Anda di halaman 1dari 25

PERAN RUMAH SAKIT DALAM KONTEKS WELFARE STATE

OLEH KELOMPOK 6 :
ADRIAN LORENZO MARE

(14061093)

JULIANA ARIYANI

(14061064)

SINTIKE LESI

(14061052)

DIANA FRANSISKA KAPOH

(14061078)

LAVENIA GRACE MALINGGATO

(14061068)

NIA CINTA PUTRY MOKALU

(14061073)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE
MANADO
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas tuntunan
serta penyertaan-Nya kami bisa menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
PERAN RUMAH SAKIT DALAM KONTEKS WELFARE STATE, Pada
kesempatan ini juga kami ingin berterimakasih kepada Dosen Mata Kuliah
Pancasila Sir.Jorry F. Lala S.H yang sudah memberikan tugas ini kepada kami dan
juga membimbing dalam penyusunan makalah ini.
Kami berharap setelah membuat makalah ini, kami dan para pembaca dapat
memahami dan mendapatkan pengetahuan tentang kebijakan rumah sakit dalam
usaha meningkatkan kesejahteraan serta kolaborasi pemerintah dan RS dalam
membangun negara kesejahteraan. Sehingga dapat di aplikasikan dalam kegiatan
hidup sehari-hari dimana pun kita berada baik di lingkungan keluarga, masyarakat
dan lingkungan yang lebih luas seperti Negara.
kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian, dalam
pembuatan karya seperti ini pada kesempatan berikutnya.

Manado,

Penyusun

[1]

DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar..i
Daftar Isiii-iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A.Latar Belakang........1-2
B.Rumusan Masalah..3
C.Tujuan Penulisan..3
D.Manfaat Penulisan.3
E.Metode Penulisan3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
A.Negara Kesejahteraan.4
B.Pilar Negara Kesejahteraan4-5
C.Indonesia Negara Kesejahteraan (?)5-7
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Derajad Kesehatan Masyarakat dan Upaya
Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat.7-8
E. Kesejahteraan Sosial Yang Tidak Berdasar Undang-undang : Tinjauan
Global..8-9
F.Penjelasan atas UU Republik Indonesia No.44 tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit..9
G. Tanggung Jawab Rumah Sakit Terhadap Kerugian Akibat Kelalaian Tenaga
Kesehatan Dan Implikasinya9-11
H. Dalam mewujudkan Negara kesejahteraan (welfare state) masyarakat
membutuhkan kebijakan Negara.11
BAB 3 PEMBAHASAN
[2]

A. Kebijakan Rumah Sakit Dalam Usaha Meningkatkan Kesejahteraan12-16


B. kolaborasi pemerintah dan rumah sakit dalam membangun negara
kesejahteraan17-19
BAB 4 PENUTUP
A.Kesimpulan20
B.Saran.21
DAFTAR PUSTAKAiv

[3]

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara kesejahteraan (welfare state) tujuan Negara ini ialah mewujudkan
kesejahteraan umum. Dalam hal ini Negara dipandang sebagai alat belaka
yang di bentuk manusia untuk mencapai tujuan bersama, yakni suatu tatanan
masyarakat yang di dalamnya ada kebahagiaan, kemakmuran, dan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam pembukaan UUD 1945
ditegaskan mengenai tujuan Negara Republik Indonesia sebagai berikut :
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial. (Negara kesejahteraan). Selain itu
dalam penjelasan UUD 1945 ditetapkaan Negara Indonesia berdasarkan
atas

hukum

(Rechsstaat),

tidak

berdasarkan

kekuasaan

belaka

(Machtsstaat). Jelaslah bahwa Indonesia adalah suatu Negara hukum yang


bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan umum, meembentuk suatu
masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila (Negara hukum dan
Negara kesejahteraan).1
Di dalam makalah ini juga dijelaskan bagaimana kebijakan rumah sakit
untuk membangun dan mempertahankan Negara kesejahteraan. Rumah sakit
sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang dibangun pemerintah yang di
mana merupakan tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan baik
promotif, preventif dan rehabilitative bagi seluruh lapisan masyarakat dalam
pelaksanaanya tidak terlepas dari segala ketentuan yang mengaturnya. Salah
satunya ketentuan dalam hal penyediaan obat-obatan bagi masyarakat
menjadi penting karena ini merupakan hak bagi masyarakat sebagai mana di
atur dalam UU no.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Pelayanan kesehatan
(Rumah Sakit) perlu terus di gerakan dan di dorong serta di dukung oleh
setiap individu khususnya pihak pihak yang memiliki peran penting di

1 Kansil, C.S.T., Drs., S.H., hukum tata pemerintahan Indonesia,


pradnya paramita, Jakarta 1981. Hal.82.

antaranya pemeritah, tenaga kesehatan , lembaga pemerhati masalah


kesehatan dan masyarakat secara pribadi.2
Mengingat pentingnya pelayanan kesehatan (rumah sakit) bagi setiap
masyarakat, menjadikan sebuah rumah sakit mempunyai peran penting
dalam menjawab kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan haruslah dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat.
Peran rumah sakit menempati peran penting dalam system pelayanan
kesehatan. Karena pentinya peran rumah sakit dalam sistem pelayanan
kesehatan, maka berbagai upaya untuk meningkakan mutu pelayanan rumah
sakit menjadi prioritas dalam pembangunan bidang kesehatan. Hal ini layak
untuk diupayakan agar seluruh masyarakat dapat menikmati pelayanan
keehatan secara terjangkau, dan terlayani secara merata. Peran Rumah Sakit
juga sangat mempengaruhi kesejatraan masyarakat misalnya kenyamanan
pasien dan fasilitas serta pelayanan yang baik seperti mengadakan sosialisasi
atau penyuluhan di masyarakat, pemerintah juga membantu Rumah Sakit
dalam mewujudkan kesejatraan rakyat seperti memberikan fasilitas
kesehatan Rumah Sakit.

