Anda di halaman 1dari 18

HANYA UNTUK KALANGAN TERBATAS

TIDAK UNTUK DISEBARLUASKAN

MATERI PENYULUHAN HUKUM SERENTAK


CERDAS HUKUM DALAM ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)
PEMBACAAN DEKLARASI PELAJAR CERDAS HUKUM
(khusus untuk penyuluhan hukum di sekolah)
Dipimpin oleh Penyuluh hukum/penyelenggara kegiatan/pelajar yang
ditunjuk dan diikuti oleh pelajar-pelajar.
BAGIAN KESATU
Pemutaran Film sekilas tentang MEA
Penjelasan Penyuluh tentang:
APA ITU MEA?
Sebagaimana tayangan yang sudah bapak/ibu/saudara lihat bahwa pada
awal tahun 2016 ini, MEA mulai berjalan efektif.
MEA adalah kerjasama ekonomi antar 10 negaranegara di Asia Tenggara
yang terdiri dari:
1.

Indonesia,

2.

Malaysia,

3.

Singapore,

4.

Filipina,

5.

Vietnam,

6.

Tahiland,

7.

Brunai Darusalam,

8.

Laos,

9.

Myanmar (Burma), dan

10. Kamboja.
Latar belakang dibentuk MEA karena adanya semangat bersama untuk
memperbaiki

sendi-sendi perekonomian yang rapuh di kawasan ASEAN

pasca krisis tahun 1997. Bersamaan dengan semakin mantapnya ekonomi


Tiongkok dan India, menjadikan ASEAN berkeinginan sejajar dan mampu
bersaing dengan kedua negara tersebut. Dengan berbekal roadmap jangka
panjang yang tertuang dalam Hanoi Plan of Action tahun 1998, akhirnya
1

HANYA UNTUK KALANGAN TERBATAS


TIDAK UNTUK DISEBARLUASKAN

wacana tersebut disepakati pada KTT ASEAN ke-9 di Bali tahun 2003.
Negara-negara ASEAN berkomitmen untuk berhimpun dalam komunitas
politik, ekonomi, sosial dan budaya.
Dengan berlaku MEA semakin bias batas-batas territorial antar
negara. Ini merupakan peluang sekaligus tantangan. Setidaknya ada
beberapa konsekuensi logis dengan diberlakukannya pasar bebas ASEAN,
negara-negara yang tidak siap dengan identifikasi potensi akan menjadi
basis pasar barang dan jasa negara lain. Sedangkan negara dengan kualitas
pekerja yang pas-pasan akan menjadi ladang berpindahnya (eksodus)
pekerja terampil dengan kemampuan soft skill mumpuni.
Namun demikian. negara anggota ASEAN berprinsip untuk tidak
mencampuri urusan dalam negeri sesama negara anggota, menyelesaikan
perbedaan atau perdebatan dengan damai, dan bekerja sama secara efektif.
Hal ini kelak menjadi filter yang kompak dan aturan main yang jelas dalam
MEA.
PILAR UTAMA MEA

ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi internasional (single


market and production base). Elemennya adalah aliran bebas barang,
jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas.
Paradigma yang dibangun bukanlah persaingan, namun persaudaraan
berbasis wilayah yang mengedepankan kepentingan bersama dalam
mencapai kesejahteraan. Memang terdengan anti klimaks ketika dalam
MEA tidak ada persaingan, tidak ada upaya dominasi ekonomi yang
kompleks, namun inilah kenyataan yang harus dihadapi. Meredam ego
sektoral antar negara menjadi agenda penting dalam menjamin
keberlangsungan MEA, dengan mengetahui kuntitas dan kualitas baik
sumber daya alam (SDA) atau sumber daya manusia (SDM).

ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi yang tinggi


(competitive economic region). Elemennya adalah adanya peraturan
kompetitif (tidak inkonsistensi, jelas, tegas), perlindungan konsumen,
hak

atas

kekayaan

intelektual,

pengembangan

infrastruktur,

perpajakan, dan e-commerce. Kata kawasan perlu dipahami bahwa


2

HANYA UNTUK KALANGAN TERBATAS


TIDAK UNTUK DISEBARLUASKAN

ASEAN harus bekerjasama dan bahu membahu dalam meningkatkan


kualitas di internal masing-masing. Dengan modal hasil alam yang
melimpah mewajibkan setiap negara ASEAN mengurangi jumlah ekspor
barang mentah keluar kawasan, ekspor seharusnya dalam bentuk
barang siap pakai guna meningkatkan nilai ekonominya.Dengan upah
buruh yang terjangkau, bahkan boleh dikatakan murah, Indonesia
harusnya sudah selesai dengan masalah utama produksi, sehingga bagi
sektor manufaktur fokus dapat dialihkan pada keberlanjutan energi.
Dari sisi konsumen, negara wajib hadir dalam menjamin setiap
warganya memperoleh barang yang layak pakai, tidak ada ruang bagi
barang rongsok dan rekondisi, dengan mekanisme standarisasi produk
dan jasa yang pasti, akan menjadikan pasar Indonesia berwibawa.
Kuat karena Bersaudara

ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata


(equitable

economic

development).

pengembangan usaha kecil dan menengah,

Elemennya
dan

ASEAN untuk negara-negara CMLV (Cambodia,

adalah

prakarsa

integrasi

Myanmar,

Laos,

dan Vietnam). Banyak kalangan mengangap pilar ini sebagai satire


(karena dianggap tidak membumi).
Apabila dilihat dari kebangkitan ekonomi pasca penjajahan
negara-negara
seperti

persemakmuran

Singapura

dan

(khusus

Malaysia,

bekas

mereka

jajahan

bisa

Ingrris)

melesat

jauh

meninggalkan negara-negara tetangga jajahan Belanda dan Amerika.


Ganjalan sejarah seperti ini, perlu disikapi dengan bijaksana, dan
dikonversi menjadi

semangat

birokrasi, karena Malaysia dan

terbarukan

untuk

mereformasi

Singapura menjadi negara maju tidak

sepenuhnya karena hasil bentukan Inggris, tapi didasarkan pada


semangat

pemerintahannya

yang

revolusioner.

Sama

halnya

dengan kemajuan kondisi Indonesia saat ini, bukan semata-mata hasil


kerja kolonial Belanda.
Pemerataan

ekonomi

pada

dasarnya

harus

diawali

dengan

persamaan terhadap nasib, kesadaran akan pentingnya penyesuaian


kurikulum pendidikan yang mampu menjawab kebutuhan jaman,
3

HANYA UNTUK KALANGAN TERBATAS


TIDAK UNTUK DISEBARLUASKAN

tanpa meninggalkan ideologi dan tata nilai masing-masing.


Apabila diingat kembali krisis Yunani, dimana semua negara di
kawasan Uni Eropa berfikir keras untuk menyelamatkan Yunani dari
Kehancuran total dan menjaga tetap kuatnya mata uang Euro, hal ini
menyadarkan kita bahwa menghadapi perkembangan jaman yang
semakin maju ini perlu adanya kesadaran kolektif sebagai masyarakat
kawasan.
Di samping itu, perlu ada pemerataan ekonomi yang erat
kaitannya
diharapkan

dengan
mampu

partisipasi
menjamah

masyarakat

secara

sektor-sektor

aktif,

usaha

rakyat

kecil

dan

menengah secara utuh. Dengan demikian diharapkan usaha dari, oleh,


dan untuk masyarakat adalah solusi paten dalam menjalankan MEA.

ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan


perekonomian

global (integration into the global economy) dengan

elemen pendekatan yang

koheren dalam hubungan ekonomi di luar

kawasan, dan meningkatkan peran serta dalam

jejaring

produksi

global.
Implementasi persaingan global MEA ini harus didorong bersamasama karena saat ini beberapa negara ASEAN masih fokus pada
penguatan Pilar pertama dan bersiap membangun pondasi pilar kedua.
Oleh karena itu sebagai warga bangsa kita harus ikut aktif menguatkan
pilar ketiga dan keempat.
MANFAAT MEA.

MEA mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan


kawasan ASEAN karena telah terintegrasi melalui pembukaan dan
pembentukan pasar yang lebih besar, serta mendorong peningkatan
efisiensi dan daya saing, dan membuka peluang penyerapan tenaga
kerja di kawasan ASEAN sehingga akan meningkatkan kesejahteraan
seluruh negara di kawasan.

MEA sebagai kawasan pasar potensi dunia:


Dengan adanya MEA akan menjadi kawasan pasar terbesar ke-3 di
dunia yang didukung oleh jumlah penduduk ke-3 terbesar (8% dari
4

HANYA UNTUK KALANGAN TERBATAS


TIDAK UNTUK DISEBARLUASKAN

total penduduk dunia) di dunia setelah China dan India.

MEA merupakan kumpulan Negara- Negara Pengekspor.


Negara-negara di kawasan ASEAN juga dikenal sebagai negara-negara
pengekspor baik produk berbasis sumber daya alam (seperti agro-based
products) maupun berbagai produk elektronik. Dengan meningkatnya
harga komoditas internasional, sebagian besar Negara ASEAN mencatat
surplus pada neraca transaksi berjalan. Prospek perekonomian yang
cukup baik juga menyebabkan ASEAN menjadi tempat tujuan investasi
(penanaman modal).
Catatan (jika perlu dapat dijelaskan oleh penyuluh):
Sepuluh (10) komoditi ekspor ASEAN ke dunia pada tahun 2008
(berdasarkan

