Tata
Tata
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, berkat lindungan dan
bimbingan-Nya maka penyusunan Pedoman Tata Kelola Rumah Sakit Umum Dr. Ferdinand
Lumban Tobing Sibolga dapat diselesaikan berkat kerja keras Tim Persiapan BLUD RSU Dr.
Ferdinad Lumban Tobing Sibolga dan bimbingan dari Tim Pendamping dari BPKP Provinsi
Sumatera Utara.
Tujuan Penyusunan Pedoman Tata Kelola ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah
satu persyaratan administratif untuk menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum Daerah (PPK-BLUD).
Pedoman Tata Kelola merupakan kumpulan aturan bagi proses pengelolaan dan
pengawasan serta pembagian tanggung jawab dan wewenang khususnya bagi stakeholders,
Dewan Pengawas, dan Pejabat Pengelola RSU Dr. Ferdinad Lumban Tobing Sibolga. Hal ini
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum,
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, Peraturan Walikota Nomor : 900 / 17 /2014 tentang Standar Biaya Umum
Pemerintah
Penetapan Standar harga upah kerja, bahan, barang dan peralatan untuk kebutuhan pemerintah
kota sibolga tahun 2015
RSU Dr. Ferdinad Lumban Tobing Sibolga, sebagai salah satu pelayanan kesehatan yang
bersifat spesifik dituntut untuk menyelenggarakan proses manajemen berdasarkan praktikpraktik bisnis yang sehat dan beretika Pedoman Tata Kelola ini dapat diselesaikan berkat kerja
keras Tim Persiapan BLUD RSU Dr. Ferdinad Lumban Tobing Sibolga dan Tim Pendamping
dari BPKP. Dengan berlandaskan pada Pedoman Tata Kelola ini diharapkan kinerja pelayanan
dan keberhasilan usaha serta akuntabilitas RSU Dr. Ferdinad Lumban Tobing dapat ditingkatkan
guna mewujudkan nilai stakeholders dalam jangka panjang yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan dan nilai - nilai etika.
Dr. Ratnawati
Pembina Utama Muda
NIP. 19580411 198503 2 001
BAB I
PENDAHULUAN
PPEENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terbitnya Peraturan Pemerintah No 23 Tahun 2003 dan Permendagri No 61 Rumah Sakit
dapat menerapkan PPK BLUD. Berdasarkan pasal 13 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD), pola tata kelola merupakan peraturan internal Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
atau Unit Kerja yang akan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan (PPK) BLUD. Selanjutnya
dalam pasal 31 dan 32 Permendagri Nomor 61 Tahun 2007 disebutkan, BLUD beroperasi
berdasarkan pola tata kelola atau peraturan internal, yang memuat antara lain:
1. Struktur organisasi; menggambarkan posisi jabatan, pembagian tugas, fungsi, tanggung
jawab, dan wewenang dalam organisasi.
2. Prosedur kerja; menggambarkan hubungan dan mekanisme kerja antar posisi jabatan dan
fungsi dalam organisasi.
3. Pengelompokan fungsi yang logis; menggambarkan pembagian yang jelas dan rasional antara
fungsi pelayanan dan fungsi pendukung yang sesuai dengan prinsip pengendalian intern
dalam rangka efektifitas pencapaian organisasi.
4. Pengelolaan sumber daya manusia; merupakan pengaturan dan kebijakan yang jelas
mengenai sumber daya manusia yang berorientasi pada pemenuhan secara kuantitatif dan
kualitatif/kompeten untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi secara efisien, efektif,
dan produktif.
B. Pengertian Pola Tata Kelola
Tata Kelola adalah suatu proses dan struktur yang digunakan untuk meningkatkan kinerja
pelayanan dan keberhasilan usaha serta akuntabilitas Rumah Sakit Umum Dr. Ferdinad Lumban
Tobing (selanjutnya disebut Rumah Sakit) guna mewujudkan nilai pihak-pihak yang
berkepentingan (stakeholder value) dalam jangka panjang, berlandaskan peraturan perundangan
dan nilai-nilai etika.
Pedoman Tata Kelola (Code of Corporate Governance) merupakan kumpulan aturan bagi
proses pengurusan dan pengawasan rumah sakit yang baik dan pembagian tugas, tanggung
jawab, dan kekuasaan, khususnya bagi Pemilik, Dewan Pengawas dan Pejabat Pengelola, yang
dapat menunjukkan keseimbangan pengaruh antar stakeholders.
C. Prinsip-Prinsip Tata Kelola
Prinsip-prinsip tata kelola BLUD sebagaimana disebutkan dalam pasal 31 dan 32
Permendagri Nomor 61 Tahun 2007, terdiri dari:
1. Transparansi; merupakan azas keterbukaan yang dibangun atas dasar kebebasan arus
informasi agar informasi secara langsung dapat diterima bagi yang membutuhkan.
2. Akuntabilitas; merupakan kejelasan fungsi, struktur, sistem yang dipercayakan pada
BLUD agar pengelolaannya dapat dipertanggungjawabkan.
3. Responsibilitas; merupakan kesesuaian atau kepatuhan dalam pengelolaan organisasi
terhadap prinsip bisnis yang sehat serta perundang-undangan.
4. Independensi; merupakan kemandirian pengelolaan organisasi secara profesional
tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang
tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip bisnis yang sehat.
D. Tujuan Penerapan Pola Tata Kelola
Pola Tata Kelola yang diterapkan pada Badan Layanan Umum Rumah Sakit Umum Dr.
Ferdinad Lumban Tobing bertujuan untuk:
1. Memacu profesionalisme dengan tanggung jawab terhadap mutu layanan Rumah
Sakit.
2. Memaksimalkan nilai rumah sakit dengan cara menerapkan prinsip transparansi,
akuntabilitas, responsibilitas dan independensi.
3. Mendorong pengelolaan rumah sakit secara profesional, transparan dan efisien, serta
memberdayakan fungsi dan peningkatan kemandirian organ rumah sakit.
4. Mendorong agar organ rumah sakit dalam membuat keputusan dan menjalankan
kegiatan senantiasa dilandasi dengan nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta kesadaran atas adanya tanggung
jawab sosial rumah sakit terhadap stakeholder.
5. Meningkatkan kontribusi rumah sakit dalam mendukung kesejahteraan umum
masyarakat melalui pelayanan kesehatan.
E. Sumber Referensi Pola Tata Kelola
Sumber referensi untuk menyusun Pola Tata Kelola Rumah Sakit adalah:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum.
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 109/PMK.05/2007 tentang Dewan Pengawas
pada Badan Layanan Umum.
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.
4. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
Menteri
Negara
Pendayagunaan
Aparatur
Negara
Nomor:
BAB II
STRUKTUR ORGANISASI DAN URAIAN TUGAS
Rumah Sakit Umum Dr. Ferdinand Lumban Tobing Sibolga merupakan Lembaga Teknis
Daerah di lingkungan Pemerintah Kota Sibolga di bidang pelayanan kesehatan yang bersifat
spesifik. Rumah Sakit Umum Dr. Ferdinand Lumban Tobing Sibolga dipimpin oleh seorang
Direktur yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Walikota Sibolga melalui
Sekretaris Daerah Kota Sibolga untuk membantu Walikota Sibolga dalam penyelenggaraan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan Pemerintahan Daerah Kota Sibolga di bidang pelayanan
kesehatan. Untuk itu RSU Dr. F.L. Tobing Sibolga mempunyai Tugas Pokok Dan Fungsi:
1. Tugas Pokok
Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan upaya penyembuhan, pemulihan,
peningkatan, pencegahan, pelayanan rujukan, serta pengabdian masyarakat.
2. Fungsi
Untuk menyelenggarakan tugas pokok rumah sakit sebagaimana dimaksud diatas, Rumah
Sakit Umum Dr. Ferdinand Lumban Tobing Sibolga mempunyai fungsi:
a. Menyelenggarakan Pelayanan Medik;
b. Menyelenggarakan Pelayanan penunjang medik dan non medik;
c. Menyelenggarakan Pelayanan dan Asuhan keperawatan;
d. Menyelenggarakan Pelayanan Rujukan;
e. Menyelenggarakan Pendidikan dan Pelatihan;
f. Menyelenggarakan Penelitian dan Pengembangan serta pengabdian masyarakat;
g. Pengelolaan Keuangan dan Akutansi;
A. Struktur Organisasi
Struktur organisasi RSU Dr. Ferdinand Lumban Tobing Sibolga sesuai dengan Peraturan
Daerah Kota Sibolga No.7 Tahun 2010 tanggal 26 Mei Tahun 2010, sebagai berikut:
1.
Direktur
2.
pelayanan
penunjang,
kegiatan
pendidikan,
pelatihan,
penelitian
dan
pengembangan. Setiap Instalasi, Ruang Rawat Jalan dan Ruang Rawat Inap dipimpin oleh
Kepala yang dalam pelaksanaan tugasnya bertanggungjawab kepada Direktur. Instalasi, Ruang
Rawat Jalan dan Ruang Rawat Inap yang dibentuk pada RSU Dr. F.L. Tobing Sibolga yaitu:
a.
b.
Instalasi Radiologi
c.
Instalasi Laboratorium
d.
e.
Instalasi Farmasi
f.
g.
Instalasi Gizi
h.
Unit Fisioterapi
i.
j.
k.
l.
o.
Hemodialisa
p.
Pelayanan Ambulan
5. TIM Khusus
RSU Dr. F.L. Tobing Sibolga juga membentuk beberapa Tim Khusus, yang termasuk
dalam Tim Khusus RSU Dr. Ferdinad Lumban Tobing Sibolga antara lain :
a. Tim Penyusun BLUD RSU
b. Tim Akreditasi
c. Tim Ponek
d. Tim Emas
STRUKTUR ORGANISASI
RSU Dr. FERDINAND LUMBAN TOBING SIBOLGA
A.
dan
bertanggung
jawab
dalam
petunjuk
teknis
pengadaan,
penyimpanan,
dan
pendistribusian
10
11
9) Pelaksanaan koordinasi dengan unit kerja terkait dalam rangka pelaksanaan tugas;
10) Penyusunan laporan hasil pelaksanaan tugas.
1. Subbag. Penyusunan Anggaran
Berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kabag. Keuangan dan
Perencanaan melakukan kegiatan penyusunan anggaran rumah sakit. Adapun tugas
pokok dan fungsinya adalah:
1) Penyusunan rencana kegiatan program dan anggaran rumah sakit;
2) Pengumpulan data dalam rangka penyusunan anggaran rumah sakit;
3) Penyusunan dokumen rencana kerja dan anggaran (RKA) serta rencana kerja dan
perubahan anggaran (RKPA).
4) Pelaksanaan koordinasi dengan unit kerja terkait dalam rangka pelaksanaan tugas;
5) Penyusunan laporan hasil pelaksanaan tugas.
2. Subbag. Perbendaharaan, Verifikasi dan Akuntansi
Berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kabag. Keuangan dan
Perencanaan melaksanakan kegiatan perbendaharaan, verifikasi dan akuntansi
keuangan rumah sakit. Adapun tugas pokok dan fungsinya adalah:
1) Penyusunan rencana kegiatan di bidang perbendaharaan, verifikasi, dan akuntansi
rumah sakit;
2) Pengelolaan kegiatan perbendaharaan;
3) Pelaksanaan verifikasi atas dokumen pertanggungjawaban bendahara penerimaan
dan bendahara pengeluaran;
4) Pelaksanaan verifikasi atas dokumen-dokumen permintaan uang oleh bendahara
pengeluaran;
5) Penyusunan laporan akuntansi keuangan rumah sakit;
6) Pelaksanaan koordinasi dengan unit kerja terkait dalam rangka pelaksanaan tugas;
7) Penyusunan laporan hasil pelaksanaan tugas.
3. Wakil Direktur Pelayanan
Berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur RSU Dr. Ferdinad
Lumban Tobing Sibolga . Meliputi pelayanan rawat jalan, rawat inap, rawat darurat,
bedah sentral, perawatan intensif, radiologi, farmasi, rehabilitasi medis, patologi klinis,
kegiatan bidang pelayanan medis, dan keperawatan. Wakil Direktur Pelayanan
mengkoordinasikan dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan medik, keperawatan, dan
pengelolaan SDM serta peningkatan mutu secara efektif, bermutu dan efisien di
12
fasilitas - fasilitas yang berada di lingkungannya. Adapun tugas pokok dan fungsinya
adalah:
1) Penyusunan kebijaksanaan teknis dan program kerja di bidang pelayanan.
2) Penyusunan rancangan anggaran tahunan pelayanan.
3) Penyusunan usulan formasi staf pelayanan.
