Modul Kuliah TBK DC 2a DKK
Modul Kuliah TBK DC 2a DKK
Prinsip dasar
Berat jenis, massa dan volume
Volume.
Volume suatu obyek adalah nilai dari satuan kubik yang dikandung obyek
tersebut. Volume bagian kapal dibawah garis air, diperoleh dengan
menentukan jumlah satuan kubik dari bagian kapal dibawah garis air.
Berat jenis.
Berat jenis material, baik padat maupun cair, diperoleh dengan memberikan
bobot pada unit volume material. ?????
Ukuran utama
Koefisien bentuk
Koefisien bidang garis air, C WP =
AW
L WL * B
AM
B*T
Koefisien prismatik,
F)
GERAKAN KAPAL
Pada topik seakeeping (olah gerak kapal), ada 2 hal resiko yang perlu diperhatikan :
1. Bagi kapalnya, pecah dan tenggelam.
2. Bagi anak buah kapal atau penumpang ada istilah MSI (motion sickness incidence)
dan MII (motion induced interupped).
Motion sickness incidence
Motion sickness adalah istilah standar untuk rasa tidak nyaman dan rasa muntah yang
disebabkan berbagai kondisi gerakan : dikapal, dipesawat terbang, dimobil, permainan ketangkasan,
dalam kondisi tekanan gravitasi nol (ruang angkasa) dan dielevator/lift.
Griffin (1990) meneliti indikasi tipe lain seperti menguap, penyimpangan dalam bernapas,
mengantuk, sakit kepala, perasaan tidak peduli kepada nasib orang lain. Akhirnya, kumulasi dari
gejala tersebut biasanya menghasilkan rasa muntah. Pada orang-orang yang kondisinya rentan atau
yang mempunyai kemampuan rendah beradaptasi terhadap gerakan, muntah bisa terjadi terus
menerus sampai beberapa hari yang akan menyebabkan anorexia, depresi, apatis. Pengaruh ini akan
terakumulasi menjadi dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit yang disebabkan muntah yang
terus menerus.
Motion Induced Interruption
MII terjadi saat gerakan kapal didaerah tersebut menyebabkan seseorang kehilangan
keseimbangan atau slide sehingga mengganggu aktivitas orang tersebut.
MII adalah kejadian dimana gerakan kapal menjadi cukup besar sampai menyebabkan orang
menjadi kehilangan keseimbangan, sehingga sulit berdiri tegak. Definisi MII meliputi gerakan kapal
yang menyebabkan ABK kesulitan dalam berdiri, berjalan, menyebabkan benda-benda terangkat
dan bergerak (Crossland dan Rich, 2000). MII mencakup 3 fenomena :
a. Terhuyung-huyung karena kehilangan stabilitas postural sesaat.
b. Sliding karena gaya yang disebabkan oleh kapal mengatasi gaya gesek antara obyek
bergerak (misalnya sepatu) dengan geladak.
c. Sangat osasional dan berpotensi kondisi yang paling serius dimana lift off terjadi karena
kekuatan gerak melebihi kekuatan menahan grafitasi.
Tabel Kriteria seakeeping (untuk kapalnya)
Pengarang
Tipe kapal
Kapal niaga
Shipbuilding Research
Association of Japan (1975)
Lloyd and Andrew (1977)
Aertssen (1963,1966,1968,1972)
Kapal niaga
Yamamoto (1984)
Kapal niaga
Kehoe (1973)
Kapal perang
Kapal perang
Kapal perang
Kapal perang
Kapal perang
Kapal niaga
Kapal niaga
Slamming
Deck wetness
Propeller
emergence
Vertical
acceleration
Probability
0.03
Probability
0.01
Probability
0.03 atau
0.04
Probability
0.02
Probability 0.07
Probability 0.02
Probability 0.1
120/hour
Probability 0.25
Probability 0.02
pada FP
60/hour at
0.15L
20/hour
60/hour at FP
Probability of
exceeding 0.4g at
bridge = 0.05
-
36/hour
90/hour
30/hour
Probability
0.03
Probability 0.07
Avg. SM = 15
Avg. SM = 12
0.2g RMS at
Bridge
-
Untuk MSI
* OL * L L1 =
1
2
* r * r sin
* r 2 *
2
3
* r.
2
3
*r
Untuk momen volume baji (dengan LO L1 sebagai penampang dan dx sebagai tebalnya) terhadap
bidang tengah memanjang kapal adalah :
( 12 * r 2 * ) * (
2
3
* r) * dx
( 12 * r 2 * ) * (
2
3
* r) * dx
Karena volume baji keluar WO W1 sama dengan volume baji masuk LO L1 , maka tambahan gaya
apung karena LO L1 akan sama dengan kehilangan gaya apung karena WO W1 . Sehingga terdapat
dua momen sama besar yang bekerja pada arah yang sama terhadap bidang tengah memanjang
kapal.
