Anda di halaman 1dari 4

Laporan Kegiatan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM)

F5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit


Menular dan Tidak Menular

KUNJUNGAN RUMAH PASIEN


dalam upaya pencegahan
dan penanganan TB KATEGORI II

Oleh:
dr. Fenda Adita

Pusat Kesehatan Masyarakat Kecamatan Cepu


Kabupaten Blora - Jawa Tengah
Periode 22 Mei 22 September 2013
LATAR
BELAKANG

Tuberculosis (TB) merupakan masalah kesehatan yang


penting di dunia ini. telah menginfeksi sepertiga penduduk
dunia, menurut WHO sekitar 8 juta penduduk dunia diserang TB

dengan kematian 3 juta orang per tahun (WHO, 1993).


Sedangkan laporan WHO pada tahun 2004 menyatakan bahwa
terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002
(WHO,2004). Di negara berkembang kematian ini merupakan
25% dari kematian penyakit yang sebenarnya dapat diadakan
pencegahan.
Di Indonesia TB kembali muncul sebagai penyebab
kematian utama setelah penyakit jantung dan saluran
pernafasan.Penyakit TB paru, masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat. Diperkirakan setiap tahun 450.000
kasus baru TB dimana sekitar 1/3 penderita terdapat disekitar
puskesmas, 1/3 ditemukan di pelayanan rumah sakit/klinik
pemerintahd an swasta, praktek swasta dan sisanya belum
terjangku unit pelayanan kesehatan. Sedangkan kematian
karena TB diperkirakan 175.000 per tahun. Penyakit TB
menyerang sebagian besar kelompok usia kerja produktif,
penderita TB kebanyakan dari kelompok sosio ekonomi rendah.
Dari 1995-1998, cakupan penderita TB Paru dengan strategi
DOTS
(Directly
Observed
Treatment
Shortcourse
Chemotherapy) -atau pengawasan langsung menelan obat
jangka pendek/setiap hari- baru mencapai 36% dengan angka
kesembuhan 87%. Sebelum strategi DOTS (1969-1994)
cakupannya sebesar 56% dengan angka kesembuhan yang
dapat dicapai hanya 40-60%.Karena pengobatan yang tidak
teratur dan kombinasi obat yang tidak cukup dimasa lalu
kemungkinan telah timbul kekebalan kuman TB terhadap OAT
(obat anti tuberkulosis) secara meluas atau multi drug
resistance (MDR).
Pengobata TB dibagi menjadi 2, yaitu TB kategori I dan
kategori II. Kategori I antara lain pasien baru TB paru BTA
positif, pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif atau
pasien TB ekstra paru. Sedangkan kategori 2 antara lain BTA
positif yang telah diobati sebelumnya, yaitu pasien kambuh,
pasien gagal, atau pasien dengan pengobatan setelah putus
berobat (default).
Banyak faktor yang menyebabkan adanya TB kategori II,
salah satunya adalah lingkungan rumah. Oleh karena itu
perlunya dilakukan kunjungan rumah untuk mengetahui faktor
risiko pasien terinfeksi TB.

PERMASALA
HAN

TB masih menjadi penyakit yang banyak dijumpai di


Indonesia, khusunya di Cepu, Blora. Di puskesmas Cepu, TB
masih menempati 10 besar penyakit menular paling sering di
kecamatan Cepu. Beberapa pasien masuk dalam kategori I
bahkan ada yang masuk ketegori II. Banyak faktor yang
mempengaruhi hal tersebut, diantaranya kondisi lingkungan,
kepatuhan pasien, maupun daya tahan tubuh pasien sendiri.
Penting untuk mengetahui faktor yang menyebabkan pasien
terjangkit TB kategori II di lingkungan Cepu.

Intervensi yang dilakukan dalam upaya pencegahan


PERENCANA
dan
penanganan
TB kategori II, yaitu dengan melakukan
AN
DAN

PEMILIHAN
INTERVENSI

kunjungan rumah dan menerangkan bagaimana kondisi rumah


yang baik agar anggota keluarga yang lain dapat terhindar dari
penularan dan dapat mempercepat kesembuhan pasien.
Penulis merencanakan untuk mengadakan kegiatan
tersebut untuk mengetahui keadaan lingkungan rumah pasien
dan memberikan penyuluhan secara langsung pada pasien dan
keluarga.

PELAKSANA
AN

Kunjungan rumah dilaksanakan pada 11 Juli 2013 pukul


10.00 WIB, di rumah pasien, desa Mernung, Cepu. Banyak
pasien TB di desa ini, namun sample yang dipilih adalah rumah
Ny.S karena dia sebagai satu-satunya pasien TB kategori II di
desa
ini.
Dari
kunjungan
rumah
dapat
ditemukan
permasalahan, yaitu :
1. Buruknya ventilasi udara rumah
2. Tidak adanya jendela rumah
3. Kurangnya cahaya matahari yang masuk ke dalam
rumah
4. Kondisi dalam rumah yang lembab
5. Rumah yang jadi satu dengan kandang sapi
6. Persediaan air yang kurang
7. Higienis makanan yang kurang
8. Lantai rumah yang masih lantai tanah
9. Tidak layaknya kondisi jamban
Selain beberapa kekurangan yang ditemukan diatas,
juga ditemukan kelebihan dari pasien antara lain sadarya
pentingnya pengobatan dari dirii pasien, dukungan keluarga
agar pasien dapat sembuh. Penulis memberikan penyuluhan
agar keluarga terus mendukung pengobatan pasien dan pasien
tidak pernah putus obat hingga pengobatan selesai. Dengan
dukungan dari semua pihak, diharapkan diakhir pengobatan
sudah tidak ada lagi gejala klinis TB dan pemeriksaan dahak
negatif.

Berbagai permasalahan yang didapat dari kunjungan


MONITORIN
rumah
tersebut dapat diberikan solusi, yaitu pintu yang sering
G
DAN
dibuka
agar sirkulasi udara baik, pemasangan jendela,
EVALUASI

pemasangan genting transparan, pemisahan kadang dan


rumah, perbaiki kualitas air, jaga higienis makanan,
pemasangan penggantian lantai tanah dengan lantai ubin, dan
pembuatan jamban.
Namun
solusi
tersebut
terkendala
oleh
biaya.
Perekonomian keluarga pasien yang termasuk dalamekonomi
menegah kebawah menjadi faktor yang menyebabkan sulitnya
terpenuhi syarat Pola Hidup Bersih Sehat (PHBS). Untuk
genting, pasien sudah memilikinya tinggal dilakukan
pemasangan.
Untuk
jendela,
tidak
dapat
dilakukan
pemasangan karena terkendala biaya dan jenis rumah yang
semi permanen. Pemasangan ubin lantaipun tidak bisa
dilakukan. Untuk persediaan air, sebenarnya pasien sudah
mendapatkan bantuan keringan air bersih dengan hanya
membayar 20-25 ribu rupiah tiap bulan. Pemisahan rumah
dengan kandang sapi tidak dapat dilakukan karena terbentur

biaya.
Seminggu setelah kunjungan rumah, penulis melakukan
kunjungan kedua kali. Penulis berharap genting transparan
sudah dipasang, ternyata belum dipasang oleh suami pasien.
Pasien berjanji akan segera memasang genting tersebut.
Pemecahan masalah ini tidak hanya dari segi kesehatan
saja. Perlunya kerjasama dan peran serta pemerintah dalam
memperhatikan masyarakatnya terutama ekonomi menengah
kebawah sangat penting agar tercipta masyarakat yang sehat
dan sejahtera. Pengadaan lapangan kerja bagi mereka sangat
penting karena banyak dari masyarakat desa Mernung bermata
pencaharian serabutan. Penyediaan air bersih dari pemerintah
harus ditingkatkan karena dinilai masih kurang untuk
memenuhi kebersihan. Misalnya pemberdayaan sumur bor
untuk beberapa rumah didesa agar warganya tidak perlu jauhjauh mengambil air karena selama ini air didapatkan dari satu
sumber. Bantuan lantai ubin juga perlu dilakukan agar
meningkatkan derajat kebersihan dan terhindar dari penyakit
seperti infeksi cacing tambang. Pada akhirnya, diharapkan
penyakit menular maupun tidak menular dapat dicegah dan
diberantas.

Komentar / Umpan Balik :

Cepu, 31 Juli 2013


Peserta,

Dokter Pendamping,

dr. Fenda Adita

dr. Bowo Luhur

Anda mungkin juga menyukai