4) Penyusunan standar pelayanan medik, penunjang medik, dan keperawatan;
5) Penilaian kualitas pelayanan;
6) Penyusunan pengembangan pelayanan medik, penunjang medik, dan keperawatan;
7) Pemantauan dan pengevaluasian pelaksanaan kegiatan medik, penunjang medik, dan
keperawatan;
8) Pelaksanaan koordinasi dengan unit kerja terkait dalam rangka pelaksanaan tugas;
9) Penyusunan laporan hasil pelaksanaan kegiatan di bidang pelayanan
a. Bidang Pelayanan Umum
Berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur melalui Wakil Direktur
Pelayanan melaksanakan kegiatan pengelolaan sumber daya (sumber daya manusia dan
fasilitas) bagi pelayanan medik. Adapun tugas pokok dan fungsinya adalah:
1) Penyusunan rencana kebutuhan anggaran sumber daya pelayanan medik;
2) Penyusunan program kerja di bidang pelayanan medik
3) Pengumpulan dan pengolahan data dalam rangka pengelolaan pelayanan medik;
4) Penyusunan dan pengelolaan tata laksana (protap) penyelenggaraan pelayanan
medik;
5) Pengelolaan standar sarana dan peralatan pelayanan medik;
6) Pelaksanaan pengawasan dan pengevaluasian pelaksanaan kegiatan pelayanan
medik;
7) Pelaksanaan koordinasi dengan unit kerja terkait dalam rangka pelaksanaan tugas;
8) Penyusunan laporan hasil pelaksanaan kegiatan di bidang pelayanan medik.
1. Seksi Pemantauan, Pengawasan Fasilitas, Pelayanan Medis dan Penunjang Medis
Berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kabid. Pelayanan Umum
melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengawasan fasilitas pelayanan medik dan
penunjang medik. Adapun tugas pokok dan fungsinya adalah:
1) Penyusunan rencana kegiatan di bidang pemantauan dan pengawasan fasilitas
pelayanan medik dan penunjang medik;
2) Pengumpulan dan pengolahan data dalam rangka pelaksanaan pemantauan dan
pengawasan fasilitas pelayanan medik dan penunjang medik;
13
Kabid.Keperawatan
melaksanakan kegiatan asuhan keperawatan dan etika keperawatan. Adapun tugas pokok
dan fungsinya adalah:
1) Penyusunan rencana kegiatan di bidang asuhan keperawatan dan etika keperawatan;
14
15
16
dengan
masukan dari kelompok staf medis berdasarkan norma keprofesian yang berlaku;
b. penyelenggaraan pemeriksaan dan pengkajian:
1. kompetensi;
2. kesehatan fisik dan mental;
3. perilaku;
4. etika profesi.
c. evaluasi data pendidikan profesional kedokteran/kedokteran gigi berkelanjutan;
d. wawancara terhadap pemohon kewenangan klinis;
e. penilaian dan pemutusan kewenangan klinis yang adekuat.
f. pelaporan hasil penilaian kredensial dan menyampaikan rekomendasi
kewenangan klinis kepada komite medik;
g. melakukan proses rekredensial pada saat berakhirnya masa berlaku surat
penugasan klinis dan adanya permintaan dari komite medik; dan
h. rekomendasi kewenangan klinis dan penerbitan surat penugasan klinis.
(3) Dalam melaksanakan tugas memelihara mutu profesi staf medis komite medik
memiliki fungsi sebagai berikut:
a. pelaksanaan audit medis;
b. rekomendasi pertemuan ilmiah internal dalam rangka pendidikan berkelanjutan
bagi staf medis;
c. rekomendasi kegiatan eksternal dalam rangka pendidikan berkelanjutan bagi staf
medis rumah sakit tersebut; dan
17
Keperawatan
mempunyai
profesionalisme
kredensial,ypenjagaan
mutu
tenaga
profesi
fungsi
utama
keperawatan
dan
pemeliharaan
mepertahankan
melalui
etika
dan
mekanisme
dan
disiplin
18
asuhan
Bersama sama staf medis menyusun standar terapi dan protokol penggunaan
obat.
Menyusun
dan
melaksanakan
program
evaluasi
penggunaan
obat
dan
menyebarluaskan hasil evaluasi kepada seluruh staf medis dan pimpinan rumah
sakit.
19
20
Bekerja sama dengan bagian pendidikan dan pelatihan rumah sakit untuk
melakukan pelatihan internal keselamatan pasien rumah sakit.
III. Instalasi-Instalasi
a. Instalasi Bedah Sentral mempunyai tugas melaksanakan dan menyediakan semua
fasilitas dan kebutuhan untuk kegiatan pelayanan pembedahan.
b. Instalasi Radiologi mempunyai tugas memberikan pelayanan dan menyediakan
semua fasilitas dan kebutuhan untuk menyelenggarakan kegiatan diagnosa penyakit
melalui pemeriksaan radiologi dan pengobatan melalui radioterapi.
c. Instalasi Laboratorium mempunyai tugas menyediakan semua fasilitas dan
kebutuhan pemeriksaan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosa,
memantau dan menentukan prognosa penyakit
d. Instalasi Farmasi mempunyai tugas menyediakan semua fasilitas dan kebutuhan
untuk menyelenggarakan kegiatan pelayanan di bidang kefarmasian seperti
pengkajian resep dan pemberian informasi obat.
e. Instalasi Gawat Darurat mempunyai tugas menyediakan semua fasilitas dan
kebutuhan untuk menyelenggarakan kegiatan pelayanan bagi pasien gawat darurat.
f. Instalasi Gizi mempunyai tugas menyediakan semua fasilitas dan kebutuhan untuk
menyelenggarakan kegiatan pengadaan dan penyiapan makanan, pelayanan gizi
pasien rawat inap, serta konsultasi gizi.
21
22
BAB III
PROSEDUR KERJA DAN PENGELOMPOKAN FUNGSI
A.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja merupakan gambaran hubungan dan mekanisme kerja antar posisi jabatan
dan fungsi dalam Rumah Sakit. Prosedur kerja ini didokumentasikan dalam bentuk Standard
Procedurs Operating (SPO) kemudian disosialisasikan dan diimplementasikan di setiap
bidang yang ada di RSU Dr. F. L. Tobing Sibolga. Standard Procedurs Operating (SPO)
diterbitkan untuk digunakan sebagai acuan pelaksanaan kerja atau proses kinerja dan
pelayanan pada setiap bidang untuk dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan yang
diharapkan. Disamping itu, SOP juga dapat dijadikan sebagai perangkat evaluasi terhadap
pelaksanaan dan hasil kinerja dari setiap proses kinerja.
Prosedur kerja yang diterapkan di RSU Dr. F.L. Tobing Sibolga dalam rangka
memberikan pelayanan kepada masyarakat, baik pelayanan kesehatan, pelayanan penunjang
kesehatan, maupun pelayanan manajemen, yang secara ringkas dapat diuraiakan sebagai
berikut:
a.
23
Prosedur kerja untuk proses pelayanan dan fungsi pendukung yang diterapkan RSU Dr.
F. L. Tobing Sibolga adalah sebagai berikut, antara lain:
1.
24
25
Minimalisasi limbah
a. Melakukan reduksi limbah dari sumber
b. Memesan bahan sesuai kebutuhan, habiskan bahan dari setiap
kemasan.
c. Gunakan system first in first out (FIFO), gunakan bahan yang
diproduksi lebih awal untuk menghindari kadaluarsa. Periksa tanggal
kadaluarsa setiap produk yang masuk.
d. Mengutamakan metode pembersihan (suatu kegiatan) secara fisik dari
pada secara kimia.
e. Mencegah bahan-bahan yang dapat dihindarkan menjadi limbah medis
dalam kegiatan perawatan dan kebersihan.
