BAB 1 2 3 + Dapus Fixxxx!!!
BAB 1 2 3 + Dapus Fixxxx!!!
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumbuh kembang anak memiliki kebutuhan terdiri dari kebutuhan fisik
biomedis (Asuh), kebutuhan kasih sayang (Asih) dan kebutuhan stimulasi
mental (Asah). Dari ketiga kebutuhan tersebut, kebutuhan fisik biomedis yang
memuat kebutuhan gizi merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting.
Gizi dianggap sebagai modal dasar anak untuk mengembangkan potensi
genetiknya secara optimal (Soetjiningsih, 1995).
Lima tahun pertama tumbuh kembang anak merupakan masa yang
paling penting dalam pertumbuhan anak, pada masa ini terjadi pertumbuhan
dan perkembangan biologis, psikososial, kognitif dan spiritual yang sangat
signifikan. Anak usia membutuhkan nutrisi yang mempunyai nilai gizi yang
mencukupi dan seimbang. Nutrisi yang tidak terpenuhi dapat mempengaruhi
tumbuh kembang anak (Santrock, 2011).
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang
seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi serta
makanan bayi yang sempurna (Roesli, 2000).
Pemberian ASI jangka panjang dapat bermanfaat untuk kesehatan
mental anak karena ASI kaya asam lemak dan kandungan esensial lain untuk
perkembangan otak bayi. Asam lemak yang berhubungan dengan
perkembangan sel saraf, retina dan otak; docosahexaenoic dan arachidonic
acid yang hanya terdapat pada ASI. Kedua juga mampu meningkatkan daya
penglihatan dan respon motorik pada bayi dan anak (Jedrychowsky dkk,
2011).
Studi populasi yang dilakukan pada bayi cukup bulan, mayoritas
menunjukkan efek positif pada perkembangan kognitif pada bayi yang
disusui ASI. Studi yang dilakukan Pollock (1994) menunjukkan bahwa bayi
yang disusui selama setidaknya 3 bulan memiliki statistik signifikan
meskipun terdapat perbaikan kecil dalam skor gambar dan kosakata rata-rata
pada 5 tahun dan skor kemampuan pada 10 tahun.
Pemerintah Indonesia sudah melakukan kampanye pemberian Air Susu
Ibu (ASI) eksklusif yang dipelopori oleh World Health Organization (WHO).
Dahulu pemberian ASI ekslusif berlangsung sampai bayi berusia 4 bulan,
namun belakangan sangat dianjurkan agar ASI eksklusif diberikan sampai
anak berusia 6 bulan. Bahkan ASI dapat diberikan hingga usia 2 tahun selama
produksi ASI masih banyak atau ketika anak sudah tidak mau lagi minum
ASI.
Mitos serta persepsi yang salah mengenai ASI dan media yang
memasarkan susu formula, serta kurangnya dukungan masyarakat menjadi
hal- hal yang dapat mempengaruhi ibu dalam menyusui. Ibu bekerja serta
kesibukan sosial juga mempengaruhi keberlangsungan pemberian ASI.
Keadaan ini dapat menyebabkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan
menjadi tidak maksimal dan menyebabkan terhambatnya tumbuh kembang
anak karena asupan zat gizi yang tidak seimbang.
Secara nasional cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia
berfluktuasi selama 3 tahun terakhir. Cakupan pemberian ASI eksklusif pada
bayi 0-5 bulan turun dari 62,2% tahun 2007 menjadi 56,2% pada tahun 2008,
namun meningkat lagi pada tahun 2009 menjadi 61,3%. Sedangkan cakupan
pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai 6 bulan turun dari 28,6% pada
tahun 2007 menjadi 24,3% pada tahun 2008 dan naik lagi menjadi 34,3%
pada tahun 2009. Alasan yang menjadi penyebab kegagalan praktek ASI
eksklusif bermacam-macam seperti budaya memberikan makanan pralaktal,
memberikan tambahan susu formula karena ASI tidak keluar, menghentikan
pemberian ASI karena bayi atau ibu sakit, ibu harus bekerja, dan ibu ingin
mencoba susu formula.
