PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Madinah atau Madinah Al Munawwarah: atau , (juga Madinat Rasul
Allah, Madnah an-Nab) adalah kota utama di Arab Saudi. Merupakan kota yang ramai diziarahi
atau dikunjungi oleh kaum Muslimin. Di sana terdapat Masjid Nabawi yang memiliki pahala dan
keutamaan bagi kaum Muslimin. Pada zaman Nabi Muhammad SAW, kota ini menjadi pusat
dakwah, pengajaran dan pemerintahan Islam. Dari kota ini Islam menyebar ke
seluruh jazirah Arabia lalu ke seluruh dunia.
Pada masa sebelum Islam berkembang, kota Madinah bernama Yatsrib, dikenal sebagai
pusat perdagangan. Kemudian ketika Nabi Muhammad SAW hijrah dari Mekkah, kota ini diganti
namanya menjadi Madinah sebagai pusat perkembangan Islam sampai beliau wafat dan
dimakamkan di sana. Selanjutnya kota ini menjadi pusat kekhalifahan sebagai penerus Nabi
Muhammad. Terdapat tiga khalifah yang memerintah dari kota ini yakni Abu Bakar, Umar bin
Khattab, dan Utsman bin Affan. Pada masa AlAli bin Abi Thalib pemerintahan dipindahkan
ke Kufah di Irak karena terjadi gejolak politik akibat terbunuhnya khalifah Utsman oleh kaum
pemberontak. Selanjutnya ketika kekuasaan beralih kepada bani Umayyah, maka pemerintahan
dipindahkan ke Damaskus dan ketika pemerintahan berpindah kepada bani Abassiyah,
pemerintahan dipindahkan ke kota Baghdad. Pada masa Nabi Muhammad SAW, penduduk kota
Madinah adalah orang yang beragama Islam dan orang Yahudi yang dilindungi keberadaannya.
Namun karena pengkhianatan yang dilakukan terhadap penduduk Madinah ketika perang Ahzab,
maka kaum Yahudi diusir ke luar Madinah.
B.PERUMUSAN MASALAH
Agar tidak terjadi kesimpang siuran dalam penyusunan makalah ini, maka saya merumuskan
masalah sebagai berikut:
1) Rasulallah Hijrah ke madinah
2.Perkembangan Islam masa Rasulullah di Madinah
3.Rasulullah SAW Membangun Masyarakat Islam di Madinah
4.ciri-ciri pokok pada periode ini
5. Strategi dan metode dakwah di madinah
6. peperangan yang terjadi pada periode madinah
C.TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan dalam membahas masalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana :
1) Rasulallah Hijrah ke madinah
2. Islam masa Rasulullah di Madinah
3. Rasulullah SAW Membangun Masyarakat Islam di Madinah
4. ciri-ciri pokok pada periode ini
5. Strategi dan metode dakwah di madinah
6.peperangan yang terjadi pada periode madinah
D.METODE PENULISAN
Metode yang digunakan penulis adalah metode kepustakaan yaitu memberikan gambaran tentang
materi-materi yang berhubungan dengan permasalahan melalui literatur buku-buku yang
tersedia, tidak lupa juga penulis ambil sedikit dari media massa/internet.
BAB II
PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN AGAMA ISLAM PADA MASA
NABI MUHAMMAD SAW
A.Rasullah Hikrah ke Madinah
Selama perjalanan hijrah ke Madinah Rasulullah membangun 4 masjid yang
bersejarah.Beliau melakukan perjalanan menunggu tertidurnya pasukan Quraisj yang mengepung
rumah beliau, namun dengan beraninya Ali Bin Abu Tholib menggantikan posisi tidurnya
Rasulullah SAW.Akhirnya beliau bisa melaksanakan perjalanan hijrah atas perintah Allah
SWT.Tahu Muhammad tidak ada ditempat pasukan Quraisj mengejar Rosulullah SAW.saat itu
beliu berlindung bersama sahabatnya Abubakar Assidiq r.a. di Jabal Tsur disebelah selatan dari
Majidil haram sejauh kurang lebih 6 km. Kaum kafir dalam mengejar Rosulullah Saw. tidak
menemukan, maka mereka terus mencari dimana-mana, tetapi tidak dapat menemukannya pula.
Pembesar-pembesar kaum kafir Quraisj telah membuat maklumat dalam keadaan hidup ataupun
mati, akan diberi hadiah 100 ekor unta, dengan demikian nafsu mengejar Muhammad semakin
besar. Sebenarnya kaum kafir Quraisj sudah sampai di gua Jabal Tsur, mereka mendapatkan gua
tersebut tertutup dengan sarang laba-laba, dan nampak disitu burung merpati yang sedang
menelor disarangnya. Dengan melihat kadaaan tersebut Nabi Muhammad saw. tidak mungkin
bersembunyi di gua tersebut. Hati sahabat Abubakar Assidiq r.a. cemas dan gelisah kemudian
turunlah Wahyu Allah surat Attaubah ayat 40.
