beta yang memproduksi insulin menjadi rusak. Selain itu

peradangan pada sel beta dapat menyebabkan sel tidak dapat memproduksi
insulin.
Faktor lain yang menjadi penyebab diabetes melitus yaitu gaya hidup, orang
yang kurang gerak badan, diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat,
kegememukan dan kesalahan pola makan. Kelainan hormonal, hormon insulin
yang kurang jumlahnya atau tidak diproduksi.
2.3. Klasifikasi Diabetes Mellitus

American Diabetes Assosiation (2005) dalam Aru Sudoyo (2006)


mengklasifikasikan diabetes mellitus menjadi :
1) Diabetes mellitus tipe 1

Dibagi dalam 2 subtipe yaitu autoimun, akibat disfungsi autoimun dengan


kerusakan sel-sel beta dan idiopatik tanpa bukti autoimun dan tidak diketahui
sumbernya.
2) Diabetes mellitus tipe 2

Bervariasi mulai yang predominan resisten insulin disertai defisinsi insulin relatif
sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resisten insulin.
3) Diabetes mellitus Gestasional

Faktor resiko terjadinya diabetes mellitus gestasional yaitu usia tua, etnik,
obesitas, multiparitas, riwayat keluarga, dan riwayat gestasional terdahulu.Karena
terjadi peningkatan sekresi beberapa hormone yang mempunyai efek metabolic
terhadap toleransi glukosa, maka kehamilan adalah suatu keadaan diabetogenik.
4) Diabetes mellitus tipe lain :
a) Defek genetik fungsi sel beta
b) Defek genetik kerja insulin : resisten insulin tipe A,leprechaunism, sindrom

rabson mandenhall, diabetes loproatrofik, dan lainnya.


c) Penyakit eksokrin pankreas : pankreastitis, trauma / pankreatektomi,
neoplasma, fibrosis kistik, hemokromatosis, pankreatopati fibro kalkulus, dan
lainnya.
d) Endokrinopati : akromegali, sindron cushing, feokromositoma, hipertiroidisme
somatostatinoma, aldosteronoma, dan lainnya.

e) Karena obat atau zat kimia :

vacor, pentamidin, asam nikotinat,


glukokortikoid, hormon tiroid, diazoxic,agonis adrenergic, tiazid, dilantin,
interferon alfa, dan lainnya.
f) Infeksi : rubella konginetal, dan lainnya.
g) Immunologi (jarang) : sindrom stiff-man , antibody antireseptor insulin, dan
lainnya.
Sindroma genetik lain : sindrom down, sindrom klinefilter, sindrom turner,
sindrom wolframs, ataksia friedriechs, chorea Huntington, sindrom
Laurence/moon/biedl, distrofi miotonik,porfiria, sindrom pradelwilli, dan
lainnya (ADA, 2005)
2.4. Patofisiologi Diabetes Mellitus
Menurut Brunner & Sudddart (2002) patofisiologi terjadinya penyakit
diabetes mellitus tergantung kepada tipe diabetes yaitu :
1) Diabetes Tipe I
Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel
pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi
glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua
glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa tersebut diekskresikan dalam urin
(glukosuria). Ekskresi ini akan disertai oleh pengeluaran cairan dan elektrolit yang
berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis osmotik.
Pasien mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus
(polidipsi).
2) Diabetes Tipe II
Resistensi insulin menyebabkan kemampuan insulin menurunkan kadar
gula darah menjadi tumpul. Akibatnya pankreas harus mensekresi insulin lebih
banyak untuk mengatasi kadar gula darah. Pada tahap awal ini, kemungkinan
individu tersebut akan mengalami gangguan toleransi glukosa, tetapi belum
memenuhi kriteria sebagai penyandang diabetes mellitus. Kondisi resistensi
insulin akan berlanjut dan semakin bertambah berat, sementara pankreas tidak
mampu lagi terus menerus meningkatkan kemampuan sekresi insulin yang cukup

untuk mengontrol gula darah. Peningkatan produksi glukosa hati, penurunan


pemakaian glukosa oleh otot dan lemak berperan atas terjadinya hiperglikemia
kronik saat puasa dan setelah makan. Akhirnya sekresi insulin oleh beta sel
pankreas akan menurun dan kenaikan kadar gula darah semakin bertambah berat.
3) Diabetes Gestasional
Terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya.
Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormone-hormon plasenta.
Sesudah melahirkan bayi, kadar glukosa darah pada wanita yang menderita
diabetes gestasional akan kembali normal. (Brunner & Suddarth, 2002).
2.5. Gejala

Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah
yang tinggi.Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa
akan sampai ke air kemih.
Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk
mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan
air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam
jumlah yang banyak (poliuri).
Akibat poliuri maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga
banyak minum (polidipsi). Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih,
penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini
penderita seringkali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan
(polifagi).
Dengan memahami proses terjadinya kelainan pada diabetes melitus
tersebut diatas, mudah sekali dimengerti bahwa pada penderita diabetes melitus
akan terjadi keluhan khas yaitu lemas, banyak makan, (polifagia), tetapi berat
badan menurun, sering buang air kecil (poliuria), haus dan banyak minum
(polidipsia). Penyandang diabetes melitus keluhannya sangat bervariasi, dari tanpa
keluhan samasekali, sampai keluhan khas diabetes melitusseperti tersebut diatas.
Penyandang diabetes melitus sering pula datang dengan keluhan akibat
komplikasi seperti kebas, kesemutan akibat komplikasi saraf, gatal dan keputihan

akibat rentan infeksi jamur pada kulit dan daerah khusus, serta adapula yang
datang akibat luka yang lama sembuh tidak sembuh (Sarwono, 2006).
2.6. Komplikasi Diabetes Mellitus

Komplikasi kronis diabetes mellitus antara lain :


1). Kerusakan saraf (Neuropathy)
Sistem saraf tubuh kita terdiri dari susunan saraf pusat, yaitu otak dan
sum-sum tulang belakang, susunan saraf perifer di otot, kulit, dan organ lain, serta
susunan saraf otonom yang mengatur otot polos di jantung dan saluran cerna. Hal
ini biasanya terjadi setelah glukosa darah terus tinggi, tidak terkontrol dengan
baik, dan berlangsung sampai 10 tahun atau lebih. Apabila glukosa darah berhasil
diturunkan menjadi normal, terkadang perbaikan saraf bisa terjadi. Namun bila
dalam jangka yang lama glukosa darah tidak berhasil diturunkan menjadi normal
maka akan melemahkan dan merusak dinding pembuluh darah kapiler yang
memberi makan ke saraf sehingga terjadi kerusakan saraf yang disebut neuropati
diabetik (diabetic neuropathy). Neuropati diabetik dapat mengakibatkan saraf
tidak bisa mengirim atau menghantar pesan-pesan rangsangan impuls saraf, salah
kirim atau terlambat kirim. Tergantung dari berat ringannya kerusakan saraf dan
saraf mana yang terkena.
2). Kerusakan ginjal (Nephropathy)
Ginjal manusia terdiri dari dua juta nefron dan berjuta-juta pembuluh darah kecil
yang disebut kapiler. Kapiler ini berfungsi sebagai saringan darah. Bahan yang
tidak berguna bagi tubuh akan dibuang ke urin atau kencing. Ginjal bekerja 24
jam sehari untuk membersihkan darah dari racun yang masuk ke dan yang
dibentuk oleh tubuh. Bila ada nefropati atau kerusakan ginjal, racun tidak dapat
dikeluarkan, sedangkan protein yang seharusnya dipertahankan ginjal bocor ke
luar. Semakin lama seseorang terkena diabetes dan makin lama terkena tekanan
darah tinggi, maka penderita makin mudah mengalami kerusakan ginjal.
Gangguan ginjal pada penderita diabetes juga terkait dengan neuropathy atau
kerusakan saraf.
3). Kerusakan mata (Retinopathy)

Penyakit diabetes bisa merusak mata penderitanya dan menjadi penyebab


utama kebutaan. Ada tiga penyakit utama pada mata yang disebabkan oleh
diabetes, yaitu:
a. retinopati, retina mendapatkn makanan dari banyak pembuluh darah

kapiler yang sangat kecil. Glukosa darah yang tinggi bisa merusak
pembuluh darah retina.
b. katarak, lensa yang biasanya jernih bening dan transparan menjadi keruh
sehingga menghambat masuknya sinar dan makin diperparah dengan
adanya glukosa darah yang tinggi.
c. glaukoma, terjadi peningkatan tekanan dalam bola matasehingg merusak
saraf mata.
4). Penyakit jantung
Diabetes

merusak

dinding

pembuluh

darah

yang

menyebabkan

penumpukan lemak di dinding yang rusak dan menyempitkan pembuluh darah.