2 Sholichuddin.M.,Lestari AMdKep-N.P.,SKM-Arkani.,Wulandari SST FisioD.S.,MPH.Warta RSUD dr.H.Soemarno Sosroadmojo. Kuala


Kapuas;2010.Hal 4

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kebijakan

rumah sakit dalam usaha meningkatkan

kesejahteraan?
2. Bagaimana kolaborasi pemerintah dan rumah sakit dalam membangun
negara kesejahteraan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Kebijakan rumah sakit dalam usaha meningkatkan
kesejahteraan.
2. Untuk mengetahui bagaimana kolaborasi pemerintah dan rumah sakit
dalam membangun Negara kesejahteraan.
D. Manfaat Penulisan
a) Teoritis
Agar menambah pengetahuan tentang kebijakan yang di tetapkan oleh

Rumah Sakit untuk peningkatan kesejahteraan.


menambah pengetahuan tentang bagaimana pengkolaborasian pemerintah
dan Rumah sakit sebagai fasilitas sosial untuk membangun Negara

kesejahteraan (welfare state).


Bisa dijadikan referensi untuk pengembangan karya tulis berikutnya.
b) Praktis
Karya ini bisa saja dijadikan pembelajaran di dunia kerja khususnya di
bidang pemerintahan dan bagian pengelolah Rumah Sakit, untuk
pengembangan kinerja kedepannya.
E. Metode Penulisan
Metode penulisan yang kami gunakan adalah Metode Library Research.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Negara Kesejahteraan (welfare state)
Salah satu karakteristik konsep negara kesejahteraan adalah kewajiban
pemerintah untuk mengupayakan kesejahteraan umum atau bestuurszorg.

Menurut E.Utrecht, adanya bestuurszorg ini menjadikan suatu tanda yang


menyertakan adanya suatu welfare state.3
Negara

Kesejahteraan

adalah

Negara

yang

pemerintahannya

sudah

menjadikan masyarakat sebagai objek untuk disejahterakan dengan tidak


mengenyampingkan

Hak

Asasi

Manusia,

Konsep

demokrasi,

Anti

diskriminasi, Keadilan sosial dan penegakan hukum. Disini kepentingan


rakyat yang lebih di utamakan dibandingkan kepentingan pemerintahan. Peran
pemerintah juga menunjang dalam membentuk suatu Negara yang sejahtera
(welfare state).
B. Pilar Negara Kesejahteraan
Benarkah Indonesia adalah Negara kesejahteraan (welfare state)? Cita-cita
Negara kesejahteraan ada di batang tubuh pembukaan UUD 1945. Bagaimana
pelaksanaannya? Meski Indonesia merupakan Negara kesejahteraan, rakyat
belum sejahtera dilihat dari banyaknya jumlah orang miskin. Negara
kesejahteraan diletakkan Otto Von Bismarek pada 1880-an. Tujuannya untuk
memberi rasa aman (security) sejak lahir sampai mati. Rasa aman ini
merupakan proteksi sosial terhadap resiko ekonomi yang tidak terduga
misalnya sakit, kecelakaan ataupun resiko menurunnya pendapatan karena
memasuki usia pension. Inilah pilar Negara kesejahteraan yang ternyata
menjadi elemen penting dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat. Ide itu lalu
berkembang di seluruh dunia dengan modifikasi. Dari aspek jaminan sosial
tidak jauh berbeda. Manusia memerlukan jaminan kesehatan, jaminan
kecelakaan kerja, jaminan pemutusan hubungan kerja, jaminan hari tua,
jaminan pensiun dan jaminan kematian.4
Pelayanan sosial diberikan oleh Negara secara merata kepada seluruh
penduduknya, baik kaya maupun miskin. level ekonomi yang ada pada
penduduk tidak menghalangi atau bukan menjadi suatu alasan pemerintah
3RIDWAN HR.,Hukum administrasi Negara.,PT Raja Grafindo
Persada.,Jakarta;2006.,Hal 18.
4 Sulastomo. Kapita Selekta The Indonesian Dream, Kompas, Jakarta
2008. Hal 27.

untuk memberi pelayanan sosial yang merata dari usia muda sampai usia
senja.
C. Indonesia Negara Kesejahteraan (?)
Suatu kejadian mahapenting selama tahun 2002 adalah sidang Tahunan MPR
yang berlangsung pada 1-11 agustus 2002. Disitu diputuskan beberapa
perubahan UUD yang (bersama amandemen-amandemen sebelumnya)
potensial membuat indonesia suatu Negara modern yang lebih demokratis dan
sejahtera. Presiden dan wakil presiden untuk seterusnya akan dipilih langsung
oleh rakyat. Wakil-wakil rakyat baik dalam dewan perwakilan rakyat (DPR)
maupun dewan perwakilan daerah (DPD) yang baru akan dipilih semua. Akan
dibentuk suatu mahkama konstitusi yang berwenang menyelesaikan semua
perbedaan dan sengketa antar lembaga. Sebuah perubahan yang mungkin tidak
begitu mencolok dalam pemberitaan tentang ST MPR 2002 adalah
amandemen terhadap UUD pasal 34. Seperti diketahui dalam UUD 1945 yang
asli pasal 34 berbunyi: fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara
oleh Negara. Kalimat ini tetap dipertahankan sebagai butir dalam pasal 34
yang diamandemen, tetapi ditambah tiga butir baru sebagai berikut: Negara
mengembangkan