Setelah orang kafir Quraisj pergi beberapa hari kemudian Nabi Muhammad saw. dan sahabatnya
meneruskan perjalanan ke Madinah
Ketika beliau sampai di Madinah, disambut dengan syair-syair dan penuh kegembiraan
oleh penduduk Madinah. Hijrah dari Makkah ke Madinah bukan hanya sekedar berpindah dan
menghindarkan diri dari ancaman dan tekanan orang kafir Quraisy dan penduduk Makkah yang
tidak menghendaki pembaharuan terhadap ajaran nenek moyang mereka, tetapi juga
mengandung maksud untuk mengatur potensi dan menyusun srategi dalam menghadapi
tantangan lebih lanjut, sehingga nanti terbentuk masyarakat baru yang didalamnya bersinar
kembali mutiara tauhid warisan Ibrahim yang akan disempurnakan oleh Nabi Muhammad SAW
melalui wahyu Allah SWT[1]
Sejak hijrah ke Madinah,Nabi Muhammad saw dan Para sahabat selalu berdakwah
kepada penduduk. tanpa mengenal lelah dan putus asa. Mereka terus berusaha menyebarkan
ajaran Islam kepada seluruh penduduk termasuk orang-orang Yahudi,Nasrani dan Kaum Pagan.
Mayoritas penduduk Madinah , terutama suku Aus dan suku Khazraj , menyambut baik ajakan
Nabi Muhammad saw, menyatakan kesetiannya kepada Nabi Muhammad saw dan bersedia
membantu beliau menyebarkan ajaran Islam. Padahal sebelum menerima ajaran Islam,kedua
suku ini selalu berperang. Hal ini menambah semangat Nabi Muhammad saw dalam berdakwah.
Sementara , orang-orang Yahudi merasa tidak senang kepada Nabi Muhammad saw dan
para sahabat mereka. Mereka merasa tersingkir sejak kehadiran suku Aus dan Khazraj untuk
kembali ke Agama lama mereka.Bahkan mereka mulai menyusun kekuatan untuk melemahkan
umat Islam.
Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial dan politik.
Masalah pertama yang di hadapi Nabi Muhammad SAW dan kaum Muhajirin adalah
tempat tinggal. Untuk sementara para kaum Muhajirin bisa menginap dirumah-rumah kaum
Anshor. Tetapi beliau sendiri memerlukan suatu tempat khusus ditengah-tengah ummatnya
sebagai pusat kegiatan, sekaligus sebagai lambang persatuan dan kesatuan diantara kedua
kelompok masyarakat yang mempunyai latar belakang kehidupan yang berbeda.]Oleh
karena itu Nabi memerintahkan untuk membangun masjid. Masjid itu telah menjadi pusat
pendidikan dan pengajaran.
Orang-orang pertama kali masuk Islam ialah Khadijah binti Khuwailid ra, Ali bin Abi Thalib,
Zaid bin Haritsah mantan budak Rasulullah saw dan anak angkatnya, Abu bakar bin Abi
Quhafah, Utsaman bin Affan, Zubair bin Awwan, Abdur-Rahman bin Auf, Saad bin Abi
Waqqash dan lainnya.
Mereka ini bertemu dengan Nabi secara rahasia. Apabila diantara mereka ingin melaksanakan
salah satu ibadah, ia pergi ke lorong-lorong Mekah seraya bersembunyi dari pandangan orang
Quraisy.
Ketika orang-orang yang menganut Islam lebih dari tiga puluh lelaki dan wanita, Rasulullah
memilih rumah salah seseorang dari mereka, yaitu rumah al-Arqam bin Abil Arqam, sebagai
tempat pertama untuk mengadakan pembinaan dan pengajaran. Dawah pada tahap ini
menghasilkan sekitar empat puluh lelaki dan wanita telah menganut Islam.Kebanyakan mereka
adalah orang-orang fakir, kaum budak dan orang-orang Quraisy yang tidak memiliki kedudukan.
Dakwah Islam dimulai di Mekah dengan cara sembunyi-sembunyi. Dan Ibnu Ishaq
menyebutkan, dakwah dengan cara ini berjalan selama tiga tahun. Demikian pula dengan Abu
Naim: ia mengatakan dakwah tertutup ini berjalan selama tiga tahun.
membela kalian di hadapan Allah, selain bahwa kalian mempunyai tali kekeluargaan yang akan
aku sambung dengan hubungannya.
