Gartikel Fenny 7
Gartikel Fenny 7
1. Penggunaan Partikel
Dalam percakapan bahasa Jepang beberapa partikel digunakan untuk
menunjukkan perasaan dan sikap ramah pembicara kepada
pendengar, seperti :
a)Ne
dalam percakapan ne digunakan pembicara untuk meminta
persetujuan dari pendengar.
Contoh (1)
Honto ni soo desu ne (benar-benar begitu ya..)
Contoh (2)
A: ii o tenki desu ne (cuaca yang bagus ya)
B : ee, soo desu ne (iya ya)
Contoh (3)
A : kore de juubun deshoo ne ( begini, cukup ya)
B : Saa, chotto tarinai kamo shiremasen ( mmm, mungkin
kurang sedikit)
Namun terkadang dalam penggunaannya ne diucapkan disela
penggalan kalimat seperti :
Contoh (4)
Kinoo ne, kaisha e ittara ne, Yamada san ga saki ni kite ite ne,
watashi no kao o miru to
(kemarin saya pergi ke kantor. Yamada sudah berada di sana
lebih dulu. Saat dia melihat saya)
Contoh (5)
Ima chottto ne, isogashii kara ne, sono hen de ne shibaraku
matte te kursenai?
(Saat ini karena saya sedang sibuk, bisakah kamu menunggu
disana sebentar?)
Penggunaan ne dalam contoh (4) dan (5) menunjukkan percakapan
yang sangat akrab Pengulangan ne menunjukkan bahwa pembicara
ingin pendengar untuk mendengar dan setuju atas apa yang
diucapkannya. Namun untuk membuat percakapan menjadi sopan
cukup dengan menambahkan ne sekali saja diakhir kalimat,
74
Fenny Febrianty.
Contoh (6)
Osamuku narimashita ne..(dingin ya)
Sebenarnya contoh (6) merupakan sebuah kalimat yang sopan,
namun penambahan ne menunjukkan keakraban antara pembicara
dan pendengarnya. ne dapat juga digunakan dengan partikel yang
lain seperti yo, wa, no, dan ka.
Contoh (7)
Kore de juubun desu yone (ini cukup kan??)
Ara, kore, ii wa ne (oh, ini bagus kan?)
Kore de ii none ( ini benar kan?)
Chotto mazui n ja nai desu kane ( Bukankah ini sedikit tidak enak?)
b) Yo
Partikel yo menunjukkan bahwa pembicara ingin menegaskan
pendapatnya kepada pembicara. Dalam upaya untuk menjaga
hubungan baik dengan pendengar, penggunaan yo bukanlah
bermaksud untuk memaksakan pendapat pembicara ataupun marah,
namun terlebih untuk membuat pendengar merasa nyaman.
Contoh (7)
A : Daijoobu deshoo ka (Tidak apa-apakah?)
B : Daijoobu desu yo (Tidak apa-apa!)
Contoh (8)
A: Doomo sumimasen (Maaf sekali)
B: Iie, kamaimasen yo (Tidak..Tidak..Tidak apa-apa!)
c) No
Penggunaan partikel no pada akhir percakapan memiliki dua
fungsi yaitu,
1) Menunjukkan pertanyaan
Contoh (9)
Kyou wa doko e iku no (kamu mau pergi kemana?)
2) Menunjukkan penegasan/penekanan terhadap apa yang
dikatakan.
Contoh (10)
75
(pertanyaan)
(penjelasan)
no
d) Ka
Sebagaimana diketahui, bahwa partikel ka yang diletakkan di
akhir kalimat menunjukkan bahwa kalimat tersebut adalah sebuah
kalimat pertanyaan. Namun sesungguhnya kalimat yang diakhiri
dengan ka tidak selalu berarti sebuah pertanyaan. Dalam percakapan
orang Jepang selalu menggunakan partikel ka untuk menunjukkan
bahwa bahwa seseoran mengerti terhadap apa yang dibicarakan oleh
orang lain. Ungkapan soo desu ka (begitu kah?) adalah contoh yang
paling umum. Penggunaan ka yang menunjukkan bawah pendengar
mengerti atas apa yang diucapkan pembicara adalah :
Contoh (11)
A : ichijikan kakarimasu yo (akan memerlukan waktu 1 jam lho!