system

jaminan

sosial

bagi

seluruh

rakyat

dan

memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan


martabat kemanusiaan; Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak; ketentuan
lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.
Jika Pasal 34 dalam bentuk baru ini diimplementasikan dengan konsekuen,
Indonesia dapat menjadi welfare state atau Negara5
Kesejahteraan, sebagaimana sekarang Negara maju sudah mempunyai status
itu. Welfare state memiliki sistem jaminan sosial bagi semua warga Negara.
Jika orang di-PHK atau kehilangan pekerjaan karena sakit atau kecelakaan, ia
mendapat

santunan

yang

cukup

untuk

menghidupi

dirinya

beserta

keluarganya. Jika seorang ibu kehilangan suaminya, ia menerima santunan


janda dan anak-anaknya tersedia santunan yatim piatu. Jika orang mencapai
usia 65 tahun, ia memperoleh santunan hari tua, juga kalau ia sudah menerima
5 Bertens.K., Sketsa-Sketsa Moral.,Kanisius.,Yogyakarta;2004., hal.63.

pensiun dari perusahaan sesuai peraturan yang berlaku disitu. Dan yang paling
penting jika seseorang jatuh sakit, entah bekerja atau tidak, ia pasti
mendapatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, karena semua warga
Negara dicakup oleh asuransi kesehatan nasional. Pendeknya dalam Negara
kesejahteraan, terpasang semacam social safety net yang dapat menampung
semua orang yang sial dalam perjuangan hidup. Welfare state bercita-cita
menjamin keadaan sejahtera bagi semua warganya from the cradle to the
grave.6
Kita di Indonesia harus merasa terdorong secara khusus untuk mewujudkan
Negara kesejahteraan, karena keadilan sosial termasuk ideologi Negara kita.
memang tidak boleh ditunda lagi dicantumkannya dalam UUD apa yang sudah
dirumuskan sebagai hak dalam Deklarasi Universal HAM pada tahun 1948.
Tetapi

langsung

timbul

pertanyaan:

apakah

kita

sanggup

juga

mengembangkan sistem jaminan sosial seperti sekarang tertera dalam UUD


kita? Pasti tidak dengan cara yang sama seperti dilaksanakan di Negara-negara
maju. Bagaimana mungkin Negara kita memberi santunan penganggur kepada
semua orang yang tidak mempunyai pekerjaan? Di Negara-negara
kesejahteraan sekarang sistem jaminan sosial didasarkan atas solidaritas
angkatan kerja dengan orang yang tidak bekerja lagi. Dari semua tenaga kerja
dipungut premi sosial (selain pajak pendapatan) dan dana yang terkumpul itu
dipakai untuk membayar semua santunan kepada yang berhak. Sistem seperti
itu belum dapat diterapkan dalam situasi kita. Tetapi tidak boleh dilupakan
bahwa Negara-negara kesejahteraan itu tidak membangun sistemnya pada satu
hari saja. Mereka justru membutuhkan waktu lama untuk itu dan lebih penting
lagi, sebelumya mereka sudah mempunyai tradisi memperhatikan orang
miskin melalui poor laws atau undang-undang bantuan kaum miskin.
Negara kesejahteraan modern dapat dilihat sebagai lanjutan fase poor laws,
setelah memikirkan cara untuk mendata keluarga-keluarga miskin, kita bisa
membuat peraturan hukum guan untuk membantu mereka, terutama dibidang
pangan dan kesehatan.7
6 Ibid.,hal.64

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi derajad kesehatan masyarakat dan upaya


meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Menurut Hendrik L. Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi derajat
1.
2.
3.
4.

kesehatan masyarakat, yaitu faktor:


Perilaku
Lingkungan
Keturunan
Pelayanan Kesehatan.
Dari ke empat faktor diatas ternyata pengaruh perilaku cukup besar diikuti
oleh pengaruh faktor lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Ke
empat faktor diatas sangat berkaitan dan saling mempengaruhi. Perilaku sehat
akan menunjang meningkatnya derajat kesehatan, hal ini dapat dilihat dari
banyaknya penyakit berbasis perilaku dan gaya hidup. Saat ini pemerintah
telah berusaha memenuhi 3 aspek yang sangat terkait dengan upaya pelayanan
kesehatan, yaitu upaya memenuhi ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan
dengan membangun puskesmas, pustu, bidan desa, pos obat desa, dan jejaring
lainnya. Pelayanan rujukan juga ditingkatkan dengan munculnya rumah sakitrumah sakit baru di setiap kabupaten/kota.8

E. Kesejahteraan sosial yang tidak berdasar Undang-undang : tinjauan global.


Usaha kesejahteraan sosial non formal terdiri atas banyak kegiatan harian
yang meningkatkan kesejahteraan individu, keluarga, dan komunitas. Banyak
dari kegiatan-kegiatan ini berkepentingan dengan bertahannya hidup secara
ekonomi dan melibatkan penggunaan tenaga kerja secara rutin sebagai cara
utama9
untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kegiatan-kegiatan lain mempunyai
fungsi kesejahteraan sosial yang lebih tegas karena mensyaratkan bahwa org
7 Ibid.,hal 65
8 Alhamda Syukra,SKM.,M.Kes., Sriani Yustina,SKM.,MPH.,Buku ajar
ilmu kesehatan masyarakat;2015
9 Fahrudin Adi, Ph.D. Kesejahteraan sosial
internasional.,alfabeta.,Bandung;2012., hal.55.

