Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang kaya akan sumber daya
alamnya. Salah satu adalah batubara. Batubara adalah batuan sedimen yang dapat
terbakar, terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan serta binatang yang telah
terkonsolidasi dibawah tekanan dan suhu tinggi dalam waktu yang ralatif lama.
Berdasarkan data dari hasil riset Departemen ESDM, Total sumber daya
batubara di Indonesia diperkirakan mencapai 105 miliar ton, dimana cadangan
batu bara diperkirakan 21 miliar ton. Tambang batubara utama berlokasi di
Sumatera Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. produksi batubara
meningkat sebesar 16% per tahun selama 5 tahun terakhir. Saat ini, 75% dari total
produksi batubara diekspor, terutama ke Jepang, Taiwan, Korea Selatan dan
Eropa. (Departemen ESDM, 2011).
Pemanfaatan batubara pada industry semen tidak hanya sebagai bahan
bakar namun sebagai bahan baku pembuatan semen. Pemilihan batubara sangat
penting karena kualitas batubara tergantung pada sumber pemasok, akan
mempengaruhi kualitas semen. dan untuk energy industry semen yang cukup
tinggi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara membuat semen dengan penambahan batubara sebagai
bahan baku?
2. Bagaimana system pembakaran yang digunakan di industry semen?
3. Bagaimanakah pengaruh sifat-sifat batubara dalam pembuatan semen?
1.3 Manfaat dan Tujuan
Manfaat dan tujuan pembuatan makalah adalah untuk mengetahui
kriteria-kriteria batubara yang baik digunakan pemanfaatan batubara untuk
Industri semen, mengetahui system pembakaran batubara yang digunakan pada
industri semen.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pemanfaatan Batubara Sebagai Bahan Baku Pembuatan Semen
Secara garis besar proses produksi semen melalui 6 tahap, yaitu :
1. Penambangan dan penyimpanan bahan mentah
Semen yang paling umum yaitu semen portland memerlukan empat komponen
bahan kimia yang utama untuk mendapatkan komposisi kimia yang sesuai.
Bahan tersebut adalah kapur (batu kapur), silika (pasir silika), alumina (tanah
liat), dan besi oksida (bijih besi). Gipsum dalam jumlah yang

sedikit

ditambahkan selama penghalusan untuk memperlambat pengerasan.


2. Penggilingan dan pencampuran bahan mentah
Semua bahan baku dihancurkan sampai menjadi bubuk halus dan dicampur
sebelum memasuki proses pembakaran.
3. Homogenisasi dan pencampuran bahan mentah
4. Pembakaran
Tahap paling rumit dalam produksi semen portland adalah proses pembakaran,
dimana terjadi proses konversi kimiawi sesuai rancangan dan proses fisika
untuk mempersiapkan campuran bahan baku membentuk klinker. Proses ini
dilakukan di dalam rotary kiln dengan menggunakan bahan bakar fosil berupa
padat (batubara), cair (solar), atau bahan bakar alternatif. Batubara adalah
bahan bakar yang paling umum dipergunakan karena pertimbangan biaya. Pada
proses ini klinker jika bahan bakar digunakan batubara maka akan dihasilkan
abu batubara yang masuk ke dalam komposisi klinker dan kualitas batubara
sebagai bahan bakar akan berfluktuasi sehingga mempengaruhi kualitas
klinker.
5. Penggilingan hasil pembakaran
Proses selanjutnya adalah penghalusan klinker dengan tambahan sedikit
gipsum, kurang dari 4%, untuk dihasilkan semen portland tipe 1. Jenis semen
lain dihasilkan dengan penambahan bahan aditif posolon atau batu kapur di
dalam penghalusan semen.
6. Pendinginan dan pengepakkan

