Anda di halaman 1dari 23

BAB II

Pembahasan
1. Bagaimana proses fisiologi dari masa nifas?
Fisiologi nifas adalah hal-hal yang terjadi dan bersifat karakteristik dalam
masa nifas artinya memberi ciri masa nifas ini adalah perubahan-perubahan yang
dianggap normal dan harus terjadi untuk memenuhi sebagian dari fungsi mas nifas,
yaitu mengembalikan keadaan seperti sebelum masa hamil.
Masa nifas ( Puerperium ) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalin
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra- hamil. Lama nifas ini yaitu 68 minggu. ( Mochtar, Rustam, 1998 : 115 ).
Nifas ialah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat kandungan yang lamanya 6 minggu. ( Obstetri Fisiologi, 1983 : 315 )
Masa nifas mulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6
minggu. ( Wikonjosastro, 2006 : 237 )
Kala puerperium berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu
yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan normal. ( Manuaba ,
1998 : 190 )
Periode Nifas :
Nifas dibagi dalam 3 periode, yaitu :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh
bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya
6-8 minggu.
3. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, atau
tahunan. ( Mochtar, Rustam, 1998 : 115 )
Perubahan fisiologi
1. Sistem Reproduksi
Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil ( involusi ) sehingga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil.
- Bayi lahir fundus setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gr.
- Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat
dengan berat uterus 750 gr.
LBM II

Page 3

Satu minggu post partum tinggi fundus uteri teraba pertengahan pusat

simpisis dengan berat uterus 500 gr.


Dua minggu post partum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simpisis

dengan berat uterus 350 gr.


Enam minggu post partum fundus uteri bertambah kecil dengan berat

uterus 50 gr. ( Mochtar, Rustam 1998 : 115 )


2. Lochia
Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam
masa nifas.
Macam-macam Lochia :
Lochia Rubra ( Cruenta ) : Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban
, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari

post partum.
Lochia Sanguinolenta : Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir,

hari 3-7 post partum.


Lochia Serosa : Berwarna kuning, cairan tidak darah lagi, pada hari ke 7-

14 post partum.
Lochia Alba : Cairan putih, setelah 2 minggu.
Lochia Purulenta : Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau

busuk.
Lochiastasis : Lochia tidak lancar keluarnya. ( Mochtar, Rustam, 1998 :
116 )

3. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, ostium
eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan
serviks menutup.
4. Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses
tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu
vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina
secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih
menonjol.
5. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5,
Perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap
kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.
6. Payudara
LBM II

Page 4

Perubahan pada payudara dapat meliputi :


Penurunan kadar progesterone secara tepat dengan peningkatan

hormone prolaktin setelah persalinan.


Kolostrum sudah ada saat persalinan. Produksi ASI terjadi pada hari

ke-2 atau hari ke-3 setelah persalinan.


Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses
laktasi.

Sistem Perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Urin dalam jumlah
yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan.
Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air
akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan
diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu
Sistem Kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar
estrogen, volume darah kembali kapada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah
merah dan haemoglobin kembali normal pada hari ke-5. Meskipun kadar
estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun
kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu
mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat.
Pembekuan darah harus dicegah dengan penangan yang cermat dan penekanan
pada ambulansi dini.
Sistem Gastrointestinal / Pencernaan
Beberapa wanita mengalami konstipasi pada masa nifas, dikarenakan
kurangnya makanan berserat selama proses persalinana dan adanya rasa takut
dari ibu karena perineum sakit, terutama jika terdapat luka perineum. Namaun
kebanyakan kasus sembuh secara spontan, dengan adanya ambulasi dini dan
dengan mengonsumsi makanan yang berserat. Jika tidak, dapat diberikan
supositoria biskodil per rektal untuk melunakan tinja. Defakasi harus terjadi
dalam 3 hari post partum.
Perubahan Psikologi
Periode masa nifas merupakan waktu untuk terjadi stres. Periode itu dibagi menjadi 3
tahap, yaitu :
LBM II

Page 5

Talking In Period
Terjadi pada hari 1-2 setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat
tergantung, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat
pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami, kebutuhan tidur

meningkat, nafsu makan meningkat.


Taking Hold Period
Berlangsung 3-4 hari setelah post partum, ibu lebih berkonsentrasi
pada kemampuannya menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap
perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif, sehingga
membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan

yang dialami ibu.


Letting Go Period
Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan ibu menyadari atau

merasa kebutuhan bayi yang sangat tergantung dari kesehatan sebagai ibu.
2. Apa penyebab demam dan keluhan pada skenario?
Jika dikaitkan dengan skenario, demam dapat terjadi karena adanya inflamasi
atau infeksi akibat pasca melahirkan yang menjalani operasi SC. Pada skenario pasien
telah melahirkan anak ketiganya dengan menjalani operasi SC dan ke dua anak
sebelumnya juga dilahirkan dengan SC. Pada kelahiran anak pertama dan ke
dua,pasien dilakukan SC dengan inkasi CPD ( Cephalo Pelvic Disporpotion ) dan
indikasi bekas SC + ruptur uteri iminens dan yang terakhir atas indikasi KPD
( Ketuban Pecah Dini ). Keadaan tersebut dapat menyebabkan terjadinya infeksi,
apalagi pasien juga mengeluh keputihan yang berbau dan berwarna kekuningan serta
dirasakan gatal yang hebat.
Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap pirogen.
Pada mekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh leukosit
darah, makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini
selanjutnya mencerna hasil pemecahan bakteri dan melepaskan zat interleukin-1 ke
dalam cairan tubuh, yang disebut juga zat pirogen leukosit atau pirogen endogen.
Interleukin-1 ketika sampai di hipotalamus akan menimbulkan demam dengan cara
meningkatkan temperature tubuh dalam waktu 8 10 menit. Sedikitnya sepersepuluh
juta gram endoroksin lipopolisakarida dari bakteri, bekerja dengan cara ini secara
bersama-sama dengan leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh
dapat menyebabkan demam. Jumlah Interleukin-1. Yang di bentuk sebagai respon
terhadap lipopolisakarida untuk menyebabkan demam hanya beberapa nanogram.
LBM II