Akibatnya suplai darah ke otot jantung berkurang dan tekanan darah meningkat,
sehingga kematian mendadak bisa terjadi.
5). Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi jarang menimbulkan keluhan yang
dramatis seperti kerusakan mata atau kerusakan ginjal. Namun, harus diingat
hipertensi dapat memicu terjadinya serangan jantung, retinopati, kerusakan ginjal,
atau stroke. Risiko serangan jantung dan stroke menjadi dua kali lipat apabila
penderita diabetes juga terkena hipertensi.
6). Penyakit pembuluh darah perifer
Kerusakan pembuluh darah di perifer atau di tangan dan kaki, yang
dinamakan Peripheral Vascular Disease (PVD), dapat terjadi lebih dini dan
prosesnya lebih cepat pada penderita diabetes daripada orang yang tidak
mendertita diabetes. Denyut pembuluh darah di kaki terasa lemah atau tidak terasa
sama sekali. Bila diabetes berlangsung selama 10 tahun lebih, sepertiga pria dan
wanita dapat mengalami kelainan ini. Dan apabila ditemukan PVD disamping
diikuti gangguan saraf atau neuropati dan infeksi atau luka yang sukar sembuh,
pasien biasanya sudah mengalami penyempitan pada pembuluh darah jantung.

7). Gangguan pada hati


Banyak orang beranggapan bahwa bila penderita diabetes tidak makan
gula bisa bisa mengalami kerusakan hati. Anggapan ini keliru, hati bisa terganggu
akibat penyakit diabetes itu sendiri. Dibandingkan orang yang tidak menderita
diabetes, penderita diabetes lebih mudah terserang infeksi virus hepatitis B atau
hepatitis C. Oleh karena itu, penderita diabetes harus menjauhi orang yang sakit
hepatitis karena mudah tertular dan memerlukan vaksinasi untuk pencegahan
hepatitis. Hepatitis kronis dan sirosis hati (liver cirrhosis) juga mudah terjadi
karena infeksi tau radang hati yang lama atau berulang. Gangguan hati yang
sering ditemukan pada penderita diabetes adalah perlemakan hati atau fatty liver,
biasanya (hampir 50%) pada penderita diabetes tipe 2 dan gemuk. Kelainan ini
jangan dibiarkan karena bisa merupakan pertanda adanya penimbunan lemak di
jaringan tubuh lainnya.
8). Penyakit paru-paru
Pasien diabetes lebih mudah terserang infeksi tuberkulosis paru-paru
dibandingkan orang biasa, sekalipun penderita bergizi baik dan secara sosioekonomi cukup. Diabetes memperberat infeksi paru-paru, demikian pula sakit
paru-paru akan menaikkan glukosa darah.
9). Gangguan saluran makan
Gangguan saluran makan pada penderita diabetes disebabkan karena
kontrol glukosa darah yang tidak baik, serta gngguan saraf otonom yang mengenai
saluran pencernaan. Gangguan ini dimulai dari rongga mulut yang mudah terkena
infeksi, gangguan rasa pengecapan sehingga mengurangi nafsu makan, sampai
pada akar gigi yang mudah terserang infeksi, dan gigi menjadi mudah tanggal
serta pertumbuhan menjadi tidak rata. Rasa sebah, mual, bahkan muntah dan diare
juga bisa terjadi. Ini adalah akibat dari gangguan saraf otonom pada lambung dan
usus. Keluhan gangguan saluran makan bisa juga timbul akibat pemakaian obatobatan yang diminum.
10). Infeksi

Glukosa darah yang tinggi mengganggu fungsi kekebalan tubuh dalam


menghadapi masuknya virus atau kuman sehingga penderita diabetes mudah
terkena infeksi. Tempat yang mudah mengalami infeksi adalah mulut, gusi, paruparu, kulit, kaki, kandung kemih dan alat kelamin. Kadar glukosa darah yang
tinggi juga merusak sistem saraf sehingga mengurangi kepekaan penderita
terhadap adanya infeksi.
2.7. Pencegahan dan Pengobatan Diabetes
1. Pengobatan

Pendekatan pengobatan DM dewasa ini telah sangat berkembang.


Pengobatan DM tidak hanya bertujuan menurunkan gula darah saja, tetapi juga
mencegah, memperlambat dan mengobati komplikasi. Oleh karena itu sifat
penyakit ini menahun dan progresif. Maka tujuan pengobatan adalah mengurangi
angka

mortalitas

(kematian)

dan

angka

mordibilitas

(kesakitan)

serta

meningkatkan kualitas hidup penderita.