HS- 4 digit) yang dilaporkan dalam ASEAN Economic

Community Chartbook (2009) adalah (1) electronic integrated circuits &


microassemblies (9%); (2) oil (not crude) from petrol & bituminous
minerals etc. (7%); (3) automatic data processing machines, magnetic or
optical readers, etc. (5%); (4) crude oil from petroleum and bituminous
minerals (4%); (5) petroleum gases & other gaseous hydrocarbons
propane, butane, ethylene (4%); (6) parts and accessories for office
macjines & typewriters (3%); (7) palm oil & its fractions, not chemically
modified (3%); (8) natural rubber in primary form or plates balata, gutta
percha, guayule, chicle (2%); (9) semiconductor devices; light emiting
diodes; mountedpiezoelectric crystals; parts thereof diodes, etc. (1%);
dan (10) electric apparatus for line telephony or telegraphy telephone
sets, teleprinters, modems, facs machine (1%).
Indonesia

sudah

mencatat

10

(sepuluh)

komoditi

unggulan

ekspornya baik ke dunia maupun ke intra-ASEAN selama 5 tahun


terkhir ini (2004 2008) dan 10

(sepuluh) komoditi ekspor yang

potensial untuk semakin ditingkatkan. Komoditi unggulan ekspor ke


dunia adalah minyak kelapa sawit, tekstil & produk tekstil, elektronik,
produk hasil hutan, karet & produk karet, otomotif, alas kaki, kakao,
udang, dan kopi, sedangkan komoditi ekspor ke intra-ASEAN adalah
minyak petroleum mentah, timah, minyak kelapa sawit, refined copper,
5

HANYA UNTUK KALANGAN TERBATAS


TIDAK UNTUK DISEBARLUASKAN

batubara, karet, biji kakao, dan emas. Disamping itu, Indonesia


mempunyai komoditi lainnya yang punya peluang untuk ditingkatkan
nilai ekspornya ke dunia adalah peralatan kantor, rempah-rempah,
perhiasan, kerajinan, ikan & produk perikanan,

minyak atsiri,

makanan olahan, tanaman obat, peralatan medis, serta kulit & produk
kulit. Indonesia harus cermat mengidentifikasi tujuan pasar sesuai
dengan segmen pasar dan spesifikasi dan kualitas produk yang
dihasilkan.

MEA merupakan kumpulan Negara Tujuan Investor.


ASEAN merupakan pasar dan memiliki basis produksi, sehingga
mendorong meningkatnya investasi di dalam dalam negeri masingmasing anggota dan intra-ASEAN serta masuknya investasi asing ke
kawasan. Sebagai Negara dengan jumlah penduduk terbesar (40%)
diantara Negara Anggota ASEAN, Indonesia diharapkan akan mampu
menarik investor ke dalam negeri dan mendapat peluang ekonomi yang
lebih besar dari Negara Anggota ASEAN lainnya.
Dengan MEA berbagai kerjasama regional untuk meningkatkan
infrastuktur (pipa gas, teknologi informasi) dari sisi pembiayaan
menjadi

agenda.

Kesempatan

tersebut

membuka

peluang

bagi

perbaikan iklim investasi Indonesia melalui pemanfaatan program kerja


sama regional,

terutama

dalam

melancarkan

program

perbaikan

infrasruktur domestik. Untuk mendukung inilah perlu dilakukan


penyesuaian berbagai peraturan invetasi sesuai standar kawasan,
misalnya peraturan terkait perijinan.

MEA akan mendorong Daya Saing.


Dengan adanya pasar bebas perdagangan barang ASEAN akan
memperlancar arus barang untuk pasokan bahan baku dan bahan jadi
di kawasan ASEAN karena hambatan tarif dan non-tarif yang sudah
tidak ada lagi. Kondisi pasar yang sudah bebas di kawasan dengan
sendirinya akan mendorong pihak produsen dan pelaku usaha lainnya
untuk memproduksi dan mendistribusikan barang yang berkualitas
6

HANYA UNTUK KALANGAN TERBATAS


TIDAK UNTUK DISEBARLUASKAN

secara efisien sehingga mampu bersaing dengan produk-produk dari


negara lain. Di sisi lain, para konsumen juga mempunyai alternatif
pilihan yang beragam yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan, dari yang paling murah sampai yang paling mahal.
Indonesia sebagai salah satu Negara besar yang juga memiliki tingkat
integrasi tinggi di sektor elektronik dan keunggulan komparatif pada
sektor

berbasis

sumber

daya

alam,

berpeluang

besar

untuk

mengembangkan industri di sektor-sektor tersebut di dalam negeri


dengan kualitas yang baik.

MEA membuka peluang sektor jasa


ASEAN memungkinkan pengembangan sektor jasa dapat dibuka
seluas-luasnya. Sektor-sektor jasa prioritas yang telah ditetapkan yaitu
pariwisata, kesehatan, penerbangan dan e-ASEAN dan kemudian akan
disusul dengan logistik. Namun, perkembangan jasa prioritas di ASEAN
belum merata, hanya beberapa negara ASEAN yang mempunyai
perkembangan jasa yang sudah berkembang seperti

Singapura,

Malaysia dan Thailand. Kemajuan ketiga negara tersebut dapat


dimanfaatkan sebagai penggerak dan acuan untuk perkembangan
liberalisasi jasa di ASEAN.
Indonesia

mempunyai

penduduk

yang

sangat

besar

dapat

menyediakan tenaga kerja yang cukup dan pasar yang besar, sehingga
menjadi pusat industri. Selain itu, Indonesia dapat menjadikan ASEAN
sebagai tujuan pekerjaan guna mengisi investasi yang akan dilakukan
dalam rangka MEA. Standardisasi yang dilakukan melalui Mutual
Recognition Arrangements (MRAs) dapat memfasilitasi pergerakan
tenaga kerja tersebut.

