PENDAHULUAN
Genx pada tahun 2009 mengemukakan bahwa mesin listrik adalah alat listrik yang berputar
dan dapat mengubah energi mekanis menjadi energi listrik menggunakan generator serta dapat
mengubah energi listrik menjadi energi mekanis menggunakan motor. Generator dan motor termasuk
jenis mesin listrik dinamis.
Menurut Hammer, pada dasarnya terdapat dua macam generator, yaitu generator DC dan
generator AC. Demikian pula dengan motor, terdapat motor DC dan motor AC.
Generator DC dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan dari rangkaian belitan magnet
atau penguat eksitasinya terhadap jangkar. Jenis generator DC yaitu generator penguat terpisah,
generator shunt, generator kompon. Berdasarkan sistem pembangkitannya, generator AC atau
generator sinkron ini dibagi menjadi 2 yaitu generator 1-fasa dan generator 3-fasa.
Motor AC dibagi menjadi 2, yaitu motor sinkron dan motor induksi (asinkron). Sedangkan
motor DC berdasarkan pembangkitannya dibagi menjadi 3, yaitu motor DC shunt, motor DC seri, dan
motor DC gabungan.
BAB II
GENERATOR
A. Generator AC
1. Pengertian
Marwan pada tahun 2007 mengemukakan bahwa generator AC adalah jenis mesin
listrik yang banyak digunakan pada pembangkit tenaga listrik. Generator AC juga bisa
disebut alternator yang umum digunakan adalah Mesin sinkron yang juga kadang
digunakan sebagai motor listrik untuk memperbaiki power factor. Keuntungan pada mesin
sinkron adalah karena tidak menggunakan sikat komutasi. Tegangan yang dibangkitkan
pada alternator adalah sebanding dengan fluks dan putarannya, sedangkan frekuensinya
sebanding dengan putaran dan jumlah kutubnya.
2. Prinsip kerja
Prinsip kerja Generator AC menggunakan hukum Faraday yang menyatakan jika
sebatang penghantar berada pada medan magnet yang berubah-ubah, maka pada
penghantar tersebut akan terbentuk gaya gerak listrik. Prinsip generator ini secara
sederhana dapat dijelaskan bahwa tegangan akan diinduksikan pada konduktor apabila
konduktor tersebut bergerak pada medan magnet sehingga memotong garis-garis gaya.
Hukum tangan kanan berlaku pada generator dimana menyebutkan bahwa terdapat
hubungan antara penghantar bergerak, arah medan magnet, dan arah resultan dari aliran
arus yang terinduksi. Apabila ibu jari menunjukkan arah gerakan penghantar, telunjuk
menunjukkan arah fluks, jari tengah menunjukkan arah aliran elektron yang terinduksi.
Hukum ini juga berlaku apabila magnet sebagai pengganti penghantar yang digerakkan.
3. Klasifikasi
Generator AC ditinjau dari sumbernya, dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Generator ac 1-phasa
Motor AC satu fasa berbeda cara kerjanya dengan motor AC tiga fasa, dimana
pada motor AC tiga fasa untuk belitan statornya terdapat tiga belitan yang
menghasilkan medan putar dan padarotor sangkar terjadi induksi dan interaksi torsi
yang menghasilkan putaran. Sedangkan padamotor satu fasa memiliki dua belitan
stator, yaitu belitan fasa utama (belitan U1-U2) dan belitanfasa bantu (belitan Z1-Z2),
lihat Gambar1.
Gambar 1. Prinsip medan magnet utama dan medan magnet bantu generator satu fasa
Belitan utama menggunakan penampang kawat tembaga lebih besar sehingga memiliki
impedansi lebih kecil. Sedangkan belitan bantu dibuat dari tembaga berpenampang
kecil dan jumlah belitannya lebih banyak, sehingga impedansinya lebih besar dibanding
impedansi belitan utama.
b. Generator AC 3-fasa
Generator 3-fasa memiliki prinsip kerja yang sama dengan generator 1-fasa.
