Anda di halaman 1dari 13

MODUL PERKULIAHAN KOMPUTER dan

MASYARAKAT

Isu-Isu
Komputer dan
Masyarakat
Modul Standar untuk
digunakan dalam Perkuliahan
di Universitas Mercu Buana
Fakultas Ilmu
Komputer

Program Studi
Teknik
Informatika

Tatap Muka

03

Kode MK

Disusun Oleh

MK

Dr. Ir. Eliyani

Abstrak

Kompetensi

Kuliah ini membahas mengenai


beberapa isu dalam pemanfaatan
komputer oleh masyarakat, antara
lain isu gender dan computer, dan
bagaimana komputer
mempengaruhi kebudayaan
manusia.

Mahasiswa mampu menjelaskan


beberapa isu dalam komputer dan
masyarakat seperti isu gender,
kebudayaan, internasional, dan
lain-lain.

Pengantar
Komputer telah banyak membawa kemajuan bagi peradaban manusia, namun
ketimpangan manfaat komputer bagi sebagian kalangan masih terjadi. Sisi negatif komputer
masih menimbulkan beberapa persoalan kebudayaan. Sementara itu, beberapa kebijakan
belum mampu dibuat untuk mengatasi ketimpangan dan dampak negatif dari komputer ini.
Bahkan, pengambil kebijakan pun belum mampu memanfaatkan komputer seoptimal
mungkin sehingga dapat terbentuk pemerintahan yang efisien, efektif dan transparan.
Terdapat tiga isu sehubungan dengan komputer dalam kehidupan bermasyarakat
yang diangkat pada kuliah ini. Isu-isu lain masih cukup banyak, namun ketiga isu ini
diangkat karena masih menjadi topik dalam permasalahan komputer di tanah air. Di
samping itu, isu-isu lain seperti Cybercrime dan isu lingkungan akan dibahas pada bab
tersendiri.

Isu Gender
Wanita dikatakan masih mendapatkan sedikit manfaat dari kemajuan
teknologi komputer. Bidang ini masih dikatakan dominan pria.
Berdasarkan studi yang dilakukan UNESCO (2006), minat mahasiswi untuk
menekuni bidang Sains & Teknologi di Indonesia sangat rendah. Mahasiswi umumnya
menekuni bidang sosial seperti terlihat dari data mahasiswi yang menekuni bidang
Teknologi Industri hanya 18.8% sementara bidang Bisnis & Manajemen mencapai 64.6%.
Apa hubungannya hal ini dengan isu gender pada komputer? Ilmu komputer dan
komputer itu sendiri termasuk dalam bidang eksakta. Mari kita kaji mengapa minat
perempuan rendah dalam bidang ini.
Minat ini sudah terlihat sejak pelajar wanita memilih bidang studi di Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK). Studi yang dilakukan UNESCO (2006) menunjukkan bahwa
pada tahun 2002/2003, minat pelajar wanita yang menekuni bidang sosial seperti bisnis dan
manajemen mencapai 64.9%, pariwisata 94%, seni dan kerajinan 52.8% sementara bidang
Pertanian dan Kehutanan yang mewakili bidang eksakta hanya 12.9%. Namun di Sekolah
Menengah Umum (SMU), minat pelajar wanita dan pria untuk bidang sosial, bahasa dan
eksakta relatif seimbang. Data tersebut mengindikasikan bahwa minat dan kemampuan
2012