Page 6

Interleukin-1 menyebabkan demam, pertama-tama dengan menginduksi


pembentukan salah satu prostaglandin E2 , atau zat yang mirip dan selanjutnya
bekerja di hipotalamus untuk membangkitkan reaksi demam.2
Pada skenario pasien datang dengan keluhan keluar darah dari vagina +- 30 cc
SMRS berrwarna merah kehitaman dan kemudian pada hasil laboratorim darah
didapatkan HB 8,3 g/dl, HT 21% . Ini menunjukan pasien mengalami anemia dan
inilah menyebab gejala-gejala pada sekenario.
3. Bagaimana indikasi, kontraiindikasi dan komplikasi dari SC?
Indikasi Seksio Sesarea
Dalam persalinan ada beberapa faktor yang menentukan keberhasilan suatu
persalinan, yaitu passage (jalan lahir), passenger (janin), power (kekuatan ibu),
psikologi ibu dan penolong. Apabila terdapat gangguan pada salah satu faktor tersebut
akan mengakibatkan persalinan tidak berjalan dengan lancar bahkan dapat
menimbulkan komplikasi yang dapat membahayakan ibu dan janin jika keadaan
tersebut berlanjut (Manuaba, 1999).
Indikasi untuk sectsio caesarea antara lain meliputi:
1. Indikasi Medis

Terdiri dari 3 faktor : power, passanger, passage


2. Indikasi Ibu
a. Usia
b. Tulang Panggul
c. Persalinan sebelumnya dengan section caesarea
d. Faktor hambatan jalan lahir
e. Kelainan kontraksi rahim
f. Ketuban pecah dini
g. Rasa takut kesakitan
3. Indikasi Janin
a. Ancaman gawat janin (fetal distress)
b. Bayi besar (makrosemia)
c. Letak sungsang
d. Faktor plasenta : plasenta previa, solution plasenta, plasenta accreta
e. Kelainan tali pusat : prolapsus tali pusat, terlilit tali pusat

Seksio sesarea dilakukan bila diyakini bahwa penundaan persalinan yang lebih
lama akan menimbulkan bahaya yang serius bagi janin, ibu, atau bahkan keduanya,
atau bila persalinan pervaginam tidak mungkin dapat dilakukan dengan aman.
Berdasarkan laporan mengenai indikasi terbanyak di negara-negara maju seperti yang
diperlihatkan pada tabel 2.1, di Norwegia diperoleh hasil bahwa indikasi terbanyak
untuk seksio sesarea adalah distosia 3,6%, diikuti oleh presentasi bokong 2,1%, gawat
LBM II

Page 7

janin 2,0%, riwayat seksio sesarea sebelumnya 1,4% dan lain-lain 3,7% dari 12,8%
kasus seksio sesarea yang terjadi (Cunningham dkk, 2005).
Di Skotlandia diperoleh bahwa distosia sebagai indikasi seksio sesarea
terbanyak yaitu 4,0%, sedangkan riwayat seksio sesarea sebelumnya 3,1%, gawat
janin 2,4%, presentasi bokong 2,0% dan lain-lain 2,7% dalam 14,2% kasus seksio
sesarea. Riwayat seksio sesarea sebelumnya merupakan indikasi terbanyak dari 10,7%
kasus seksio sesarea yang terjadi di Swedia yaitu 3,1%, diikuti oleh distosia dan
presentasi bokong yang masing-masing berkisar 1,8%, sedangkan gawat janin hanya
1,6% dan lain-lain 2,4%. Di USA, riwayat seksio sesarea sebelumnya merupakan
indikasi terbanyak dari 23,6% kasus seksio sesarea yang terjadi yaitu 8,5%, dan
distosia berperan dalam 7,1%, presentasi bokong 2,6%, gawat janin 2,2% dan lainlain 3,2% (Cunningham dkk, 2005). Sebaran indikasi seksio sesarea di negara-negara
maju tersebut dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 1. Indikasi seksio sesarea di 4 negara maju; Norwegia, Skotlandia, Swedia dan
USA, 1990 Indikasi Seksio sasarea tiap 100 persalinan Norwegia Skotlandia Swedia
USA
Indikasi
Distosia
Riwayat
SC
sebelumnya
Presentasi bokong
Gawat janin
Lainnya
Seksio Caesarea

Seksio Cesarea tiap 100 persalinan


Norwegia

Skotlandia

Swedia

USA

3,6
1,4

4,0
3,1

1,8
3,1

7,1
8,5

2,1
2,0
3,7
12,8

2,0
2,4
2,7
14,2

1,8
1,6
2,4
10,7

2,6
2,2
3,2
23,6

Di negara-negara berkembang dilaporkan dari penelitian selama 15 tahun terhadap


indikasi seksio sesarea, ada empat faktor klinis utama yang menjadi indikasi seksio sesarea
yang tidak berubah, yakni gawat janin (22%), partus tidak maju (20 %), seksio sesarea
ulangan (14%), dan presentasi bokong (11 %). Alasan kelima yang paling sering membuat
tindakan seksio sesarea adalah permintaan ibu (7%). Di RSUP H Adam Malik dan RS Dr
Pirngadi Medan dilaporkan oleh Mahdi (1997) bahwa kejadian seksio sesarea dengan
indikasi terbanyak adalah gawat janin (15,85%), dan diikuti oleh kelainan letak (13,94%),
panggul sempit (13,76%), dan plasenta previa (12,20 %) (Birza, 2003).
Kontraindikasi Seksio Sesarea

LBM II

Page 8

Pada prinsipnya seksio sesarea dilakukan untuk kepentingan ibu dan janin
sehingga dalam praktik obstetri tidak terdapat kontraindikasi pada seksio sesarea.
Dalam hal ini adanya gangguan mekanisme pembekuan darah ibu, persalinan
pervaginam lebih dianjurkan karena insisi yang ditimbulkan dapat seminimal
mungkin (Cunningham dkk, 2005).
Komplikasi Seksio Sesarea
Kelahiran sesarea bukan tanpa komplikasi, baik bagi ibu maupun janinnya
(Bobak, 2004). Morbiditas pada seksio sesarea lebih besar jika dibandingakan dengan
persalinan pervaginam. Ancaman utama bagi wanita yang menjalani seksio sesarea
berasal dari tindakan anastesi, keadaan sepsis yang berat, serangan tromboemboli dan
perlukaan pada traktus urinarius, infeksi pada luka (Manuaba, 2003; Bobak. 2004).
Demam puerperalis didefinisikan sebagai peningkatan suhu mencapai 38,50C
(Heler, 1997). Demam pasca bedah hanya merupakan sebuah gejala bukan sebuah
diagnosis yang menandakan adanya suatu komplikasi serius . Morbiditas febris
merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pasca pembedahan seksio seksarea
(Rayburn, 2001).
Perdarahan masa nifas post seksio sesarea didefenisikan sebagai kehilangan
darah lebih dari 1000 ml. Dalam hal ini perdarahan terjadi akibat kegagalan mencapai
homeostatis di tempat insisi uterus maupun pada placental bed akibat atoni uteri
(Karsono dkk, 1999). Komplikasi pada bayi dapat menyebabkan hipoksia, depresi
pernapasan, sindrom gawat pernapasan dan trauma persalinan (Mochtar, 1988).
4. Jelaskan keuntungan dan kerugian obat kontrasepsi yang disuntikkan ke pasien
diskenario dan sterilisasi pasien diskenario!
Baik depot intramuscular medroxyprogesterone acetate (depo-provera), 150
mg setiap 3 bulan, dan norethisterone enanthate (Norigest), 200 mg setiap 2 bulan,
merupakan kontrasepsi progestin yang telah digunakan secara efektif diseluruh dunia
selama bertahun-tahun. Depot medroxyprogesteron diinjeksikan ke M. deltoideus atau
gluteus tanpa pemijatan untuk menjamin bahwa obat dilepaskan dengan lambat.
Tersedia alternaifnya, sebuah versi subkutan, depo-subQ provera 104, diinjeksikan ke
jaringan subkutan dipaha bagian anterior atau abdomen setiap 3 bulan. Sediaan
subkutan ini mengandung 204 mg DMPA, yang diserap lebih lambat daripada formula
intramuscular. Jadi, walaupun kurang sepertiga dosisinya, sediaan ini menjaga kadar
progestin serum yang cukup untuk menekan ovulasi selama 3 bulan. Saat ini,
LBM II

Page 9

kontarasepsi DMPA digunakan di Amerika Serikat oleh sekitar 5 persen wanita


berusia 18 sampai 44 tahun yang menggunakan kontrasepsi, dan metode ini popular
terutama pada remaja.
Mekanisme kerjanya bersifat multiple dan mencakup inhibisi ovulasi,
peningkatan viskositas mukus serviks, dan menciptakan kondisi endometrium yang
tidak mendukung untuk implantasi ovum. Injeksi awal harus dimulai dalam 5 hari
pertama setelah awitan menstruasi. Kadar MPA serum Terapeutik yang cukup untuk
menimbulkan efek kontraseptif konsisten, diobservasi selama 24 jam. Jadi, tidak
diperlukan metode cadangan jika pemberian dimulai dalam 5 hari awitan menstruasi.
DMPA adalah metode efektif dengan angka kehamilan pada penggunaan ideal sebesar
0,3 persen. Akan tetapi, angka kegagalan penggunaan tipikal sekitar 7 persen selama
12 bulan.
KEUNTUNGAN :
Progestin yang diinjeksikan memberikan kenyamanan penjadwalan dosisi per
3 bulan, efektiivitas kontraseptif sebanding atau lebih baik daripada KOK, serta
gangguan laktasi yang minimal sampai tidak ada. Anemia defisiensi besi kecil
kemungkinannya terjadi pada pengguna jangka panjang karena amenorea, yang terjadi
setelah 5 tahun pada 80 persen wanita.
KERUGIAN :
Kerugian utama depot progestin mencakup perdarahan menstrual irregular dan
anovulasi yang memanjang stelah penghentian, yang menyebabkan kesuburan
kembali yang terlambat. Cromer dkk. (1994) melaporkan bahwa seperepat wanita
menghentikan penggunannya pada tahun pertama karena perdarahan ireguler. Setelah
injeksi dihentikan seperempat wanita tidak mendapat mensturuasi yang regular
kembali sampai 1 tahun.
Walaupun pengguanaan DMPA tidak mempengaruhi resiko kanker payudara
secara keseluruhan, terdapat peningkatan resiko yang kecil pada yang sedang
menggunakan atau baru saja menggunakan. Keganasa hepar dan serviks tampak tidak
meningkat, dan risiko kanker ovarium dan endometrium menurun.
Kenaikan berat badan biasanya dihubungkan dengan DMPA walaupun tidak
semua penelitian menemukan pengaruh ini. Nyeri payudara dilaporkan oleh beberapa
pengguna juga depresi, walaupun hubungan sebab akibat untuk hal yang terakhir ini
belum diketahui.
Pada pengguna jangka panjang, kehilangan kepadatan mineral tulang
merupakan sebuah masalah potensial. Masalah ini sangat relevan bagi remaja yang
LBM II

Page 10

sedang membangun massa tulang dan waniita perimenopause yang akan segera
mengalami peningkatan kehilangan tulang selama menopause.
Penggunaan DMPA belum menunjukkan peningkatan risiko troemboemboli,
stroke, atau penyakit kardiovaskular. Akan tetapi, kecenderungan menderita
tromboemboli dipertimbangkan sebagai kontraindikasi terhadap penggunaannya.
Kontraindikasi lainnya mencakup kehamilan, perdarahan per vagina yang tidak
terdiagnosis, kanker payudara, penyakit serebrovaskular, atau penyakit hati signifikan.
STERILISASI di skenario
Sterilisasi wanita merupakan metode kontrasepsi yang dipilih oleh 28 persen
pasangan di Amerika Serikat. Sterilisasi biasanya dilakukan dengan oklusi atau
pembelahan tuba uterine. Ini dapat dilakukan kapan saja, namun sekurang-kurangnya
stengah dari jumlah keseluruhan sterilisasi dilakukan bersamaan dengan pelahiran
Caesar atau per vagina yang disebut puerperalis. Sterilisasi tuba nonpuerperalis
biasanya dilakukan melalui laparoskopi pada klinik bedah rawat jalan. Tekhnik
histeroskopi atau minilaparotomi untuk oklusi juga tersedia.
Sterilisasi Tuba Puerperalis
Dalam beberapa hari setelah pelahiran, tuba uterine dapat diakses pada
umbilicus

langsung

dibawah

dinding

abdomen.

Kelemahan

dinding

memberikan reposisi insisi abdomen yang mudah pada masing-masing kornu


uterus. Jadi, sterilisasi puerperalis bersifat sederhana secara teknik, dan tidak
diperlukan perawatan dirumah sakit yang lama. Beberapa ahli menyukai
sterilisasi yang dilakukan segera setelah pelahiran, walaupun ahli lainnya

menunggu selama 12 sampai 24 jam.


Teknik Bedah
Dilakukan insisi kecil infraumbilikal. Tuba uterine diidentifikasi dengan
mengambil bagian tengahnya dengan klem Babcock, dan fimbriae distal
diidentifikasi. Ini mevegah kebingungan membedakan ligamentum teres uteri
dengan bagian tengah tuba. Alasan umum kegagalan sterilisasi adalah
terligasinya struktur yang salah, biasanya ligamentum tere uteri. Oleh karena
itu, diperlukan identifikasi dan isolasi tuba distal sebelum ligase. Jika tuba

terjatuh secara tidak sengaja, maka prosedur identifikasi wajib diulang.


Sterilisasi Tuba Operatif Nonpuerperalis (Interval)
Tekhnik sterilisasi tuba nonpuerperalis operatif, mencakup modifikasi, pada
dasarnyaterdiri dari:
1. Ligasi dan Reseksi pada laparotomy
2. Penggunaan berbagai cincin, klip, atau sisipan permanen ke tuba uterina melalui
laparoskopi atau histeroskopi
LBM II

Page 11

3. Elektrokoagulasi sebuah segmen tuba, biasanya juga melalui laparoskop


Komplikasi jangka panjang:
-

Kehamilan ektopik
Risiko kankerovarium dan payudara menurun atau tidak terpengaruh
Kemungkinan yang paling rendah menderita salphingitis
Peningkatan insiden kista ovarium fungsional hampir 2 kali lipat setelah sterilisasi

tuba.
Menoragia dan perdarahan intermenstrual setelah sterilisasi ( sindrom pascaligasi

tuba)3
5. Interpretasikan vital sign, pemeriksaan fisik dan laboratorium dalam skenario!
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
TD 110/70 mmhg
Tekanan Darah Selama Kehamilan
Tekanan Darah Normal
Nadi 98 x/m ( denyut nadinya meningkat tetapi masih dalam batas normal
Kisaran Denyut Nadi Normal
Pada wanita hamil 80-90
Selama kehamilan, jantung mencoba untuk memompa darah lebih banyak
untuk perkembangan janin. Karena itulah denyut nadi akan meningkat.
TFU 3 jari dibawah pusat adalah sekitar 20 minggu usia kehamilan
Pemeriksaan Laboratorium
Tujuannya untuk mengetahui apakah ibu mengalami infeksi atau tidak dengan
mengetahui Laju Endap Darah, jumlah leukosit dan trombosit. Hb 8,3 g/dl berarti Hb
nya menurun kemungkinan ibu mengalami perdarahan yang lama sehingga
menyebabkan anemia. HT 21% berarti hematokritnya meningkat. Leukosit 27.080 ul
berarti leukositnya meningkat.
6. Apa diagnosis dari kasus dalam skenario tersebut?
Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang biasanya disebabkan
oleh infeksi bakteri pada jaringan
Tipe Endometritis
1. Endometritis post partum (radang dinding rahim sesudah melahirkan)
2. Endometritis sinsitial (peradangan dinding rahim akibat tumor jinak disertai sel
3.

sintitial dan trofoblas yang banyak)


Endometritis tuberkulosa (peradangan pada dinding rahim endometrium dan

tuba fallopi, biasanya akibat Mycobacterium tuberculosis.)


Etiologi

LBM II

Page 12

Macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan seperti eksogen (kuman
datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh) dan endogen
(dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah
streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan
lahir. Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah :
1. Streptococcus haemoliticus anaerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya
eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan
penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
2. Staphylococcus aureus
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai
penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang
nampaknya sehat. Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun
kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.
3. Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas
pada perineum, vulva, dan endometrium. Kuman inimerupakan sebab penting dari
infeksi traktus urinarius.
4. Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya.
Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong oleh
dukun dari luar rumah sakit.
Endometritis sering ditemukan pada wanita setelah seksio sesarea terutama
bila sebelumnya ada riwayat koriomnionitis, partus lama, pecah ketuban yang lama.
Penyebab lainnya dari endometritis adalah adanya tanda jaringan plasenta yang
tertahan setelah abortus dan melahirkan.
Miroorganisme yang menyebabkan endometritis diantaranya Campylobacter
foetus, Brucella sp., Vibrio sp., dan trikomoniasis foetus. Endometritis juga dapat
diakibatkan oleh bakteri oportunistik spesifik seperti Corynebacterium pyogenes,
Eschericia coli dan Fusobacterium necrophorum .Endometritis biasa terjadi setelah
kejadian aborsi , kelahiran kembar , serta kerusakan jalan kelahiran sesudah
melahirkan.
Tanda dan Gejala Endometritis
Tanda dan gejala endometritis antara lain :
1. Peningkatan demam secara persisten hingga 40 derajat celcius. Tergantung pada
keparahan infeksi.
2. Takikardia
LBM II

Page 13

3.
4.
5.
6.
7.
8.

Menggigil dengan infeksi berat


Nyeri tekan uteri menyebar secara lateral
Nyeri panggul dengan pemeriksaan bimanual
Subinvolusi
Lokhia sedikit, tidak berbau atau berbau tidak sedap, lokhia seropurulenta
Hitung sel darah putih mungkin meningkat di luar leukositisis puerperium

fisiologis
9. Perdarahan pervaginam
10. Shock sepsis maupun hemoragik
11. Abdomen distensi atau pembengkakan.
12. Abnormal pendarahan vagina
13. Discomfort dengan buang air besar (sembelit mungkin terjadi)
14. Terjadi ketidaknyamanan, kegelisahan, atau perasaan sakit (malaise)
Klasifikasi Endometritis
1. Endometritis akuta
Terutama terjadi pada masa post partum / post abortum. Pada
endometritis post partum regenerasi endometrium selesai pada hari ke-9,
sehingga endometritis post partum pada umumnya terjadi sebelum hari ke-9.
Endometritis post abortum terutama terjadi pada abortus provokatus.
Pada endometritis akuta, endometrium mengalami edema dan
hiperemi, dan pada pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema dan
infiltrasi leukosit berinti polimorf yang banyak, serta perdarahan-perdarahan
interstisial. Sebab yang paling penting ialah infeksi gonorea dan infeksi pada
abortus dan partus.
Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis akut, dan radang menjalar ke
atas dan menyebabkan endometritis akut.
2. Endometritis kronika
Radang ini jarang dijumpai , namun biasanya terjadi pada wanita yang
masih menstruasi. Dimana radang dapat terjadi pada lapisan basalis yang tidak
terbuang pada waktu menstruasi. Endometritis kronik primaria dapat terjadi
sesudah menopauase, dimana radang tetap tinggal dan meluas sampai ke
bagian endometrium lain. Endometritis kronik ditandai oleh adanya sel-sel
plasma pada stroma. Penyebab yang paling umum adalah Penyakit Radang
Panggul (PID), TBC, dan klamidia. Pasien yang menderita endometritis kronis
sebelumnya mereka telah memiliki riwayat kanker leher rahim atau kanker
endrometrium. Gejala endometritis kronis berupa noda darah yang kotor dan
keluhan sakit perut bagian bawah, leukorea serta kelainan haid seperti
menorhagia dan metrorhagia. Pengobatan tergantung dari penyebabnya.
LBM II

Page 14

Patogenesis
Rahim merupakan organ yang steril sedangkan di vagina terdapat banyak
mikroorganisme oportunistik. Mikroorganisme dari vagina ini dapat secara asenden
masuk ke rahim terutama pada saat perkawinan atau melahirkan. Bila jumlah
mikroorganisme terlalu banyak dan kondisi rahim mengalami gangguan maka dapat
terjadi endometritis. Kejadian endometritis kemungkinan besar terjadi pada saat
kawin suntik atau penanganan kelahiran yang kurang higienis, sehingga banyak
bakteri yang masuk, seperti bakteri non spesifik (E. coli, Staphilylococcus,
Streptococcus dan Salmonella), maupun bakteri spesifik (Brucella sp, Vibrio foetus
dan Trichomonas foetus).
Infeksi uterus pada persalinan pervaginam terutama terjadi pada tempat
implantasi plesenta, desidua, dan miometrium yang berdekatan.bakteri yang berkoloni
diserviks akan dan vagina akan menginvasi tempat implantasi plasenta saat itu
biasanya merupakan sebuah luka dengan diameter kurang lebih 4

cm dengan

permukaan luka berbenjolbenjol karena banyaknya vena yang ditutupi trombus.


Daerah ini merupakan tempat yang baik untuk tumbuhnya kuman-kuman patogen
Infeksi uterus pasca operasi sesar umumnya akibat infeksi pada luka operasi selain
infeksi yang terjadi pada tempat implantasi plasenta.
Gambaran Klinis
Gambaran klinis dari endometritis tergantung pada jenis dan virulensi kuman,
daya tahan penderita dan derajat trauma pada jalan lahir. Kadang-kadang lokhea
tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan
lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu yang segera hilang setelah
rintangan dibatasi. Uterus pada endometrium agak membesar, serta nyeri pada
perabaan, dan lembek.
Pada endometritis yang tidak meluas penderita pada hari-hari pertama merasa
kurang sehat dan perut nyeri, mulai hari ke 3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat,
akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun, dan dalam kurang lebih satu
minggu keadaan sudah normal kembali, lokhea pada endometritis, biasanya
bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal yang terakhir ini tidak boleh menimbulkan
anggapan bahwa infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh
lokhea yang sedikit dan tidak berbau.
Gambaran klinik dari endometritis:
1.
2.
3.
LBM II

Nyeri abdomen bagian bawah.


Mengeluarkan keputihan (leukorea).
Kadang terjadi pendarahan.
Page 15

Menurut Varney, H (2001), tanda dan gejala endometritis meliputi:


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Takikardi 100-140 bpm.


Suhu 30 40 celcius.
Menggigil.
Nyeri tekan uterus yang meluas secara lateral.
Peningkatan nyeri setelah melahirkan.
Sub involusi.
Distensi abdomen.
Lokea sedikit dan tidak berbau/banyak, berbau busuk, mengandung darah

seropurulen.
9. Awitan 3-5 hari pasca partum, kecuali jika disertai infeksi streptococcus.
10. Jumlah sel darah putih meningkat.

Diagnosis
Endometritis dapat terjadi secara klinis dan subklinis. Diagnosis endometritis
dapat didasarkan pada riwayat kesehatan, pemeriksaan rektal, pemeriksaan vaginal
dan biopsi. Keluhan kasus endometritis biasanya beberapa kali dikawinkan tetapi
tidak bunting, siklus birahi diperpanjang kecuali pada endometritis yang sangat
ringan. Pemeriksaan vaginal dapat dilakukan dengan menggunakan vaginoskop
dengan melihat adanya lendir, lubang leher rahim (serviks) agak terbuka dan
kemerahan di daerah vagina dan leher rahim. Pada palpasi per rektal akan teraba
dinding rahim agak kaku dan di dalam rahim ada cairan tetapi tidak dirasakan sebagai
fluktuasi (tergantung derajat infeksi).
Secara klinis karakteristik

endometritis

dengan

adanya

pengeluaran

mucopurulen pada vagina, dihubungkan dengan ditundanya involusi uterus. Diagnosa


endometritis tidak didasarkan pada pemeriksaan histologis dari biopsy endometrial.
Tetapi pada kondisi lapangan pemeriksaan vagina dan palpasi traktus genital per
rectum adalah teknik yang sangat bermanfaat untuk diagnosa endometritis.
Pemeriksaan visual atau manual pada vagina untuk abnormalitas pengeluaran uterus
adalah penting untuk diagnosa endometritis, meski isi vagina tidak selalu
mencerminkan isi dari uterus. Flek dari pus pada vagina dapat berasal dari uterus,
cervik atau vagina dan mukus tipis berawan sering dianggap normal. Sejumlah sistem
penilaian telah digunakan untuk menilai tingkat involusi uterus dan cervik,
pengeluaran dari vagina alami. Sistem utama yang digunakan adalah kombinasi dari
diameter uterus dan cervik, penilaian isi dari vagina.
Komplikasi
LBM II

Page 16

1.

Komplikasi yang potensial dari endometritis adalah sebagai berikut:


Luka infeksi
Infeksi luka biasanya terjadi pada hari kelima pasca operasi sebagai demam

menetap meskipun pasien mendapat terapi antimikroba yang adekuat. Biasanya


dijumpai eritema, indurasi, dan drainase insisi
2.

Karena peritonitis
Peritonitis pasca sesar mirip dengan peritonitis bedah, kecuali rigiditas

abdomen biasanya tidak terlalu mencolok karena peregangan abdomen yang berkaitan
dengan kehamilan. Nyeri mungkin hebat. Jika infeksi berawal di uterus dan meluas
hanya ke peritonium di dekatnya (peritonitis panggul),terapi biasanya medis.
Sebaliknya peritonitis abdomen generalisata akibat cedera usus atau nekrosis insisi
uterus, sebaiknya diterapi secara bedah .
3.

Parametrial phlegmon
Pada sebagian wanita yang mengalami metritis setelah sesar , terjadi selulitis

parametrium yang intensif. Hal ini menyebabkan terbentuknya daerah indursi yang
disebut flegmon, di dalam lembar-lembar ligamentum latum (parametria)atau dibawah
lipatan kandung kemih yang berada di atas insisi uterus. Selulitis ini umumnya
unilateral dan dapat meluas ke lateral ke dinding samping panggul. Infeksi ini harus
dipertimbangkan jika demam menetap setelah 72 jam meskipun pasien sudah
mendapat terapi untuk endomiometritis pasca sesar.
Penatalaksanaan
1. Antibiotika ditambah drainase yang memadai merupakan pojok sasaran terapi.
Evaluasi klinis dari organisme yang terlihat pada pewarnaan gram, seperti juga
pengetahuan bakteri yang diisolasi dari infeksi serupa sebelumnya, memberikan
petunjuk untuk terapi antibiotik.
2. Cairan intravena dan elektrolit merupakan terapi pengganti untuk dehidrasi
ditambah terapi pemeliharaan untuk pasien-pasien yang tidak mampu mentoleransi
makanan lewat mulut. Secepat mungkin pasien diberikan diit per oral untuk
memberikan nutrisi yang memadai.
3. Pengganti darah dapat diindikasikan untuk anemia berat dengan post abortus atau
post partum.
4. Tirah baring dan analgesia merupakan terapi pendukung yang banyak manfaatnya.
5.
Tindakan bedah: endometritis post partum sering disertai dengan jaringan plasenta
yang tertahan atau obstruksi serviks. Drainase lokia yang memadai sangat penting.
Jaringan plasenta yang tertinggal dikeluarkan dengan kuretase perlahan-lahan dan
LBM II

Page 17

hati-hati. Histerektomi dan salpingo oofaringektomi bilateral mungkin ditemukan


bila klostridia telah meluas melampaui endometrium dan ditemukan bukti adanya
sepsis sistemik klostridia (syok, hemolisis, gagal ginjal).4,5
7. Bagaimana Alogaritma dari kasus dalam skenario tersebut?
Penatalaksanaan
Rawat inap disarankan untuk hampir semua penderita, termasuk yang sehabis

menjalani SC, karena risiko bakteriemia. Jika kasus ringan, bisa rawat jalan.
Stabilkan dulu kondisi ibu dengan pemberian cairan jika kondisi tidak terlalu
parah beri minum lewat mulut, kemudian lakukan pemasangan infus sebelum di

rujuk ke rumah sakit.


Cairan melalui vena (dengan IV) / infuse RL ( terapi pengganti untuk dehidrasi
ditambah terapi pemeliharaan untuk pasien-pasien yang tidak mampu
mentoleransi makanan lewat mulut. Secepat mungkin pasien diberikan diit per

oral untuk memberikan nutrisi yang memadai ).


Observasi vital sign, pemeriksaan fisik, kemudian pemeriksaan Laboratorium.
Pengganti darah dapat diindikasikan untuk anemia berat dengan post abortus atau

post partum.
Istirahat
Berikan antibiotika kombinasi sampai ibu bebas demam selama 48 jam
Setelah menentukan diagnosis endometritis dapat diberikan antibiotik spektrum
luas dalam 48-72 jam. Dalam pengobatan endometritis akut yang paling penting

adalah berusaha mencegah agar infeksi tidak menjalar. Sedangkan


Pada endometritis kronis, dapat diberikan doksisiklin 100 mg per oral 2x sehari
selama 10 hari. Pada umumnya, 80-90% pasien sembuh dengan penatalaksanaan
ini. Pemberian spektrum luas karena endometritis merupakan infeksi yang

disebabkan oleh bakteri polimikrobial.


Penggunaan klindamisin dengan gentamisin merupakan terapi standard pada
umumnya. Dengan Klindamisin 900 mg + gentamisin 1,5 mg/kg setiap 8 jam

secara intravena.
ATAU
Ampisilin 2g IV setiap 6 jam kerja di dinding sel bakteri, cara kerja

bakterisida.
Ditambah gentamisin 5mg/kgBB IV tiap 24 jam efektif untuk gram - aerob,

aminoglikosid, dosis tergantung creatinin clearance.


Ditambah metronidazol 500mg IV tiap 8 jam anaerob dan protozoa, meng-

inhibit protein sintesis.


Jika demam masih ada 72 jam setelah terapi, cek ulang diagnosa.
Terapi :
LBM II

Page 18

Uterotonika. Uterotonik adalah zat yang meningkatkan kontraksi uterus.


Uterotonik banyak digunakan untuk induksi, penguatan persalinan, pencegahan serta
penanganan perdarahan post partum.
Macam macam obat uterotonika :
1. Alkaloid ergot
Sumber : jamur gandum clavikus purpurea
Berdasarkan efek dan struktur kimia alkaloid ergot dibagi menjadi 3 :
a. Alkaloid asam amino (ergotamin)
Merupakan obat yang paling kuat dari kelompok alkaloid asam
amino
b. Derivat dihidro alkaloid asam amino (dihiro ergotamin)
c. Alkaloid amin.
2. Oksitosin
Oksitosin merupakan hormone peptide yang disekresi olah pituitary
posterior yang menyebabkan ejeksi air susu pada wanita dalam masa
laktasi. Oksitosin diduga berperan pada awal kelahiran.
3. Misoprostol / Prostagladin
Misoprostol adalah suatu analog prostaglandin

Elsintetik

yang

menghambat sekresi asam lambung dan menaikkan proteksi mukosa


lambung.
Cara kerja obat uterotonika
a. Alkaloid ergot
i. Mempengaruhi otot uterus berkontraksi terus-menerus
sehingga memperpendek kala III (kala uri).
ii. Menstimulsi otot-otot polos terutama dari pembuluih darah
perifer dan rahim.
iii. Pembuluh darah

mengalami

vasokonstriksi

sehingga

tekanan darah naik dan terjadi efek oksitosik pada


kandungan mature.
b. Oksitosin
Bersama dengan faktor-faktor lainnya oksitosin memainkan
peranan yang sangat penting dalam persalinan dan ejeksi ASI.
Oksitosin bekerja pada reseptor oksitosik untuk menyebabkan :
i. Kontraksi.Uterus pada kehamilan aterm yang terjadi lewat
kerja langsung pada otot polos maupun lewat peningkatan
produkdsi prostaglandin
ii. Konstriksi.Pembuluh darah umbilicus
iii. Kontraksi.Sel-sel miopital ( refleks ejeksi ASI ) .Oksitosin
bekerja pada reseptor hormone antidiuretik ( ADH )* untuk
menyebabkan :

LBM II

Page 19

iv. Peningkatan atau penurunan yang mendadak pada tekanan


darah 9 diastolik ) karena terjadinya vasodilatasi
v. Retensin air
Oksitosin dan hormone anti diuretic memiliki rumus bangun yang
sangat mirip sehingga menjelaskan mengapa fungsi kedua
substansi ini saling tumpang tindih
Indikasi dan kontra indikasi
1. Alkaloid ergot
a. Indikasi
i. Oksitosik : Sebagai stimultan uterus pada perdarahan paska persalinan
atau paska abortus, yaitu :
1. Induksi partus aterm
2. Mengontrol perdarahan dan atoni uteri pasca persalinan.
3. Merangsang konstraksi setelah operasi Caesar/operasi uterus
lainnya
4. Induksi abortus terapeutik
5. Uji oksitoksin
b. Kontra Indikasi
Persalinan kala I dan II
o Hipersensitif
o Penyakit vascular
o Penyakit jantung parah
o Fungsi paru menurun
o Fungsi hati dan ginjal menurun
o Hipertensi yang parah
o Eklampsi
2. Oksitosin
a. Indikasi
1. Indikasi oksitosik.
2. Induksi partus aterm
3. Mengontrol perdarahan dan atuni uteri pasca persalinan
4. Merangsang konstraksi uterus setelah operasi Caesar
5. Uji oksitoksik
6. Menghilangkan pembengkakan payudara.
b. Kontra Indikasi
Kontraksi uterus hipertonik
Distress janin
Prematurisasi
Letak bayi tidak normal
Disporposi sepalo pelvis
Predisposisi lain untuk pecahnya rahim
Obstruksi mekanik pada jalan lahir
Preeklamsi atau penyakit kardiovaskuler dan terjadi pada ibu hamil
yang berusia 35 tahun
LBM II

Page 20

Resistensi dan mersia uterus


Uterus yang starvasi
Gawat janin
3. Misopropil / Prostagladin
a. Indikasi
Induksi partus aterm
Mengontrol perdarahan dan atoni uteri pasca persalinan
Merangsang kontraksi uterus post sc atau operasi uterus lainya
Induksi abortus terapeutik
Uji oksitosin
Menghilangkan pembengkakan mamae
b. Kontra indikasi
Untuk proteksi GI, misoprostol dikontraindikasikan pada
kehamilan karena resiko aborsi. Pasien-pasien harus diberi tahu untuk
tidak memberikan misoprostol kepada orang lain. Pasien pasien yang
menerima terapiu jangka lama AINSS untuk reumotoid arthritis,
misoprostol 200g qid lebih baik daripada antagonis reseptor H2 atau
sukralfat dalam mencegah gastric ulcer yang induksinya oleh AINS.
Walaupun demikian misoprostol tidak menghilangkan nyeri G1 atau rasa
tidak enak yang dihubungkan dengan pengunaan AINS.
- Dosis yang digunakan
1. Alkaloid ergot
a. Oral: mulai kerja setelah sepuluh menit
b. Injeksi: intravena mulai kerja 40 detik
c. IM : mulai kerja 7-8 menit. Hal ini lebih menguntungkan karena efek
samping lebih sedikit.
Dosis :
Oral 0,2-0,4 mg , 2-4 kali sehari selama 2 hari
IV / IM 0,2 mg , IM boleh diulang 24 jam bila perdarahan hebat.
Contoh obat
Nama generic : metal ergometrin, metal ergometrina, hydrogen maleat
Nama paten : methergin, met6hernial, methorin, metilat, myomergin.
2. Oksitosin
Untuk induksi persalinan intravena 1-4 m U permenit dinaikkan
menjadi 5-20 m U / menit sampai terjadi pola kontraksi secara fisiologis.
Untuk perdarahan uteri pasca partus, ditambahkan 10-40 unit pada 1 L dari 5
% dextrose, dan kecepatan infuse dititrasi untuk mengawasi terjadinya atonia
uterus. Kemungkinan lain adalah, 10 unit dapat diberikan secara intramuskuler
setelah lahirnya plasenta. Untuk menginduksi pengaliran susu, 1satu tiupan
( puff ) disemprotkan ke dalam tiap lubang hidung ibu dalam posisi duduk 2-3
menit sebelum menyusui.Contoh obat
Tablet oksitosina Pitosin tablet (PD)
LBM II

Page 21

3. Marsopropil / Prostagladin
Peroral untuk proteksi GI selama terapi AINS : 200 gqid. Diberiksan
bersama makanan, jika dosis ini tidak ditolerir : 100g qid dapat digunakan.
Bentuk sediaan : tablet 100,200g. Misoprostol juga tersedia dalam kombinasi
dengan diklofenak.
Contoh obat
Misoprostol Tablet : Gastrul isi : misoprostol 200 mcg / tablet.
- Efek samping dan cara mengatasinya
1. Alkaloid ergot
a. Efek samping
Farmakokinetik :
Ergotamin diabsorbsi lambat dan tidak sempurna di saluran cerna
Kadar puncak plasma dicapai setelah 2 jam
Pemberian kofein akan meningkatkan kadar puncak plasma 2 kali

lipat
Dosis ergotamin IM 1/10 dosis oral absorbsi di tempat suntikan

lambat reaksi perlu waktu 20 menit


Dosis ergotamin IV dosis IM efek perangsangan uterus

setelah 5 menit
Ekskresi ergotamin melalui: empedu sedikit yang melalui urine
Pada pemberian oral bromokriptin diabsorbsi lebih baik drpd

ergotamin, dan dieliminasi lebih lambat


Ekskresi 90% melalui empedu
Farmakodinamik :
o Efeknya sebanding dengan dosis yang diberikan.
o Kepekaan uterus terhadap alkaloid ergot bervariasi tergantung
maturitas dan umur kehamilan.
o Ergotamin dan alkaloid sejenis menimbulkan vasokonstriksi dan
merusak endotel kapiler.
o Ergotamine efektif mengurangi gejala migren melalui pengurangan
amplitude pulsasi arteri karotis eksterna terjadi penguranan aliran darah
arteri basiler.
Efek pada uterus :
1. Dosis kecil menyebabkan kontraksi, dosis besar menyebabkan tetani
2. Kepekaan uterus tergantung maturitas dan kehamilan
3. Semua alkaloid ergot meningkatkan kontraksi uterus secara nyata
Efek pada kardiovaskuler :
1. Menyebabkan vasokontriksi perifer
2. Pembendungan dan trombosis pada gangren dapat terjadi akibat
vasokontriksi
Efek samping :
1. Ergotamine merupakan ergotamin merupakan alkaloid yang paling
toksik.2.
LBM II

Page 22

2. Dosis besar dapat menyebabkan : mual, muntah, diare, gatal, kulit dingin,
nadi lemah dan cepat, bingung dan tidak sadar
3. Dosis keracunan fatal: 26 mg per oral selama beberapa hari, atau dosis
tunggal 0,5-1,5 mg parenteral
4. Gejala keracunan kronik: perubahan peredaran darah ( tungkai bawah,
paha, lengan dan tangan jadi pucat), nyeri otot, denyut nadi melemah,
gangren, angina pectoris, bradikardi, penurunan atau kenaikan tekanan
darah
5. Keracunan biasanya disebabkan: takar lajak dan peningkatan sensitivitas
2. Oksitosin
a. Efek samping
Efek pada Uterus:
Merangsang frekuensi dan kontraksi uterus
Efek pada uterus menurun jika estrogen menurun
Uterus imatur kurang peka thd oksitosin
Infus oksitoksin perlu diamati menghindari tetani respon uterus
meningkat 8 x lipat pada usia kehamilan 39 minggu
Efek pada mamae:
Menyebabkan kontraksi otot polos mioepitel susu mengalir (ejeksi

susu)
Sediaan oksitosin berguna untuk memperlancar ejeksi susu, serta

mengurangi pembengkakan payudara pasca persalinan


Efek Kardiovaskuler:
Relaksasi otot polos pembuluh darah (dosis besar)
Penurunan tekanan sistolik, warna kulit merah, aliran darah ke ekstremitas
menurun, takikardi dan curah jantung menurun
Farmakokinetik
Hasil baik pada pemakaian parenteral
Cepat diabsorbsi oleh mukosa mulut Efektif untuk pemberian tablet

isap
Selama hamil ada peningkatkan enzim Oksitosinase atau sistil
aminopeptidase berfungsi mengaktifkan oksitoksin enzim tersebut

berkurang setelah melahirkan, diduga dibuat oleh plasenta


Absorpsi: baik lewat mukosa hidung
Distribusi: PP rendah
Metabolisme: t 1 9 menit
Eliminasi: ginjal
Farmakodinamik:
IM: mula 3 5 menit, P: TD, L: 2 3 jam
IV: M: segera, P: TD, L: 1 jam
Inhal: M: menit, P: TD, L: 20 menit
Efek :
Efek terapeutik: induksi persalianan, mengeluarkan ASI

LBM II

Page 23

Efek samping: hipo/hipertensi, mual, muntah, konstipasi, berkurangnya

aliran darah uterus, ruam kulit, anoreksia


Reaksi merugikan: kejang, intoksikasi air, perdarahan intrakranial,

disritmia, asfiksia, janin: ikterus, hipoksia


3. Misopropil / Prostagladin
a. Efek samping
Dapat menyebabkan kontraksi uterin
Diare dilaporkan terjadi dalam 2 minggu pada terapi inisiasi dalam
14-40 % pasien dengan AINS yang menerima 800g / hari. Diare
biasanya akan membaik dalam kurang lebih satu minggu terapi.
Wanita-wanita yang menggunaklan misoprostol kadang-kadang
mengalami gangguan ginekologi termasuk kram atau perdarahan
vaginal.
Tirah baring dan analgesia merupakan terapi pendukung yang
banyak manfaatnya.
8. Bagaimana Penatalaksanaan Medis Post SC?
a. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan
perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi
hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang
biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan
jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi
darah sesuai kebutuhan.
b. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman
dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca
operasi, berupa air putih dan air teh.
c. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini
mungkin setelah sadar
3) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
4) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk
(semifowler)
5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, klien dianjurkan belajar
duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada
hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.
LBM II

Page 24

b. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter
biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan
keadaan penderita.
c. Pemberian obat-obatan
1) Antibiotik. Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda
setiap institusi
2) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
a) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
b) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
c) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
3) Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan
caboransia seperti neurobian I vit. C
d. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah
harus dibuka dan diganti
e. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah,
nadi,dan pernafasan.
f. Perawatan payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan tidak
menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara
tanpa banyak menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.
(Manuaba, 1999)

LBM II

Page 25

Anda mungkin juga menyukai