terjadi terlibat secara langsung dalam kegiatan-kegiatan kesejahteraan sosial


seperti memberi derma. Usaha kesejahteraan non formal sering dilembagakan
dalam arti bahwa usah tersebut muncul dari kewajiban-kewajiban yang secara
budaya diwajibkan bagi keluarga, kelompok-kelompok kerabat, tetangga,
komunitas, dan bahkan seluruh budaya. Penelitian dalam jaringan sosial
informal dinegara-negara industri menunjukan bahwa kebanyakan orang
minta bantuan kepada anggota keluarga, teman, dan tetangga. Mereka
melakukan ini walaupun pelayanan pemerintah tersedia. Dalam awal tahun
1980-an beberapa studi menunjukan bahwa sistem nonformal banyak
digunakan untuk melengkapi pelayanan-pelayanan pemerintah untuk lanjut
usia, orang sakit mental, keluarga yang mengalami masalah perkawinan,
penyalahgunaan narkoba, dan kelompok lain yang membutuhkan. Penelitian
yang sama juga dilakukan dinegara-negara berkembang yang menunjukan
bahwa kegiatan-kegiatan kesejahteraan nonformal sering sangat diatur oleh
budaya tradisional. Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa institusiinstitusi ini merupakan cara utama untuk meningkatkan kesejahteraan orang
didunia ketiga. Itulah sebabnya ada penulis yang menyarankan agar
pemerintah harus menundukung sistem nonformal dan mengintegrasikannya
dengan program-program pemerintah.10
F. Penjelasan atas UU Republik Indonesia No.44 tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
Rumah sakit sebagai salah satu fasilits pelayanan kesehatan merupakan bagian
dari sumber daya kesehatan yang sangat di perlukan dalam mendukung
penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaraan11
pelayanan kesehatan di Rumah sakit mempunyai karakteristik dan organisasi
yang sangat kompleks.

10 Ibid.,hal.56.
11 Aulia Nuansa.,Rumah Sakit undang-undang Republik Indonesia
No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.,CV.Nuansa
Aulia.,Bandung;2010.,Hal 38.

Pada hakekatnya Rumah Sakit berfungsi sebagai tempat penyembuhan


penyakit dan pemulihan kesehatan dan fungsi dimaksud memiliki makna
tanggung jawab yang seyogyanya merupakan tanggung jawab pemerintah
dalam meningkatnkan taraf kesejahteraan masyarakat.12
G. Tanggung Jawab Rumah Sakit Terhadap Kerugian Akibat Kelalaian Tenaga
Kesehatan Dan Implikasinya
Rumah

Sakit

merupakan

institusi

pelayanan

Kesehatan

yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang


menyediakan pelayanan rawat inap,rawat jalan dan gawat darurat,
sebagaimana dapat di lihat dalam ketentuan pasal 1 angka 1 UU No.44 tahun
2009 tentang Rumah Sakit.

Dengan demikian kegiatan Rumah Sakit di

lakukan oleh tenaga kesehatan yang terorganisir serta penyediaan pelbagai


sarana medis dan non medis yang permanen, menyelenggarakaan pelayanan
medis dan keperawatan

secara penyinambungan , termasuk pelayanan

diagnosis dan pengobatan pasien. Rumah Sakit di bagi berdasarkan


pengelolaanya ,di bagi menjadi Rumah sakit public dan rumah sakit privat.
Rumah Sakit publik di kelola oleh pemerintah, pemerintah daerah
(propinsi,kabupaten) ataupun yang di kelolah oleh badan hukum yang bersifat
nirlaba, sehingga rumah sakit public dapat di sebut ebagai rumah sakit nonkomersial. Rumah sakit pemerintah di selenggarkan berdasarkan pengelolaan
badan layanan umum dan badan layanan daerah . Rumah sakit yang di kelola
oleh pemerintah tidak dapat di alihkan menjadi rumah sakit privat (pasal 20
UU Rumah Sakit). Rumah sakit privat (swasta) di kelola oleh badan hukum
dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero (pasal 21
UU Rumah Sakit), sehingga rumah sakit privat dapat di sebut sebagai rumah
sakit yang komersial.
Rumah

sakit

di

klasifikasikan

berdasar

fasilitas

dan

kemampuan

pelayanannya,yaitu Rumah sakit umum dan Rumah sakit Khusus. Rumah


sakit umum yang terdiri dari kelas A,kelas B, kelas C dank leas D, sedangkan
12 Ibid.,Hal 39.