2. Diet

Diet penderita diabetes mellitus pada dasarnya terdiri atas diet :


a. Untuk kebutuhan metabolisme basal
b. Untuk kebutuhan aktifitas sehari hari
c. Untuk kebutuhan yang lain, misalnya ada infeksi, anemia, terlalu kurus dan
lain-lain.
Kebutuhan kalori orang berbaring di rumah sakit dan orang yang
bekerja/olahraga sangat berbeda. Pengertian diet yang salah adalah mengurangi
makanan, padahal sebenarnya diet pada penderita DM harus disesuaikan dengan
kebutuhan penderita sesuai dengan umur, berat badan, aktifitas fisik, penyakitpenyakit yang ada, kehamilan dan lain lain.
Kebutuhan kalori basal 25 30 kal/kg BB; pemberian takaran makanan
kepada penderita diabetes mellitus terutama ditujukan agar berat badan tetap ideal,
sehingga kebutuhan kalori basal bisa ditambah atau dikurangi sesuai dengan
aktifitas dan keadaan penderita . Untuk orang berusia lanjut , jumlah kalori bisa
dikurangi 5 20 % .
Untuk orang beraktifitas sangat berat, kalori harus ditambah sampai 50 %
dari kalori basal yang dibutuhkan, sedangkan untuk penderita yang bekerja ringan,

kalori hanya ditambah 20 % ; pada inteksi kenaikan suhu badan 1 derajat C kalori
ditambah 13 %.
Untuk penderita hamil trimester 1, kalori ditambah 150 kalori, trimester 2
trimester 3 ditambah 350 kalori perharinya .
Untuk penderita-penderita kegemukan, kalori yang diperlukan harus
dikurangi 20 % 30 % . Sedang untuk penderita yang kurus, kalori basal harus
ditambah 20% 30 %.
Untuk menentukan kebutuhan kalori tiap penderita diabetes secara tepat, memang
diperlukan perhitungan dan waktu agak lama , sehingga ia perlu tinggal di rumah
sakit atau klinik untuk mempermudah penentuan diet standar.
----------------------------------------------------------------------Standar

1100 kalori

II

1300 kalori

III

1500 kalori

IV

1700 kalori

1900 kalori

VI

2100 kalori

VII

2300 kalori

VIII

2500 kalori

Standar

I III

untuk orang gemuk

Standar

IV V untuk orang berat badan ideal

Standar

VI VII

untuk orang kurus

----------------------------------------------------------------------3. Obat-obatan anti diabetes

Obat-obatan anti diabetes berbentuk tablet (oral) atau injeksi (insulin).


Insulin mempunyai daya kerja yang berbeda-beda. Ada yang mempunyai daya
kerja cepat ( 6 10 jam), sedang (12 18 jam) dan lambat (24 36 jam). Yang
menjadi persoalan pemberian obat-obatan anti diabetes adalah : apakah penderita
dapat menghabiskan porsi makannya ? Dosis obat yang diberikan sudah sesuai
atau belum ? Apabila penderita tidak bisa menghabiskan makanannya atau dosis

obat terlalu besar meskipun makanannya habis, maka bahayanya adalah dapat
terjadi hipoglikemia.
Hipoglikemia adalah keadaan kadar gula darah sangat rendah (kurang dari
90 mg%). Tanda-tanda hipoglikemia adalah : kepala pusing, mata kabur,
pandangan berputar-putar, mual-mual, gemetar, keringat dingin, kesadaran
menurun dan akhirnya koma ( koma hipoglikemik). Oleh karena itu perlu
pengertian penderita untuk mengenal tanda-tanda ini dan bagaimana coba
mengatasinya.
Untuk mengetahui dosis obat-obatan anti diabetes perlu dilakukan monitor
gula darah dan reduksi urine secara teratur baik untuk penderita poliklinik,lebihlebih lagi untuk penderita yang dirawat. Untuk golongan yang terakhir disebut,
monitoring harus dilakukan lebih ketat. Pengobatan insulin terutama pada DM
tipe 1, DM & kehamilan, DM tipe 2 dengan komplikasi akut.
4. Olahraga

Telah terbukti bahwa olahraga yang teratur dengan porsi yang cukup dapat
membantu mengontrol kadar gula darah penderita. Olahraga yang dianjurkan
adalah olahraga rithmis dan dinamis seperti joging, senam aerobik, disco dll.
Olahraga harus disesuikan dengan kondisi penderita. Apakah sudah ada
komplikasi atau belum, misalnya adanya gagal ginjal , penyakit jantung iskemik,
hipertensi dan lain-lain. Senam diabetes adalah olahraga yang diawasi dan yang
diadakan oleh Klub Olahraga diabetes dan Persadia ( Persatuan Diabetes). Dalam
klub pemeriksaan gula darah dikerjakan sebelum dan sesudah latihan. Pada
waktu latihan dilaksanakan (senam dan jogging) harus tercapai target zone nadi
penderita yaitu 60 80 % x (220 umur). Presentase target nadi harus
disesuaikan dengan komplikasi yang sudah terjadi. Apabila terget zone tercapai,
maka tingat kesegaran jasmani tercapai penuh (cukup fit). Efek olahraga selain
meninggkatkan pembakaran juga mempengaruhi jantung dan sistem sirkulasi
darah. Oleh sebab itu olahraga mempunyai manfaat dalam terapi DM.