Dawah Nabi saw secara terang-terangan ini ditentang dan ditolak oleh bangsa Quarisy, dengan
alasan bahwa mereka tidak dapat meninggalkan agama yang telah mereka warisi dari nenek
moyang mereka, dan sudah menjadi bagian dari tradisi kehidupan mereka. Pada saat itulah
Rasullulah mengingatkan mereka akan perlunya membebaskan pikiran dan akal mereka dari
belenggu taqlid. Selanjutnya di jelaskan oleh Nabi saw bahwa tuhan-tuhan yang mereka sembah
itu tidak dapat memberi faidah atau bahaya sama sekali. Dan, bahwa turun-temurunya nenek
moyang mereka dalam menyembah tuhan-tuhan itu tidak dapat dijadikan alasan untuk
mengikuti mereka secara taqlid buta. Firman Allah menggambarkan mereka:
Dan apabila dikatakan kepada mereka, Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,mereka
menjawab,(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan)
nenek moyang kami. (Apakah mereka akan mengikuti juga,) walaupun nenek moyang mereka
itu tidak mengetahui suatu pun, dan tidak mendapat petunjuk? (al-Baqarah: 170)
Ketika Nabi saw mencela tuhan mereka, membodohkan mimpi mereka, dan mengecam tindakan
taqlid buta kepada nenek moyang mereka dalam menyembah berhala, mereka menentang dan
sepakat untuk memusuhinya, kecuali pamannya, Abu Thalib, yang membelanya. [4]
PRINSIP-PRINSIP DAWAH RASULULLAH
Prinsip dakwah Rasulullah saw dapat diturunkan dari fase atau pembabakan kehidupan
Muhammad saw. Banyak ahli yang merumuskan kehidupan Rasulullah dalam beberapa fase,
yakni fase pertamaMuhammad saw sebagai pedagang, fase kedua Muhammad saw sebagai nabi
dan rasul. Kedua fase ini berlangsung dalam periode Mekah. Fase ketiga Muhammad saw
sebagai politisi dan negarawan, danfase keempat Muhammad saw sebagai pembebas. Fase ketiga
dan keempat berlangsung dalam periode Madinah.
Dari keempat fase tersebut, terlihat bahwa perjuangan Rasululllah saw dalam menegakan amanat
risalahnya, mengalami perkembangan dan peningkatan yang cukup penting, strategis, dan
sistimatis, menuju keberhasilan dan kemenangan yang gemilang, terutama dengan terbentuknya
masyarakat muslim di Madinah dan terjadinya futuh Mekah. Juga sebagai dasar bagi
perkembangan dan perjuangan untuk menegakan dan menyebarkan ajaran Islam ke segala
penjuru dunia.
Dilihat dari langkah-langkah dan sudut pandang pengembangan dan pembangunan
masyarakat, terdapat tiga posisi penting fungsi Rasulullah saw sebagai figur pemimpin umat,
yakni: Pertama, Rasulullah saw sebagai peneliti masyarakat, kedua, Rasulullah saw sebagai
pendidik masyarakat,ketiga Rasulullah saw sebagai negarawan dan pembangun masyarakat.
Rasulullah saw sebagai peneliti masyarakat, berlangsung ketika beliau menjadi pedagang. Ketika
itu beliau sering kali melakukan perjalanan ribuan mil ke sebelah utara jazirah Arab. Dalam
perjalannya, Rasulullah saw berhubungan dengan berbagai ragam orang dari berbagai bangsa,
suku, agama, bahasa, tradisi, dan kebudayaan, dengan bermacam watak dan sifatnya. Beliau
berinteraksi dan berkomunikasi dengan berbagai agama dan kepercayaan yang dianut; yaitu
Yahudi, Nasrani, Majusi, dan orang-orang Romawi.
Dalam perjalannya ini, beliau mengadakan fact-finding, (menghimpun data dan fakta) mengenai
berbagai aspek hidup dan kehidupan berbagai bangsa.Hal ini menjadi pengalaman dan
pengetahuan beliau tentang geografis, sosiologis, etnografis, religius, psikologis, antropologis,
karakter dan watak dari berbagai bangsa.Pengeahuan tentang situasi dan kondisi ini sangat
bermanfaat dalam menentukan taktik, strategi, dan metode perjuangannya.