Nama Mata Kuliah dari Modul


Dosen Penyusun

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

wanita dalam memahami ilmu eksakta setara dengan pria hanya ketika mereka menekuni
bidang yang menentukan karir di masa datang, pelajar wanita cenderung memilih ilmu-ilmu
sosial.
Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Di Amerika Serikat, berdasarkan data
dari Computer Research Association (CRA), pada tahun 2005, hanya sekitar 14%
mahasiswi yang mengambil bidang Ilmu Komputer (Computer Science) padahal permintaan
pasar untuk lulusan pada bidang ini meningkat (Voyless, Haller & Vossum, 2007).
Inilah yang merupakan salah satu faktor yang menyebabkan wanita kurang
menguasai bidang komputer dibandingkan pria sehingga wanita pada akhirnya kurang
mendapatkan keuntungan dari kecanggihan teknologi ini. Kurangnya penguasaan ini
disebabkan faktor computer anxiety pada wanita lebih tinggi dibandingkan pria seperti yang
ditunjukkan oleh hasil penelitian Tjandra (2007) terhadap sejumlah mahasiswa yang
berfungsi sebagai novice accountant assistant. Computer anxiety yaitu ketidaksukaan
seseorang terhadap teknologi komputer yang disebabkan oleh ketakutan dan
kekhawatirannya terhadap penggunaan TI yang salah satu penyebabya adalah kurangnya
penguasaan terhadap teknologi ini. Walau pada beberapa profesi, tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara pria dan wanita. Penelitian Putri Wijayanti (2012) terhadap guru-guru
SMA sekota Salatiga, tidak menemukan adanya computer anxiety antara guru-guru pria dan
wanita.
Banyak studi yang menunjukkan bahwa kultur atau stereotipe yang berlaku di
masyarakat menjadi penyebab utama rendahnya minat wanita menekuni bidang sains dan
teknologi termasuk bidang komputer (Voyless et al., 2007). Bidang sains dan teknologi lebih
identik dengan anak laki-laki. Masyarakat mungkin menganggap bidang teknologi penuh
dengan pekerjaan fisik dan logika yang rumit sehingga hanya cocok untuk anak laki-laki.
Perempuan karena dipercaya kodratnya untuk mengatur rumah tangga maka bidang yang
cocok adalah bidang-bidang yang dapat diterapkan di rumah.
Kenyataannya sekarang rumah tangga pun penuh dengan teknologi, dari mesin cuci,
listrik hingga komputer. Bahkan, pekerjaan yang menggunakan komputer juga dapat
dilakukan wanita di rumah. Bisnis on-line misalnya, dapat dikendalikan wanita dari rumah. Di
samping itu, banyak wanita, terpaksa atau tidak terpaksa, harus bekerja di luar rumah.
Dunia pendidikan anak-anak juga telah dipenuhi dengan sains dan teknologi. Jadi, bekerja
di luar atau di dalam rumah, wanita dilingkupi oleh teknologi. Teknologi bahkan menjadi
kebutuhan bagi wanita.
Tidak ada dalil agama yang melarang wanita untuk menekuni bidang sains dan
teknologi. Laki-laki dan wanita memiliki persamaan hak untuk mendapatkan pendidikan yang
sama. Bukan hanya itu, diskriminasi kesempatan bagi wanita dalam bidang sains dan