Momen keseluruhan adalah :
2 (
o
1
2
2
3
* r * ) * (
2
* r) * dx =
2
3
* r 3 * * dx
Momen keseluruhan ini atau kedua momen baji diatas, akan menyebabkan titik apung berpindah
dari B ke B1 . Momen volume badan kapal dibawah air dengan titik apung baru pada B1
terhadap titik apung awal B adalah V * B B1 . Besarnya momen ini harus sama dengan
momen dari kedua baji diatas, sehingga :
L
V * B B1 =
2
3
* r 3 * * dx
V * B B1 = V * BM *
* r 3 * * dx
2
3
BM
23 * r
* dx
V
L
Mengupas besarnya
2*
3
r 3 * dx
Ix
Ly
Ix
y 2 dy dx
o o
1
3
dA
Iy
Ly
y 3 dx
Iy
dA
x 2 dy dx
o o
Iy
L y
2
dA
y 2 dy dx
o y
x 2 dy dx
o y
y 3 dx
2 x 2 * y dx
Sehingga :
BM transverse
2
3
L y
x 2 dA
I x I transverse
V
V
x 2 * y dx
Iy
V
I longitudinal
V
PERCOBAAN KEMIRINGAN
(INCLINING EXPERIMENT)
Sebelum stabilitas kapal pada berbagai kondisi pemuatan dihitung, kondisi awal harus
diketahui. Artinya berat kapal kosong, KG pada berat kapal kosong harus diketahui terlebih dahulu.
Upaya yang dilakukan untuk mendapatkan KG pada kondisi awal dengan cara melaksanakan
percobaan kemiringan. Percobaan ini dilaksanakan oleh pembuat kapal pada saat kapal mendekati
penyelesaian dibangun, berat kapal kosong diharapkan sudah dapat dicapai. Kapal dibuat miring
dengan memindahkan pemberat yang sudah diketahui beratnya kearah melintang kapal pada jarak
tertentu. Pemberat yang dipakai umumnya balok beton, kemiringan diukur dari simpangan bandul
yang terbaca pada penggaris skala yang dipasang pada tiang secara horizontal saat kapal tidak
oleng.
Biasanya dipakai 2 atau 3 pendulum yang diikat dengan benang. Jika terdiri dari 2 pendulum, satu
diletakkan didepan, satu lagi dibelakang. Jika terdiri dari 3 pendulum, pendulum ketiga dipasang
ditengah kapal.
Beberapa kondisi berikut diperlukan untuk memperoleh KG yang akurat :
1. Angin tidak kencang, agar tidak mempengaruhi kemiringan kapal. Jika terpaksa, kapal
diarahkan searah/membelakangi arah angin.
2. Kapal terapung bebas.
3. Barang-barang diikat pada tempatnya, tidak ada barang yang bergerak bebas.
4. Tidak ada permukaan bebas cairan. Bilga dalam keadaan kering. Ketel dan tangki dalam
keadaan penuh atau kosong.
5. ABK yang tidak terkait dengan proses pengujian disarankan turun kedarat.
6. Kapal dalam kondisi tidak trim dan oleng.
Mula-mula pemberat diletakkan dibidang tengah memanjang kapal, pada saat semua sudah siap dan
kapal dalam keadaan tegak, pemberat dipindahkan melintang geladak, menyebabkan kapal miring.
Ditunggu beberapa saat sampai kapal stabil, selanjutnya simpangan pendulum dicatat. Jika
pemberat dikembalikan kebidang tengah memanjang kapal, kapal tetap tegak, dengan dibuktikan
pendulum berada dibidang tengah memanjang kapal. Selanjutnya pendulum dipindahkan kearah
yang berbeda dan dicatat simpangan pendulum.
Dari besarnya pendulum diperoleh GM, tinggi metasenter sebagai berikut :
d
A
w ton
AB
BC
GG '
GM
GM
AB
=
GG ' BC
GM = GG *
AB
BC
Tetapi,
GG =
GM =
w *d
W
w * d AB
*
W
BC
w *d
GM = W * tg
Dari rumus diatas AB adalah panjang tali pendulum, BC panjang pergeseran pendulum,w adalah
berat pemberat dan W adalah displasemen kapal, semuanya bisa diukur besarnya. Sehingga GM
dapat dihitung dari rumus diatas.
KM didapatkan dari kurva hidrostatik, sehingga KG dapat dihitung.
Data yang diperlukan selama percobaan kemiringan :
1. Sarat kapal saat percobaan.
2. Berat pemberat yang akan dipindahkan.
3. Jarak pemindahan pemberat.
4. Displasemen kapal.
5. Panjang tali pendulum saat pemberat belum dipindahkan sampai skala pengukur.
6. Jarak simpangan pendulum pada skala pengukur.
Langkah-langkah percobaan :
1.
2.
Tempatkan pemberat dan pendulum pada garis centre line, ukur jarak
AB.
3.
4.
5.
6.
Periode oleng, T =
2K
g MG
Arah simpangan
Kanan
Kanan
No.
Percobaan 1, depan
Percobaan 1, depan (diulangi)
Arah simpangan
kiri
kiri
No.
Percobaan 2, belakang
Percobaan 2, belakang (diulangi)
Arah simpangan
Kanan
Kanan
No.
Percobaan 2, belakang
Percobaan 2, belakang (diulangi)
Arah simpangan
kiri
kiri
Jarak AB (cm)
Rata-rata =
Jarak AB (cm)
Rata-rata =
Jarak AB (cm)
Rata-rata =
Jarak AB (cm)
Rata-rata =
Jarak BC (cm)
Rata-rata =
Jarak BC (cm)
Rata-rata =
Jarak BC (cm)
Rata-rata =
Jarak BC (cm)
Rata-rata =
Contoh soal
1.
2.