3.
penelitian
ini
peneliti
dapat
menerapkan
dan
menambah
pengetahuan
dan
pengalaman
dalam
membuat
penelitian ilmiah.
b) Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai manfaat lama
pemberian ASI pada tigkat inteligensi anak.
1.5 Keaslian Penelitian
Tabel 1. Keaslian Penelitian
Peneliti
Virgian, K
Judul Penelitian
Tahun
Penelitian
Hubungan
Lama
Pemberian
ASI
dengan Status Gizi
dan
Tingkat
Kecerdasan
Anak
Usia 3-5 Tahun di
kecamatan Kalidoni
Palembang
Tahun
2012
2012
Desain
Penelitian
Deskriptif
dengan
pendekatan
cross
sectional
Hasil Penelitian
Diperoleh bahwa penelitian
menunjukkan lama pemberian
ASI > 1 2 tahun sebesar
56,4%
,
87,3%
anak
mempunyai status gizi baik dan
67,3% anak memiliki IQ tinggi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ASI
2.1.1 Definisi ASI
ASI
mendekati kapasitas lambung bayi yang baru berusia 1-2 hari dan
kolostrum harus diberikan pada bayi (Roesli, 2000).
Kolostrum merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang
membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir
segera bersih dan siap menerima ASI. Hal ini menyebabkan bayi yang
mendapat ASI pada minggu pertama sering defekasi dan feses berwarna
hitam (Yuliarti, 2003).
ASI transisi atau peralihan adalah ASI yang keluar setelah
kolostrum sebelum menjadi ASI matang, kadar protein semakin rendah
sedangkan karbohidrat dan lemak semakin tinggi dan volume makin
meningkat (Roesli, 2000).
ASI matur merupakan ASI yang keluar sekitar hari ke-14
sampai seterusnya, dengan komposisi yang relatif konstan. Pada ibu
yang sehat dengan produksi ASI yang cukup, ASI merupakan satusatunya makanan yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai 6
bulan (Roesli, 2000).
ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5 %, oleh
karena itu bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu mendapat
tambahan air walaupun berada ditempat yang suhu udara panas.
Kekentalan ASI sesuai dengan saluran cerna bayi, sedangkan susu
formula lebih kental dibandingkan ASI. Hal tersebut yang dapat
menyebabkan terjadinya diare pada bayi yang mendapat susu formula
(Badriul, 2008).
Komposisi ASI terdiri dari :
a) Karbohidrat
Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi
sebagai salah satu sumber untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat
dalam ASI hamper dua kali lipat dibanding laktosa yang ditemukan
pada susu formula. Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak
terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa pada
d) Mineral
ASI
mengandung
mineral
yang
lengkap,
walaupun
sel
darah
merah.
Kekurangan
vitamin
dapat
10
mengoptimalkan
juga akan
setidaknya
sampai
bulan
mengurangi
11
Wechsler,
inteligensi
adalah kemampuan
untuk
12
proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat
diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai
tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir
rasional itu (Nuraeni, 2012).
Ada 3 arti mengenai mengenai inteligensi, 1) inteligensi adalah
kapasitas bawaan yang diterima anak dari orang tuanya melalui gen
yang akan menentukan perkembangan mentalnya; 2) inteligensi
mengacu pada pandai, cepat bertindak, bagu dalam penalaran dan
pemahaman, serta efisien dalam aktifitas mental; 3) inteligensi adalah
umur mental atau skor dari suatu tes inteligensi (Nuraeni, 2012).
