Disusun Oleh :
dr. Fenda Adita
Pembimbing :
dr. Priyanto
dr. Rusnandar, Sp.PD, FINASIM
Kasus 4
Topik
: Penyakit Graves
Tanggal (Kasus)
: 5 Januari 2013
Persenter
Tanggal Presentasi
: 12 Januari 2014
Tempat Presentasi
Obyektif Presentasi
Keilmuan
Diagnostik dan Manajemen
Dewasa-Lansia
Deskripsi: Laki-laki, 33 tahun, Penyakit Graves
Tujuan: mendiagnosis dan memberikan penganganan yang tepat pada
pasien dengan Penyakit Graves
Bahan Bahasan
: Tinjauan Pustaka
Cara Membahas
STATUS PASIEN
A. ANAMNESA
1. Identitas Pasien
Nama
: Tn. S
Umur
: 33 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Petani
Alamat
No. RM
: 01136239
Masuk RS
: 5 Januari 2014
Pemeriksaan
: 5 Januari 2014
2. Keluhan Utama
Berdebar-debar
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien yang merupakan rujukan dari puskesmas Doplang mengeluh
dada berdebar-debar sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Keluhan
tersebut dirasakan terus menerus tanpa disertai nyeri dada. Pasien
mengaku banyak mengeluarkan keringat, mudah lelah saat bekerja, kadang
suka gugup. Pasien tidak pernah sesak nafas saat bekerja. Pasien lebih
suka udara dingin daripada udara panas. Pasien mengeluh nafsu makannya
meningkat, namun berat badannya justru turun. Pasien tidak mengeluh
kelemahan otot, diare, maupun susah buang air besar. Pasien juga tidak
mengeluh adanya rambut rontok, rambut tipis, kulit kemerah-merahan,
maupun gatal-gatal. Pasien tidak merasakan penglihatan kabur, dobel,
namun merasa sering keluar air mata.
Sejak 1 bulan yang lalu, pasien mulai merasakan berdebar-debar
terus menerus, tanpa disertai nyeri dada. Pasien juga mengeluarkan banyak
keringat, suka udara dingin, berat badan mulai menurun. Karena kondisi
ini semakin sering dan meningkat, pasien berobat ke dokter
R. Sakit serupa
: disangkal
b.
c.
R. Sakit gula
: disangkal
d.
R. Asma
: disangkal
e.
R. Alergi
: disangkal
f.
R. Mondok
: disangkal
R. Sakit jantung
: disangkal
b.
R. Stroke
: disangkal
c.
R. Tensi Tinggi
: disangkal
d. R. Sakit Gula
e.
R. Asma
: disangkal
: disangkal
6. Riwayat Kebiasaan
a. R. Merokok
aktif
b. R. Olahraga
R. Minum alkohol :
disangkal
d. R. Minum jamu
: disangkal
9. Anamnesa Sistemik
Keluhan utama
: Berdebar-debar
Kepala
Leher
: kaku (-)
Mata
: pandangan
kabur
(-),
mata
kuning
(-),
Telinga
Mulut
Tenggorokan
Respirasi
Cardiovaskuler
Gastrointestinal
Genitourinaria
Muskuloskeletal
Extremitas
: atas
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
2. Tanda Vital
Tekanan darah
: 110/80 mmHg
Nadi
Pernafasan
: 21x/menit
Suhu
3. Status Gizi
Berat Badan
: 60 kg
4. Kulit
5. Kepala
6. Wajah
7. Mata
8. Telinga
9. Hidung
10. Mulut
: Sianosis (-), gusi berdarah (-), bibir kering (-), pucat (-),
stomatitis (-)
11. Leher
(-), distensi
13. Thorax
14. Jantung
Inspeksi
: iktus
cordis
tidak
tampak,
pulsasi
parasternal,
Perkusi
: batas jantung:
kanan atas
kanan bawah
kiri atas
kiri bawah
Pinggang jantung
Kesan
Auskultasi
15. Pulmo :
Depan
Inspeksi
Statis
Dinami
s
Palpasi
Perkusi
Auskultas
Statis
Dinami
s
Kanan
Kiri
: Sonor
Kanan
Belakang
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Statis
: normochest,
simetris,
sela
iga
tidak
Dinami
s
Statis
Dinami
s
Kanan
kanan
: Sonor, sampai batas paru hepar di vertebra
thorax IX
Peranjakan diafragma 1 cm
Kiri
Auskultas
i
Kanan
Peranjakan diafragma 1 cm
: suara dasar vesikuler (+) normal, suara
tambahan wheezing (-) ronki basah kasar
Kiri
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
17. Genitourinaria : ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda radang (-), bengkak
scrotum (-).