5. Penyuluhan

Penyuluhan terhadap penderita DM sangat penting, karena penyakit ini


menahun dan progresif. Prinsipnya meningkatkan kualitas hidup penderita.

Penyuluhan dapat dilakukan oleh dokter , perawat , petugas kesehatan lain


atau penderita/keluarga serta masyarakat awam yang telah dididik menjadi
diabetik edukator . Penyuluhan ini sangat penting untuk penderita dan
keluarganya , sehingga mereka dapat memahami penyakit serta komplikasi yang
mungkin dapat terjadi kemudian. Penyuluhan ini dapat berupa seminar,
simposium, ceramah, diskusi kelompok dan pendidikan personal.
6. Pengendalian diri

Keberhasilan terapi DM sangat ditentukan oleh peranan pasien dalam


mengontrol dan merawat dirinya sendiri. Melalui edukasi pasien

akan

mengetahui bagaiman usahanya sendiri atau peranannya dalam membantu terapi


dokter.
Hal-hal yang dapat dilakukan oleh pasien sendiri dalam meningkatkan
keberhasilan terapi DM adalah :
-

mengatur dietnya / variasi dietnya

merawat kaki sehat

merawat luka , ulcus

menyuntik insulin sendiri

mengatur porsi olahraga

memonitor gula darah dan reduksi urin


Terdapat perbedaan pengelolaan diabetes mellitus waktu dulu dengan dan

sekarang. Dulu penderita hanya menurut petunjuk-petunjuk dokter/perarat,


sedangkan sekarang penderita dituntut lebih aktif. Selain untuk terapi dirinya
sendiri, ia juga diharapkan dapat membantu pengobatan orang lain, misalnya
menjadi diabetic edukator ( sekarang pandu diabetes), mengikuti kegiatankegiatan klub diabetes dan lain-lain, sehingga penderita menjadi lebih bergairah
dan lebih berkualitas menjalani kehidupan sehari-hari, meskipun ia adalah seorang
penderita diabetes.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Penyakit diabetes mellitus adalah penyakit menahun dan progresif ditandai
dengan kenaikan kadar gula darah terus menahun yang disebabkan oleh
kekurangan hormon insulin, baik secara relatif maupun absolut didalam tubuh.
Kadar insulin tersebut memang benar-benar berkurang atau jumlahnya cuup tetapi
fungsinya menurun karena adanya zat-zat anti insulin . Insulin diprodusi oleh sel
sel Betha pulau-pulau Langerhans organ pankreas.
Ada beberapa faktor tertentu diduga dapat mengganggu produksi insulin
oleh pankreas. Faktor-faktor yang diduga mempunyai pengaruh terhadap
timbulnya penyakit diabetes mellitus adalah keturunan, obat-obatan tertentu,
penyakit - penyakit lain tertentu disertai kadar gula darah yang meningkat, suku
bangsa, kegemukan, keadaan sosial ekonomi, nutrisi, infeksi, geografis dan lain
lain.
American Diabetes Assosiation (2005) dalam Aru Sudoyo (2006)
mengklasifikasikan diabetes mellitus menjadi 3 :
1. Diabetes mellitus tipe I
2. Diabetes mellitus tipe II
3. Diabetes mellitus gestasional
3.2. Saran

Diabetes Mellitus adalah penyakit yang berbahaya yang dapat menyerang


siapa saja. Setelah mengetahui tentang penyakit diabetes diharapkan masyarakat
lebih waspada akan penyakit ini agar dapat mengurangi penderita Diabetes.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner, Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: RGC.
Carpenito. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC.
Carpenito. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis. Jakarta:
EGC
Internet : http://diabetesmelitus.org/tatalaksana-pasien-diabetes/
DiabetesMelitus.org 17 Januari 2016. Pukul 11.15 WIB
Isnawati, Nurlaela. 2009. Awas Anda Bisa Mati Cepat Akibat Diabetes &
Hipertensi. Jogjakarta: Power Books
Peter. 2013. Hidup Bersama Diabetes. Jakarta: Gramedia

Anda mungkin juga menyukai