2012

Nama Mata Kuliah dari Modul


Dosen Penyusun

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

teknologi akan menghambat kemajuan ilmu itu sendiri yang pada akhirnya menghambat
upaya pemenuhan kebutuhan hidup manusia (UNESCO, 2004).
Masyarakat dunia telah berkomitmen untuk mencapai persamaan gender melalui
dan dalam bidang sains dan teknologi. Hal ini tercermin dari empat konferensi wanita sejak
tahun 1975 di Mexico City hingga tahun 1995 di Beijing. Juga dinyatakan dalam the United
Nations Commission on Science and Technology for Development (UNCSTD) Declaration of
Intent tahun 1995, UNESCO World Science Report tahun 1996, the South East Asia and the
Pacific Preparatory Conference for the World Conference tahun 1998,dan the World
Conference on Science tahun 1999 (UNESCO, 2004).
Kenyataannya, walau sudah dideklarasikan sejak tahun 1975 melalui Konferensi
Wanita Dunia I, publikasi penelitian yang terbit pada tahun 2007 masih menunjukkan
sedikitnya persentase wanita dalam bidang sains dan teknologi. Memang tidak mudah untuk
mengubah kultur yang berlaku di masyarakat. Harus ada upaya yang sungguh-sungguh,
strategis dan berkesinambungan.
Indonesia juga telah membuat strategi untuk mempercepat persamaan gender
melalui serangkaian kebijakan dan program antara lain Instruksi Presiden no. 9 tahun 2000
tentang gender dalam pembangunan nasional, juga dengan dibentuknya Komisi Nasional
Gender, Sains & Teknologi pada tahun 2003 di bawah koordinasi Menteri Riset dan
Teknologi. Lembaga lain yang turut terlibat dalam pemberdayaan wanita antara lain
Departemen Pendidikan Nasional dengan penyediaan dana riset untuk studi wanita,
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang menyediakan akses literatur studi wanita,
Program Pascasarjana Studi Wanita Universitas Indonesia, Pusat Studi Wanita yang
jumlahnya telah mencapai 137 di berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta di seluruh
Indonesia, berbagai organisasi wanita, serta penghargaan untuk ilmuan wanita yang
berprestasi antara lain dari Loreal International & UNESCO (UNESCO, 2006).
Program khusus yang diterapkan Pemerintah Indonesia untuk mencapai kesetaraan
gender dalam bidang Sains dan Teknologi untuk bidang pendidikan, yaitu:
1. menyediakan sistem pendukung sosial untuk meningkatkan kesempatan bagi anak
perempuan untuk meneruskan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi dan untuk
berpartisipasi dalam pendidikan sains dan teknologi dan pendidikan kejuruan.
2. meningkatkan pengetahuan wanita tentang aplikasi teknologi yang sesuai dengan
perspektif gender. Aktivitas dalam program ini mencakup: (a) promosi dan dukungan
terhadap aplikasi teknologi yang sesuai dan (b) anjuran untuk menggunakan
teknologi yang cocok untuk manusia.
Di samping itu, keterlibatan perempuan dalam bidang pendidikan memang lebih
rendah daripada laki-laki. Fakta menunjukkan rendahnya angka partisipasi perempuan di
jenjang pendidikan tinggi, yakni kurang dari 5%. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin
2012

Nama Mata Kuliah dari Modul


Dosen Penyusun

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

tinggi tingkat disparitas (ketidakseimbangan) gendernya. Data lainnya adalah angka buta
huruf di kalangan perempuan masih sangat tinggi: kurikulum serta materi bahan ajar masih
sangat bias gender; dan hampir seluruh proses pengelolaan pendidikan masih dirumuskan
berdasarkan pandangan yang male bias sebagai akibat dari masih dipegangnya sebagian
besar penentu kebijakan pendidikan oleh laki-laki (Mulia, 2003 dalam Nurmaliah, 2006).
Sebagai bukti bahwa pemegang kebijakan dalam bidang pendidikan lebih didominasi lakilaki dibandingkan perempuan dapat dilihat pada perbandingan dari setiap 100 guru SD, 54
orang adalah perempuan dan dari 100 guru sekolah menengah, 38 orang diantaranya
adalah perempuan. Sementara itu tenaga dosen lebih dominan laki-laki, dari 100 dosen
hanya 29 orang adalah perempuan (Nurmaliah, 2006).
Beberapa penelitian juga menunjukkan adanya male bias pada sikap tenaga
pengajar. Tenaga pengajar cenderung lebih memberikan perhatian pada pelajar laki-laki
daripada pelajar perempuan terutama pada bidang-bidang yang dominan laki-laki (AAUW,
2000; Rosser, 1997 & Sanders et al., 1997 dalam Voyless et al. 2007). Seperti lebih banyak
memanggil anak laki-laki, memberikan penghargaan dan kritik lebih banyak pada anak lakilaki, atau di laboratorium memberikan ekspektasi lebih pada anak lak-laki daripada anak
perempuan.
Voyless et al. (2007) mendapatkan dari hasil penelitiannya dalam kelompok kecil
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam interaksi guru dan murid, minat pelajar
untuk mata pelajaran eksakta yang diwakili Sains Komputer, dan frekuensi minta tolong
antara murid laki-laki dan perempuan. Padahal tidak ada perbedaan yang tampak antara
minat dan hasil akhir murid laki-laki dan perempuan.
Sikap tenaga pengajar di kelas sangat mempengaruhi keinginan mahasiwi menekuni
bidang teknologi, seperti yang ditemukan oleh Garvin-Doxas & Barker (2004) di mana
komunikasi defensif di kelas yang selama ini berlangsung di kelas-kelas tradisional telah
membuat anak perempuan tidak memilih bidang teknologi sebagai bidang studi mayor,
padahal komunikasi di kelas tersebut lebih ditentukan oleh pengajar. Di Universitas Mercu
Buana, berdasarkan hasil penelitian Eliyani et al. (2009) juga menunjukkan kecenderungan
serupa di mana tidak ada kebijakan di program studi untuk membangun sistem yang
kondusif bagi perempuan menekuni bidang teknologi termasuk tidak ada upaya
meningkatkan jumlah mahasiswi; dosen cenderung merasa normal dengan kondisi jumlah
mahasiswa yang jauh lebih banyak daripada mahasiswi sehingga tidak berupaya untuk
meningkatkan minat mahasiswi menekuni bidang teknik, hanya sedikit dosen pria yang
memberikan perhatian khusus berupa motivasi kepada mahasiswi karena menganggap
kemampuan mahasiswi lebih rendah dibandingkan mahasiswa.