(untuk tiba sampai kesana))
B : ichijikan desu ka. Ja, moo dekakenakya. (1 jam kah? Kalo begitu
saya harus berangkat sekarang) atau kadang diucapkan dalam
bentuk pengulangan yang lengkap, yaitu :
A: ichijikan kakarimasu yo
76
Fenny Febrianty.
Contoh (15)
Kore de daijoobu desu wa yo ne (ini/begini betul kan?-sopan)
Kore de daijoobu da wa yo ne (ini / begini betul kan?-akrab)
Meskipun wanita biasanya menggunakan wa baik dalam bentuk
percakapan sopan maupu akrab, namun frekuensi penggunaan wa
lebih tinggi dalam percakapan akrab. Pria terkadang menggunakan
wa untuk memberikan penekanan kepada pendengar namun
umumnya hanya digunakan oleh orang-orang tua saja, terutama di
distrik Kansai.
f) Na
Partikel na di gunakan untuk menunjukkan kesimpulan, atau
sesuatu hal yang mengharapkan persetujuan dari pendengar.
Contoh (16)
Samui na. dekakeru no, iya da na (dingin lho! Saya tidak mau pergi!)
Kyoo wa ii tenki desu na. dokoka e dekakemasen ka (Hari ini cuaca
bagus lho! Kita bepergian ke suatu tempat yuk!)
Sono mondai ni tsuite wa, soo omou na (mengenai masalah itu saya
juga berpikir seperti itu)
Jika na gunakan kepada orang yang lebih muda atau
kedudukannya lebih rendah (bawahan di tempat kerja), akan
menunjukkan makna perintah.
Contoh (17)
ii na. owattara sugu kaette kuru n da yo (setelah selesai segera
kembali. OK?)
ii ka. Wakatta na (Ok? Mengerti?)
Namun penambahan ka memberikan kesan melembutkan.
Contoh (18)
ii ka. Wakatta ka na (Ok? Apakah kamu mengerti?)
78
Fenny Febrianty.
nama
dari
Contoh (21)
Kore wa Yamada san no obasan ni moratta no (Ini saya terima
dari bibi Yamada)
Penggunaan istilah oniisan (kakak laki-laki) dan oneesan
(kakak perempuan) untuk menyebutkan anak muda yang
lebih tua dari mereka juga dilakukan.
Contoh (22)
Otonari no oneesan ga daigaku ni haitta
Onii san, totte
80
Fenny Febrianty.
81
Contoh (34)
Itte kimashita (saya kembali / lit. saya telah pergi dan kembali)
Katte kimashita yo (saya sudah membelinya/ lit/ saya sudah
membelinya dan kembali)
Penggunaan pola kalimat te kuru seperti diatas biasanya digunakan
oleh orang-orang yang memiliki hubungan dekat seperti antar
anggota keluarga ataupun orang-orang dalam sebuah kelompok,
misalnya orang-orang dalam lingkungan kerja. Dalam percakapan di
lingkungan kerja misalnya, perbedaan tingkat keakraban antar
pegawai akan terlihat dari kalimat yang diucapkan.
Contoh (35)
Shokuji ni ikimasu (saya pergi makan - sopan)
Contoh (36)
Shokuji ni itte kimasu (saya pergi makan - akrab)
b) Menunjukkan keinginan/hasrat untuk membagi pengalaman.
Saat menceritakan tentang pengalaman kepada seseorang, orang
Jepang akan mengatakan sebagai berikut :
Contoh (37)
Kono aida Fujisan ni nobotte kimashita (beberapa waktu lalu saya
mendaki gunung Fuji)
atau
Contoh (38)
Kono aida Fujisan ni noborimashita (beberapa waktu lalu saya
mendaki gunung Fuji)
Pada contoh (37) pembicara menunjukkan keseriusan/
keantusiasannya untuk membagi pengalamannya kepada pendengar
hal ini terlihat dari penggunaan pola te kuru. Sehingga pendengar
pun secara langsung pasti akan menanggapinya dengan ungkapan
soo desu ka (begitu kah).
Namun pada contoh (38) pembicara terkesan tidak serius untuk
menceritakan pengalamannya, sehingga pendengar pun hanya akan
82
Fenny Febrianty.
83