Gambar 2.6 Flowsheet Produksi Semen


2.2 Sistem Pembakaran yang Digunakan pada Industri Semen
Sistem pembakaran yang digunakan pada industri semen yaitu system
pembakaran langsung, system pembakaran tak langsung dan system pembakaran
semi-langsung.
Sistem pembakaran langsung
Pada proses ini batubara diumpankan ke mill untuk digerus dan hasil
gerusan langsung ditiupkan secara langsung ke kiln tanpa melalui intermediate
storage bin. Kipas sitem mill akan menrik udara atau gas panas (temperature tidak
melebihi 350 oC) dari mill dan mengeluarkannya bersama-sama,batubara hasil
gerusan dikirim ke kiln burner sebagai udara primer.
Keutungan system pembakaran langsung adalah layout dan peralatan
yang sedefiana, biaya kapital rendah. Karena tidak ada batubara yang disimpan

dan gas buang yang tak perlu dilakukan de-dusted. Kerugiannya laju alir yang
tinggi sehingga konsumsi panas oleh kiln lebih tinggi.
Sistem pembakaran tak langsung
System pembakaran tak langsung dikarakteristikan oleh adanya storage
bin antara mill dan kiln. Batubara hasil penggerusan diumpankan ke cyclone
sehingga terjadi proses klasifikasi, underflow barupa batubara halus disimpan di
intermediate storage bin sementara overflow umumnya berupa aliran gas.
Selanjutnya aliran gas dibagi dua, disirkulasikan ke mill dan yang lainnya masuk
ke penangkap debu untuk seterusnya dilepas diudara. Batubara halus dari bin
dengan bantuan blower ditiupkan ke burner untuk dibakar.
Keuntungan system ini adalah operasi tidak tergantung pada penggerusan
di mill dan pembakaran di kiln sehingga memungkinkan keberadaan beberapa
kiln, dimungkinkan untuk memilih laju optimum pasokan udara primer ke kiln,
dan keakuratan pengumpanan batubara hasil gerusan yang lebih akurat ke burner.
Kerugiannya adalah harga capital peralatan yang lebih tinggi karena
diperlukan penangkap debu dengan efisiensi tinggi dan pengaturan yang ekstensif
harus dilakukan untuk mencegah ledakan.
Sistem pembakaran semi-langsung
Udara pembakaran diperoleh dari system sirkulasi udara dalam sirkuit
penggerusan. Tidak ada udara yang dilepaskan ke atmosfir sehingga menghemat
biaya capital seharusnya untuk peralatan permbersihan gas. System ini
mempunyai pengendalian dan keuntungan operasinya mirip dengan system tak
langsung tatapi semua air dalam batubara dimasukkan ke kiln.
2.3 Pengaruh Sifat-sifat Batubara dalam Pembuatan Semen
Sifat-sifat batubara sangat berpengaruh pada pembuatan semen yaitu
pengaruh pada kimia semen, penggerusan batubara, system pembakaran, operasi
kiln dan lain-lain.
a. Nilai Kalor
Nilai kalor menyatakan energy yang diperoleh dari pembakaran batubara dan
menentukan berat betubara yabg akan ditangani oleh system. Batubara dengan

nilai kalor yang tinggi akan disenangi karena akan mengamankan biaya
peralatan, kapital dan biaya operasi. Batubara dengan nilai kalor yang tinggi
akan menurunkan konsumsi panas spesifik untuk pembakaran kinker,
menaikkan secara stimulant mesukkan ke klin disebabkan oleh temperatur
yang pendek.
b. Abu Batubara
Residu yang tertinggal setelah pembakaran batubara secara sempurna disebut
abu dan umumnya terdiri dari Al2O3 15-21%, SiO2 25-40%, Fe2O 20-45%, Clay
(CaO) 1-5%. Selama reaksi clinkeriring dalam klin abu batubara bergabung
dengan campurann bahan baku yang diumpakan kiln dan mnegubah kandungan
komponen klinker.
Kenaikan kadar abu menyebabkan menurunnya karakteristik pembakaran dan
dibutuhkan penggenisan batubara yang lebih halus agar dihasilkan pembakaran
yang baik. Jika temperature leleh abu rendah, karakteristik yang basah menjadi
lebih baik. Umumnya temperature leleh abu untuk pembuatan semen yang
diinginkan adalah rendah dari 1350 oC
c. Volatile Matter dan Kehalusan
Bila pembakaran pulverized terjadi, pertama-tama volatile matter bereaksi
dengan udara. Penyalaan batubara dengan kadar volatile matter yang tinggi
berlangsung dengan mudah dan stabil tanpa perlu batubara yang berukuran
sangat halus yang berlebih.
Factor yang mennetukan penyalaan adalah kehalusan dan volatile matter.
Temperature penyalaan dan waktu penyalaan yang tepat dapat diatur dengan
mengendalikan kehalusan partikel
d. Kadar Air
Kadar air tidak berpengaruh pada grindability tatapi juga pada kapasitas system
pengeringan. Air bisa berupa inherent moisture maupun surface moisture.
e. Hardgrove Grindability Index
Harga HGI yang tinggi menyatakan kemampuan penggerusan batubara dengan
baik. Umumnya jika HGI naik sekitar 10, keluaran mill spesifikasi naik sekitar
15-20%.
f. Kadar Sulful dan Logam-logam Alkali

Sulfur bereaksi dengan logam-logam alkali dan oksigen dalam zona


pembakaran

menghasilkan

alkali-sulfat

dalam fasa

gas. Alkali-sulfat

mengkondensasi pada bahan baku dalam heater dan dikembalikan ke kiln.


Jika bahan baku dan batubara mengandung jumlah sulfur dan alkali yang sama
maka perbandingan antara sulfur dan alkali seccara teoritis akan seimbang. Jika
perbandingan sulfur terhadap alkali tak seimbang disebabkan oleh jumlah
sulfur dalam batubara berlebih, sulfur akan beraksi membentuk kalsium sulfat
yang mengkondensasi sebagai liquid pada temperature yang lebih rendah
dibandingkan alkali sulfat.
Kondensat ini membantu pembentukkan material lengket (sticky material)
yang membahayakan operasi kiln sehingga menurunkan kualitas semen yang
dihasilkan.

BAB III
PENUTUP
Berdasarkan makalah yang telah kami buat dapat disimpulkan bahwa
Untuk membangun fasilitas pembangkit dengan bahan bakar batubara, maka hal
penting yang harus diperhatikan dalam mendesain fasilitas tersebut adalah sifatsifat dan gambaran batubara (yang ditunjukkan oleh parameter-paramater

kualitasnya) yang digunakan. Pemilihan teknologi pembakaran yang tepat


didasarkan pada sifat-sifat batubara yang digunakan merupakan suatu hal yang
penting untuk mendapatkan pembakaran yang efisien dan teknologi yang ramah
lingkungan.
Pemanfaatan batubara sebagai bahan baku di industri semen mengalami
beberapa tahapan yaitu penambangan dan penyimpanan bahan, penggilingan dan
pencampuran bahan mentah, homogenisasi dan pencampuran bahan mentah,
pembakaran, penggilingan hasil pembakaran, pendinginan dan pengepakkan.
Pada proses pembakaran, batubara yang digunakan sebagai bahan bakar akan
dihasilkan abu batubara yang masuk ke dalam komposisi klinker dan kualitas
batubara sebagai bahan bakar akan berfluktuasi sehingga mempengaruhi kualitas
klinker.
Adapun Sistem pembakaran yang digunakan pada industri semen yaitu
system pembakaran langsung, system pembakaran tak langsung dan system
pembakaran semi-langsung dan sifat-sifat batubara sangat berpengaruh pada
pembuatan semen seperti nilai kalor, abu batubara, volatile matter, kehalusan,
kadar air, kadar sulfur dan logam-logam alkali.

DAFTRA PUSTAKA

http://sahabatumar.blogspot.com/2013/02/pltu-batu-bara.html diakses tanggal 2


desember 2013
Effendy, sahrul dkk modul pemanfaatan batubara 2013. Palembang: polsri
http://i-ralcomputerlabs.net/epn/index.php/Berita?id=9

www.semenpadang.co.id/prosesproduksi diakses tanggal 9 desember 2013


http://arinalcusonkhaq.blogspot.com/2012/02/proses-pembuatan-semen.html
diakses tanggal 11 desember 2013
http://semenbaturaja.co.id/proses_produksi diakses tanggal 11 desember 2013
http://www.holcim.co.id/uploads/ID/Cement%20Production%20process.pdf
akses tanggal 11 desember 2013

di

MAKALAH PEMANFAATAN BATUBARA


PEMANFAATAN BATUBARA DALAM INDUSTRI SEMEN

DISUSUN OLEH
NAMA :
FERDIANSYAH
MEI PUJI LESTARI
R.A AMARETA REZKA
RESKY
TATANG SATRIA

DOSEN PEMBIMBING : TAUFIK JAUHARI, S.T , M.T

Anda mungkin juga menyukai