MEA membuka Aliran Modal.


MEA membuka peluang bagi Indonesia untuk dapat memanfaatkan
aliran modal masuk ke kawasan yang kemudian ditempatkan di aset
berdenominasi rupiah. Aliran modal tersebut tidak saja berupa porsi dari
portfolio regional tetapi juga dalam bentuk aliran modal langsung (PMA).
7

HANYA UNTUK KALANGAN TERBATAS


TIDAK UNTUK DISEBARLUASKAN

Sedangkan dari sisi peningkatan kapasitas dan kualitas lembaga,


peraturan terkait, maupun sumber daya manusia, berbagai program
kerja sama regional yang dilakukan tidak terlepas dari keharusan
melakukan harmonisasi, standarisasi, maupun mengikuti MRA yang
telah disetujui bersama. Artinya akan terjadi proses perbaikan
kapasitas di
Sebagai

berbagai

contoh

adalah

institusi, sektor maupun peraturan terkait.


penerapan

ASEAN

Single

Window

yang

seharusnya dilakukan pada tahun 2008 (hingga saat ini masih dalam
proses) untuk ASEAN-6 mengharuskan penerapan sistem National
Single Window (NSW) di masing-masing negara.
TANTANGAN MENGHADAPI MEA

Laju Peningkatan Ekpor dan Impor.


Tantangan yang dihadapi oleh Indonesia memasuki integrasi
ekonomi ASEAN tidak hanya yang bersifat internal di dalam negeri
tetapi terlebih lagi persaingan dengan negara sesama ASEAN dan
negara lain di luar ASEAN seperti China dan India. Kinerja ekspor
selama periode 2004 2008 yang berada di urutan ke-4 setelah
Singapura, Malaysia, dan Thailand, dan importer tertinggi ke-3 setelah
Singapura dan Malaysia, merupakan tantangan yang sangat serius ke
depan karena telah mengakibatkan neraca perdagangan Indonesia yang
defisit terhadap beberapa Negara ASEAN tersebut.
Ancaman yang diperkirakan lebih serius lagi adalah perdagangan
bebas ASEAN dengan China. Hingga tahun 2007, nilai perdagangan
Indonesia dengan China masih mengalami surplus, akan tetapi pada
tahun 2008, Indonesia mengalami

defisit sebesar + US$ 3600 juta.

Apabila kondisi daya saing Indonesia tidak segera diperbaiki, nilai


defisit perdagangan dengan China akan semakin meningkat. Akhirakhir ini para pelaku usaha khususnya yang bergerak di sektor
industri petrokimia hulu, baja, tekstil dan produk tekstil, alas kaki
serta elektronik, menyampaikan kekhawatirannya dengan masuknya
produk-produk sejenis dari China dengan harga yang relative lebih
8

HANYA UNTUK KALANGAN TERBATAS


TIDAK UNTUK DISEBARLUASKAN

murah dari produksi dalam negeri (Media Indonesia, 26 Nopember


2009).

Laju Inflasi.
Laju

inflasi

Indonesia

yang

masih

tergolong

tinggi

bila

dibandingkan dengan Negara lain di kawasan ASEAN. Stabilitas makro


masih menjadi kendala peningkatan daya saing Indonesia dan tingkat
kemakmuran Indonesia juga masih lebih rendah dibandingkan negara
lain.

Populasi

Indonesia

yang

terbesar

di

ASEAN

membawa

konsekuensi tersendiri bagi pemerataan pendapatan, 3 (tiga) Negara


ASEAN yang lebih baik dalam menarik PMA mempunyai pendapatan
per kapita yang lebih tinggi dari Indonesia.

Kesamaan Produk.
Hal lain yang perlu dicermati adalah kesamaan keunggulan
komparatif kawasan ASEAN, khususnya di sektor pertanian, perikanan,
produk karet, produk berbasis kayu, dan elektronik. Kesamaan jenis
produk ekspor unggulan ini merupakan salah satu penyebab pangsa
perdagangan intra-ASEAN yang hanya berkisar 20-25 persen dari total
perdagangan ASEAN. Indonesia perlu melakukan strategi peningkatan
nilai tambah bagi produk eskpornya sehingga mempunyai karakteristik
tersendiri dengan produk dari Negara-negara ASEAN lainnya.

Daya Saing SDM.