2012

Nama Mata Kuliah dari Modul


Dosen Penyusun

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Kondisi ini berbeda dengan beberapa universitas di dunia. Berbagai program studi
berbasis teknologi telah memfokuskan diri untuk meningkatkan minat calon mahasiswi
menekuni bidang berbasis teknologi melalui perbaikan-perbaikan dalam bidang pedagogi.
Antara lain penelitian yang dilakukan oleh Garvin-Doxas & Barker (2004) dari University of
Colorado, Boulder, yang menemukan bahwa komunikasi suportif di kelas lebih baik untuk
perempuan dibandingkan komunikasi defensif. Komunikasi defensif lebih membuat
perempuan lebih cepat kehilangan kepercayaan diri, padahal dalam situasi normal,
perempuan lebih cepat kehilangan kepercayaan diri daripada pria dalam menyelesaikan
tugasnya bahkan ketika performance mereka sama dengan laki-laki.
Demikian juga pada perumusan kurikulum. Implementasi kurikulum pendidikan
terdapat dalam buku ajar yang digunakan di sekolah-sekolah. Realitas yang ada, dalam
kurikulum pendidikan (agama ataupun umum) masih terdapat banyak hal yang menonjolkan
laki-laki berada pada sektor publik sementara perempuan berada pada sektor domestik.
Dengan kata lain, kurikulum yang memuat bahan ajar bagi siswa belum bernuansa neutral
gender baik dalam gambar ataupun ilustrasi kalimat yang dipakai dalam penjelasan materi
(Nurmaliah, 2006).
Kemampuan sistem di luar sistem pendidikan seperti dunia kerja dan lingkungan
sosial untuk menyerap kaum perempuan yang menekuni bidang teknologi juga harus
dikembangkan. Penelitian Gallivan (2004) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
gender dan kepuasan kerja, dalam arti para profesional dalam IT (information and
Technology), sama-sama merasa puas akan pekerjaannya, mereka sama-sama merasa
mempunyai pekerjaan yang menantang dan dihargai karena pekerjaannya. Kepuasan kerja
kaum perempuan yang menekuni bidang teknologi ini hanya tercapai bila dunia kerja dan
lingkungan sosial kondusif terhadap mereka.
Namun kondisi cross-gender juga terjadi pada beberapa kasus, seperti pada disain
perangkat lunak. Hasil penelitian Huff (2002) menunjukkan bahwa para programmer
cenderung membuat program untuk anak-anak dengan program yang disukai oleh anak lakilaki yaitu game dengan tekanan waktu, koordinasi mata-tangan dan yang paling penting
adalah kompetisi, padahal 80% dari programmer tersebut adalah perempuan.