18. Ekstremitas
Edema
Sianosis
Pucat
Akral dingin
Extremitas superior
Dextra
Sinistra
-
Extremitas inferior
Dextra
Sinistra
-
Indeks Wayne
Gejala
Nilai
+1
+2
+2
+2
+3
-3
+3
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Hasil
+2
+2
+2
+3
+3
BB turun
BB naik
Suka udara dingin
Suka udara panas
Von graeffs sign
Eksoftalmus
Bising tiroid
Tiroid teraba
Tremor jari
Tangan basah
Tangan panas
Hiperkinetik
Fibrilasi atrial
Nadi teratur
<80 x/
80-90 x/
>90 x/
Tanda
Indeks Wayne
Interpretasi
+3
-3
+5
-5
+1
+2
+2
+3
+1
+1
+2
+4
+4
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
-
+3
+5
+1
+2
+3
+1
+1
+2
-
-3
0
+3
Ada
+3
= 33
= Hipertiroid
Gambar 1. Eksoftalmus
Gambar 2. Eksoftalmus
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
HEMATOLOGI
RUTIN
Hb
HCT
AL
AT
AE
Gol.darah ABO
KIMIA KLINIK
TSH
T3
T4
Na+
K+
Cl-
05/1/201
06/1/201
4
14,2
40
6,0
287
4,55
B
0,004
3,62
>24,00
141
3,6
109
SATUAN
RUJUKAN
g/dl
103/l
103/l
106/l
12.3 - 15.3
35-47
4.0 11.3
150 450
4.1 -5.1
IU/mL
Ng/mL
g/dL
mmol/ L
mmol/ L
mmol/ L
0,4-4,0
0,82-1,79
5,2-12,5
136-145
3,3-5,1
98-106
2. Elektrokardiografi
D. RESUME
Pasien yang merupakan rujukan dari puskesmas Doplang mengeluh
dada berdebar-debar sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Keluhan
tersebut dirasakan terus menerus tanpa disertai nyeri dada. Pasien mengaku
banyak mengeluarkan keringat, mudah lelah saat bekerja, kadang suka gugup.
Pasien tidak pernah sesak nafas saat bekerja. Pasien lebih suka udara dingin
daripada udara panas. Pasien mengeluh nafsu makannya meningkat, namun
berat badannya justru turun.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tensi 110/80, Nadi = 116 x/ menit,
RR= 21x/menit suhu badan 37,1oC. BMI: 22,86 kg/m2. Indeks Wayne 33.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan TSH 0,004 IU/mL , T3 3,62
Ng/mL T4 >24,00 g/dL
E. DIAGNOSIS BANDING
1.
2.
3.
F. DIAGNOSIS
Penyakit Graves
Penyakit Graves
Toxic Multinodular Goiter
Thyrotoxic periodic paralysis
G. PENATALAKSANAAN
1.
Non Medikamentosa
a. Bed rest
b. Diet 1700 Kkal
2.
Medikamentosa
: dubia ad bonam
Ad sanam
: dubia ad bonam
Berdebar-debar
semakin sering, tanpa
nyeri dada
Semakin banyak
mengeluarkan keringat
Mudah lelah saat
bekerja
Sering gugup
Tidak sesak
napas
Lebih suka udara
dingin
Nafsu makan
meningkat
Berat badan turun
Tidak ada
kelemahan otot, diare,
maupun kesulitan
buang air besar
Vital sign
TD : 110/80 mmHg
6 / 01 / 14
7 / 01 / 14
Berdebar-debar
masih sering masih
terasa
Banyak
mengeluarkan keringat
Masih gugup
Masih suka udara
dingin
Nafsu makan
masih meningkat
Lemas
Vital sign
TD : 110/80 mmHg
Berdebar-debar
berkurang, tanpa nyeri
dada
Masih banyak
mengeluarkan keringat
Masih gugup
Masih suka udara
dingin
Nafsu makan
masih meningkat
Vital sign
TD : 110/80 mmHg
HR : 116x/menit
RR : 21x/menit
t : 37,1oC
Oftalmopathy (+)
Dx
Tx
Susp Hipertiroid
IVFD Assering 28 tpm
Pla
n
HR : 116x/menit
RR : 21x/menit
t : 37,1oC
Oftalmopathy (+)
Penyakit Graves
IVFD Assering 28tpm
PTU 3x100mg
Propanolol 3x20mg
HR : 116x/menit
RR : 21x/menit
t : 37,1oC
Oftalmopathy (+)
Penyakit Graves
IVFD Assering 28tpm
PTU 3x100mg
Propanolol 3x20mg
BLPL
TINJAUAN PUSTAKA
PENYAKIT GRAVES
Penyakit Graves merupakan bentuk tiroktoksikosis (hipertiroid) yang
paling sering dijumpai dalam praktek sehari-hari. Dapat terjadi pada semua umur,
sering ditemukan pada wanita dari pada pria. Tanda dan gejala penyakit Graves
yang paling mudah dikenali ialah adanya struma (hipertrofi dan hiperplasia difus),
tirotoksikosis (hipersekresi kelenjar tiroid/ hipertiroidisme) dan sering disertai
oftalmopati,
serta
disertai
dermopati,
meskipun
jarang.(1,2,3)
Patogenesis penyakit Graves sampai sejauh ini belum diketahui secara pasti.