Dari data dan fakta yang menjadi pengetahuan dan pengalamannya itu, Rasulullah saw sering
mengadakan tafakur (merenung), dan kadang-kadang berkhalwat, bersemedi (tahannus) di suatu
tempat sunyi yang terkenal dengan Gua Hira. Di tempat inilah beliau mengolah, menganalisis,
mengklarifikasi, dan mengambil kesimpulan yang akan menjadi bahan pertimbangan dalam
sikap, langkah, dan pendekatan strategi perjuangan hidup dan kehidupannya. Objektivitas,
akurasi, dan validitas hasil penelitian dan perenungan itu tidak diragukan lagi karena beliau
termasyhur sebagai orang jujur (al-amin). Kesimpulan utama dari hasil penelitian dan
perenungan adalah masyarakat Arab harus diselamatkan dari jurang kehancuran serta
membangun landasan yang baru. Upaya kerja keras Rasulullah saw dalam mencari solusi dari
masalah yang sedang dihadapinya itu, kemudian dijemput oleh hidayah ilahi dengan turunnya
wahyu pertama, lima ayat surat al-alaq. Dengan ayat Al-Quran yang mulia inilah, dimulai
kegiatan dakwah dan risalah Islamiyah yang ditugaskan kepada Muhammad Ibn Abdillah untuk
disampaikan kepada segenap manusia, melalui pembinaan dan pendidikan yang berdasarkan la
ilaha illa al-llah (nilai dasar ketahuidan).
Dengan demikian, dari turunnya wahyu pertama ini, Rasulullah saw mulai berfungsi
sebagai pendidik dan pembimbing masyrakat (social educator), melalui perombakan dan revolusi
mental masyarakat Arab dari kebiasaan menyembah berhala yang merendahkan derajat
kemanusiaan dan tidak menggunakan akal pikiran yan sehat, tidak memiliki peri kemanusiaan
dan menghinakan kaum wanita dan sebagainya, menuju sikap mental yang mengangkat derajat
kemanusiaan yang penuh percaya diri dan hanya menyembah dan memohon perlindungan
kepada Allah SWT.
Adapun sistim pembinaan dan pendidikan yang dikembangkan Rasulullah saw adalah
sistim kaderisasi dengan membina beberapa orang sahabat. Kemudian para sahabat ini
mengembangkan Islam ke berbagai penjuru dunia.Dimulai dari Khulafa Ar-Rasyidin, kemudian
generasi berikutnya. Dimulai dari pembinaan dan kaderisasi di Mekah yang agak terbatas,
kemudian dikembangkan di Madinah dengan membentuk komunitas muslim di tengah-tengah
masyrakat Madinah yang cukup heterogen. Pembinaan dan pendidikan di Mekah lebih
dioerientasikan pada pembinaan ketauhidan sehingga ayat Al-Quran yang turun dalam periode
ini lebih ditekankan pada pembinaan akidah dan ibadah. Ayat-ayat dan surat yang turun biasanya
pendek-pendek dan diawalii ungkapan Ya ayyuha an-nasa.
Adapun di Madinah, pembinaan yang dilakukan Rasulullah saw lebih banyak ditekankan
pada pembentukan masyarakat muslim di tengah-tengah masyarakat nonmuslim. Ayat-ayat AlQuran yang turun di periode ini lebih ditekankan pada masalah muamalah, sistim
kemasyarakatan, kenegaran, hubungan sosial, hubungan antaragama (toleransi), taawun,
ukhuwah, dan sebagainya.Ayat-ayat yang turun pada periode ini biasanya panjang-panjang dan
diawali ungkapan Ya ayyuha al-ladzina amanu.
Pada peride Madinah ini, lahirlah suatu peristiwa yang monumental dan sangat penting
sebagai cermin bagi kehidupan beragama dan bermasyarakat di masa mendatang, yakni
terumuskannya suatu naskah perjanjian dan kerja sama antara kaum muslimin dan masyarakat
Madinah (nonmuslim), yang kemudian terkenal dengan sebutan Piagam Madinah
Di Madinah itulah Rasulullah saw mulai membangun sistim hukum, tatanan masyarakat, dan
kenegaraan. Fungsi Rasulullah saw meningkat dari fungsi pendidik menjadi negarawan
pembangun masyarakat (community builder) atau pembangun Negara (state builder). Di bawah
pembinaan dan kepemimpinan Rasulullah saw, kota Madinah menjadi sebuah kota masyarakat
yang beradab, sadar hukum, penuh toleran, bersikap saling tolong menolong, dihiasi
persaudaraan dan semangat kerja sama antara warga masyarakat. Gambaran masyarakat seperti
itu, kemudian dikenal dengan sebutan masyarakat madani.
Pada masa awal-awal perkembangan Islam, masyarakat Islam menampilkan diri sebagai
masyarakat alternative, yang memberi warna tertentu pada kehidupan manusia.Karakter yang
paling penting yang ditampilkan oleh masyarakat Islam ketika itu adalah kedamaian dan kasih
sayang.
