Anda di halaman 1dari 5

3 terobosan nanoteknologi di bidang

medis
BY SHAFIRA ADLINA FEBRUARY 19, 2015

1. Vaksin Instan dengan Nanopartikel

sumber (http://goo.gl/ps3gHF)

Sebagaimana kita ketahui Vaksin berfungsi sebagai memberantas


penyakit dan melindungi penduduk dari wabah, namun teknologi
yang menyelamatkan jiwa ini diperlukan peningkatan. Vaksin
biasanya diproduksi secara massal di lokasi yang terpusat jauh dari
mereka yang akan menggunakan. Dibutuhkan biaya yang tidak
sedikit untuk mengirim dan menyimpan vaksin di dalam lemari es
agar vaksin dapat bertahan lama.
Metode pembuatan vaksin jenis baru yang ditemukan oleh tim
Peneliti University of Washington (UW) memberikan kemudahan
dalam pembuatannya sehingga imunisasi dapat diberikan dalam
beberapa menit di mana dan kapan penyakit timbul. Memang
penelitian ini baru terbukti pada tikus. Mereka berharap vaksin jenis
baru ini suatu saat dapat membuat vaksin menjadi lebih murah dan
mudah di produksi pada daerah yang memerlukan.
Tim peneliti UW menyuntik tikus dengan sintetis nanopartikel
dengan protein rekayasa yang meniru efek dari infeksi dan mengikat
kalsium fosfat, senyawa anorganik yang ditemukan dalam gigi dan
tulang. Setelah delapan bulan, tikus yang terjangkit penyakit dibuat
tiga kali lipat jumlah sel Tpembunuh. Hal tersebut menandakan

respon imun lebih tahan lama dibandingkan dengan tikus yang telah
menerima protein tetapi tidak ada nanopartikel kalsium fosfat.
Nanopartikel bekerja dengan mengangkut protein ke kelenjar getah
bening di mana mereka memiliki kesempatan lebih tinggi untuk
bertemu sel dendritik, jenis sel kekebalan yang langka di kulit dan
otot, tapi memainkan peran penting dalam mengaktifkan respon
imun yang kuat.
Teknologi ini memungkinkan produksi vaksin di tempat kejadian.
Misalnya, seorang dokter lapangan dapat membuat dosis vaksin
segera ketika melihat awal penyakit epidemi sehingga vaksinasi
dapat dilakukan segera untuk melindungi seluruh penduduk di
daerah yang terkena serta mencegah penyebaran penyakit epidemi.
Di masa depan melalui pendekatan teknologi ini dapat berguna bagi
vaksinasi manusia di negara-negara berkembang. Terutama ketika
lead time dan sumber daya yang langka. Jelas hal ini akan
menghemat biaya dengan tidak harus bergantung pada
pendinginan, dan vaksin dapat diproduksi dengan peralatan
sederhana. Vaksin dapat diproduksi dan disalurkan dengan
menggunakan disposable patch, seperti perban, yang suatu hari
nanti bisa mengurangi penggunaan tenaga terlatih dan jarum
suntik.
2. Nanohidrogel pembunuh sel kanker

sumber (http://goo.gl/jZWCoE)

Hidrogel adalah bahan yang umum digunakan dalam benda seharihari seperti lensa kontak atau popok, untuk mengontrol
kelembaban. Para Peneliti di Universitas Guadalajara (UdeG), di

Meksiko, mengembangkan teknologi baru berdasarkan nanopartikel


termosensitif (nano-hidrogel) sebagai alternatif untuk pelepasan
obat antikanker.
nano-hidrogel memiliki karakteristik yang sama dengan obat-obatan
dan disuntikkan ke dalam pasien. Saat melewati aliran darah obat
ini tidak terdeteksi atau menyerang oleh sistem kekebalan tubuh
karena sifat fisik dan kimianya yang membuat mereka kompatibel
dengan tubuh.
Bahan ini digunakan pada ranah biomedis sebagai alat diagnostik
dalam membran, pelapis, mikrokapsul, implan untuk aplikasi pendek
atau jangka panjang dan sistem pelepasan obat terkontrol. Nanohidrogel juga digunakan untuk menumbuhkan jaringan atau
memperbaiki patah tulang karena berfungsi sebagai substrat untuk
pertumbuhan sel.
Ide penelitian ini adalah bahwa obat yang dibungkus nano-hidrogel
dapat diangkut langsung tepat ke sel-sel kanker. Tanpa merusak
bagian lain dari tubuh, karena hidrogel menawarkan kemungkinan
dosis segudang zat aktif di situs yang diinginkan dan dapat
diberikan sebagai hidrogel kering atau basah dengan rute yang
berbeda seperti mulut, hidung, pipi, dubur, transdermal, vagina dan
mata. Pelepasan obat dapat dilakukan dengan peningkatan volume,
perubahan pH, atau suhu.
3. Perangkat nanopartikel dapat menetralkan racun dari
darah!

Struktur 3D detoxifier. sumber (http://goo.gl/CjtahS)

Para ilmuwan sebelumnya telah mengembangkan nanopartikel yang


dapat mengikat beberapa jenis racun dan penetralisirnya. Namun,
tidak dapat diberikan secara langsung kepada pasien karena partikel
dapat terakumulasi dalam hati, menciptakan risiko gangguan
kesehatan.
Hal tersebut yang melatarbelakangi tim peneliti yang dipimpin oleh
Dr. Shaochen Chen di University of California, San Diego. Mereka
mengembangkan perangkat detoksifikasi berbasis nanopartikel yang
tidak akan berbahaya bagi pasien.
Mereka mengembangkan perangkat liver-terinspirasi 3D yang
terbuat dari hidrogel dan nanopartikel yang dapat mengeluarkan
racun dari darah. Dirancang untuk digunakan di luar tubuh,
perangkat menyediakan konsep model untuk teknik detoksifikasi
baru.
Racun dari gigitan dan sengatan binatang atau infeksi bakteri dapat
merusak sel kemudian menyebabkan rasa sakit dan penyakit.
Pengobatan konvensional, seperti antisera, mungkin tidak
sepenuhnya menetralkan racun.
nanopartikel terbuat dari polimer polydiacetylene. Karakteristik
kimia polydiacetylene menyebabkan perubahan pola fluoresensi
ketika racun terikat. Toksin mengikat berubah warna dari biru
menjadi merah, dan intensitas meningkat fluoresensi merah dengan
jumlah toksin terikat. Dengan menggunakan simulasi komputer,
para peneliti mampu mencirikan interaksi antara nanopartikel dan
racun.
sumber :
http://globalbiodefense.com/2014/01/20/on-demand-vaccinespossible-with-engineered-nanoparticles/#sthash.5FRgY3B4.dpuf

http://globalbiodefense.com/2014/06/10/nanoparticle-deviceremove-toxins-blood/#sthash.KB0LpID5.dpuf

www.sciencedaily.com/releases/2015/02/150205141153.htm

Anda mungkin juga menyukai