Namun demikian, diduga faktor genetik dan lingkungan ikut berperan dalam
mekanisme yang belum diketahui secara pasti meningkatnya risiko menderita
penyakit
Graves.
Berdasarkan
ciri-ciri
penyakitnya,
penyakit
Graves
2. Etiologi
Penyakit Graves merupakan salah satu penyakit otoimun, dimana penyebabnya
sampai sekarang belum diketahui dengan pasti. Penyakit ini mempunyai
predisposisi genetik yang kuat, dimana 15% penderita mempunyai hubungan
keluarga yang erat dengan penderita penyakit yang sama. Sekitar 50% dari
keluarga penderita penyakit Graves, ditemukan autoantibodi tiroid didalam
darahnya. Penyakit ini ditemukan 5 kali lebih banyak pada wanita
dibandingkan pria, dan dapat terjadi pada semua umur. Angka kejadian
tertinggi terjadi pada usia antara 20 tahun sampai 40 tahun.(2,6)
3. Patogenesis
Pada penyakit Graves, limfosit T mengalami perangsangan terhadap
antigen yang berada didalam kelenjar tiroid yang selanjutnya akan merangsang
limfosit B untuk mensintesis antibodi terhadap antigen tersebut. Antibodi yang
disintesis akan bereaksi dengan reseptor TSH didalam membran sel tiroid
sehingga akan merangsang pertumbuhan dan fungsi sel tiroid, dikenal dengan
TSH-R antibody. Adanya antibodi didalam sirkulasi darah mempunyai korelasi
yang erat dengan aktivitas dan kekambuhan penyakit. Mekanisme otoimunitas
merupakan faktor penting dalam patogenesis terjadinya hipertiroidisme,
oftalmopati, dan dermopati pada penyakit Graves. Sampai saat ini dikenal ada
3 otoantigen utama terhadap kelenjar tiroid yaitu tiroglobulin (Tg), thyroidal
peroxidase (TPO) dan reseptor TSH (TSH-R). Disamping itu terdapat pula
suatu protein dengan BM 64 kiloDalton pada permukaan membran sel tiroid
dan sel-sel orbita yang diduga berperan dalam proses terjadinya perubahan
kandungan
orbita
dan
kelenjar
tiroid
penderita
penyakit
Graves.
Sel-sel tiroid mempunyai kemampuan bereaksi dengan antigen diatas dan bila
terangsang
oleh
pengaruh
sitokin
(seperti
interferon
gamma)
akan
DR4)
untuk
mempresentasikan
antigen
pada
limfosit
T.
otot-otot
bola
mata,
proptosis
dan
diplopia.
5. Pemeriksaan Penunjang
Kelainan laboratorium pada keadaan hipertiroidisme dapat dilihat pada
skema
dibawah
ini
normal, kadar hormon tiroid perifer, seperti L-tiroksin (T-4) dan tri-iodo-tironin
(T-3) berada dalam keseimbangan dengan thyrotropin stimulating hormone
(TSH). Artinya, bila T-3 dan T-4 rendah, maka produksi TSH akan meningkat
dan sebaliknya ketika kadar hormon tiroid tinggi, maka produksi TSH akan
menurun.
Pada penyakit Graves, adanya antibodi terhadap reseptor TSH di
membran sel folikel tiroid, menyebabkan perangsangan produksi hormon tiroid
secara terus menerus, sehingga kadar hormon tiroid menjadi tinggi. Kadar
hormon tiroid yang tinggi ini menekan produksi TSH di kelenjar hipofisis,
sehingga kadar TSH menjadi rendah dan bahkan kadang-kadang tidak
terdeteksi. Pemeriksaan TSH generasi kedua merupakan pemeriksaan
penyaring paling sensitif terhadap hipertiroidisme, oleh karena itu disebut TSH
sensitive (TSHs), karena dapat mendeteksi kadar TSH sampai angka mendekati
0,05mIU/L. Untuk konfirmasi diagnostik, dapat diperiksa kadar T-4 bebas (free
T-4/FT-4). (1,2,3)
Pemeriksaan penunjang lain seperti pencitraan (scan dan USG tiroid)
untuk menegakkan diagnosis penyakit Graves jarang diperlukan, kecuali scan
tiroid pada tes supresi tiroksin. (1)
6. Diagnosis Banding
Penyakit Graves dapat terjadi tanpa gejala dan tanda yang khas sehingga
diagnosis kadang-kadang sulit didiagnosis. Atrofi otot yang jelas dapat
ditemukan pada miopati akibat penyakit Graves, namun harus dibedakan
dengan kelainan neurologik primer. Pada sindrom yang dikenal dengan
familial dysalbuminemic hyperthyroxinemia dapat ditemukan protein yang
menyerupai albumin (albumin-like protein) didalam serum yang dapat
berikatan dengan T4 tetapi tidak dengan T3. Keadaan ini akan menyebabkan
peningkatan kadar T4 serum dan FT4I, tetapi free T4, T3 dan TSH normal.
Disamping tidak ditemukan adanya gambaran klinis hipertiroidisme, kadar T3
dan TSH serum yang normal pada sindrom ini dapat membedakannya dengan
penyakit Graves.
Thyrotoxic periodic paralysis yang biasa ditemukan pada penderita lakilaki etnik Asia dapat terjadi secara tiba-tiba berupa paralysis flaksid disertai
hipokalemi.
Paralisis biasanya membaik secara spontan dan dapat dicegah dengan
pemberian suplementasi kalium dan beta bloker. Keadaan ini dapat
disembuhkan dengan pengobatan tirotoksikosis yang adekuat.
Penderita dengan penyakit jantung tiroid terutama ditandai dengan gejalagejala kelainan jantung, dapat berupa :
- Atrial fibrilasi yang tidak sensitif dengan pemberian digoksin
-
tiroid
didalam
kelenjar
tiroid.
Namun
beberapa
penelitian
patogenesis
penatalaksanaannya
hipertiroidisme.
Sampai saat
terjadinya
terutama
ini
dikenal
sindrom
ditujukan
ada
tiga
penyakit
untuk
jenis
Graves,
namun
mengontrol
keadaan
pengobatan
terhadap
(1,2)
yang
hanya
mendapatkan
terapi
methimazole.
setelah
mengalami
tiroidektomi
pada
penyakit
Graves.
obat-obat
penyekat
beta
dan
atau
OAT.
samping
lain
yang
perlu
diwaspadai
adalah
mempunyai
khasiat
imunosupresi
dapat
digunakan
seperti
Pemeriksaan
CT
scan
atau
MRI
digunakan
untuk
tiroid
meliputi
pengobatan
terhadap
dan
menghambat
kortikosteroid,
penyekat
dan
plasmafaresis),
pemberian
normalisasi
peningkatan
kadar
thyrotropin
receptor
antibody,
sehingga
tetap
dapat
menyusui
bayinya
dengan
aman.
(1)
DAFTAR PUSTAKA
1. Subekti, I, Makalah Simposium Current Diagnostic and Treatment Pengelolaan
Praktis Penyakit Graves, FKUI, Jakarta, 2001 : hal 1-5
2. Shahab A, 2002, Penyakit Graves (Struma Diffusa Toksik) Diagnosis dan
Penatalaksanaannya, Bulletin PIKKI : Seri Endokrinologi-Metabolisme, Edisi Juli
2002, PIKKI, Jakarta, 2002 : hal 9-18
3. Price A.S. & Wilson M.L., Patofisiologi Proses-Proses Penyakit, Alih Bahasa
Anugerah P., Edisi 4, EGC, Jakarta, 1995 : hal 1049 1058, 1070 1080
4. Corwin. E J, Patofisiologi, Edisi 1, EGC, Jakarta, 2001 : hal 263 265
5. Stein JH, Panduan Klinik Ilmu Penyakit Dalam, alih bahasa Nugroho E, Edisi
3, EGC, Jakarta, 2000 : hal 606 630
6. Harrison, Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, alih bahasa Prof.Dr.Ahmad H.
Asdie, Sp.PD-KE, Edisi 13, Vol.5, EGC, Jakarta, 2000 : hal 2144-2151
7. Lembar S, Hipertiroidisme Pada Neonatus Dengan Ibu Penderita Graves
Disease, Majalah Kedokteran Atma Jaya Jakarta, Vol 3, No.1, Jakarta, 2004 : hal
57 64
8. Mansjoer A, et all, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1, Edisi 3, Media
Aesculapius, Fakultas Kedokteran UI, Jakarta, 1999 : hal 594-598
9. Noer HMS, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi 3, Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran UI, Jakarta, 1996 : hal 725 778