Rumah sakit khusus terdiri dari kelas A,kelas B dan kelas C . rumah sakit
umum kelas A adalah rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medic paling sedikit 4 spesialis. 5 spesialis penunjang medic, 12
spesialis lain dan 13 subspesialis. Rumah sakit umum kelas B adalah rumah
sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan medic paling sedikit 4
spesialis , 4 spesialis penunjang medik, 8 spesialis dan 2 subspesialis dasar.
Rumah sakit umum kelas C adalah rumah sakit yang pilan melalui pendidikan
di bidang kesehatan yang untuk jenis tersebut membutuhkan kewenangan
untuk melakukan upaya kesehatan ( pasal 1 angka 6 UU No.36 tahun 2009.
Berdasarkan ketentuan pasal 2 (1)PP No.32 tahun 1996 tentang tenaga
kesehatan dan pasal 21 UU kesehatan , tenaga kesehatan dapat di kelompokan
sesuai keahlian dan kualifikasi yang di miliki, antara lain : tenaga medis,
tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan;tenaga kesehatan masyarakat dan
lingkungan ;tenaga gizi;tenaga keterapian fisik;tenaga keteknisian medis; dan
tenaga kesehatan lainnya. Sebagaimana di tentukan pasal 12 UU Rumah Sakit,
di rumah sakit terdapat tenaga tetap yabg terdiri dari tenaga kesehatan dan
tenaga non- kesehatan .tenaga kesehatan terdiri : tenaga medis (dokter dan
dokter gigi); tenaga penunjang medis ;tenaga keperawatan ; tenaga
kefarmasian dan tenaga manajemen rumah sakit.13
H. Dalam mewujudkan Negara kesejahteraan (welfare state) masyarakat
membutuhkan kebijakan Negara.
Pengertian Kebijaksanaan Negara.
Kebijaksanaan (Policy) diberi arti yang bermacam-macam:
Menurut Carold D.Lasswell dan Abraham Kaplan memberi arti kebijaksanaan
sebagai14 suatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktek-praktek
yang terarah. Menurut Calr J. Friedrick mendefinisikan kebijaksanaan sebagai
serangkaian tindakan yang di usulkan seseorang, kelompok atau pemerintah
dalam suatu lingkungan tertentu dengan menunjukan hambatan-hambatan dan
13 Wahyudi Setya.,Jurnal Dinamika Hukum Tanggung Jawab Rumah
Sakit Terhadap Kerugian Akibat Kelalaian Tenaga Kesehatan dan
Implikasinya.,Bandung;2011.,Hal 507.
14 DR.M.Irfan Islami.,Prinsip-prinsip perumusan Kebijaksanaan
Negara.,Bumi Aksara.,Jakarta;2004.Hal 15.

kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan usulan kebijaksanaan tersebut


dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Menurut James E. Anderson bahwa
kebijaksanaan itu adalah serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan
tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok
pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu. Oleh karena itu suatu
kebijaksanaan memuat 3 elemen yaitu:
1. Identifikasi dari tujuan yang ingin dicapai
2. Taktik atau strategi dari berbagai langkah untuk mencapai tujuan yang
diinginkan15
3. Penyediaan berbagai input untuk memungkinkan pelaksanaan secara nyata
dari taktik atau strategi.16

BAB 3
PEMBAHASAN
A. Kebijakan rumah sakit dalam usaha meningkatkan kesejahteraan.
Dalam pembukaan UUD 1945 tercantum jelas cita-cita bangsa Indonesia yang
sekaligus merupakan tujuan nasional bangsa Indonesia. Tujuan nasional
tersebut adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan perdamaian abadi serta keadilan sosial. Kesehatan merupakan
hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan
sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksudkan dalam
pancasila dan pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
1945. Oleh karena itu setiap kegiatan dan upaya untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan
15 Ibid.,Hal 17
16 Ibid.,Hal 18

prinsip nondiskriminatif, partisipatif, perlindungan, dan berkelanjutan yang


sangat penting artinya bagi pembentukan sumber daya manusia Indonesia
peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa, serta pembangunan nasional.
Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada
mulanya berupa upaya penyembuhan penyakit, kemudian secara berangsurangsur berkembang kearah keterpaduan upaya kesehatan untuk seluruh
masyarakat dengan mengikutsertakan upaya masyarakat secara luas yang
mencangkup upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang bersifat
menyeluruh terpadu dan berkesinambungan. Perkembangan ini tertuang ke
dalam sistem kesehatan nasional (SKN) pada tahun 1982 dan selanjutnya
disebutkan kedalam GBHN 1983 dan GBHN 1988 sebagai tatanan untuk
melaksanakan pembangunan kesehatan.17

1. Sehat Menunjang Kesejahteraan


Sehat adalah keadaan sejahterah dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Setiap
orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan perorangan, keluarga dan lingkungan. Kesehatan
merupakan masalah sosial ekonomi dan politik, kesehatan merupakan hak
asasi manusia yang paling penting. Kesenjangan, kemiskinan, ekploitasi,
kekerasan dan ketidakadilan merupakan sumber penyakit dan kematian di
antara orang miskin dan termarginal. Kesehatan mencerminkan komitmen
masyarakat terhadap kesetaraan dan keadilan.18
2. Undang-undang Republik Indonesia nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
sakit BAB II Asas dan Tujuan.
Pasal 2
17 Aulia Nuansa.,op.cit.,Hal 148-149.
1815 dr.Agustina Harsamin., Sr.Ros Isti RahayuNingsi, CB,BSN.,Bunga
Rampai XV Berbuat Demi Kesejahteraan Bersama.,Sekretariat Komisi
PSE/APP-KAJ, bekerjasama dengan LDD-KAJ, Komisi
PSE/KWI.,Jakarta;2007.,Hal 87

Rumah sakit diselanggarakan berasaskan pancasila dan didasarkan kepada


nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan
hak dan anti diskriminasi, pemeretaan dan perlindungan dan keselamatan
pesien, serta mempunyai fungsi sosial.
Pasal 3
Pengaturan penyelanggaraan rumah sakit bertujuan:
a) Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan;
b) Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat,
lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit;
c) Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah
sakit;
d) Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber
daya manusia rumah sakit, dan rumah sakit.19
3. Mutu pelayanan kesehatan di puskemas dan rumah sakit
Mutu pelayanan di puskesmas dan rumah sakit sangat di pengaruhi oleh
kualitas sarana fisik, jenis tenaga yang terssedia, obat dan kesehatan, Serta
proses pemberian pelayanan. Oleh karena itu, peningkatan faktor-faktor
tersebut

termasuk

sumber

daya

manusia

dan

profesionalisme

diperbolehkan agar pelayanan kesehatan yang bermutu dan pemerataan


pelayanan kesehatan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat.
Mutu pelayanan kesehatan adalah derajad dipenuhinya kebutuhan
massyarakat atau perorangan terhadap asuhan keperawatan yang sesuai
dengan standar profesi yang baik dengan penmanfaatan sumber daya
secara wajar, efisien, efektif, dalam kterbatasan kemampuan pemerintah
dan masyarakat, serta diselanggarakan secara aman dan memuaskan
pelanggan sesuai dengan norma dan etika yang baik. (Azrul Azwar),
1999).
Dari batasan yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa mutu
pelayanan kesehatan adalah kesesuain pelayanan kesehatan dengan standar
profesi dengan memanfaatkan sumber daya yang ada secara baik, sehingga
semua kebuthan pelanggan dan tujuan untuk mencapai derajad kesehatan
yang optimal dapat tercapai.20
19 Aulia nuansa.,Op.cit.,Hal 3

4. Beberapa contoh pengkajian mutu pelayanan kesehatan berdasarkan


pendekatan sistem dapat dikemukakan berikut ini.
a) Pengkajian Input
Sarana pelayanan, apakah peralatan yang ada sesuai standar? Apakah
peralatan tersebut berfungsi dengan baik? Apakah persediaan obat

dan vaksin sudah cukup? Dan sebagainya.


Lingkungan pelayanan, apakah tempat pelayanan bersih dan
nyaman? Apakah tersedia ruang tunggu yang memadai? Apakah ada
kamar kecil yang bersih? Apakah tersedia media penyuluhan? Dan

sebagainya.
Petugas, apakah petugas ramah? Apakah petugas saling membantu
dalam

melaksanakan

tugas?

Apakah

petugas

mempunyai

pengetahuan yang baik tentang pelayanan? Dan sebagainya.


b) Pengkajian Proses
Apakah pelayanan yang dilakukan petugas sudah sesuai dengan
standar atau prosedur tetap (protap)? Jika belum, maka

cari

penyebabnya dengan menanyakan pada petugas tersebut dan orang


disekelilingnya termasuk atasnya.
Apakah catatan pada kartu kunjungan klinik sudah sesuai dengan
daftar tilik/standar pelayanan? Jika belum, tanyakan pada petugasnya
lain atupun atasannya.
c) Pengkajian Hasil
Hasil (outcome) yang dapat langsung dikaji antara lain perubahan
perilaku pasien, misalnya untuk menilai mutu pelayanan antenatal
care

adalah

pasien

hamil

telah

empat

kali

memeriksakan

kehamilannya, menurunnya angka kejadian berat badan lahir rendah


(BBLR), serta menurunnya angka kejadian eklampsia.21
5. Dalam pelaksanaanya agar standar yang sudah ditetapkan bisa dicapai,
maka diperlukan protocol (pedoman atau petunjuk pelaksanaan), prosedur
tetap (protap) atau standar operating procedur (SOP). Untuk mengukur
20 Bustami MS, MQIH., Penjaminan mutu pelayanan kesehatan &
askeptabilitasnya.,Erlangga.,Jakarta;2011.,hal 16
21 Ibid., Hal 19

tercapai atau tidaknya standar, maka digunakan indicator (tolak ukur) yang
menunjuk pada ukuran kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan.
Standar dapat dibedakan atas:
a).Standar Masukan
standar masukan (input atau structure) dapat berupa tenaga, peralatan,
fasilitas, sumber dana, bahan, organisasi, dan sebagainya. Misalnya,
dipuskesmas sukamaju, syringe dan jarum steril untuk tahun 2010 tersedia
dalam jumlah yang cukup untuk setiap kegiatan imunisasi.22
b).Standar Proses
berfokus pada interaksi profesi dengan pasien/konsumen/masyarakat dan
digunakan untuk menilai pelaksanaan proses pelayanan kesehatan dan
merupakan kinerja pelayanan kesehatan. Standar proses biasanya
dinyatakan sebagai kebijaksanaan atau prosedur kerja, misalnya petugas
puskesmas yang di tunjuk melakukan imunisasi BCG harus melakukan
imunisasi dengan cara intradermal.
c). Standar Keluaran
standar ini merupakan ketentuan ideal yang menunjuk pada hasil langsung
pelayanan. Karena menunjuk pada hasil keluaran, maka standar keluaran
sering juga disebut dengan standar penampilan. Misalnya, target
pencapaian imunisasi BCG untuk bayi dipuskesmas selangit pada tahun
2009 sebesar 90% dari jumlah populasi yang ada.
d). Standar Hasil
standar hasil merupakan ukuran hasil intervensi pelayanan kesehatan
terhadap konsumen/pasien/masyarakat. Standar hasil biasanya ditentukan
oleh pihak ke-tiga, bukan oleh pemberi pelayanan atau sarana pelayanan
kesehatan. Standar hasil merupakan perubahan perubahan yang di
antisipasi dalam kondisi konsumen/pasien/masyarakat. Misalnya, tingkat
kepuasan pasien dipuskesmas sukamaju pada tahun 2009 adalah sebesar
80%. Umumnya, hasil pelayanan ini agak sulit diukur dan memakan cukup
banyak biaya. Oleh sebab itu, dalam penjaminan mutu pelayanan
kesehatan, pengukurannya sering di tunjukan terhadap intermediate
outcome seperti pemanfaatan (utilization) dan pencapaian program
(Coverage).23
22 Ibid., Hal 22

B. kolaborasi pemerintah dan rumah sakit dalam membangun negara


kesejahteraan.
1. Undang-undang Republik Indonesia nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
sakit BAB IV Tanggung jawab pemerintah daerah pasal 6.
Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab untuk:
a) Menyediakan rumah sakit berdasarkan kebutuhan masyarakat
b) Menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan dirumah sakit bagi fakir
miskin, atau orang tidak mampu sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan
c) Membina dan mengawasi penyelenggaraan rumah sakit
d) Memberikan perlindungan kepada rumah sakit agar dapat memberikan
pelayanan kesehatan secara professional dan bertanggung jawab
e) Memberikan perlindungan kepada masyarakat pengguna

jasa

pelayanan rumah sakit sesuai dengan ketentuan perundang-undangan


f) Menggerakan peran serta masyarakat dalam pendirian rumah sakit
sesuai dengan jenis pelayanan yang dibutuhkan masyarakat
g) Menyediakan informasi kesehatan yang dibutuhkan masyarakat
h) Menjamin pembiayayaan pelayanan kegawat daruratan dirumah sakit
akibat bencana dan kejadian luar biasa
i) Menyediakan sumberdaya manusia yang dibutuhkan
j) Mengatur pendistribusian penyebaran alat kesehatan berteknologi
tinggi dan bernilai tinggi24
2. Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 12 tahun 2013 tentang
Jaminan Kesehatan
Manfaat jaminan kesehatan pasal 20
(1) Setiap peserta berhak memperoleh manfaat jaminan kesehatan yang
bersifat pelayanan kesehatan perorangan, mencakup pelayanan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative termasuk pelayanan
obatdan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis
yang diperlukan.

23 Ibid.,hal.23
24 Aulia Nuansa.,Op.cit.,hal.5

(2) Manfaat jaminan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


terdiri atas manfaat medis dan manfaat non medis.
(3) Manfaat medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak terikat
dengan besaran iuran yang dibayarkan.
(4) Manfaat nonmedis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi
manfaat akomodasi dan ambulans.
(5) Manfaat akomodasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) di tentukan
berdasarkan skala besaran iuran yang di bayarkan.
(6) Ambulans sebagaimana dimaksud pada ayat (4) hanya diberikan
untuk pasien rujukan dari fasilitas kesehatan dengan kondisi tertentu
yang di tetapkan oleh BPJS kesehatan.25
Rumah sakit berperan penting dalam meningkatkan kesejahteraan, untuk
itu kerjasama rumah sakit dan pemerintah sangat dibutuhkan dalam
membangun Negara kesejahteraan (welfare state). kerjasama pemerintah
dan rumah sakit dapat di aplikasikan dengan cara, melaksanakan
pengobatan gratis (tidak dikenakan biaya) bagi fakir miskin, meringankan
biaya rumah sakit bagi orang yang kurang mampu. Misalnya dengan cara
memberikan jaminan kesehatan berupa kartu Jamkesmas (jaminan
kesehatan masyarakat), kartu BPJS, dan lain sebagainya. Dengan adanya
jaminan tersebut maka secara otomatis dapat meringankan beban
masyarakat. Dan bisa menjamin kesejahteran masyarakat.
3. Peranan Departemen Kesehatan
Manager layanan kesehatan lokal dan petugas kesehatan lainnya harus
peduli terhadap mutu layanan kesehatan, jika jaminan mutu layanan
kesehatan diharapkan dapat berhasil dalam meningkatkan mutu layanan
kesehatan. Namun, departemen kesehatan

mungkin dapat melakukan

peranan yang sangat penting dalam mengembangkan jaminan mutu


layanan kesehatan, paling tidak dengan empat dari lima cara yang akan
dijelaskan berikut.
a. departemen kesehatan dapat menggunakan kewenangannya dalam
mempromosikan jaminan mutu layanan kesehatan serta kepentingan

25 Tim pustaka yustisia.,panduan resmi memperoleh jaminan


kesehatan dari BPJS., visimedia.,Jakarta.,2014.,hal.112

dan manfaatnya dalam layanan kesehatan atau dalam pengembangan


sistem layanan kesehatan.
b. departemen kesehatan agar dapat mengalokasian sedikit sumber daya
untuk mengembangkan kader fasilitator

& ahli untuk memulai

jaminan mutu layanan kesehatan. Institusi akademik setempat


sebaiknya di ajak bekerja sama untuk melakukan pelatihan dalam
jaminan mutu layanan kesehatan.
c. adalah sangat tepat menyusun dan menerbitkan standar layanan
kesehatan atau target yang menggambarkan tingkat mutu yang
diinginkan dalam istilah struktur, proses, dan keluaran, seperti yang
dilakukan beberapa negara anggota WHO. Contoh pendekatan yang
demikian ada di Denmark, Indonesia, italia, Malaysia, dan amerika
serikat.
d. dukungan sumber daya akan sangat bermanfaat karena pendekatan
jaminan mutu layanan kesehatan telah dapat mengidentifikasi peluang
untuk peningkatan mutu, tetapi sistem layanan

kesehatan

lokal

umumnya kekurangan sumber daya yang diperlukan.