Tiga lilitan konduktor disusun secara melingkar sehingga jarak antar lilitan adalah
sebesar 120 derajat. Medan magnet yang berputar di tengah-tengah ketiga lilitan
konduktor tersebut menginduksi lilitan-lilitan tersebut sehingga menghasilkan tegangan
listrik pada masing-masing lilitan. Jika digambarkan menjadi sebuah kurva, maka akan
membentuk tiga kurva yang masing-masing memiliki jarak 120 derajat. (Apriyahanda,
2011).
4. Konstruksi Generator AC
Menurut Putra (2013) Konstruksi generator arus bolak-balik ini terdiri dari dua
bagian utama, yaitu:
a. Stator, yakni bagian diam yang mengeluarkan tegangan bolak-balik.
Stator terdiri dari badan generator yang terbuat dari baja yang berfungsi melindungi
bagian dalam generator, kotak terminal dan name plate pada generator. Inti Stator yang
terbuat dari bahan ferromagnetik yang berlapis-lapis dan terdapat alur-alur tempat
meletakkan lilitan stator. Lilitan stator yang merupakan tempat untuk menghasilkan
tegangan. Sedangkan, rotor berbentuk kutub sepatu (salient) atau kutub dengan celah
udara sama rata (rotor silinder).
b. Rotor, yakni bagian bergerak yang menghasilkan medan magnit yang menginduksikan
ke stator.
5. Karakteristik generator ac
Karakteristik motor ac Harga lebih murah. Pemeliharaannya lebih mudah. Ada
berbagai bentuk displai untuk berbagai lingkungan pengoperasian. Kemampuan untuk
bertahan pada lingkungan pengoperasian yang keras. Secara fisik lebih kecil dibandingkan
dengan motor dc dari HP yang sama. Biaya perbaikan lebih murah. Kemampuan untuk
berputar pada kecepatan di atas ukuran kecepatan kerja yang tertera di nameplate. (Putra,
2013).
Generator DC
1. Pengertian
Putra (2013) mengemukakan bahwa Generator DC merupakan sebuah perangkat
Motor listrik yang mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Generator DC
menghasilkan arus DC / arus searah. Menurut Marwan (2007) Mesin DC bisa dioperasikan
sebagai motor maupun generator.
Hammers (2013) mengatakan bahwa Terdapat dua jenis motor DC, yaitu motor
penguat terpisah, dan motor penguat sendiri. Motor penguat sendiri meliputi:motor seri,
motor shunt dan motor kompon yang merupakan kombinasi antara motor seri dan motor
shunt. Sedangkan generator pada dasarnya adalah sama, tetapi yang sering digunakan
adalah jenis generator terpisah.
Karakteristik motor penguat Terpisah adalah arus eksitasinya tidak tergantung dari
sumber tegangan yang mencatunya. Putaran jangkar akan turun jika momen torsinya naik.
2. Konstruksi Generator DC
Pada umumnya generator DC dibuat dengan menggunakan magnet permanent
dengan 4-kutub rotor, regulator tegangan digital, proteksi terhadap beban lebih, starter
eksitasi, penyearah, bearing dan rumah generator atau casis, serta bagian rotor. Gambar
berikut menunjukkan gambar potongan melintang konstruksi generator DC.
BAB III
MOTOR LISTRIK
A. Motor AC
1. Pengertian
Gede (2013) mengemukakan bahwa Motor AC adalah adalah motor listrik yang
digerakkan oleh arus bolak-balik (Alternating Current). Jadi perbedaan utama motor AC dan
motor DC adalah sumber arusnya. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, motor AC dibedakan
menjadi 2 jenis, yaitu motor sinkron dan motor induksi/motor asinkron. Motor sinkron
didefinisikan sebagai motor yang memiliki output kecepatan putaran motornya yg
sinkron/sebanding (tanpa slip) dengan frekuensi listrik yg masuk ke statornya. Sedangkan motor
induksi didefinisikan sebagai motor yang bekerja berdasarkan induksi medan magnet stator ke
rotornya. Arus rotor motor ini bukan diperoleh dari sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang
terinduksi sebagai akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar
(rotating magnetic field) yang dihasilkan oleh arus stator.