Masyarakat model seperti ini tampil di tengah kehadiran Rasulullah saw, baik di Mekah
atau Madinah, yang banyak disebut sejarawan sebagai model masyarakat ideal dalam level
masyarakat Arab yang masih sangat sederhana. Sejumlah karakteristik penting yang
diperlihatkan masyarakat Islam pada masa Rasulullah saw ini, diantaranya adalah: memiliki
akidah yang kuat dan konsisten dalam beramal (berkarya). Semua itu dipandu oleh
kepemimpinan yang penuh wibawa.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan beberapa prinsip dakwah Rasulullah saw, yaitu sebagai
berikut:
1.Mengetahui medan (madu) melalui penelitian dan perenungan.
2.Melalui perncanaan pembinaan, pendidikan, dan pengembangan serta pembangunan
masyarakat.
3.Bertahap, diawali dengan cara diam-diam (marhalah sirriyah), kemudian cara terbuka
(marhalah alaniyyah). Diawali dari keluarga dan teman terdekat, kemudian masyarakat secara
umum.
4.Melalui cara dan strategi hijrah, yakni menghindari siutasi yang negative untuk menguasai
suasana yang lebih positif.
5.Melalui syiar dan pranata Islam, antara lain melalui khotbah, adzan, iqamah, dan shalat
berjamaah, taawun, zakat, dan sebagainya.
6.Melalui musyawarah dan kerja sama, perjanjian dengan masyarakat sekitar, seperti dengan
Bani Nadhir, Bani Quraidzah, dan Bani Qainuqa.
7.Melalui cara dan tindakan yang akomodatif, toleran, dan saling menghargai.
8.Melalui nilai-nilai kemanusiaan, kebebasan, dan demokratis.
9.Menggunakan bahasa kaumnya, melalui kadar kemampuan pemikiran masyarakat (ala qadri
uqulihim).
10.Melalui surat. Sebagaimana yang telah dikirim ke raja-raja berpengaruh pada waktu itu,
seperti pada Heraklius.
11.Melalui uswah hasanah dan syuhada ala an-nas, dan melalui peringatan, dorongan dan
motivasi (tarhib wa targhib).
12.Melalui Kelembutan dan pengampunan. Seperti pada peristiwa Fathul Mekah disaksikan para
pemimpin kafir Quraisy sambil memendam kemarahan dan kebencian.Begitu pula isi hati
Fadhalah, yang begitu dalam kebenciaanya kepada Rasulullah sehingga ingin membunuhnya.
Tanpa ia duga, Rasulullah mengetahui suara hatinya tersebut. ketika ditegur dengan lembut,
fadhalah menjadi ketakutan dan mencoba berbohong untuk membela diri. Tetapi Rasulullah tidak
marah, bahkan melempar dengan senyumnya.Seketika Fadhalah terpesona dengan reaksi orang
yang hendak dibunuhnyatersebut.Ia yang berada dalam puncak ketakutan merasakan kelegaan
luar biasa. Tumbuh simpatinya dan kebenciannya mulai surut.Hatinya benar-benar berbalik
ketika Rasulullah meletakan tangan kanan tepat di dadanya.Sentuhan fisik refleksi dari kasih
sayang Rasulullah ini benar-benar mengharubiru perasaan Fadhalah.Kedengkian dan kebenciaan
berubah menjadi kecintaan yang mendalam.
Para tokoh masyarakat Quraisy mulai menyebarkan isu yang tidak benar mengenai ajaran yang
dibawa Nabi Muhammad Saw sebagai salah satu cara untuk menghambat gerakan Islamisasi
sehingga banyak masyarakat yang terpengaruh oleh isu-isu yang menimbulkan fitnah tersebut.
Bahkan Abu Thalib, paman Nabi yang memelihara dan mengasuhnya sejak kecil juga dihasut
untuk melarang Nabi Muhammad Saw agar tidak menyebarkan ajaran islam. Karena tidak tahan
atas ancaman dan teror yang diarahkan kepadanya, maka pada suatu ketika, Abu Thalib
membujuk Nabi Muhammad Saw agar bersedia menghentikan kegiatan dakwahnya.
Mereka yang tidak senang dengan ajakan Nabi Muhammad Saw terus berusaha
mengganggu dan merintangi dakwah Nabi dengan berbagai cara, termasuk penyiksaan dan
pembunuhan. Mereka menerima siksaan di luar batas perikemanusiaan. Misalnya: dipukul,
dicambuk, tidak diberi makan dan minum. Bilal dijemur di bawah terik matahari dan ditindih
batu besar. Istri Yasir yang bernama Sumaiyah ditusuk dengan lembing sampai terpanggang.
4. Boikot dan Rencana Pembunuhan terhadap nabi Muhammad Saw
Kegagalan masyarakat kafir Quraisy dalam membujuk Nabi Muhammad saw untuk
meninggalkan dakwahnya justru memperkuat posisi umat Islam di kota Mekkah. Menguatnya
posisi umat Islam memperkeras reaksi kaum kafir Quraisy. Mereka mencoba menempuh caracara baru, yaitu melumpuhkan kekuatan Nabi Muhammad Saw yang bersandar pada
perlindungan keluarga Bani Hasyim. Caranya adalah memboikot mereka dengan memutuskan
segala bentuk hubungan dengan Bani Hasyim. Tidak seortang pun dari penduduk Mekkah yang
diperkenankan melakukan hubungan jual beli dengan Bani Hasyim. Persetujuan itu dibuat dalam
bentuk piagam dan ditandatangani bersama serta disimpan di dalam Kabah. Pemboikotan ini
berlangsung selama lebih kurang tiga tahun, yang dimulai pada bulan Muharram tahun ketujuh
kenabian, bertepatan dengan tahun 616 M. Di anatar isi piagam pemboikotan ini adalah sebagai
berikut :
1. Mereka tidak akan menikahi orang-orang Islam
2. Mereka tidak akan menerima permintaan nikah dari orang-orang Islam
3. Mereka tidak akan berjual beli apa saja dngan orang-orang Islam
4. Mereka tidak akan berbicara dan tidak akan menjenguk orang-orang Islam yang sakit
5. Mereka tidak akan menerima permintaan damai dengan orang-orang Islam, sehinhgga mereka
menyerahkan Muhammad untuk dibunuh.
Akibat pemboikotan tersebut, Bani Hasyim menderita kelaparan, kemiskinan, dan
kesengsaraan yang tiada bandingnya. Pemboikotan itu baru berhenti setelah beberapa pemimpin
Quraisy merasa iba dengan penderitaan yang dialami Bani Hasyim dan umat Islam. Akhirnya
mereka merobek isi piagam tersebut dan memusnahkannya. Dengan perobekan itu, otomatis
pemnboikotan itu berakhir.
D. Strategi Perjuangan Dakwah Nabi Muhammad Saw
1. Hijrah ke Habsyi yang pertama
Penyiksaan dan penganiayaan kafir Quraisy yang diuar batas perikemanusiaan terhadap
orang-osang muslim membuat hati nabi tidak tahan melihat penderitaan itu. Akhirnya Nabi
Muhammad menyarankan kepada sahabatnya untuk mengungsi ke Habsyi guna menghindar dari
gangguan, siksaan dan ancaman orang-orang kafir Quraisy. Pada bulan ketujuh tahun kelima
kenabian berangkatlah 11 orang laki-laki beserta 4 wanita kemudian rombongan berikutnya
menyusul hingga jumlah yang hijrah ke Habsyi mencapai 70 orang. Kedatangan orang-orang
Islam di Habyi disambut dengan baik oleh raja Nejus. Bahkan ia memberikan perlindungan dan
diizinkan untuk melaksanakan ibadah Islam. Keadaan itu berubah ketika orang-orang Quraisy
mengirim utusan kepada Raja Nejus. Mereka meminta agar Raja Habsyi itu mengembalikan
orang-orang mukmin ke negei asalnya, yaitu Mekkah. Namun permintaan itu ditolaknya.
Ketika umat Islam berada di Habsyi Rasulullah tetap tinggal di kota mekkah. Beliau
tetus berusaha menyebarkan Islam kepada masyarakat Quraisy, meskipun mendapat ancaman
dan gangguan yang luar biasa. Usaha Rasulullah Saw ini ternayat tidak sia-sia. Ia b erhasil
mempengaruhi beberapa tokoh Quraisy, misalnya, Hamzah bin Abdul Muthalib yang masuk
Islam pada tahun 615 M bertepatan pada tahun ke enam kenabian.
2. Hijrah ke Habsyi yang kedua
Umat Islam yang hijrah ke Habsyi pertama berlangsung slama 2 bulan. Setelah itu mereka
kembali ke Mekkah. Melihat keberhasilan umat Islam untuk bertahan dan mendapat
perlindungan di Habsyi, kafir Quraisy semakin geram. Karena itulah, Nabi Muhammad
menyarankan kembali kepada umat Islam untuk hijrah ke Habsyi. Hijrah kedua ini diikuti oleh
101 orang diantarnaya terdapat 18 orang wanita yang dipimpin oleh Jakfar bin Abi Thalib.
Kepergian umat Islam yang kedua ini ke Habsyi masih mendapat sambutan yang hangat
dari Raja Nejus. Rupanya kebaikan hati Raja Nejus ini membuat marah orang-orang kafir
Quraisy. Mereka tidak tahan dan terus berusaha untuk menghambat langkah perkembangan
Islamdengan berbagai cara. Melihat keseriusan orang-orang kafir Quraisy, Raja Nejus berusaha
mengumpulkan umat Islam untuk meminta penjelasan yang sebenarnya. Dalam kesempatan ini
Jakfar bin Abi Thalib bertindak sebagai juru bicara umat Islam untuk menjelaskan hal yang
sebenarnya mengenai ajaran Islam kepada Raja Nejus. Akhirnya Raja mengerti dan Raja Nejus
pun masuk Islam.
3. Misi ke Thaif
Tahun kesepuluh kenabian, dikenal dengan tahun duka bagi Nabi Muhammad Saw sebab
dua orang yang sangat dicintainya meninggal dunia, yaitu Siti Khadijah dan Abu Thalib. Dengan
meninggalnya mereka, orang-orang kafir Quraisy semakin berani mengganggu dan menyakiti
Nabi Muhammad saw. Karen apenderitaan yang dialami Nabi Muhammad semakin hebat, ia
bersama Zaid berencana pergi ke Thaif guna meminta bantuan serta perlindungan dari
keluarganya yang berada di kota itu. Akan tetapi mereka tidak mau meberikan perlindungan dan
bantuan apaun kepada nabi Muhammad Saw. Bahkan beliau diusir dan dihina dengan cara-cara
yang tidak manusiawi. Beliau diusir dan dilempari batu oleh pemuda kota Thaif.
4. Perjanjian aqabah
a. Perjanjian Aqabah I
Pada tahun ke 12 kenabian, bertepatan dengan tahun 621 M, Nabi Muhammad Saw
menemui rombongan haji dari Yatsrib. Rombongan haji tersebut berjumlah sekitar 12 orang.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kepada mereka Nabi Muhammad menyampaikan dakwahnya. Seruan itu mendapat sambutan
hangat sehingga mereka menyatakan keislamannya di hadapan Nabi Muhammad. Pertemuan
tersebut terjadi di salah satu bukit di kota Mekkah, yaitu bukit Aqabah. Disini mereka
mengadakan persetujuan untuk membantu Nabi Muhammad dalam menyebarkan Islam.
Isi perjanjian aqabah itu antara lain sebagi berikut :
Mereka menyatakan setia kepada Nabi Muhammad
Mereka menyatakan rela berkorban harta dan jiwa
Mereka bersedia ikut menyebarkan ajaran Islam yang dianutnya
Mereka menyatakan tidak akan menyekutukan Allah
Mereka menyatakan tidak akan membunuh
Mereka menyatakan tidak akan mralkukan kecurangan dan kedustaan.
b. Perjanjian Aqabah II
Pada tahun ke 13 kenabian, bertepatan dengan tahun 622 M, jamaah Yatsrib datang kembali
ke kota Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji. Jamaah itu berjumlah sekitar 73 orang.
Setibanya di kota Mekkah, mereka menemui Nabi Muhammad menyampaikan pesan berupa
permintaan masyarakat Yatsrib agar Nabi Muhammad bersedia datang ke kota Mekkah,
memberikan penerangan tentang ajaran islam dan sebagainya. Permohonan itu dikabulkan Nabi
Muhammad dan beliau menyatakan kesediannya untuk datang dan berdakwah disana. Untuk
memperkuat kesepakatan itu, mereka mengadakan perjanjian yang disebut perjanjian aqabah
yang kedua yang berisi :
1. Penduduk Yatsrib siap dan bersedia melindungi Nabi Muhammad
2. Penduduk Yatsrib ikut berjuang dalam membela Islam dengan harta dan jiwa
3. Penduduk Yatsrib ikut berusaha memajukan agama Islam dan menyiarkan kepada sanak keluarga
mereka
4. Penduduk Yatsrib siap menerima segala resiko dan tantangan.
E. Dakwah Nabi Muhammad Saw pada periode Madinah
1. Hijrah ke Yatsrib
Setelah Baiah Aqabah Kedua tindakan kekerasan terhadap kaum muslimin makin
meningkat, bahkan musyrikin Quraisy sepakat akan membunuh Rasulullah. Menghadapi
kenyataan ini Rasulullah menganjurkan para sahabatnya untuk segera pindah ke Yatsrib.
Rasulullah meninggalkan Mekkah setelah seluruh kaum muslimin, kecuali Ali dan keluarganya
serta Abu Bakar dan keluarganya, sudah keluar dari Mekah. Ketika akan berangkat, Rasulullah
meminta Ali untuk tidur di kamarnya guna mengelabui musuh yang berencana membunuhnya.
Beliau berangkat ke gua Tsur, arah selatan Mekah, ditemani oleh Abu Bakar.
Mereka bersembunyi di gua Tsur selama tiga malam. Tidak ada yang tahu tentang
keadaan dan tempat persembunyian mereka selain putera pteri Abu Bakar sendriri, Abdullah,
Aisyah, dan Asma serta sahayanya, Amir ibn Fuhairah. Merekalah yang mengirimkan makanan
setiap malam dan menyampaikan kabar mengenai pergunjingan penduduk Mekah tentang
Rasulullah. Pada malam yang ketiga mereka keluar dari persembunyiannya untuk melanjutkan
perjalanan menuju Yatsrib ditemani oleh Abdullah ibn Abi Bakar dan Abdullah ibn Arqad,
seorang musyrik yang bertugas selaku penunjuk jalan.
Senin tengah hari 8 Rabiul Awwal Rasulullah tiba di Quba, sekitar 10 kilometer dari kota
Yatsrib. Selama tinggal di Quba beliau menginap di rumah Kultsum ibn Hadam, seorang lakilaki tua yang rumahnya biasa dijadikan pangkalan bagi orang-orang yang baru datang ke Yatsrib.
Adapun Abu Bakar menginap di rumah Hubaib ibn Isaf atau Kharijah ibn Zaid. Pada saat itulah
masjid pertama dibangun di sini atas saran Ammar ibn Yasir. Rasulullah sendiri yang meletakkan
batu pertama di kiblatnya, diikuti oleh Abu Bakar, kemudian diselesaikan oleh para sahabatnya.
Tiga hari kemudian Ali ibn Abi Thalib tiba pula di Quba setelah menempuh perjalanan selama 15
hari. Ia bergaung dengan Rasulullah tinggal di rumah ibn Hadam. Keesokan harinya, Jumat 12
Rabiul Awal bertepatan dengan 24 September 622 M rombongan Muhajirin ini melanjutkan
perjalanan ke Yatsrib.
Kedatangan Rasulullah disambut hangat penuh kerinduan oleh kaum Anshar. Kemudian
unta Nabi berhenti di salah satu kebun yang ditumbuhi beberapa pohon kurma, bersebelahan
dengan rumah Abu Ayyub. Kebun ini milik dua anak yatim bersaudara yang diasuh oleh Abu
Ayub, bernama Sahl dan Suhail, putera Rafi ibn Umar. Atas permintaan Muadz ibn Ahra,
kebun ini dijual, dan diatasnya dibangun masjid atas perintah Rasulullah. Sejak kedatangan
Rasulullah, Yatsrib berubah namanya menjai Madinah al-Rasul atau al-Madinah alMunawwarah.
2. Pembinaan Masyarakat dan Peletakan Dasar-dasar Kebudayaan Islam
Pekerjaan besar yang dilakukan Rasulullah dalam periode Madinah adalah pembinaan
terhadap masyarakat Islam yang baru terbentuk. Dasar-dasar kebudayaan yang diletakkan oleh
Rasulullah itu pada umumnya merupakan sejumlah nilai dan norma yang mengatur manusia dan
masyarakat dalam hal yang berkaitan dengan peribadatan, sosial, ekonomi dan politik yang
bersumber dari al-Quran dan al-Sunnah. Lembaga utama dan pertama yang dibangun Rasulullah
dalam rangka pembinaan masyarakat ini adalah masjid. Pertama masjid Quba, selang beberapa
hari kemudian Masjid Nabawi dibangun setelah Rasulullah tiba di Yatsrib.
Muhammad ternyata bukan hanya seorang Nabi dan Rasul, tapi juga seorang ahli politik
yang ulung dan diplomat yang bijak, sebagai pahlawan perkasa di medan perang, dan sebagai
ksatria dalam memperlakukan musuh yang kalah. Kepiawannya berpolitik antara lain
ditunjukkan dalam perjanjian damai dengan penduduk non muslim Madinah. Dengan perjanjian
iyu, kota Madinah menjadi Madinah al-Haram dalam arti yang sebenarnya. Perjanjian ini
kemudian dikenal dengan Piagam Madinah.
Beberapa asas masyarakat Islam yang telah diletakkan oleh Rasulullah antara lain alikha(persaudaraan), al-musawah (persamaan), al-tasamuh (toleransi), al-tasyawur (musyawarah)
, al-taawun (tolong menolong), al-adalah (keadilan). Atas dasar ini pula Rasulullah
mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar.