Pembahasan
1. Bagaimana proses fisiologi dari masa nifas?
Fisiologi nifas adalah hal-hal yang terjadi dan bersifat karakteristik dalam
masa nifas artinya memberi ciri masa nifas ini adalah perubahan-perubahan yang
dianggap normal dan harus terjadi untuk memenuhi sebagian dari fungsi mas nifas,
yaitu mengembalikan keadaan seperti sebelum masa hamil.
Masa nifas ( Puerperium ) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalin
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra- hamil. Lama nifas ini yaitu 68 minggu. ( Mochtar, Rustam, 1998 : 115 ).
Nifas ialah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat kandungan yang lamanya 6 minggu. ( Obstetri Fisiologi, 1983 : 315 )
Masa nifas mulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6
minggu. ( Wikonjosastro, 2006 : 237 )
Kala puerperium berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu
yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan normal. ( Manuaba ,
1998 : 190 )
Periode Nifas :
Nifas dibagi dalam 3 periode, yaitu :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh
bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya
6-8 minggu.
3. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, atau
tahunan. ( Mochtar, Rustam, 1998 : 115 )
Perubahan fisiologi
1. Sistem Reproduksi
Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil ( involusi ) sehingga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil.
- Bayi lahir fundus setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gr.
- Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat
dengan berat uterus 750 gr.
LBM II
Page 3
Satu minggu post partum tinggi fundus uteri teraba pertengahan pusat
post partum.
Lochia Sanguinolenta : Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir,
14 post partum.
Lochia Alba : Cairan putih, setelah 2 minggu.
Lochia Purulenta : Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau
busuk.
Lochiastasis : Lochia tidak lancar keluarnya. ( Mochtar, Rustam, 1998 :
116 )
3. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, ostium
eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan
serviks menutup.
4. Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses
tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu
vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina
secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih
menonjol.
5. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5,
Perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap
kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.
6. Payudara
LBM II
Page 4
Sistem Perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Urin dalam jumlah
yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan.
Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air
akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan
diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu
Sistem Kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar
estrogen, volume darah kembali kapada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah
merah dan haemoglobin kembali normal pada hari ke-5. Meskipun kadar
estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun
kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu
mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat.
Pembekuan darah harus dicegah dengan penangan yang cermat dan penekanan
pada ambulansi dini.
Sistem Gastrointestinal / Pencernaan
Beberapa wanita mengalami konstipasi pada masa nifas, dikarenakan
kurangnya makanan berserat selama proses persalinana dan adanya rasa takut
dari ibu karena perineum sakit, terutama jika terdapat luka perineum. Namaun
kebanyakan kasus sembuh secara spontan, dengan adanya ambulasi dini dan
dengan mengonsumsi makanan yang berserat. Jika tidak, dapat diberikan
supositoria biskodil per rektal untuk melunakan tinja. Defakasi harus terjadi
dalam 3 hari post partum.
Perubahan Psikologi
Periode masa nifas merupakan waktu untuk terjadi stres. Periode itu dibagi menjadi 3
tahap, yaitu :
LBM II
Page 5
Talking In Period
Terjadi pada hari 1-2 setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat
tergantung, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat
pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami, kebutuhan tidur
merasa kebutuhan bayi yang sangat tergantung dari kesehatan sebagai ibu.
2. Apa penyebab demam dan keluhan pada skenario?
Jika dikaitkan dengan skenario, demam dapat terjadi karena adanya inflamasi
atau infeksi akibat pasca melahirkan yang menjalani operasi SC. Pada skenario pasien
telah melahirkan anak ketiganya dengan menjalani operasi SC dan ke dua anak
sebelumnya juga dilahirkan dengan SC. Pada kelahiran anak pertama dan ke
dua,pasien dilakukan SC dengan inkasi CPD ( Cephalo Pelvic Disporpotion ) dan
indikasi bekas SC + ruptur uteri iminens dan yang terakhir atas indikasi KPD
( Ketuban Pecah Dini ). Keadaan tersebut dapat menyebabkan terjadinya infeksi,
apalagi pasien juga mengeluh keputihan yang berbau dan berwarna kekuningan serta
dirasakan gatal yang hebat.
Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap pirogen.
Pada mekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh leukosit
darah, makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini
selanjutnya mencerna hasil pemecahan bakteri dan melepaskan zat interleukin-1 ke
dalam cairan tubuh, yang disebut juga zat pirogen leukosit atau pirogen endogen.
Interleukin-1 ketika sampai di hipotalamus akan menimbulkan demam dengan cara
meningkatkan temperature tubuh dalam waktu 8 10 menit. Sedikitnya sepersepuluh
juta gram endoroksin lipopolisakarida dari bakteri, bekerja dengan cara ini secara
bersama-sama dengan leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh
dapat menyebabkan demam. Jumlah Interleukin-1. Yang di bentuk sebagai respon
terhadap lipopolisakarida untuk menyebabkan demam hanya beberapa nanogram.
LBM II
Page 6
Seksio sesarea dilakukan bila diyakini bahwa penundaan persalinan yang lebih
lama akan menimbulkan bahaya yang serius bagi janin, ibu, atau bahkan keduanya,
atau bila persalinan pervaginam tidak mungkin dapat dilakukan dengan aman.
Berdasarkan laporan mengenai indikasi terbanyak di negara-negara maju seperti yang
diperlihatkan pada tabel 2.1, di Norwegia diperoleh hasil bahwa indikasi terbanyak
untuk seksio sesarea adalah distosia 3,6%, diikuti oleh presentasi bokong 2,1%, gawat
LBM II
Page 7
janin 2,0%, riwayat seksio sesarea sebelumnya 1,4% dan lain-lain 3,7% dari 12,8%
kasus seksio sesarea yang terjadi (Cunningham dkk, 2005).
Di Skotlandia diperoleh bahwa distosia sebagai indikasi seksio sesarea
terbanyak yaitu 4,0%, sedangkan riwayat seksio sesarea sebelumnya 3,1%, gawat
janin 2,4%, presentasi bokong 2,0% dan lain-lain 2,7% dalam 14,2% kasus seksio
sesarea. Riwayat seksio sesarea sebelumnya merupakan indikasi terbanyak dari 10,7%
kasus seksio sesarea yang terjadi di Swedia yaitu 3,1%, diikuti oleh distosia dan
presentasi bokong yang masing-masing berkisar 1,8%, sedangkan gawat janin hanya
1,6% dan lain-lain 2,4%. Di USA, riwayat seksio sesarea sebelumnya merupakan
indikasi terbanyak dari 23,6% kasus seksio sesarea yang terjadi yaitu 8,5%, dan
distosia berperan dalam 7,1%, presentasi bokong 2,6%, gawat janin 2,2% dan lainlain 3,2% (Cunningham dkk, 2005). Sebaran indikasi seksio sesarea di negara-negara
maju tersebut dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 1. Indikasi seksio sesarea di 4 negara maju; Norwegia, Skotlandia, Swedia dan
USA, 1990 Indikasi Seksio sasarea tiap 100 persalinan Norwegia Skotlandia Swedia
USA
Indikasi
Distosia
Riwayat
SC
sebelumnya
Presentasi bokong
Gawat janin
Lainnya
Seksio Caesarea
Skotlandia
Swedia
USA
3,6
1,4
4,0
3,1
1,8
3,1
7,1
8,5
2,1
2,0
3,7
12,8
2,0
2,4
2,7
14,2
1,8
1,6
2,4
10,7
2,6
2,2
3,2
23,6
LBM II
Page 8
Pada prinsipnya seksio sesarea dilakukan untuk kepentingan ibu dan janin
sehingga dalam praktik obstetri tidak terdapat kontraindikasi pada seksio sesarea.
Dalam hal ini adanya gangguan mekanisme pembekuan darah ibu, persalinan
pervaginam lebih dianjurkan karena insisi yang ditimbulkan dapat seminimal
mungkin (Cunningham dkk, 2005).
Komplikasi Seksio Sesarea
Kelahiran sesarea bukan tanpa komplikasi, baik bagi ibu maupun janinnya
(Bobak, 2004). Morbiditas pada seksio sesarea lebih besar jika dibandingakan dengan
persalinan pervaginam. Ancaman utama bagi wanita yang menjalani seksio sesarea
berasal dari tindakan anastesi, keadaan sepsis yang berat, serangan tromboemboli dan
perlukaan pada traktus urinarius, infeksi pada luka (Manuaba, 2003; Bobak. 2004).
Demam puerperalis didefinisikan sebagai peningkatan suhu mencapai 38,50C
(Heler, 1997). Demam pasca bedah hanya merupakan sebuah gejala bukan sebuah
diagnosis yang menandakan adanya suatu komplikasi serius . Morbiditas febris
merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pasca pembedahan seksio seksarea
(Rayburn, 2001).
Perdarahan masa nifas post seksio sesarea didefenisikan sebagai kehilangan
darah lebih dari 1000 ml. Dalam hal ini perdarahan terjadi akibat kegagalan mencapai
homeostatis di tempat insisi uterus maupun pada placental bed akibat atoni uteri
(Karsono dkk, 1999). Komplikasi pada bayi dapat menyebabkan hipoksia, depresi
pernapasan, sindrom gawat pernapasan dan trauma persalinan (Mochtar, 1988).
4. Jelaskan keuntungan dan kerugian obat kontrasepsi yang disuntikkan ke pasien
diskenario dan sterilisasi pasien diskenario!
Baik depot intramuscular medroxyprogesterone acetate (depo-provera), 150
mg setiap 3 bulan, dan norethisterone enanthate (Norigest), 200 mg setiap 2 bulan,
merupakan kontrasepsi progestin yang telah digunakan secara efektif diseluruh dunia
selama bertahun-tahun. Depot medroxyprogesteron diinjeksikan ke M. deltoideus atau
gluteus tanpa pemijatan untuk menjamin bahwa obat dilepaskan dengan lambat.
Tersedia alternaifnya, sebuah versi subkutan, depo-subQ provera 104, diinjeksikan ke
jaringan subkutan dipaha bagian anterior atau abdomen setiap 3 bulan. Sediaan
subkutan ini mengandung 204 mg DMPA, yang diserap lebih lambat daripada formula
intramuscular. Jadi, walaupun kurang sepertiga dosisinya, sediaan ini menjaga kadar
progestin serum yang cukup untuk menekan ovulasi selama 3 bulan. Saat ini,
LBM II
Page 9
Page 10
sedang membangun massa tulang dan waniita perimenopause yang akan segera
mengalami peningkatan kehilangan tulang selama menopause.
Penggunaan DMPA belum menunjukkan peningkatan risiko troemboemboli,
stroke, atau penyakit kardiovaskular. Akan tetapi, kecenderungan menderita
tromboemboli dipertimbangkan sebagai kontraindikasi terhadap penggunaannya.
Kontraindikasi lainnya mencakup kehamilan, perdarahan per vagina yang tidak
terdiagnosis, kanker payudara, penyakit serebrovaskular, atau penyakit hati signifikan.
STERILISASI di skenario
Sterilisasi wanita merupakan metode kontrasepsi yang dipilih oleh 28 persen
pasangan di Amerika Serikat. Sterilisasi biasanya dilakukan dengan oklusi atau
pembelahan tuba uterine. Ini dapat dilakukan kapan saja, namun sekurang-kurangnya
stengah dari jumlah keseluruhan sterilisasi dilakukan bersamaan dengan pelahiran
Caesar atau per vagina yang disebut puerperalis. Sterilisasi tuba nonpuerperalis
biasanya dilakukan melalui laparoskopi pada klinik bedah rawat jalan. Tekhnik
histeroskopi atau minilaparotomi untuk oklusi juga tersedia.
Sterilisasi Tuba Puerperalis
Dalam beberapa hari setelah pelahiran, tuba uterine dapat diakses pada
umbilicus
langsung
dibawah
dinding
abdomen.
Kelemahan
dinding
Page 11
Kehamilan ektopik
Risiko kankerovarium dan payudara menurun atau tidak terpengaruh
Kemungkinan yang paling rendah menderita salphingitis
Peningkatan insiden kista ovarium fungsional hampir 2 kali lipat setelah sterilisasi
tuba.
Menoragia dan perdarahan intermenstrual setelah sterilisasi ( sindrom pascaligasi
tuba)3
5. Interpretasikan vital sign, pemeriksaan fisik dan laboratorium dalam skenario!
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
TD 110/70 mmhg
Tekanan Darah Selama Kehamilan
Tekanan Darah Normal
Nadi 98 x/m ( denyut nadinya meningkat tetapi masih dalam batas normal
Kisaran Denyut Nadi Normal
Pada wanita hamil 80-90
Selama kehamilan, jantung mencoba untuk memompa darah lebih banyak
untuk perkembangan janin. Karena itulah denyut nadi akan meningkat.
TFU 3 jari dibawah pusat adalah sekitar 20 minggu usia kehamilan
Pemeriksaan Laboratorium
Tujuannya untuk mengetahui apakah ibu mengalami infeksi atau tidak dengan
mengetahui Laju Endap Darah, jumlah leukosit dan trombosit. Hb 8,3 g/dl berarti Hb
nya menurun kemungkinan ibu mengalami perdarahan yang lama sehingga
menyebabkan anemia. HT 21% berarti hematokritnya meningkat. Leukosit 27.080 ul
berarti leukositnya meningkat.
6. Apa diagnosis dari kasus dalam skenario tersebut?
Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang biasanya disebabkan
oleh infeksi bakteri pada jaringan
Tipe Endometritis
1. Endometritis post partum (radang dinding rahim sesudah melahirkan)
2. Endometritis sinsitial (peradangan dinding rahim akibat tumor jinak disertai sel
3.
LBM II
Page 12
Macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan seperti eksogen (kuman
datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh) dan endogen
(dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah
streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan
lahir. Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah :
1. Streptococcus haemoliticus anaerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya
eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan
penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
2. Staphylococcus aureus
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai
penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang
nampaknya sehat. Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun
kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.
3. Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas
pada perineum, vulva, dan endometrium. Kuman inimerupakan sebab penting dari
infeksi traktus urinarius.
4. Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya.
Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong oleh
dukun dari luar rumah sakit.
Endometritis sering ditemukan pada wanita setelah seksio sesarea terutama
bila sebelumnya ada riwayat koriomnionitis, partus lama, pecah ketuban yang lama.
Penyebab lainnya dari endometritis adalah adanya tanda jaringan plasenta yang
tertahan setelah abortus dan melahirkan.
Miroorganisme yang menyebabkan endometritis diantaranya Campylobacter
foetus, Brucella sp., Vibrio sp., dan trikomoniasis foetus. Endometritis juga dapat
diakibatkan oleh bakteri oportunistik spesifik seperti Corynebacterium pyogenes,
Eschericia coli dan Fusobacterium necrophorum .Endometritis biasa terjadi setelah
kejadian aborsi , kelahiran kembar , serta kerusakan jalan kelahiran sesudah
melahirkan.
Tanda dan Gejala Endometritis
Tanda dan gejala endometritis antara lain :
1. Peningkatan demam secara persisten hingga 40 derajat celcius. Tergantung pada
keparahan infeksi.
2. Takikardia
LBM II
Page 13
3.
4.
5.
6.
7.
8.
fisiologis
9. Perdarahan pervaginam
10. Shock sepsis maupun hemoragik
11. Abdomen distensi atau pembengkakan.
12. Abnormal pendarahan vagina
13. Discomfort dengan buang air besar (sembelit mungkin terjadi)
14. Terjadi ketidaknyamanan, kegelisahan, atau perasaan sakit (malaise)
Klasifikasi Endometritis
1. Endometritis akuta
Terutama terjadi pada masa post partum / post abortum. Pada
endometritis post partum regenerasi endometrium selesai pada hari ke-9,
sehingga endometritis post partum pada umumnya terjadi sebelum hari ke-9.
Endometritis post abortum terutama terjadi pada abortus provokatus.
Pada endometritis akuta, endometrium mengalami edema dan
hiperemi, dan pada pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema dan
infiltrasi leukosit berinti polimorf yang banyak, serta perdarahan-perdarahan
interstisial. Sebab yang paling penting ialah infeksi gonorea dan infeksi pada
abortus dan partus.
Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis akut, dan radang menjalar ke
atas dan menyebabkan endometritis akut.
2. Endometritis kronika
Radang ini jarang dijumpai , namun biasanya terjadi pada wanita yang
masih menstruasi. Dimana radang dapat terjadi pada lapisan basalis yang tidak
terbuang pada waktu menstruasi. Endometritis kronik primaria dapat terjadi
sesudah menopauase, dimana radang tetap tinggal dan meluas sampai ke
bagian endometrium lain. Endometritis kronik ditandai oleh adanya sel-sel
plasma pada stroma. Penyebab yang paling umum adalah Penyakit Radang
Panggul (PID), TBC, dan klamidia. Pasien yang menderita endometritis kronis
sebelumnya mereka telah memiliki riwayat kanker leher rahim atau kanker
endrometrium. Gejala endometritis kronis berupa noda darah yang kotor dan
keluhan sakit perut bagian bawah, leukorea serta kelainan haid seperti
menorhagia dan metrorhagia. Pengobatan tergantung dari penyebabnya.
LBM II
Page 14
Patogenesis
Rahim merupakan organ yang steril sedangkan di vagina terdapat banyak
mikroorganisme oportunistik. Mikroorganisme dari vagina ini dapat secara asenden
masuk ke rahim terutama pada saat perkawinan atau melahirkan. Bila jumlah
mikroorganisme terlalu banyak dan kondisi rahim mengalami gangguan maka dapat
terjadi endometritis. Kejadian endometritis kemungkinan besar terjadi pada saat
kawin suntik atau penanganan kelahiran yang kurang higienis, sehingga banyak
bakteri yang masuk, seperti bakteri non spesifik (E. coli, Staphilylococcus,
Streptococcus dan Salmonella), maupun bakteri spesifik (Brucella sp, Vibrio foetus
dan Trichomonas foetus).
Infeksi uterus pada persalinan pervaginam terutama terjadi pada tempat
implantasi plesenta, desidua, dan miometrium yang berdekatan.bakteri yang berkoloni
diserviks akan dan vagina akan menginvasi tempat implantasi plasenta saat itu
biasanya merupakan sebuah luka dengan diameter kurang lebih 4
cm dengan
seropurulen.
9. Awitan 3-5 hari pasca partum, kecuali jika disertai infeksi streptococcus.
10. Jumlah sel darah putih meningkat.
Diagnosis
Endometritis dapat terjadi secara klinis dan subklinis. Diagnosis endometritis
dapat didasarkan pada riwayat kesehatan, pemeriksaan rektal, pemeriksaan vaginal
dan biopsi. Keluhan kasus endometritis biasanya beberapa kali dikawinkan tetapi
tidak bunting, siklus birahi diperpanjang kecuali pada endometritis yang sangat
ringan. Pemeriksaan vaginal dapat dilakukan dengan menggunakan vaginoskop
dengan melihat adanya lendir, lubang leher rahim (serviks) agak terbuka dan
kemerahan di daerah vagina dan leher rahim. Pada palpasi per rektal akan teraba
dinding rahim agak kaku dan di dalam rahim ada cairan tetapi tidak dirasakan sebagai
fluktuasi (tergantung derajat infeksi).
Secara klinis karakteristik
endometritis
dengan
adanya
pengeluaran
Page 16
1.
Karena peritonitis
Peritonitis pasca sesar mirip dengan peritonitis bedah, kecuali rigiditas
abdomen biasanya tidak terlalu mencolok karena peregangan abdomen yang berkaitan
dengan kehamilan. Nyeri mungkin hebat. Jika infeksi berawal di uterus dan meluas
hanya ke peritonium di dekatnya (peritonitis panggul),terapi biasanya medis.
Sebaliknya peritonitis abdomen generalisata akibat cedera usus atau nekrosis insisi
uterus, sebaiknya diterapi secara bedah .
3.
Parametrial phlegmon
Pada sebagian wanita yang mengalami metritis setelah sesar , terjadi selulitis
parametrium yang intensif. Hal ini menyebabkan terbentuknya daerah indursi yang
disebut flegmon, di dalam lembar-lembar ligamentum latum (parametria)atau dibawah
lipatan kandung kemih yang berada di atas insisi uterus. Selulitis ini umumnya
unilateral dan dapat meluas ke lateral ke dinding samping panggul. Infeksi ini harus
dipertimbangkan jika demam menetap setelah 72 jam meskipun pasien sudah
mendapat terapi untuk endomiometritis pasca sesar.
Penatalaksanaan
1. Antibiotika ditambah drainase yang memadai merupakan pojok sasaran terapi.
Evaluasi klinis dari organisme yang terlihat pada pewarnaan gram, seperti juga
pengetahuan bakteri yang diisolasi dari infeksi serupa sebelumnya, memberikan
petunjuk untuk terapi antibiotik.
2. Cairan intravena dan elektrolit merupakan terapi pengganti untuk dehidrasi
ditambah terapi pemeliharaan untuk pasien-pasien yang tidak mampu mentoleransi
makanan lewat mulut. Secepat mungkin pasien diberikan diit per oral untuk
memberikan nutrisi yang memadai.
3. Pengganti darah dapat diindikasikan untuk anemia berat dengan post abortus atau
post partum.
4. Tirah baring dan analgesia merupakan terapi pendukung yang banyak manfaatnya.
5.
Tindakan bedah: endometritis post partum sering disertai dengan jaringan plasenta
yang tertahan atau obstruksi serviks. Drainase lokia yang memadai sangat penting.
Jaringan plasenta yang tertinggal dikeluarkan dengan kuretase perlahan-lahan dan
LBM II
Page 17
menjalani SC, karena risiko bakteriemia. Jika kasus ringan, bisa rawat jalan.
Stabilkan dulu kondisi ibu dengan pemberian cairan jika kondisi tidak terlalu
parah beri minum lewat mulut, kemudian lakukan pemasangan infus sebelum di
post partum.
Istirahat
Berikan antibiotika kombinasi sampai ibu bebas demam selama 48 jam
Setelah menentukan diagnosis endometritis dapat diberikan antibiotik spektrum
luas dalam 48-72 jam. Dalam pengobatan endometritis akut yang paling penting
secara intravena.
ATAU
Ampisilin 2g IV setiap 6 jam kerja di dinding sel bakteri, cara kerja
bakterisida.
Ditambah gentamisin 5mg/kgBB IV tiap 24 jam efektif untuk gram - aerob,
Page 18
Elsintetik
yang
mengalami
vasokonstriksi
sehingga
LBM II
Page 19
Page 20
Page 21
3. Marsopropil / Prostagladin
Peroral untuk proteksi GI selama terapi AINS : 200 gqid. Diberiksan
bersama makanan, jika dosis ini tidak ditolerir : 100g qid dapat digunakan.
Bentuk sediaan : tablet 100,200g. Misoprostol juga tersedia dalam kombinasi
dengan diklofenak.
Contoh obat
Misoprostol Tablet : Gastrul isi : misoprostol 200 mcg / tablet.
- Efek samping dan cara mengatasinya
1. Alkaloid ergot
a. Efek samping
Farmakokinetik :
Ergotamin diabsorbsi lambat dan tidak sempurna di saluran cerna
Kadar puncak plasma dicapai setelah 2 jam
Pemberian kofein akan meningkatkan kadar puncak plasma 2 kali
lipat
Dosis ergotamin IM 1/10 dosis oral absorbsi di tempat suntikan
setelah 5 menit
Ekskresi ergotamin melalui: empedu sedikit yang melalui urine
Pada pemberian oral bromokriptin diabsorbsi lebih baik drpd
Page 22
2. Dosis besar dapat menyebabkan : mual, muntah, diare, gatal, kulit dingin,
nadi lemah dan cepat, bingung dan tidak sadar
3. Dosis keracunan fatal: 26 mg per oral selama beberapa hari, atau dosis
tunggal 0,5-1,5 mg parenteral
4. Gejala keracunan kronik: perubahan peredaran darah ( tungkai bawah,
paha, lengan dan tangan jadi pucat), nyeri otot, denyut nadi melemah,
gangren, angina pectoris, bradikardi, penurunan atau kenaikan tekanan
darah
5. Keracunan biasanya disebabkan: takar lajak dan peningkatan sensitivitas
2. Oksitosin
a. Efek samping
Efek pada Uterus:
Merangsang frekuensi dan kontraksi uterus
Efek pada uterus menurun jika estrogen menurun
Uterus imatur kurang peka thd oksitosin
Infus oksitoksin perlu diamati menghindari tetani respon uterus
meningkat 8 x lipat pada usia kehamilan 39 minggu
Efek pada mamae:
Menyebabkan kontraksi otot polos mioepitel susu mengalir (ejeksi
susu)
Sediaan oksitosin berguna untuk memperlancar ejeksi susu, serta
isap
Selama hamil ada peningkatkan enzim Oksitosinase atau sistil
aminopeptidase berfungsi mengaktifkan oksitoksin enzim tersebut
LBM II
Page 23
Page 24
b. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter
biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan
keadaan penderita.
c. Pemberian obat-obatan
1) Antibiotik. Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda
setiap institusi
2) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
a) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
b) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
c) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
3) Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan
caboransia seperti neurobian I vit. C
d. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah
harus dibuka dan diganti
e. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah,
nadi,dan pernafasan.
f. Perawatan payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan tidak
menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara
tanpa banyak menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.
(Manuaba, 1999)
LBM II
Page 25