e. mungkin akan ada manfaatnya menggunakan anggaran dan peraturan
perundang-undangan sebagai insentif ataupun disinsentif untuk
melanjutkan Kegiatan jaminan mutu layanan kesehatan.26

BAB 4
PENUTUP
26 Pohan I.S MPH,MHA,Dr.,Jaminan Mutu Layanan Kesehatan: Dasardasar pengertian dan penerapan.,Buku Kedokteran
EGC.,Jakarta:2006.,Hal 201

A. Kesimpulan
Indonesia adalah suatu Negara hukum yang bertujuan untuk mewujudkan
kesejahtraan umum membentuk suatu masyarakat yang adil dan makmur
berdasarkan pancasila (Negara hukum dan Negara kesejahtraan) dalam hal
ini

Rumah Sakit

ikut

membangun dan mempertahankan Negara

Kesejahtraan. Rumah Sakit yang di bangun pemerintah menjadi tempat


penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan baik promotif, prefentif dan
rehabilitatif

bagi seluruh lapisan masyarakat, peran rumah sakit dalam

konteks welfare state

pada hakekatnya Rumah Sakit berfungsi sebagai

tempat penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dan fungsi yang


dimaksud memiliki makna tanggung jawab pemerintah dalam meningkatkan
taraf kesejahtraan masyarakat.
Kolaborasi pemerintah dan rumah sakit dalam membangun kesejahtraan
yaitu menyediakan berdasarkan kebutuhan masyarakat , menjamin
pembiayaan pelayanan kesehatan dirumah sakit bagi fakir miskin atau orang
tidak mampu sesuai peraturan perundang-undangan, menyediakan informsi
kesehatan yang dibutuhkan masyarakat
Pada dasarnya Rumah Sakit berperan penting dalam meningkatkan
kesejahtraan untuk itu kerja sama Rumah Sakit dan pemerintah sangat
dibutuhkan dalam membangun Negara Kesejahtraan (welfare state) konsep
kerjasama pemerintah dan Rumah Sakit di aplikasikan dengan cara
melaksanakan pengobatan gratis tidak dikenakan biaya bagi fakir miskin
memberikan jaminan kesehatan berupa kartu jamkesmas atau jaminan
kesehatan masyarakat dan kartu BPJS.

B. Saran
Kiranya pengguna karya tulis ini, bisa menyertakan koreksi-koreksi yang
membangun jika di temukan kesalahan-kesalahan yang tidak diketahui oleh
penyusun, agar pada penyusunan karya berikutnya dapat disempurnakan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kansil, C.S.T., Drs., S.H., hukum tata pemerintahan Indonesia, pradnya


paramita, Jakarta 1981
2. Sholichuddin.M.,Lestari AMdKep-N.P.,SKM-Arkani.,Wulandari SST FisioD.S.,MPH.Warta RSUD dr.H.Soemarno Sosroadmojo. Kuala Kapuas;2010
3. RIDWAN
HR.,Hukum
administrasi
Negara.,PT
Raja
Grafindo
Persada.,Jakarta;2006
4. Sulastomo. Kapita Selekta The Indonesian Dream, Kompas, Jakarta 2008
5. Bertens.K., Sketsa-Sketsa Moral.,Kanisius.,Yogyakarta;2004
6. Alhamda Syukra,SKM.,M.Kes., Sriani Yustina,SKM.,MPH.,Buku ajar ilmu
kesehatan masyarakat;2015
7. Fahrudin
Adi,

Ph.D.

Kesejahteraan

sosial

internasional.,alfabeta.,Bandung;2012
8. Aulia Nuansa.,Rumah Sakit undang-undang Republik Indonesia No.44
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.,CV.Nuansa Aulia.,Bandung;2010
9. Wahyudi Setya.,Jurnal Dinamika Hukum Tanggung Jawab Rumah Sakit
Terhadap
10.

Kerugian

Akibat

Kelalaian

Implikasinya.,Bandung;2011
DR.M.Irfan
Islami.,Prinsip-prinsip

Tenaga
perumusan

Kesehatan

dan

Kebijaksanaan

Negara.,Bumi Aksara.,Jakarta;2004
11. dr.Agustina Harsamin., Sr.Ros Isti RahayuNingsi, CB,BSN.,Bunga Rampai
XV Berbuat Demi Kesejahteraan Bersama.,Sekretariat Komisi PSE/APPKAJ, bekerjasama dengan LDD-KAJ, Komisi PSE/KWI.,Jakarta;2007
12. Bustami
MS, MQIH., Penjaminan mutu pelayanan kesehatan &
askeptabilitasnya.,Erlangga.,Jakarta;2011
13. Tim pustaka yustisia.,panduan resmi memperoleh jaminan kesehatan dari
BPJS., visimedia.,Jakarta.,2014
14. Pohan I.S MPH,MHA,Dr.,Jaminan Mutu Layanan Kesehatan: Dasar-dasar
pengertian dan penerapan.,Buku Kedokteran EGC.,Jakarta:2006

[4]

Anda mungkin juga menyukai