2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi
Terdapat 2 faktor yang mempengaruhi inteligensi yaitu faktor
bawaan atau keturunan dan faktor lingkungan (Syamsu, 2009).
a) Faktor bawaan atau keturunan
Penelitian membuktikan bahwa korelasi nilai tes IQ dari
satu keluarga sekitar 0,50. Sedangkan di antara 2 anak kembar,
korelasi nilai tes IQnya sangat tinggi, sekitar 0,90. Bukti lainnya
adalah pada anak yang diadopsi. IQ mereka berkorelasi sekitar
0,40 - 0,50 dengan ayah dan ibu yang sebenarnya, dan hanya 0,10 0,20 dengan ayah dan ibu angkatnya. Selanjutnya bukti pada anak
kembar yang dibesarkan secara terpisah, IQ mereka tetap
berkorelasi sangat tinggi, walaupun mungkin mereka tidak pernah
saling kenal (Syamsu, 2009).
b) Faktor lingkungan
Walaupun ada ciri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa
sejak lahir, ternyata lingkungan sanggup menimbulkan perubahanperubahan yang berarti. Inteligensi tentunya tidak bisa terlepas dari
otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang
dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat
13
dikemukakan
refleksologi,
satu
oleh I.P.
refleks
Pavlov yang
bisa
menjadi
berpindah
dan
14
3)
4)
15
digunakan
hanya
sebagai
persediaan
apabila
terdiri
dari
information
(informasi),
comprehension
16
Penekanan
berlebihan
pada
kecepatan
yang
tidak
masing-masing
menghasilkan
IQ-verbal
dan
IQ-
17
SPM
didasari
oleh
konsep
inteligensi
18
19
Lama pemberian
ASI
Faktor Kebiasaan
Intelegensi
Anak
Pola Makan/Asupan
Nutrisi Vitamin
VARIABEL BEBAS
VARIABEL TERIKAT
22
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu Kesehatan Masyarakat dan
Psikologi dan merupakan penilitin observasional.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada waktu dan tempat yang dijelaskan
sebagai berikut :
Waktu
Tempat
23
Keterangan :
n = besar sampel
N = besar populasi
d = tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (0,05)
24
Jumlah ibu yang memiliki anak usia 5-7 tahun yang ada dalam populasi
adalah sebanyak 65 orang maka didapatkan :
n=
65
1+65(0,0025)
n = 40
Sehingga berdasarkan rumus tersebut maka didapatkan jumlah sampel
minimal sebanyak 40 Orang.
3.5 Variabel Penelitian
3.5.1 Variabel Bebas (Independen)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah lamanya pemberian
ASI.
3.5.2 Variabel Terikat (dependen)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat intelegensi
anak.
3.5.3 Variabel Perancu
Variabel perancu dalam penelitian ini adalah Genetik.
3.6 Definisi Operasional Variabel
Tabel 2. Definisi Operasional
Variabel
Definisi
Hasil ukur
Skala ukur
operasional
Lama
Adalah lama
pemberian
pemberian ASI
responden memberikan
ASI
responden terhadap
anaknya hingga
disapih
1. Sebentar, jika
25
Ordinal
Adalah penilaian
intelegensi
tingkat inteligensi
anak
anak berdasarkan
1.
2.
tes inteligensi
Grade II : Kapasitas
intelektual
Di
atas
rata-rata
3.
4.
Grade IV : Kapasitas
intelektual Di bawah
rata-rata.
5.
Grade V : Kapasitas
intelektual Terhambat.
26
27
Pengumpulan
responden yang
akan diteliti
Memberikan
kuesioner kepada
responden
Mengolah data
dan menganalisis
data
Pengumpulan
data
28
yang
dilakukan
merupakan
tugas
proposal
yang
29
30
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. (2003) Psikologi Umum. Jakarta, Rineka Cipta.
Belfield, C. R. & Kelly, I. R. (2010) The Benefits of Breastfeeding
Across the Early Years of Childhood. National bureau of
economic
Terdapat
research.
dari:
[Online]
Working
Paper
16496.
http://www.nber.org/papers/w16496
dari:
http://www.idai.or.id/asi/artikel.asp?
Linkages
Project.
[Online].
31
Terdapat
dari:
32
World Health Organization. (2002) Global strategy for infant and young child
feeding. Geneva, World Health Organization.
Yuliarti, H. (2010). Keajaiban ASI. Yogyakarta, Andi Offset.
33