2.1.2
26
a. Limbah padat rumah sakit dipisah menjadi limbah medis padat dan
limbah padat non medis.
b. Limbah medis padat dipisah lagi menjadi :
Limbah infeksius
Limbah sitotoksis
c. Limbah padat non medis dipisah lagi menjadi sampah basah (sampah
organik yang mudah busuk, seperti sisa makanan, tanaman dan
hewan) dan sampah kering (kertas, plastik, logam dan kaca)
d. Masing-masing jenis limbah tidak boleh saling tercampur.
2.1.3
2.1.4
2.1.5
Pengolahan
a. Limbah medis padat diolah dengan pembakaran menggunakan
incenerator setiap dua hari sekali sesuai jadwal. Residu hasil
insinerasi ditempatkan ke dalam tong penampungan.
27
penghijauan
dengan
menanam
pohon
yang
banyak
hari.
Memotong
daun
tanaman
bila
layu/rusak.
28
Pengelompokan Fungsi
Pengelompokan fungsi menggambarkan pembagian yang jelas dan rasional antara fungsi
pelayanan dan fungsi pendukung yang sesuai dengan prinsip pengendalian intern dalam
rangka efektifitas pencapaian organisasi.
Dari uraian struktur organisasi RSU Dr.F.L.Tobing Sibolga beserta uraian tugasnya, dapat
disimpulkan bahwa organisasi rumah sakit telah dikelompokkan sesuai dengan fungsi yang
logis, sebagai berikut:
a) Telah dilakukan pemisahan fungsi yang tegas antara Dewan Pengawas dan pejabat
pengelola RSU Dr. F.L. Tobing Sibolga yang terdiri dari Pemimpin BLUD (Direktur
RSU.Dr.F.L. Tobing Sibolga), Pejabat Keuangan (Wakil Direktur Umum dan
Keuangan), dan Pejabat Teknis (Wakil Direktur Pelayanan ).
b) Adanya pembagian tugas pokok dan kewenangan yang jelas untuk masing-masing
fungsi dalam organisasi tersebut diatas.
c) Dewan Pengawas dibentuk dengan keputusan Walikota atas usulan Direktur
d) Jumlah Anggota Dewan Pengawas ditetapkan sebanyak 5 (lima) orang dan seorang
diantara anggota Dewan Pengawas ditetapkan sebagai Ketua Dewan Pengawas
e) Adapun Tanggung jawab, Tugas, Fungsi, Kewajiban dan Kewenangan dari Dewan
Pengawas adalah sebagai berikut :
1. Dewan Pengawas bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris
Daerah
2. Dewan Pengawas bertugas melakukan pembinaan dan pengawas terhadap
pengelolaan Rumah Sakit yang dilakukan oleh Pejabat Pengelola sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
29
nasehat
kepada
30
Telah ditetapkan fungsi audit internal di lingkungan Rumah Sakit dengan membentuk
unit organisasi Satuan Pengawas Internal (SPI).
g) Adanya sistem pengendalian internal yang memadai. Hal ini antara lain tercermin dari
adanya kebijakan dan prosedur yang membantu setiap unit organisasi dalam Rumah
Sakit untuk melaksanakan kewajibannya dan menjamin bahwa tindakan pengendalian
telah dilakukan untuk mengatasi risiko yang dihadapi dalam mencapai tujuan dan
sasaran organisasi. Kegiatan pengendalian tersebut termasuk serangkaian kegiatan
seperti kewenangan, otorisasi, verifikasi, rekonsiliasi, penilaian terhadap prestasi kerja,
pembagian tugas, serta pengamanan terhadap aset organisasi.
31
BAB IV
PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA
Pengelolaan Sumber Daya Manusia merupakan pengaturan dan kebijakan yang jelas
mengenai Sumber Daya Manusia yang berorientasi pada pemenuhan secara kuantitatif dan
kualitatif untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi secara efisien, efektif, dan ekonomis.
Organisasi modern menempatkan sumber daya manusia pada posisi terhormat yaitu sebagai aset
berharga (brainware) sehingga perlu dikelola sebagaimana mestinya baik saat penerimaan,
selama aktif bekerja maupun setelah purna tugas.
A. Kebijakan Umum
1.
2.
3.
Sub Bagian Kepegawaian dan Tata Usaha dengan bidang-bidang yang terkait
melakukan perencanaan sumber daya manusia berdasarkan rencana strategis dan
perkembangan organisasi dengan menjunjung prinsip profesionalisme
b.
Dalam perencanaan SDM perlu diperhatikan hasil analisis organisasi, beban kerja,
anggaran dan kemampuan organisasi maupun pegawai.
c.
Jumlah dan susunan pangkat pegawai yang diperlukan RSU Dr. F.L. Tobing Sibolga
ditetapkan dalam formasi untuk jangka waktu tertentu berdasarkan jenis, sifat dan
beban kerja yang harus dilaksanakan.
d.
Formasi pegawai ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dalam hal ini
untuk setiap tahun anggaran atas usul Direktur RSU Dr. F.L. Tobing Sibolga
32
e.
Penerimaan untuk pegawai yang berstatus PNS dilakukan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku;
f.
Penerimaan
untuk
pegawai
non
PNS
dilakukan
mekanisme
h.
i.
j.
Pengangkatan pegawai Rumah Sakit yang berasal dari non PNS diatur lebih lanjut
dengan keputusan Walikota
2. Rotasi Pegawai
RSU Dr. F.L. Tobing Sibolga melakukan penilaian pelaksanaan pekerjaan untuk
menjamin objektivitas dalam pelaksanaan pembinaan pegawai berdasarkan sistem karir
dan sistem prestasi kerja. Penilaian tersebut dibuat oleh pejabat penilai. Rotasi
PNS
dan non PNS dilaksanakan dengan tujuan untuk peningkatan kinerja dan
pengembangan karir. Pengembangan kualifikasi pegawai dapat dicapai melalui rotasi
pegawai secara internal, dibarengi dengan pendidikan dan pelatihan formal maupun
non formal seperti seminar, workshop, kursus dan lain-lain. Rotasi dilaksanakan dengan
mempertimbangkan:
1) Penempatan seseorang pada pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan dan
ketrampilannya;
2) Masa kerja di unit tertentu;
3) Pengalaman pada bidang tugas tertentu;
4) Kegunaannya dalam menunjang karir;
5) Kondisi fisik dan psikis pegawai.
3. Jenjang Karir
1) Kenaikan pangkat PNS merupakan penghargaan yang diberikan atas prestasi kerja
dan pengabdian pegawai yang bersangkutan terhadap negara berdasarkan sistem
33
kenaikan pangkat reguler dan kenaikan pangkat pilihan sesuai ketentuan yang
berlaku.
2) RSU Dr. F.L. Tobing Sibolga membuat Daftar Urut Kepangkatan (DUK) yang
disusun menurut tingkatan kepangkatan.
3) DUK digunakan sebagai bahan pertimbangan yang objektif dalam pelaksanaan
pembinaan karir pegawai berdasarkan sistem karir dan sistem prestasi kerja.jApabila
ada jabatan yang lowong, RSU Dr. F.L. Tobing Sibolga wajib mempertimbangkan
pegawai yang menduduki daftar urut kepangkatan yang lebih tinggi.
4) Kenaikan pangkat pegawai non PNS adalah merupakan penghargaan yang diberikan
atas prestasi kerja pegawai yang bersangkutan terhadap kinerja Rumah Sakit dan
diberikan berdasarkan sistem remunerasi Rumah Sakit
5) Kenaikan pangkat reguler diberikan kepada PNS yang tidak menduduki jabatan
struktural atau fungsional tertentu, termasuk PNS yang:
a. Melaksanakan Tugas Belajar dan sebelumnya tidak menduduki jabatan
sdhgsggggstruktural atau fungsional tertentu;
b. Dipekerjakan atau diperbantukan secara penuh di luar instansi induk dan tidak
dg imenduduki jabatan pimpinan yang telah ditetapkan persamaan eselonnya atau
jabatan fungsional tertentu.
6) Kenaikan pangkat pilihan adalah penghargaan yang diberikan kepada PNS yang
menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu.
4. Pembinaan Pegawai
4.1. Disiplin Pegawai
1.
jgjh
bhhgfhkerja.
3.
Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari
34
RSU Dr. F.L. Tobing Sibolga memberikan hukuman disiplin atas segala
hjjjjjjjipermasalahan disiplin sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundangfgjjjjjjundangan yang berlaku.
7.
Hukuman disiplin ringan, yang terdiri dari teguran lisan, teguran tertulis,
jjjjjjjjjjjjberkala untuk paling lama 1 (satu) tahun, penurunan gaji sebesar satu kali
jjjjjjjjjjjjkenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 (satu) tahun, dan penundaan
jjjjjjjjjjjjkenaikan pangkat untuk paling lama 1 (satu) tahun.
c.
jjjjjjjjjjjjlebih rendah untuk paling lama 1 (satu) tahun, pembebasan dari jabatan,
jjjjjjjjjjjjpemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS,
dan pemberhentian tidak hormat sebagai PNS.
4.2. Pemberhentian Kerja
RSU Dr. F.L. Tobing Sibolga bertanggungjawab terhadap penanganan permasalahan
disiplin sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang - undangan yang berlaku.
1. Pemberhentian PNS diatur menurut peraturan tentang pemberhentian PNS
2. Pemberhentian pegawai non PNS dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pemberhentian atas permintaan sendiri dilaksanakan apabila pegawai rumah
sakit non PNS mengajukan permohonan pemberhentian sebagai pegawai pada
masa kontrak dan atau tidak memperpanjang masa kontrak
b. Pemberhentian karena mencapai batas usia pensiun dilaksanakan apabila
pegawai rumah sakit non PNS telah memasuki masa batas usia pensiun sebagai
j jjjjjjjberikut:
- Batas usia pensiun tenaga medik 60 tahun;
- Batas usia pensiun tenaga perawat lulusan D3 adalah 56 tahun,
- Batas usia pensiun tenaga non medik 56 tahun;
c. Pemberhentian tidak atas permintaan sendiri dilaksanakan apabila pegawai
rumah sakit non PNS melakukan tindakan - tindakan pelanggaran sesuai yang
35
.................................................................... Tentang
Direktur
Syarat untuk dapat diangkat menjadi Direktur RSU Dr. F.L. Tobing Sibolga adalah:
1.
2.
3.
Berstatus Pegawai Negeri Sipil dan atau Non Pegawai Negeri Sipil;
4.
5.
6.
Direktur rumah sakit harus tenaga medis yang mempunyai kemampuan dan
keahlian dibidang perumah sakitan
7.
8.
Pelatihan sebagai mana dimaksud diatas harus dipenuhi sebelum atau paling lama
satu tahun pertama setelah menduduki jabatan struktural.
9.
36
melaksanakan
perbuatan
hukum
dan
tidak
pernah
menjadi
37
Bidang/Bagian
telah
mengikuti
Pelatihan
Kepemimpinan
dan
Seksi/Sub
Bagian
telah
mengikuti
Pelatihan
Kepemimpinan
dan
38
5.
b.
Sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan surat keterangan sehat dari
dokter.
c.
d.
e.
f.
39
BAB V
PROSES TATA KELOLA
Proses tata kelola merupakan aturan dan prosedur untuk mengambil keputusan ramburambu yang perlu diperhatikan oleh Walikota, pejabat pengelola dan seluruh personil Rumah
Sakit dalam proses pengambil keputusan bisnis sehingga tercipta kondisi tata kelola organisasi
yang sehat dan baik.
Perumusan visi dan misi dilakukan oleh Direktur RSU Dr. Ferdinand Lumban Tobing
Sibolga dibantu oleh Komite Medik dan Komite Keperawatan dan Pejabat Struktural RSU Dr.
Ferdinand Lumban Tobing Sibolga.
A. Visi dan Misi
1.
Visi RSU Dr. F.L. Tobing Sibolga adalah : menjadi Pusat Rujukan Kesehatan yang
utama di Wilayah Pantai Barat Sumatera Utara;
2.
2.2
2.3
2.4
2.5
Pengangkatan Direktur
1.1
1.2
1.3
40
1.4
1.5
2.
Pemberhentian Direktur
Direktur dapat diberhentikan karena:
2.1
Meninggal dunia
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
2.10
Jika dalam jangka waktu 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal penyampaian
pembelaan diri kepada Walikota tidak memberikan keputusan pemberhentian
maka pemberhentian itu menjadi batal.
2.11
C. Program Pengenalan
1.
Direktur yang baru, wajib diberikan program pengenalan mengenai Rumah Sakit.
2.
Tanggung jawab untuk mengadakan Program Pengenalan Direktur yang baru berada
pada Walikota dan jika Walikota berhalangan, dapat dilimpahkan kepada Sekretaris
Daerah.
3.
41
1.1
1.2
Gambaran mengenai rumah sakit berkaitan dengan tujuan, sifat dan lingkup
kegiatan, kinerja keuangan dan operasional, strategi dan masalah-masalah
strategis kinerja.
1.3
1.4
D. Pendelegasian Wewenang
1.
2.
efektivitas kerja
Kepala Bagian/Bidang, Kepala Sub Bagian/Sub Bidang harus melaksanakan
wewenang yang didelegasikan dengan penuh tanggung jawab dan memberikan
3.
4.
E. Pengambilan Keputusan
1.
2.
3.
pengambil keputusan.
Hak mengemukakan pendapat dijunjung tinggi dalam upaya memberikan masukan
4.
5.
F. Manajemen Resiko
1. Pejabat Pengelola melakukan identifikasi dan kajian terhadap potensi resiko yang
dihadapi oleh Rumah Sakit
42
2. Pejabat Pengelola menetapkan strategi dan kebijakan penanganan pengelola resi serta
melakukan pengawasan atas pelaksanaannya
3. Pejabat Pengelola menyusun pedoman penanganan masalah dengan stakeholders
yang berkaitan dengan dampak jasa pelayanan jasa Rumah sakit.
4. Pejabat Pengelola memberikan informasi hasil analisa resiko yang dilakukan kepada
pengawas internal sesuai dengan tingkat kebutuhan.
G. Suksesi Manajemen
1. Pejabat pengelola menetapkan persyaratan jabatan dan proses seleksi untuk kepala
Bagian/Bidang, Kepala Sub.Bagian/Bidang sesuai dengan kebutuhan Rumah Sakit.
2. Penetapan persyaratan jabatan dan proses seleksi untuk Kepala Bagian atau Bidang,
Kepala Sub.Bagian/ Sub.Bidang harus dilaporkan kepada Walikota.
3. Pejabat pengelola menetapkan program pengembangan kemampuan pegawai baik
struktural maupun fungsional secara transparan.
H. Pengendalian Internal
1.
2.1.2
2.1.3
2.2
2.1.4
2.1.5
2.3
43
2.5
44
45
3. Direktur Rumah Sakit melakukan komunikasi secara efektif dengan unit kerja, sesama
pejabat pengelola, dan Walikota melalui media komunikasi yang tepat dan efisien.
46
BAB VI
AKUNTABILITAS
A.
kinerja
adalah
perwujudan
kewajiban
suatu
organisasi
untuk
akuntabilitas
yang
diterapkan
oleh
rumah
sakit
merupakan
sistem
pertanggungjawaban kegiatan yang berbasis kinerja. Dalam sistem ini, perencanaan menjadi
dasar bagi para penanggungjawab program/kegiatan dalam melaksanakan dan melaporkan
47
2)
3)
merumuskan indikator kinerja dengan berpedoman pada kegiatan yang dominan dan
vital bagi pencapaian visi dan misi Rumah Sakit;
4)
memantau dan mengamati pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dengan seksama;
5)
6)
Berikut ini adalah proses- proses tata kelola yang terkait dengan sistem akuntabilitas
berbasis kinerja tersebut diatas:
A.1. Rencana Strategis Bisnis dan Rencana Bisnis dan Anggaran
1. Pejabat Pengelola wajib menyusun Rencana Strategis Bisnis (RSB) lima tahunan
dan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) tahunan yang merupakan penjabaran
RSB yang telah disyahkan dengan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kota Sibolga.
2. Dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari sebelum berakhirnya RSB, Pejabat
Pengelola wajib menyampaikan rancangan RSB periode berikutnya.
3. Pejabat Pengelola wajib menyampaikan RBA yang telah disetujui Dewan Pengawas
kepada DPPFAD untuk dimintakan pengesahan selambat-lambatnya minggu
keempat Oktober tahun anggaran yang bersangkutan.
4. Dewan Pengawas memberikan masukan-masukan pada saat penyusunan RSB dan
RBA, serta melakukan pembahasan bersama - sama dengan Pejabat Pengelola
sebelum memberikan persetujuannya.
5. Pejabat Pengelola bertanggung jawab atas pelaksanaan RSB dan RBA serta
melaksanakan evaluasi dan pengendaliannya.
48
6. Perubahan RBA yang melampaui ambang batas maksimal harus disetujui oleh
Dewan Pengawas, dan dilakukan melalui mekanisme perubahan APBD.
7. Dewan Pengawas memantau pelaksanaan RBA dan kesesuaiannya dengan RSB,
serta memberikan masukan-masukan dalam upaya pencapaiannya.
Alur pikir terintegrasi persyaratan administrasi diatas dapat digambarkan dalam Disain
konsep penyusunan BLUD sebagai berikut:
RPJMD 5 Thn
RSB 5 Thn
RKPD 1 Thn
RBA 1 Thn
Proses
APBD
49
INFORMASI KEUANGAN
RBA Def
INFORMASI KINERJA
KONTRAK KINERJA
SPDK
SISTEM AKUNTANSI
KEUANGAN
DPA
LAP KEU
NERACA
LRA
LAK
Lap. Aktivitas
CALK
LAPORAN
KINERJA
T AR I
F
POLA TATA KELOLA
Catatan:
RPJMD
RKPD
RSB
RBA
APBD
RBA DEF
DPA
SPDK
LAP KEU
: Laporan Keuangan
LRA
LAK
CALK
50
Alur pikir grand design SKPD yang menerapkan PPK-BLUD di atas dapat dideskripsikan
sebagai berikut:
1. Penyusunan RSB harus sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD). Dalam hal ini program-program untuk urusan wajib bidang
pemberdayaan UKM dan optimasi aset yang disajikan dalam RSB harus selaras
dengan program - program yang dituangkan dalam RPJMD.
2. Target pencapaian RSB RSU harus sejalan dengan rencana pencapaian SPM RSU
baik dalam penyediaan sumberdaya, jenis dan jumlah layanan maupun mutu layanan
yang hendak dicapai dalam kerangka waktu 5 tahun. Pola pembiayaan jangka
menengah meliputi belanja modal terkait dengan penyediaan aset RSU untuk
memenuhi standar minimum aset pelayanan dan belanja barang serta jasa terkait. Di
samping itu juga harus memperhatikan biaya per unit (unit cost) layanan dan tarif
layanan dalam rangka membuat prognosa pendapatan dan beban lima tahun ke
depan.
3. Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) RSU harus sejalan dengan RSB
dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). RBA selanjutnya menjadi bagian
dari RAPBD untuk dibahas dengan Tim Anggaran Pemerintah Daerah dan DPRD
menjadi APBD.
4. Berdasarkan penetapan APBD, disusun Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)
sebagai dasar penarikan dana yang bersumber dari APBD, sekaligus sebagai
lampiran kontrak kinerja antara Direktur RSU dengan Kepala Daerah selaku pemilik.
5. Informasi realisasi keuangan RSU diproses melalui Sistem Akuntansi Keuangan
sedangkan informasi kinerja diadministrasikan melalui Sistem Pengumpulan Data
Kinerja (SPDK) untuk menghasilkan output berupa laporan keuangan dan laporan
kinerja.
6. Sistem Akuntansi Keuangan harus didukung oleh beberapa sub sistem antara lain
billing system, manajemen aset dan sistim informasi manajemen.
7. Seluruh proses pengelolaan keuangan RSU sebagai BLUD dikelola berdasarkan Pola
Tata
Kelola
yang
baik
dengan
berlandaskan
prinsip-prinsip
transparansi,
51
memperoleh hasil usaha atau hasil kerja dari layanan yang diberikan
(rentabilitas);
2. Perspektif pelanggan;
3. Perspektif proses internal pelayanan;
4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
52
Setiap triwulan Rumah Sakit menyusun dan menyampaikan laporan operasional dan
jjj laporan arus kas kepada Walikota.
B.5 Setiap semesteran dan tahunan Rumah Sakit menyusun dan menyampaikan laporan
keuangan lengkap yang terdiri dari laporan operasional, neraca, laporan arus kas dan
catatan atas laporan keuangan disertai laporan pendukung kepada Walikota.
Penyusunan laporan keuangan semesteran dan tahunan tersebut diatas, untuk
kepentingan konsolidasi, dilakukan berdasarkan standar akuntansi pemerintahan.
B.6 Penyusunan laporan keuangan semesteran dan tahunan tersebut diatas, untuk
kepentingan konsolidasi, dilakukan berdasarkan standar akuntansi pemerintahan
B.7 Direktur Rumah Sakit memberikan pernyataan bahwa pelaksanaan pelayanan Rumah
Sakit telah diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian internal yang memadai
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
B.8 Pejabat Pengelola wajib mengungkapkan informasi penting dalam Laporan Tahunan
dan Laporan Keuangan Rumah Sakit sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku secara tepat waktu, akurat, jelas dan obyektif.
B.9
B.10 Dewan Pengawas menyampaikan laporan kepada Walikota secara berkala baik
triwulan maupun tahunan serta pada setiap waktu yang diperlukan mengenai
perkembangan Rumah Sakit.
53
B.11 Dewan Pengawas wajib menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas
Yang telah dilakukan pada akhir masa jabatan.
B.12 Pejabat Pengelola menyampaikan laporan khusus kepada Dewan Pengawas dan
Walikota setiap ada kejadian penting dan/atau atas permintaan Dewan
Pengawas/Walikota.
B.13 Pejabat Pengelola menyampaikan Laporan Manajemen setiap triwulan kepada Dewan
Pengawas paling lambat 1 (satu) bulan setelah triwulan berakhir.
BAB VII
KEBIJAKAN KEUANGAN
A. Penglolaan Keuangan
1. Pengelolaan keuangan rumah sakit berdasarkan pada prinsip efektifitas, efisiensi dan
produktivitas dengan berazaskan akuntabilitas dan transparansi
2. Dalam rangka penerapan nya dalam penatausahaan keuangan maka diterapkan sistem
akuntansi berbasis akrual (SAK) dan standar akuntansi pemerintahan (SAP).
3. Subsidi dari pemerintah untuk pembiayaan rumah sakit dapat berupa biaya gaji, biaya
pengadaan barang modal, dan biaya pengadaan barang dan jasa.
4. Subsidi dari pemerintah untuk pembiayaan rumah sakit dapat berupa biaya gaji, biaya
pengadaan barang modal, dan biaya pengadaan barang dan jasa.
B. Kebijakan Keuangan
54
Kebijakan keuangan RSU Dr. F.L. Tobing Sibolga merupakan acuan yang menjadi dasar
operasional dan penganggaran yang terkait dengan kebijakan mengenai tarif layanan,
akuntansi, pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan.
1. Kebijakan Tarif dan Pemberian Layanan
a. Rumah Sakit dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas barang
dan/atau jasa layanan yang diberikan.
b. Imbalan atas barang dan/atau jasa layanan sebagaimana dimaksud diatas,
ditetapkan dalam bentuk tarif yang disusun atas dasar perhitungan biaya satuan per
unit layanan atau hasil per investasi dana.
c. Tarif sebagaimana dimaksud diatas, termasuk imbalan hasil yang wajar dari
investasi dana dan untuk menutup seluruh atau sebagian dari biaya per unit layanan.
d. Tarif layanan sebagaimana dimaksud diatas dapat berupa besaran tarif dan/ atau pola tarif
sesuai jenis layanan Rumah Sakit.
e. Tarif layanan Rumah Sakit diusulkan oleh Pimpinan Rumah Sakit kepada Walikota
melalui Sekretaris Daerah.
f. Tarif layanan ditetapkan dengan Keputusan Walikota.
g. Penetapan tarif layanan mempertimbangkan kontinuitas dan pengembangan layanan,
daya beli masyarakat, serta kompetisi yang sehat.
h. Walikota dalam menetapkan besaran tarif sebagaimana dimaksud diatas, dapat
membentuk tim.
i. Pembentukan tim sebagaimana dimaksud diatas, ditetapkan oleh Walikota
yang keanggotaannya dapat berasal dari:
1. Pembina teknis;
2. Pembina keuangan;
3. Unsur perguruan tinggi;
4. Lembaga profesi.
j. Peraturan Walikota mengenai tarif layanan rumah sakit dapat dilakukan perubahan
sesuai kebutuhan dan perkembangan keadaan.
k. Perubahan tarif sebagaimana dimaksud, dapat dilakukan secara keseluruhan maupun
per unit layanan.
l. Proses perubahan tarif dilakukan oleh Pejabat Pengelola setelah melakukan evaluasi
kualitas pemberian jasa pelayanan yang telah dilakukan pada akhir periode sebagai
bahan masukan pada periode berikutnya yang berpedoman pada persyaratan standar
pelayanan minimal.
55
56
B. Biaya
a. Biaya Rumah Sakit merupakan biaya operasional dan biaya non operasional.
b. Biaya operasional sebagaimana dimaksud, mencakup seluruh biaya yang menjadi beban
Rumah Sakit dalam rangka menjalankan tugas dan fungsi.
c. Biaya non operasional sebagaimana dimaksud mencakup seluruh biaya yang menjadi
beban Rumah Sakit dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi
d. Biaya Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dialokasikan untuk membiayai jprogram
peningkatan pelayanan, kegiatan pelayanan dan kegiatan pendukung pelayanan.
e. Pembiayaan program dan kegiatan dialokasikan sesuai dengan kelompok, jenis, program
dan kegiatan.
f. Biaya operasional sebagaimana dimaksud terdiri dari:
1. Biaya pelayanan dan
57
58
q. Fleksibilitas pengeluaran biaya rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
hanyajberlaku untuk biaya Rumah Sakit yang berasal dari pendapatan selain dari APBN/
APBD dan hibah terikat.
r. Fleksibilitas pengeluaran biaya Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak
berlaku untuk rumah sakit bertahap.
s. Dalam hal terjadi kekurangan anggaran, Direktur mengajukan usulan tambahan anggaran
dari APBD kepada PPKD melalui Sekretaris Daerah.
t. Ambang batas RBA sebagaimana dimaksud ditetapkan dengan besaran persentase.
u. Besaran persentase ditentukan dengan mempertimbangkan fluktuasi kegiatan operasional
Rumah Sakit.
v. Besaran persentase sebagaimana dimaksud ditetapkan dalam RBA dan Daftar
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Rumah Sakit oleh PPKD.
w. Persentase ambang batas tertentu merupakan kebutuhan yang dapat diprediksi, dapat
dicapai, terukur, rasional dan dapat dipertanggungjawabkan.
x. Pengelolaan Sumber daya lain yang terdiri dari sarana, prasarana, gedung, jalan akan
dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
y. Pengelolaan sumber daya sebagaimana dimaksud dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk
kepentingan mutu pelayanan dan kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Rumah
Sakit.
BAB VII
KODE ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA
MUKADIMAH
Lembaga perumahsakitan telah tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari sejarah
peradaban umat manusia, yang bersumber pada kemurnian rasa kasih sayang, kesadaran
sosial dan naluri untuk saling tolong menolong di antara sesama, serta semangat keagamaan
yang tinggi dalam kehidupan umat manusia. Sejalan dengan perkembangan peradaban umat
manusia, serta perkembangan tatanan sosio-budaya masyarakat, dan sejalan pula dengan
kemajuan ilmu dan teknologi khususnya dalam bidang kedokteran dan kesehatan,
59
rumahsakit telah berkembang menjadi suatu lembaga berupa suatu unit sosio-ekonomi
yang majemuk.
Perumahsakitan di Indonesia sesuai dengan perjalanan sejarahnya telah memiliki jati diri
yang khas, ialah dengan mengakarnya azas perumahsakitan Indonesia kepada azas Pancasila
dan Undang-undang Dasar 1945, sebagai falsafah bangsa dan negara Republik Indonesia.
Dalam menghadapi masa depan yang penuh tantangan diperlukan upaya mempertahankan
kemurnian nilai-nilai dasar perumahsakitan Indonesia.
Rumahsakit di Indonesia yang tergabung dalam Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia (PERSI) telah menyusun Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI), yang
memuat rangkuman nilai-nilai dan norma-norma perumahsakitan guna dijadikan pedoman
bagi semua pihak yang terlibat dan berkepentingan dalam penyelenggaraan dan pengelolaan
perumahsakitan di Indonesia.
BAB I
Kewajiban Umum Rumah Sakit
Pasal 1
Rumah Sakit harus mentaati Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI)
Pasal 2
Rumah sakit harus dapat mengawasi serta bertanggung jawab terhadap semua kejadian di
rumah sakit.
Pasal 3
Rumah sakit harus mengutamakan pelayanan yang baik dan bermutu secara
berkesinambungan serta tidak mendahulukan urusan biaya.
Pasal 4
Rumah sakit harus memelihara semua catatan/arsip baik medik maupun non medik secara
baik.
Pasal 5
Rumah sakit harus mengikuti perkembangan dunia perumahsakitan.
BAB II
Kewajiban Rumah Sakit Terhadap Masyarakat dan Lingkungan
Pasal 6
Rumah sakit harus jujur dan terbuka, peka terhadap saran dan kritik masyarakat dan
berusaha agar pelayanannya menjangkau di luar rumah sakit.
Pasal 7
60
Rumah sakit harus senantiasa menyesuaikan kebijakan pelayanannya pada harapan dan
kebutuhan masyarakat setempat.
Pasal 8
Rumah Sakit dalam menjalankan operasionalnya bertanggung jawab terhadap lingkungan
agar tidak terjadi pencemaran yang merugikan masyarakat.
BAB III
Kewajiban Rumah Sakit Terhadap Pasien
Pasal 9
Rumah sakit harus mengindahkan hak-hak asasi pasien.
Pasal 10
Rumah sakit harus memberikan penjelasan apa yang diderita pasien, dan tindakan apa yang
hendak dilakukan.
Pasal 11
Rumah sakit harus meminta persetujuan pasien (informed consent) sebelum melakukan
tindakan medik.
Pasal 12
Rumah sakit berkewaijiban melindungi pasien dari penyalahgunaan teknologi kedokteran.
BAB IV
Kewajiban Rumah Sakit Terhadap Pimpinan, Staf, dan Karyawan
Pasal 13
Rumah sakit harus menjamin agar pimpinan, staf, dan karyawannya senantiasa mematuhi
etika profesi masing-masing.
Pasal 14
Rumah sakit harus mengadakan seleksi tenaga staf dokter, perawat, dan tenaga lainnya
berdasarkan nilai, norma, dan standar ketenagaan.
Pasal 15
Rumah sakit harus menjamin agar koordinasi serta hubungan yang baik antara seluruh
tenaga di rumah sakit dapat terpelihara.
Pasal 16
Rumah sakit harus memberi kesempatan kepada seluruh tenaga rumah sakit untuk
meningkatkan dan menambah ilmu pengetahuan serta keterampilannya.
Pasal 17
Rumah sakit harus mengawasi agar penyelenggaraan pelayanan dilakukan berdasarkan
standar profesi yang berlaku.
61
Pasal 18
Rumah sakit berkewajiban memberi kesejahteraan kepada karyawan dan menjaga
keselamatan kerja sesuai dengan peraturan yang berlaku.
BAB V
Hubungan Rumah Sakit Dengan Lembaga Terkait
Pasal 19
Rumah sakit harus memelihara hubungan yang baik dengan pemilik berdasarkan nilai-nilai,
dan etika yang berlaku di masyarakat Indonesia.
Pasal 20
Rumah sakit harus memelihara hubungan yang baik antar rumah sakit dan menghindarkan
persaingan yang tidak sehat.
Pasal 21
Rumah sakit harus menggalang kerjasama yang baik dengan instansi atau badan lain yang
bergerak di bidang kesehatan.
Pasal 22
Rumah sakit harus berusaha membantu kegiatan pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran dan kesehatan.
BAB VI
Lain-lain
Pasal 23
Rumah sakit dalam melakukan promosi pemasaran harus bersifat informatif, tidak
komparatif, berpijak pada dasar yang nyata, tidak berlebihan, dan berdasarkan Kode Etik
Rumah Sakit Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung dalam KODERSI ini merupakan nilainilai etik yang identik dengan nilai-nilai akhlak atau moral, yang mutlak diperlukan guna
melandasi dan menunjang berlakunya nilai-nilai atau kaidah-kaidah lainnya dalam bidang
perumahsakitan, seperti perundang-undangan, hukum dan sebagainya, guna tercapainya
pemberian pelayanan kesehatan oleh rumahsakit, yang baik, bermutu dan profesional.
62
63
64