Kemapuan

bersaing

SDM

tenaga

kerja

Indonesia

harus

ditingkatkan baik secara formal maupun informal. Kemampuan


tersebut diharapkan harus minimal memenuhi ketentuan dalam
standar yang telah disetujui. Pada tahun 2008-2009, Mode 3 pendirian
perusahaan (commercial presence) dan Mode 4 berupa mobilitas tenaga
kerja (movement of natural persons) intra ASEAN akan diberlakukan
untuk sektor prioritas integrasi. Untuk itu, Indonesia harus dapat
meningkatkan kualitas tenaga kerjanya sehingga bisa digunakan baik
di dalam negeri maupun intra-ASEAN, untuk mencegah banjirnya
tenaga kerja terampil

dari luar. Pekerjaan ini tidaklah mudah karena


9

HANYA UNTUK KALANGAN TERBATAS


TIDAK UNTUK DISEBARLUASKAN

memerlukan adanya cetak birum sistem pendidikan secara menyeluruh,


dan sertifikasi berbagai profesi terkait.

Tingkat Perkembangan Ekonomi.


Tingkat perkembangan ekonomi Negara-negara Anggota ASEAN
hingga saat ini masih beragam. Secara sederhana, penyebutan ASEAN6 dan ASEAN-4 dimaksudkan selain untuk membedakan tahun
bergabungnya dengan ASEAN, juga menunjukkan perbedaan tingkat
ekonomi. Apabila diteliti lebih spesifik lagi, tingkat kemajuan berikut
ini juga terdapat diantara Negara Anggota ASEAN:

kelompok negara maju (Singapura),

kelompok negara dinamis (Thailand dan Malaysia),

kelompok negara pendapatan menengah (Indonesia, Filipina, dan


Brunei), dan

kelompok negara belum maju (CLMV).


Tingkat kesenjangan yang tinggi tersebut merupakan salah satu

masalah di kawasan yang cukup mendesak untuk dipecahkan agar


tidak menghambat percepatan kawasan menuju MEA. Oleh karenanya,
ASEAN

dalam

mempertimbangkan

menentukan
perbedaan

jadwal
tingkat

komitmen
ekonomi

liberalisasi

tersebut.

Dalam

rangka membangun ekonomi yang merata di kawasan (region of


equitable economic development), ASEAN harus bekerja keras di dalam
negeri masing-masing dan bekerja sama dengan sesama ASEAN.

Kepentingan Nasional.
Dalam rangka integrasi ekonomi, kepentingan nasional merupakan
yang utama yang harus diamankan oleh Negara Anggota ASEAN.
Kepentingan kawasan, apabila tidak sejalan dengan kepentingan
nasional, merupakan prioritas kedua. Hal ini berdampak pada sulitnya
mencapai dan melaksanakan komitmen liberalisasi MEA Blueprint.
Dapat dikatakan, kelemahan

visi dan mandat secara politik serta

masalah kepemimpinan di kawasan akan menghambat integrasi


kawasan.

Selama

ini

ASEAN

selalu

menggunakan

pendekatan
10

HANYA UNTUK KALANGAN TERBATAS


TIDAK UNTUK DISEBARLUASKAN

voluntary approach dalam berbagai inisiatif kerja sama yang terbentuk


di ASEAN sehingga group pressure divantara sesama Negara Anggota
lemah. Tentu saja hal ini berkonsekuensi pada pewujudan integrasi
ekonomi kawasan akan dicapai dalam waktu yang lebih lama.

Kedaulatan Negara
Integrasi ekonomi ASEAN membatasi kewenangan suatu negara untuk
menggunakan

kebijakan

fiskal,

keuangan

dan

moneter

untuk

mendorong kinerja ekonomi dalam negeri. Hilangnya kedaulatan negara


merupakan biaya atau pengorbanan terbesar yang diberikan oleh
masing-masing Negara Anggota ASEAN. Oleh karena itu untuk
mencapai sukses MEA diperlukan kesadaran politik yang tinggi dari
suatu negara untuk melepaskan sebagian kedaulatan negaranya.
Kerugian lainnya adalah seperti kemungkinan hilangnya peluang kerja
di suatu negara karena SDM luar yang lebih kompeten masuk ke
Indonesia, serta kemungkinan kita menjadi pasar bagi Negara ASEAN
lainnya yang lebih mampu bersaing.
TANTANGAN LAIN YANG DIHADAPI INDONESIA:
Bagaimana mengoptimalkan peluang MEA?.
Indonesia perlu melakukan persiapan agar tidak menjadi Negara
tujuan pemasaran bagi ASEAN lainnya. Namun rendahnya peringkat
Indonesia dalam pelaksanaan usaha di tahun 2010 (Doing Business
2010, International Finance Corporation, World Bank) yaitu 122 dari
185 Negara, sementara peringkat Negara ASEAN lainnya seperti
Thailand (12), Malaysia
yang

berada

(23),

Vietnam

(93),

dan

Brunei (96)

jauh di atas Indonesia, merupakan potensi

kehilangan bagi Indonesia karena investor akan lebih memilih negaranegara tersebut sebagai tujuan investasinya.
Kita tidak perlu takut, tetapi perlu terus memacu semangat
meningkatkan kemampuan dengan strategi yang jitu.

11

HANYA UNTUK KALANGAN TERBATAS


TIDAK UNTUK DISEBARLUASKAN

STRATEGI MENGHADAPI TANTANGAN


Secara garis besar, langkah strategis yang harus dan telah dilakukan
antara lain adalah :
1.

Penyesuaian, persiapan, dan perbaikan regulasi baik secara kolektif


maupun individual (reformasi regulasi).

2.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia baik dalam birokrasi


maupun dunia usaha ataupun professional;

3.

Penguatan posisi usaha skala menengah, kecil, dan usaha pada


umumnya;

4.

Penguatan kemitraan antara publik dan sektor swasta;

5.

Menciptakan iklim usaha yang kondusif dan mengurangi ekonomi biaya


tinggi (juga merupakan tujuan utama pemerintah dalam program
reformasi

komprehensif

di

berbagai

bidang

seperti

perpajakan,

kepabeanan, dan birokrasi);


6.

Pengembangan sektor-sektor prioritas yang berdampak luas dan


pengembangan komoditi unggulan;

7.

Peningkatan

partisipasi

institusi

pemerintah

dan

swasta

untuk

mengimplementasikan Blueprint MEA;


8.

Reformasi

kelembagaan

dan

kepemerintahan.

Pada

hakekatnya

Blueprint MEA juga merupakan program reformasi bersama yang dapat


dijadikan referensi bagi reformasi di Negara Anggota ASEAN termasuk
Indonesia; dan
9.

Penyediaan kelembagaan dan permodalan yang mudah diakses oleh


pelaku usaha dari berbagai skala;

10. Perbaikan infrastruktur fisik melalui pembangunan atau perbaikan


infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, jalan tol, pelabuhan,
revitalisasi dan restrukturisasi industri, dan lain-lain.
Catatan (untuk closing materi pertama tentang MEA):
MEA bukan hal yang menakutkan tetapi keniscayaan untuk menjadi
bangsa yang lebih maju, kuat dan tangguh dengan daya saing yang semakin
tinggi. Salah satu aspek terpenting yang harus dikuatkan oleh bangsa
Indonesia dalam menghadapi pasar bebas apapun, termasuk MEA adalah
12

HANYA UNTUK KALANGAN TERBATAS


TIDAK UNTUK DISEBARLUASKAN

meningkatkan kesadaran hukum masyarakat. Dengan tingginya tingkat


kesadaran hukum maka setiap individu akan dapat memahami dengan baik
hak dan kewajibannya. Individu warga masyarakat dapat menentukan
dengan penuh kesadaran setiap pilihan tindakan.
Bagi individu warga masyarakat yang memiliki kemampuan ekonomi
akan dengan mudah mendapatkan akses pengetahuan untuk memahami
dinamika yang berkembang dan

pendampingan ahli hukum ketika ada

masalah hukum. Namun tidak demikian halnya bagi individu warga negara
Indonesia yang tergolong miskin, kelompok rentan atau termarginalkan,
sangat mungkin tidak memahami dinamika ekonomi global yang berkembang.
Bagi mereka ini sangat perlu secara intensif mendapatkan informasi
hukum melalui layanan penyuluhan hukum dan pendampingan
hukum secara cuma-cuma jika menghadapi masalah hukum. Dengan
demikian adagium setiap orang dianggap tahu akan hukumnya, menjadi
sebuah kenyataan yang menggembirakan.
BAGIAN KEDUA
Tayangan Film Penguatan Pilar Negara Hukum
Penjelasan Penyuluh tentang:
MEMBANGUN MASYARAKAT BERBUDAYA HUKUM
Dengan bekerjanya pasar bebas, semakin dibutuhkan pemahaman
hukum yang kuat, sehingga manfaat yang terdapat di dalam MEA dapat
durasakan oleh setiap lapisan masyarakat. Hukum bukan sesuatu yang
menakutkan, karena hukum adalah seperangkat norma yang sangat
penting untuk membangun tertib masyarakat serta mendorong dinamika
kehidupan masyarakat. Oleh karena itu perlu diciptakan substansi hukum
yang baik, mudah ditaati oleh siapapun, tanpa harus dengan paksaan. Hal
ini dapat berjalan dengan baik jika masyarakat kita sudah menjadikan
hukum

sebagai

bagian

dari

budaya

masyarakat.

Salah

satu

cara

membudayakan hukum adalah dengan adanya penyuluhan hukum yang


intensif. Jika kedua komponen ini sudah berjalan dengan baik, maka
keberadaan aparat penegak hukum tidak lagi menakutkan tetapi sebagai
13

HANYA UNTUK KALANGAN TERBATAS


TIDAK UNTUK DISEBARLUASKAN

bagian terpenting untuk menciptakan keadilan di masyarakat.


Mengapa ada negara-negara di ASEAN yang tergolong sebagai negara
maju?, salah satu unsurnya karena penegakan hukum berjalan dengan baik,
dan masyarakat sangat memahami hak dan kewajibannya, larangan dan
perintah. Hal ini yang harus dibudayakan di masyarakat Indonesia dengan
jumlah penduduk yang besar dan wilayah yang luas, agar ke depan dapat
menjadi bangsa taat hukum. Oleh karena itu penyuluhan hukum di
sekolah-sekolah dan di lingkungan masyarakat, terutama di lingkungan
masyarakat miskin akan terus dilakukan, baik oleh Penyuluh Hukum atau
oleh relawan-relawan yang telah dibekali materi hukum.
BANTUAN HUKUM
Mengapa

lingkungan

masyarakat

miskin

menjadi

perhatian

pemerintah? Karena sampai saat ini jumlah orang miskin di Indonesia


masih relative banyak. Data BPS tahun 2015 menyebutkan masih berkisar
27,73 orang miskin. Negara perlu hadir memberikan perhatian lebih bagi
mereka agar bangsa Indonesia bisa bangkit menjadi negara maju di antara
Negara ASEAN yang lain.
Hal ini perlu dilakukan seiring dengan penguatan arus demokratisasi
dan hak Asasi Manusia, bahwa negara memberikan jaminan perlindungan
hukum, khususnya bagi warga negara yang tidak mampu. Hal ini
merupakan

prinsip

negara

yang

mendaku

sebagai

negara

hukum

sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945. Oleh karena itu
prinsip supremasi hukum dan

persamaan kedudukan di muka hukum

harus dijalankan dengan sebaik-baiknya.


Untuk mewujudkan hal ini diperlukan keseimbangan, sehingga
seseorang yang tidak mampu menjalankan proses hukum tetap dapat
memperoleh pembela yang profesional. Jika tidak, maka akan sulit bagi
orang miskin yang berperkara mengapai keadilan. Dampaknya adalah
bangsa Indonesia akan kesulitan mencapai target SDGs 16.
Dalam konteks inilah, bantuan hukum untuk orang miskin menjadi
kewajiban negara (state obligation) dalam rangka memastikan prinsipprinsip negara hukum berjalan dengan baik. Kewajiban negara ini sesuai
14

HANYA UNTUK KALANGAN TERBATAS


TIDAK UNTUK DISEBARLUASKAN

dengan International Covenant on Civil and Political Rights Pasal 14 yang


mengatur tentang persamaan hak di pengadilan. Salah satu bentuk
kewajiban negara ini adalah pendanaan bantuan hukum yang sebagian
besar harus bersumber dari negara.
Untuk
dihadirkan

mengimplementasikan

tuntutan

negara

hukum

inilah

Undang-Undang Nomor 16 tahun 2011 tentang Bantuan

Hukum, yang diharapkan dapat melindungi hak konstitusional setiap


individu untuk mendapatkan bantuan hukum selain itu juga diharapkan
dapat mengakomodir perlindungan terhadap masyarakat yang kurang
mampu dalam menghadapi kasus-kasus hukum.
Bantuan hukum bukan diberikan oleh negara dan bukan belas
kasihan dari negara, tetapi juga merupakan tanggung jawab negara dalam
mewujudkan equality before the law, acces to justice, dan fair trial.
Dengan demikian pengakuan dan jaminan terhadap asas Equality
Before the Law ini tidak saja sebatas pengakuan politik negara saja. Akan
tetapi lebih mengedepankan tindakan konkrit negara dalam memberikan
jaminan kepada masyarakat mendapatkan akses terhadap keadilan guna
terpenuhi hak-hak dasar manusia (HAM), bahkan tindakan afirmatif juga
harus dilakukan untuk menjamin terselengaranya kewajiban negara ini.
Dengan derasnya laju pertumbuhan pembangunan dan politik di Indonesia
memunculkan permasalahan-permasalahan mendasar yang meminggirkan
bahkan mengabaikan hak-hak dasar manusia yang berujung kepada
kriminalisasi dan memposisikan rakyat untuk meminta hak atas keadilan di
Pengadilan maupun di luar pengadilan guna mendapatkan keadilan.
Bantuan hukum adalah hak konstitusional setiap warga. Lahirnya
UU Bantuan Hukum seharusnya menjadi wujud nyata tanggung jawab
negara terhadap Hak Atas Bantuan Hukum sebagai akses keadilan bagi
seluruh masyarakat Indonesia sebagaimana diamanahkan oleh UUD 1945,
UU

Nomor 39 tahun

1999 tentang Hak

Asasi Manusia

(HAM), Kitab

Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Deklarasi Universal Hak


Asasi Manusia, pasal 14(3)(d) Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil
dan Politik (International Covenant on Civil and Political Rights) yang telah
disahkan melalui Undang-Undang Nomor 12 tahun 2005, juga ada
15

HANYA UNTUK KALANGAN TERBATAS


TIDAK UNTUK DISEBARLUASKAN

pemberian jaminan bagi setiap orang untuk mendapatkan bantuan hukum


dan pelayanan dari Advokat ( a right to have a legal counsel) yang
berkualitas bagi masyarakat miskin.
Sesuai praktek internasional, ada 5 pilar mengenai bantuan hukum
yakni:
1. Accesible, bantuan hukum harus dapat diakses dengan mudah;
2. Affordability, bantuan hukum dibiayai oleh negara;
3. Sustainable,

bantuan

hukum

pada

donor

tergantung

harus

terus

sehingga

ada

dan

tidak

negara

harus

menganggarkannya dalam APBN;


4. Credibility,

bantuan

hukum

harus

dapat

dipercaya

dan

memberikan keyakinan bahwa yang diberikan adalah dalam


rangka peradilan yang tidak memihak (juga saat mereka
menghadapi kasus melawan negara, tidak ada keraguan tentang
itu); serta
5. Accountability,

pemberi

bantuan

hukum

harus

dapat

memberikan pertanggungjawaban keuangan.


Konsepsi bantuan hukum dalam UU Bantuan Hukum merupakan
bantuan pembiayaan dari Negara bagi masyarakat miskin yang berhadapan
dengan hukum. Sebelumnya, Negara tidak melakukan pemenuhan hak atas
bantuan hukum bagi masyarakat.
Peranan tersebut dimulai dan terus dilakukan secara mandiri dan
swadaya oleh masyarakat sipil yang dipelopori oleh misalnya YLBHI-LBH
Kantor yang kemudian terus berkembang bersama lahirnya organisasi
masyarakat

sipil

yang

bergerak

pada

isu

bantuan

hukum

seperti

Perhimpunan Bantuan Hukum dan HAM Indonesia (PBHI), LBH Masyarakat,


LBH Apik, LBH Pers, LBH Mawar Saron, LKBH Kampus, Elsam, KontraS,
Walhi, dll.
PEMANGKU KEPENTINGAN BANTUAN HUKUM
Ada tiga pihak yang diatur di undang-undang ini, yakni:
1. Penerima Bantuan Hukum, yakni orang atau kelompok masyarakat
miskin (dibuktikan dengan Surat Keterangan Miskin)
16

HANYA UNTUK KALANGAN TERBATAS


TIDAK UNTUK DISEBARLUASKAN

2. Pemberi Bantuan Hukum, yakni Organisasi Bantuan Hukum yang lolos


verifikasi/akreditasi (saat ini 405 OBH di seluruh Indonesia)
3. Penyelenggara Bantuan Hukum yakni Kementerian Hukum dan HAM RI
Badan Pembinaan Hukum Nasional ditunjuk oleh Kementerian Hukum
dan HAM RI untuk melaksanakan Penyelenggaraan Bantuan Hukum.
Sebagai sebuah harga demokrasi yang harus dibayar, tentu pelaksanaan
Undang-Undang ini harus dikawal oleh semua pihak. Dengan demikian
akses terhadap keadilan bagi orang miskin dapat terpenuhi.
Asas-asas yang tercantum dalam pelaksanaan Bantuan Hukum adalah:
a. Keadilan;
b. Persamaan kedudukan di dalam hukum;
c. Keterbukaan;
d. Efisiensi;
e. Efektivitas; dan
f. Akuntabilitas
PROGRAM BANTUAN HUKUM 2016
Saat ini Program Bantuan untuk orang miskin dapat diakses melalui
405 Organisasi Bantuan Hukum (OBH yang tersebar di seluruh Indonesia.
Orang atau Kelompok masyarakat miskin cukup menyerahkan Surat
Keterangan Miskin yang dikeluarkan oleh Desa/Kelurahan, atau yang
sejenisnya misalnya Bantuan Langsung Tunai, Kartu Indonesia Sehat,
Kartu Indonesia Pintar dan sebagianya. Jika masih kesulitan dalam
mendapatkan Surat Keterangan Miskin, maka Organisasi Bantuan Hukum
dapat mengeluarkan Surat Keterangan Miskin yang ditandatangani oleh
Direktur OBH dan diketahui oleh Kepala Rumah Tahanan atau Polisi atau
Jaksa (aparat penegak hukum).
Jenis Layanan Bantuan Hukum meliputi:
1.

Bantuan Hukum Litigasi yakni Bantuan Hukum pada proses peradilan,


baik di tingkat Kepolisian, Kejaksaan maupun Persidangan yang
meliputi semua kasus baik Pidana, Perdata dan Tata Usaha Negara.

2.

Bantuan Hukum Non Litigasi, berupa 9 Jenis kegiatan:


17

HANYA UNTUK KALANGAN TERBATAS


TIDAK UNTUK DISEBARLUASKAN

1. Penyuluhan hukum;
2. Konsultasi hukum;
3. Investigasi perkara, baik secara elektronik maupun nonelektronik;
4. Penelitian hukum;
5. Mediasi;
6. Negosiasi;
7. Pemberdayaan masyarakat;
8. Pendampingan di luar pengadilan; dan/atau
9. Drafting dokumen hokum
Informasi lebih lanjut mengenai daftar Organisasi Bantuan Hukum dan
mekanisme mendapatkan Bantuan Hukum bisa diakses pada website
adil.bphn.go.id atau aplikasi Legal Smart Chanel pada Android/IOS.
Mari kita bangun masyarakat CERDAS HUKUM

18

Anda mungkin juga menyukai