2. Konstruksi Motor AC
Seperti motor-motor jenis lainnya, menurut Gede (2013) motor induksi pada dasarnya
mempunyai 3 bagian penting sebagai berikut:
a. Stator yaitu bagian yang diam dan mempunyai kumparan yang dapat menginduksikan
medan elektromagnetik kepada kumparan rotornya.
b. Celah (air gap) yaitu celah udara antara stator dan rotor. Air gap ini merupakan tempat
berpindahnya energi dari startor ke rotor. Pada celah udara ini lewat fluks induksi stator
yang memotong kumparan rotor sehingga meyebabkan rotor berputar. Celah udara yang
terdapat antara stator dan rotor diatur sedemikian rupa sehingga didapatkan hasil kerja
motor yang optimum. Bila celah udara antara stator dan rotor terlalu besar akan
mengakibatkan efisiensi motor induksi rendah, sebaliknya bila jarak antara celah terlalu
kecil/sempit akan menimbulkan kesukaran mekanis pada mesin.
c. Rotor, yaitu bagian yang bergerak akibat adanya induksi magnet dari kumparan stator yang
diinduksikan kepada kumparan rotor.
Menurut Gede (2013) Berdasarkan bentuk konstruksi rotornya, maka motor induksi
dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Rotor sangkar (squirrel cage) adalah bagian dari mesin yang berputar bebas dan letaknya
bagian dalam. Terbuat dari besi laminasi yang mempunayi slot dengan batang alumunium /
tembaga yang dihubungkan singkat pada ujungnya.
b. Rotor kumparan (wound rotor) adalah kumparan yang dihubungkan bintang dibagian dalam
dan ujung yang lain dihubungkan dengan slipring ke tahanan luar. Kumparan sendiri dapat
dikembangkan menjadi pengaturan kecepatan putaran motor. Pada kerja normal slipring
hubung singkat secara otomatis, sehingga rotor bekerja seperti rotor sangkar.
arah pergerakan medan induksi stator. Pada rangka stator terdapat kumparan stator yang
ditempatkan pada slot-slotnya yang dililitkan pada sejumlah kutup tertentu. Jumlah
kutup ini menentukan kecepatan berputarnya medanstator yang terjadi yang
diinduksikan ke rotornya. Makin besar jumlah kutup akan mengakibatkan makin
kecilnya kecepatan putar medanstator dan sebaliknya. Kecepatan berputarnya medan
putar ini disebut kecepatan sinkron.
Menurut Azhary (2011) jika dijelaskan secara sistematis maka prinsip kerja motor
induksi itu sebagai berikut:
a). Pada keadaan beban nol ketiga phasa stator yang dihubungkan dengan sumber
tegangan tiga phasa yang setimbang menghasilkan arus pada tiap belitan phasa.
b). Arus pada tiap phasa menghasilkan fluksi bolak-balik yang berubah-ubah.
c). Amplitudo fluksi yang dihasilkan berubah secara sinusoidal dan arahnya tegak lurus
terhadap belitan phasa.
d). Akibat fluksi yang berputar timbul ggl pada stator motor yang besarnya adalah e1 =
-N d / dt ( Volt ) atau 4,44FN1
(Volt ).
e). Penjumlahan ketiga fluksi bolak-balik tersebut disebut medan putar yang berputar
dengan kecepatan sinkron ns, besarnya nilai ns ditentukan oleh jumlah kutub p dan
frekuensi stator f yang dirumuskan dengan Ns = 120 F / P ( rpm ).
f). Fluksi yang berputar tersebut akan memotong batang konduktor pada rotor.
Akibatnya pada kumparan rotor timbul tegangan induksi (ggl) sebesar E2 yang
besarnya 4,44FN2
( Volt )
dimana:
E2 = Tegangan induksi pada rotor saat rotor dalam keadaan diam (Volt)
N2 = Jumlah lilitan kumparan rotor
m = Fluksi maksimum(Wb)
g). Karena kumparan rotor merupakan rangkaian tertutup, maka ggl tersebut akan
menghasilkan arus I2.
h). Adanya arus I2 di dalam medan magnet akan menimbulkan gaya F pada rotor.
i). Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya F cukup besar untuk memikul kopel
beban, rotor akan berputar searah medan putar stator.
j). Perputaran rotor akan semakin meningkat hingga mendekati kecepatan sinkron.
Perbedaan kecepatan medan stator (ns) dan kecepatan rotor (nr) disebut slip (s) dan
dinyatakan dengan S = Ns - Nr / Ns
k). Pada saat rotor dalam keadaan berputar, besarnya tegangan yang terinduksi pada
kumparan rotor akan bervariasi tergantung besarnya slip. Tegangan induksi ini
dinyatakan dengan E2s yang besarnya E2s = 4,44FN2 m ( Volt )
Dimana: E2s = tegangan induksi pada rotor dalam keadaan berputar (Volt)
f2
= s.f = frekuensi rotor (frekuensi tegangan induksi pada rotor dalam keadaan
berputar)
l). Bila ns = nr, tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak akan mengalir pada
kumparan rotor, karenanya tidak dihasilkan kopel. Kopel ditimbulkan jika
nr < ns.
3. Effesiensi relatif tinggi pada keadaan normal, tidak ada sikat sehingga rugi gesekan
kecil.
4. Biaya pemeliharaan rendah karena pemeliharaan motor hampir tidak diperlukan.
Kerugian penggunaan motor induksi:
1. Kecepatan tidak mudah dikontrol.
2. Power faktor rendah pada beban ringan.
3. Arus start biasanya 5 sampai 7 kali dari arus nominal.
b. motor sinkron
Gede (2013) mengemukakan bahwa Synchronous Motor atau motor sinkron atau
motor serempak didefinisikan sebagai motor yang memiliki output kecepatan putaran
motornya yg sinkron/sebanding (tanpa slip) dengan frekuensi listrik yg masuk ke
statornya. Karakteristik dari motor ini adalah putarannya konstan meskipun beban motor
berubah-ubah.Motor akan melepaskan kondisi sinkronnya apabila beban yang ditanggung
terlalau besar (Torsi Pull-out). Kurangan motor sinkron adalah ketidakmampuannya
melakukan start awal. Hal ini dikarenakan motor sinkron tidak memiliki torsi start awal.
Oleh karena itu, motor sinkron memerlukan beberapa alat bantu untuk membantu proses
start awal sehingga masuk didalam kondisi sinkron. Berbeda dengan motor induksi dimana
rotor memiliki slip terhadap stator. Kecepatan rotor terlambat dari perputaran fluks stator
supaya arus induksi terjadi pada rotor. Jika induksi rotor motor tersebut itu bertujuan untuk
mencapai kecepatan sinkron, maka tidak ada garis gaya yang memotong melalui rotor,
sehingga tidak ada arus yang akan diinduksikan ke rotor dan tidak ada torsi yang akan
ditimbulkan. Setelah kecepatan motor sinkron mendekati/mencapai kecepatan sinkron,
barulah kemudian eksitasi dimasukan. Selain digunakan sebagi motor penggerak, motor
sinkron sering pula dipergunakan sebagai perbaikan faktor daya; yaitu dengan jalan
memberi penguatan lebih pada motor tersebut.
1). Konstruksi motor sinkron
Motor sinkron terdiri dari dua bagian penting yaitu:
a) Rotor, yaitu bagian dari motor sinkron yang berputar. Perbedaan utama antara
motor sinkron dan motor induksi adalah bahwa rotor motor sinkron berjalan pada
kecepatan putar yang sama dengan perputaran medan magnet. Hal ini
menyebabkan medan magnet rotor tidak lagi terinduksi. Rotor pada motor sinkron
memiliki magnet permanen atau arus DC excited, yang dipaksa untuk mengunci
pada posisi tertentu bila di hadapkan pada medan magnet lainnya. Tipe rotor pada
motor sinkron terbagi menjadi 2, yaitu salient pole (menonjol) dan non-salient pole
(tidak menonjol). (Gede, 2013).
b) Stator, yaitu bagian dari motor sinkron yang diam. Stator pada motor sinkron
menghasilkan medan magnet berputar yang sebanding dengan frekuensi listrik
yang dimasuk ke stator. Medan magnet di stator ini berputar pada kecepatan
sinkron yang besarnya sebesar Ns = 120F/P
Dimana: NS= Kecepatan sinkron , F= Frekuensi, P= Jumlah kutub
sinkronisasi. Oleh karena pada motor sinkron terdapat dua sumber pembangkit fluks
yaitu arus bolak-balik (AC) pada stator dan arus searah (DC) pada rotor. Ketika arus
medan pada rotor cukup untuk membangkitkan fluks (ggm) yang diperlukan motor,
maka stator tidak perlu memberikan arus magnetisasi atau daya reaktif dan motor
bekerja pada faktor daya = 1,0. Ketika arus medan pada rotor kurang (penguat
bekurang), maka baru stator akan menarik arus magnetisasi dari jala-jala, sehingga
motor bekerja pada faktor daya terbelakang (lagging). Sebaliknya bila arus pada medan
rotor berlebih (penguat berlebih), kelebihan fluks (ggm) ini harus diimbangi, dan stator
akan menarik arus yang bersifat kapasitif dari jala-jala, dan karenanya motor bekerja
pada faktor daya mendahului (leading). Dengan demikian, faktor daya motor sinkron
dapat diatur dengan mengubah-ubah harga arus medan (IF). (Gede, 2013).
3).Rangkaian Motor Sinkron
Motor sinkron pada dasarnya adalah sama dengan generator sinkron, kecuali
arah aliran daya pada motor sinkron merupakan kebalikan dari generator sinkron.
Oleh karena arah aliran daya pada motor sinkron dibalik, maka arah aliran arus pada
stator motor sinkron juga dibalik.
3. Bila terjadi overload, motor akan langsung berhenti sehingga akan lebih aman.
4. Dapat memperbaiki faktor daya.
5. Dapat beroperasi pada penyetelan arus penguat medan.
Kerugian penggunaan motor sinkron:
1. Motor sinkron lebih mahal dari motor induksi.
2. Tidak mampu menstart sendiri.
3. Tidak praktis bila digunakan sebagai pemutar.
B. MOTOR DC
Hanief (2013) mengemukakan bahwa Motor DC merupakan jenis motor yang menggunakan
tegangan searah sebagai sumber tenaganya. Dengan memberikan beda tegangan pada kedua
terminal tersebut, motor akan berputar pada satu arah, dan bila polaritas dari tegangan tersebut
dibalik maka arah putaran motor akan terbalik pula. Sebuah motor DC terdiri dari komponen statis
atau disebut stator dan komponen yang berputar pada sumbunya yang disebut rotor. Berdasarkan
tipe mesinnya, baik stator maupun rotor mengandung konduktor untuk mengalirkan arus listrik
yang berbentuk lilitan. Biasanya stator dan rotor dibuat dari besi untuk meperkuat medan magnet.
1. Pengertian
Menurut Fahmizal (2012) Motor DC adalah piranti elektronik yang mengubah energi
listrik menjadi energi mekanik berupa gerak rotasi. Pada motor DC terdapat jangkar dengan satu
atau lebih kumparan terpisah. Tiap kumparan berujung pada cincin belah (komutator). Dengan
adanya insulator antara komutator, cincin belah dapat berperan sebagai saklar kutub ganda (double
pole, double throw switch). Motor DC bekerja berdasarkan prinsip gaya Lorentz, yang menyatakan
ketika sebuah konduktor beraliran arus diletakkan dalam medan magnet, maka sebuah gaya (yang
dikenal dengan gaya Lorentz) akan tercipta secara ortogonal diantara arah medan magnet dan arah
aliran arus. Mekanisme ini diperlihatkan pada Gambar berikut ini:
a. Kutub Medan
Secara sederhana digambarkan bahwa interaksi dua kutub magnet akan menyebabkan
perputaran pada motor DC. Motor DC memiliki kutub medan yang stasioner dan dinamo
yang menggerakkan bearing pada ruang di antara kutub medan. Motor DC sederhana
memiliki dua kutub medan, yaitu kutub utara dan kutub selatan. Garis magnetik energi
membesar melintasi bukaan di antara kutub kutub dari utara menuju selatan. Untuk motor
yang lebih besar atau lebih kompleks, terdapat satu atau lebih elektromagnet. Elektromagnet
menerima listrik dari sumber daya luar sebagai penyedia struktur medan.
b. Rotor
Bila arus masuk menuju kumparan jangkar, maka arus ini akan menjadi elektromagnet.
Rotor yang berbentuk silinder, dihubungkan ke as penggerak untuk menggerakkan beban.
Untuk motor DC yang kecil, rotor berputar dalam medan magnet yang dibentuk oleh kutub
kutub, sampai kutub utara dan kutub selatan magnet berganti lokasi. Jika hal ini terjadi, arus
berbalik untuk merubah kutub kutub utara dan selatan rotor.
c. Komutator
Komponen ini terdapat pada motor DC dan berfungsi untuk membalikkan arah arus
listrik dalam kumparan jangkar. Komutator juga membantu dalam transmisi arus antara
kumparan jangkar dan saluran daya.
1) Prinsip Kerja Motor DC
Menurut Sjatry (2013) Sebuah motor DC magnet permanen biasanya tersusun atas
magnet permanen, kumparan jangkar, dan sikat (brush). Medan magnet yang besarnya
konstan dihasilkan oleh magnet permanen, sedangkan komutator dan sikat berfungsi
untuk menyalurkan arus listrik dari sumber di luar motor ke dalam kumparan jangkar.
Letak sikat di sepanjang sumbu netral dari komutator, yaitu sumbu dimana medan listrik
yang dihasilkan bernilai nol. Hal ini dimaksudkan agar pada proses perpindahan dari
sikat ke komutator tidak terjadi percikan api.
Oleh karena itu, motor DC jenis ini cocok untuk penggunaan komersial dengan beban awal
yang rendah, seperti peralatan mesin. (Sjatry, 2013).
BAB III
REAKTANSI
1. Reaktansi Induktif
Reaktansi Induktif adalah hambatan yang timbulakibat adanya GGL induksi karena
dipasangnyainduktor ( L ). Berbeda dengan rangkaian AC resitif dimana arus dan tegangan sephasa, pada rangkaian AC induktif phasa tegangan mendahului 90 terhadap arus. Jika
digambarkan diagram phasor-nya maka arus mengarah ke sumbu X positif (kanan) dan tegangan
mengarah ke sumbu Y positif (atas) seperti yang diilustrasikan oleh gambar.
Hambatan aliran elektron ketika melewati induktor pada rangkaian AC disebut sebagai
Reaktansi Induktif, reaktansi dihitung dalam satuan Ohm ( ) sama hal-nya seperti resistansi.
Simbol reaktansi induktif adalah X L , pada rangkaian AC sederhana, reaktansi induktif dapat
dihitung menggunakan persamaan berikut.
X L=2 f L
Dimana:
X L = Reaktansi induktif (Ohm / )
= Pi 3,14
f = Frekuensi (Hertz / Hz)
L = Induktansi (Henry / H)
Contoh:
Tentukan reaktansi induktif jika diketahui frekuensi rangkaian AC 50 Hz , dan induktansi induktor
1H .
Jawab:
X L=2 f L
X L=2 3,14 50 1
X L=314
Jika pada contoh kasus di atas diketahui tegangan AC sebesar 50 V , berapakah arus yang
mengalir pada rangkaian? Untuk menjawab pertanyaan ini adalah dengan menggunakan hukum Ohm
XL
dimana V =I R , kemudian ganti R (resistansi) dengan reaktansi induktif ).
I =V / X L
I =50/314
I =0,16 A
Reaktansi induktif berbanding lurus terhadap frekuensi, jika frekuensi meningkat maka
reaktansi induktif juga akan meningkat atau membesar dan begitu juga sebaliknya.
Karakteristik disipasi daya induktor pada rangkaian AC diperlihatkan oleh kurva hijau di atas.
Tidak seperti pada resistor dimana resistor selalu ter-disipasi daya dan kelebihan energi-nya dilepaskan
dalam bentuk energi panas, induktor pada rangkaian AC tidak ter-disipasi daya dengan kata lain
disipasi daya induktor pada rangkaian AC sama dengan 0 (Nol). Mengapa demikian karena pada
saat disipasi daya induktor bernilai positif, daya ini diserap oleh induktor tetapi ketika daya disipasi
induktor bernilai negatif, daya disalurkan ke rangkaian. Karena disipasi daya yang diserap dan
disalurkan sama besar maka disipasi daya pada induktor sama dengan 0 (Nol). Ini berlaku hanya
R
pada induktor ideal induktor = 0 ).
2. Reaktansi Kapasitif
Sebuah kondensator yang sering disebut kapasitor C dihubungkan dengan sumber
tegangan arus bolak-balik berbentuk sinus yang ditetapkan dengan rumus sbb:
e=Em . sin t
ICXCC E Jika sebuah capasitor dihubungkan dengan sumber arus searah, maka
arus searah yang dapat mengalir hanya sesaat saja dan waktu yang pendek, yaitu pada saat capasitor
dalam keadaan diisi (charged). Kemudian arus searah didalam capasitor akan menjadi nol kembali.
Hal tersebut membuktikan bahwa capasitor tidak dapat dilalui arus searah atau dikatakan kapasitor
memblokir arus searah. Menurut teori arus searah yang mengalir jumlah muatannya ditentukan dengan
rumus :
Q=i .t atau i=Q/t .
Ketika arus dan tegangan melewati kapasitor pada rangkaian AC, phasa arus mendahului 90 phasa
tegangan. Jika digambarkan diagram phasor-nya maka arus ( I ) ke arah sumbu X positif
(kanan) dan tegangan ke arah sumbu Y negatif (bawah).
Hambatan aliran elektron ketika melewati kapasitor pada rangkaian AC disebut sebagai Reaktansi
Kapasitif, reaktansi kapasitif dihitung dalam satuan Ohm ( ) sama hal-nya seperti resistansi dan
reaktansi induktif. Simbol reaktansi induktif adalah X C , pada rangkaian AC sederhana, reaktansi
kapasitif dapat dihitung menggunakan persamaan berikut.
Dimana :
X C = Reaktansi kapasitif (Ohm / )
= Pi 3,14
XC =1/(2 f C )
XC =1/0,00314 XC=318
Jika pada contoh kasus di atas diketahui tegangan AC sebesar 50 V , berapakah arus yang mengalir
pada rangkaian? dengan menggunakan cara yang sama yaitu dengan menggunakan hukum Ohm
dimana V =I R , kemudian ganti R (resistansi) dengan reaktansi kapasitif ( X C ).
I =V / X C
I =50/318
I =0,16 A
Reaktansi kapasitif berbanding terbalik terhadap frekuensi, jika frekuensi meningkat maka reaktansi
kapasitif akan menurun dan begitu juga sebaliknya.
Karakteristik disipasi daya kapasitor pada rangkaian AC sama seperti pada karakteristik daya induktor
yaitu sama dengan 0 (Nol), karena daya yang diserap dan disalurkan oleh kapasitor sama besar dan
ini hanya berlaku untuk kapasitor ideal.
DAFTAR PUSTAKA
Apriyahanda, Onny. (2011). Generator dan Sistem Eksitasi, (Online),
teknologi.com/generator-dan-sistem-eksitasi/, diakses 11 Agustus 2014).
(http://artikel-
Azhary,
Arie.
(2011).
Prinsip
Kerja
Motor
Induksi,
(Online),
(http://ariestarlight.blogspot.com/2011/04/perinsip-kerja-motor-induksi.html, diakses 6 Agustus
2014).
Fahmizal. (2012). Driver Motor DC pada Robot Beroda dengan Konfigurasi H-BRIDGE MOSFET,
(Online), (http://fahmizaleeits.wordpress.com/tag/motor-dc-adalah/, diakses 11 Agustus 2014).
Gede,
I.G.A.
(2013).
Motor
AC,
(http://blogs.itb.ac.id/el2244k0112211083igustiagunggede/2013/04/29/motor-ac/,
Agustus 2014).
(Online),
diakses 6
Genx,
Dicky.
(2009).
Definisi
Mesin
Listrik.
(Online).
(http://nationalinks.blogspot.com/2009/07/definisi-mesin-listrik.html, diakses
11 Agustus
2014).
Hage. (2009). Generator DC, (Online), (http://dunia-listrik.blogspot.com/2009/01/generator-dc.html,
diakses 11 Agustus 2014).
Hammers,
H.
(2013).
Pengertian
Tentang
Mesin-Mesin
Listrik.
(Online).
(http://handihammers.blogspot.com/2013/05/pengertian-tentang-mesin-mesin-listrik.html,
diakses 11 Agustus 2014).
Hanief,
I.R.
(2013).
Pengantar
Elektronika.
Motor
DC,
(Online),
(http://blogs.itb.ac.id/el2244k0112211021isnarasyadhanief/2013/04/27/motor-dc/, diakses 11
Agustus 2014).
Marlina, Dini. (2013). Generator AC, (Online), (http://dinnim.blogspot.com/2013/02/generatorac.html, diakses 11 Agustus 2014).
Marwan, (2007). Praktikum Mesin Listrik. Makassar: Fakultas Teknik Politeknik Negeri Ujung
Pandang.
Nugraha,
Ican.
(2011).
Prinsip
Kerja
Motor
induksi,
(Online),
(http://icannugraha.blogspot.com/2011/08/prinsip-kerja-motor-induksi.html, diakses 6 Agustus
2014).
Prasetya,
H.D.
(2011).
Generator
Ac
dan
Dc,
(Online),
(http://www.scribd.com/doc/46409085/generator-AC-DC, diakses 11 Agustus 2014).
Pratama,
M.A.
(2013).
Motor
AC,
(Online),
(http://blogs.itb.ac.id/el2244k0112211033muhammadarfanpratama/2013/04/29/motor-ac/,
diakses 11 Agustus 2014).
--------------------------.
(2013).
Motor
DC,
(Online),
(http://blogs.itb.ac.id/el2244k0112211033muhammadarfanpratama/2013/04/29/motor-dc/,
diakses 11 Agustus 2014).
Putra, A.S. (2013). Generator Ac And Dc, Miscellaneous Subjects, & Preparing Equipments
Specifications, (Online), (http://blogs.itb.ac.id/el2244k0112211029ardinathasanjayaputra/,
diakses 11 Agustus 2014).
Sabrina. (2013). Sabrina News. Prinsip Kerja generator DC, (Online), (http://sabrinabrinasworld.blogspot.com/2013/11/prinsip-kerja-generator-dc.html, diakses 11 Agustus 2014).
Sjatry,
M.R.
(2013).
Pengenalan
Tentang
Motor
DC,
(Online),
(http://rasydinsjatry.blogspot.com/2013/04/pengenalan-tentang-motor-dc.html, diakses 11
Agustus 2014).