Kondisi

cross-gender juga ditemukan pada penelitian Zanbaka et al. (2006), di mana laki-laki lebih
mudah memahami pembicara perempuan sementara perempuan lebih mudah memahami
bila pembicaranya laki-laki.
Kesadaran akan banyaknya tantangan yang dialami pelajar perempuan untuk
mendalami ilmu komputer telah membuat Werner et al. (2004) menemukan teknik pairprogramming yang ternyata lebih cocok untuk perempuan dalam menekuni ilmu komputer.
Pelajar perempuan takut mendalami ilmu komputer karena ilmu ini terkesan membuat
mereka menjadi individualis, bekerja sendiri sehingga ketika mereka terjun ke dunia kerja,
2012

Nama Mata Kuliah dari Modul


Dosen Penyusun

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

keamanan dan keselamatan mereka menjadi kurang terjamin terutama bila mereka harus
kerja lembur sampai malam atau akhir minggu. Dengan pair-programming, pandangan
tersebut berubah karena mereka telah mengalami bahwa pembuatan program dapat
dilakukan secara tim.
Dalam rangka turut meningkatkan minat perempuan terhadap komputer ini, Museum
Komputer Nasional di Inggris membuka galeri khusus untuk merayakan peran perempuan
dalam sejarah komputer. Kegiatan ini didukung oleh Google (Hemawati, MetroTV News,
2013).
Mudah-mudahan, ketika komputer telah semakin user-oriented seperti yang
berkembang sekarang ini, muncul pula wanita-wanita cemerlang yang pernah dimiliki dunia
yang turut mewarnai perkembangan komputer di dunia. Wanita-wanita tersebut antara lain:
1. Ada Lovelace 1842, dinobatkan sebagai programmer pertama dunia.
2. Henrietta Swan Leavitt 1893, bekerja menggunakan komputer untuk
mengkatalogkan koleksi plat fotografi hasil pengamatan bintang-bintang terang
yang membawanya kepada teori inovatif di bidang astronomi.
3. Grete Hermann 1926, menemukan pondasi algoritma untuk berbagai masalah
dasar pada aljabar abstrak yang menjadi dasar aljabar komputer.
4. Hedy Lamarr 1942, menemukan teknologi awal untuk menyebarkan spektrum
komunikasi dan loncatan frekuensi di mana teknologi ini sangat dibutuhkan pada
komunikasi nirkabel dari era pra-komputer ke komputer.
5. Jean Bartik 1945, programmer pertama ENIAC ketika komputer tersebut
dikembangkan untuk menghitung lintasan rudal balistik.
(Sumber: http://www.unikdunia.com/2013/10/5-wanita-pertama-dalam-sejarahkomputer.html)

Isu yang lain lagi, ternyata komputer punya gender. Perhatikan langkah-langkah
berikut untuk mengetahui apakah komputer Anda perempuan atau laki-laki.

1.

Dengan tampilan dekstop, buka notepad.

2.

isi dengan kode ini CreateObject("SAPI.SpVoice").Speak"I Love You".

3.

Save file tersebut dengan nama xyz.vbs.

4.

Klik dua kali file yang tadi dibuat (pastikan volume speaker keras).

5.

Jika file tersebut jalan, maka terdengar seseorang menyapa.

6.

Jika yang menyapa suara wanita maka komputer kamu berjenis kelamin perempuan
dan begitu sebaliknya (Anonim, 2013).

2012

Nama Mata Kuliah dari Modul


Dosen Penyusun

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Isu Kebudayaan
Pertanyaannya, apakah manusia lebih berbudaya dengan kemajuan teknologi
komputer?
Kebudayaan manusia tampak dari Sistem Religi atau Kepercayaan yang dianut
masyarakatnya, sistem organisasi kemasyarakatan, ilmu pengetahuan, bahasa dan
kesenian, mata pencaharian hidup, serta peralatan dan teknologi yang dikembangkannya.
Kebudayaan antar ummat manusia tentu beragam. Komputer merupakan bagian dari
kebudayaan itu sendiri namun berperan besar dalam mengembangkan atau mengubah
kebudayaan di suatu tempat. Perubahan kebudayaan itu mengubah mental manusia,
kadang terjadi benturan nilai budaya yang berakibat pada konflik dalam kehidupan. Sifat
ambivalen teknologi termasuk komputer di samping berpengaruh positif bagi kehidupan
manusia, namun juga tidak jarang menimbulkan keresahan dan kegelisahan akibat
beberapa dampak negatif yang ditimbulkannya. Katakanlah, kemudahan akses informasi
menggunakan internet menyebabkan saringan informasi tersebut menjadi kabur, pornografi
bahkan bisa dinikmati anak kecil. Atau menjadi tidak peka terhadap sesama akibat tontonan
dan permainan yang berbau kekerasan yang dapat diakses melalui internet. Manusia, akibat
kecanggihan teknologi komputer atau teknologi informasi menjadi anti sosial. Padahal
kebudayaan itu sendiri, salah satunya berfungsi untuk mengatur hubungan antar manusia
bahkan menjadi pembeda antara manusia dan hewan. Salah satu isu komputer dan
kebudayaan, adalah kekhawatiran bahwa komputer bahkan bisa menghilangkan kebutuhan
akan manusia itu sendiri alias post humanisme.
Indonesia terkenal dengan keragaman budayanya, dari keragaman bahasa, adat
istiadat, tata karma, sistem organisasi kemasyarakatan, hingga seni tari dan musik. Ada
kekhawatiran, dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi, kecintaan terhadap
budaya Indonesia tersebut menjadi berkurang. K-pop jauh lebih digemari daripada lagu-lagu
daerah. Pakaian-pakaian ala Eropa jauh dianggap lebih berbudaya dibandingkan pakaian
daerah sendiri. Bahkan ada seseorang yang suka menyambut tamunya dengan jas yang
mahal itu, padahal para tamunya sendiri datang memakai batik. Akses terhadap informasi
budaya dari berbagai penjuru dunia membuat Bangsa Indonesia lebih menghargai budaya
Bangsa lain dan menganggap kurang keren budaya Bangsanya sendiri. Ibarat seseorang
yang bekerja di perusahaan asing, senang dengan oleh-oleh dari luar negeri dan lupa
membagikan Tolak Angin ke Bangsa lain. Kadang-kadang, karya anak Bangsa sendiri
tidak ada yang beli.

2012

Nama Mata Kuliah dari Modul


Dosen Penyusun

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Komputer juga bisa dimanfaatkan untuk memperkenalkan budaya Indonesia, yang


tentu saja tidak hanya terbatas pada seni tari dan musik atau batik, tapi juga perangko,
kuliner, dan lain-lain kepada Bangsa lain.
Komputer juga mampu merekam perubahan peradaban manusia, menciptakan nilainilai filsafat baru, ikut mewujudkan karya-karya seni dan budaya, dan bahkan ikut
mempengaruhi nilai-nilai budaya manusia itu manusia itu sendiri. Beberapa nilai-nilai
kemanusiaan yang diubah oleh komputer telah dibahas pada perkuliahan terdahulu tentang
internet, namun dapat diungkap kembali beberapa di antaranya: manusia menjadi anti
sosial, pornografi menjadi hal yang biasa, kekerasan dan kurang peka terhadap sesama
karena games yang mengandung unsur kekerasan atau keasyikan dengan teknologi ini.

Isu Kebijakan Pemerintah


TIK adalah salah satu pilar utama pembangunan peradaban manusia
saat ini yang harus mampu memberi nilai tambah bagi masyarakat luas
dan diharapkan menjadi sarana penting dalam proses transformasi
menjadi bangsa yang maju. Tidak ada satu pun bidang kehidupan
bangsa ataupun sektor pembangunan nasional yang tidak memerlukan
penggunaan TIK. Masyarakat yang cerdas, berarti setiap komponen
masyarakat akan bergerak bersama, misalnya mewujudkan gerakan
siswa cerdas, gerakan desa maju, gerakan guru cerdas, gerakan
pesantren cerdas, gerakan petani cerdas, gerakan aparat cerdas,
gerakan nelayan pintar, dan seterusnya(Visi TIK Presiden RI, dikutip
oleh Sekretaris Ditjen Aplikasi Informatika, Kementerian Komunikasi dan
Informatika).
Berikut beberapa kebijakan pemerintah seperti dikutip dari presentasi Sekretaris
Ditjen Aplikasi Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Yang menjadi dasar pengembangan TIK di Indonesia adalah UUD 1945 Pasal 28F.
Penyelenggaranya adalah Kementerian Komunikasi dan Informasi (KOMINFO).
Berdasarkan visi misi bidang TIK dari Presiden RI seperti dikutip sebelumnya, dibangun
beberapa Undang-Undang (UU) yang berhubungan dengan bidang Komunikasi dan
Informasi, salah satunya adalah UU no. 1Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE). UU ini kemudian dijabarkan dalam Rencana Pengembangan Jangka
Menengah (RPJM) dan beberapa Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Menteri, dan lainlain dengan mengacu pada Visi dan Misi KOMINFO, yaitu Pemenuhan Hak Dasar
2012

Nama Mata Kuliah dari Modul


Dosen Penyusun

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Masyarakat Tentang Informasi. Perwujudannya melibatkan Operator, Perguruan Tinggi,


industry/Vebdor, Investor, dan Pusat Riset. Secara ringkas, visi misi KOMINFO ini disajikan
pada Gambar1.

Gambar 1. Kerangka dasar pengembangan TIK di Indonesia (sumber . Sekretaris Ditjen


Aplikasi Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika, 2013)

Peta jalan (road map) TIK di Indonesia melalui empat tahap, yaitu:
1. Indonesia Connected di mana fokus utamanya adalah penyediaan akses internet
sampai seluruh kecamatan dengan ditunjang oleh SDM yang handal. Target
pencapaiannya hingga akhir tahun 2012.
2. Indonesia Informative, yaitu terbentuknya masyarakat informasi dengan akses
broadband di seluruh kabupaten/kota dan meningkatnya layanan online termasuk ependidikan dan e-kesehatan. Target pencapaiannya hingga akhir tahun 2014.
3. Indonesia Broadband, dengan target tercapainya Masyarakat Pengetahuan dengan
meningkatnya akses broadband dan daya saing bangsa dan industriinovatif. Target
pencapainnya adalah pada 2020.
4. Indonesia Digital, diharapkan akan terbentuk masyarakat madani pada sekitar tahun
2020 di mana seluruh Kabupaten/Kota telah memiliki e-gov sehingga Bangsa
Indonesia menjadi lebih kompetitif.
Secara ringkas, peta jalan ini disajikan pada Gambar 2.

2012

10

Nama Mata Kuliah dari Modul


Dosen Penyusun

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Gambar 2. Peta Jalan TIK Indonesia ( Sekretaris Ditjen Aplikasi Informatika, Kementerian
Komunikasi dan Informatika, 2013)

Dasar hukum kebijakan TIK di Indonesia adalah UU no. 11 tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Undang-Undang ini tepatnya disahkan pada
pada tanggal 21 April tahun 2008 dan berlaku untuk semua orang yang melakukan
perbuatan melanggar hukum yang diatur UU ITE baik di dalam maupun di luar wilayah
Indonesia, dengan akibat hukum terjadi baik di dalam maupun di luar Indonesia dan
merugikan kepentingan Indonesia.

UU ITE terdiri dari tiga belas bab, meliputi:


1. BAB I: Ketentuan Umum
2. BAB II: Asas dan Tujuan
3. BAB III: Informasi Elektronik, Dokumen Elektronik, dan Tanda Tangan Elektronik.
4. BAB IV: Penyelenggaraan Sertifikasi Elektrironik dan Sistem Elektronik.
5. BAB V: Transaksi Elektronik.
6. BAB VI: Nama Domain, HKI, dan Perlindungan Hak Pribadi.
7. BAB VII: Perbuatan Yang Dilarang.
8. BAB VIII: Penyelesaian Sengketa.
9. BAB IX: Peran Pemerintah dan Masyarakat.

2012

11

Nama Mata Kuliah dari Modul


Dosen Penyusun

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

10. BAB X: Penyidikan.


11. BAB XI: Ketentuan Pidana.
12. BAB XII: Ketentuan Peralihan.
13. BAB XIII: Ketentuan Penutup.

Daftar Pustaka
Anonim. 2013. Cara mengetahui gender computer. Available at: http://masihtidaknyata.blogspot.com/2013/02/cara-mengetahui-gender-komputer.html.
Eliyani, Farida, D. Vidayanti. 2009. Pengukuran Aspek Gender Pada Proses Belajar
Mengajar Bidang Teknologi Di Universitas Mercu Buana. Bulletin Penelitian.
Gallivan, M.J. Examining IT Professionals Adaptation to Technological Change: The
Influence of Gender and Personal Attributes. The DATA BASE for Advances in
Information Systems-Summer 2004 (Vol. 35, No. 3) : 28 49.
Garvin-Doxas & Barker, L.J. 2004. Communication in Computer Science Classrooms:
Understanding Defensive Climates as a Means of Creating Supportive
Behaviors. ACM Journal of Educational Resources in Computing Vol. 4 No. 1
March 2004 Article 1 : 1 18.
Hemawati, R. MetroTV News. 13 September 2013. Museum Komputer rayakan peran
perempuan. Available at:
http://www.metrotvnews.com/tekno/read/2013/09/13/985/181356/MuseumKomputer-Rayakan-Peran-Perempuan
Huff, C. 2002. Gender, Software Design, and Occupational Equity. SIGCSE Bulletin Vol. 34
No. 2 June 2002 : 112-115.
Nurmaliah, Y. 28 Agustus 2006. Bias Gender dalam Pendidikan Islam
Interpretrasi Terhadap Buku Ajar Agama Islam. Available at: http://www.icrponline.org/wmview.php?ArtID=179. Indonesian Conference on Religion and
Peace.
Puri Wijayanti, M. 2012. Perbedaan computer anxiety pada sikap guru pria dan wanita
dalam menggunakan computer di SMA Swasta Se-Kota Salatiga. Skripsi.
Available at: URI: http://repository.library.uksw.edu/handle/123456789/1798
Sekretaris Ditjen Aplikasi Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika. Kebijakan
Pemerintah di Bidang TIK. Available at:
http://www.slideshare.net/trigoesema/paparan-kebijakan-tik. Diunduh Oktober,
2013.
Tjandra, R. 2007. COMPUTER ANXIETY DARI PERSPEKTIF GENDER DAN
PENGARUHNYA TERHADAP KEAHLIAN PEMAKAI KOMPUTER DENGAN
VARIABEL MODERASI LOCUS of CONTROL, Studi Empiris Pada Novice
Accountant Assistant Di Akademi Akuntansi YKPN Yogyakarta. TESIS.
PROGRAM STUDI MAGISTER SAINS AKUNTANSI PROGRAM
PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO. Semarang.

2012

12

Nama Mata Kuliah dari Modul


Dosen Penyusun

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

UNESCO. 2004. Comparative Study on Gender Dimension of Policies Related to the


Development and Application of Science and Technology for Sustainable
Development. Regional Secretariat for Gender Equity in Science and
Technology. UNESCO office, Jakarta.
UNESCO. 2006. Report on gender, science and technology five asian countries. Regional
Secretariat for Gender Equity in Science and Technology. UNESCO office,
Jakarta
Voyles, M.M., Haller, S.M., & Fossum, T.V. 2007. Teacher Responses to Student Gender
Differences. Availabe at: http://www.cra.org/CRN/articles/may06/taulbee.html.
Werner, L.L., Hanks, B. & McDowell, C. 2004. Pair-Programming Helps Female Computer
Science Students. ACM Journal of Educational Resources in Computing Vol. 4
No. 1 March 2004 Article 3 : 1-8.
Zandaka, C., Goolkasian, P. & Hodges, L.F. 2006. Can a Virtual Cat Persuade You? The
Role of Gender and Realism in Speaker Persuasiveness. CHI 2006
Proceedings. Belief and Affect. April 22-27, 2006. Montral Quebec, Canada.

2012

13

Nama Mata Kuliah dari Modul


Dosen Penyusun

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai