Anda di halaman 1dari 147

TUGAS MERANCANG KAPAL I

Xxxx Xxxxxx
4108.100.03x

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses produksi kapal tidak sama dengan proses produksi alat-alat transportasi
pada umumnya. Untuk memproduksi suatu kapal didahului dengan pemesanan oleh
owner. Kemudian dari requirement

yang dicantumkan, dilakukan proses-proses

perencanaan mulai dari perhitungan hingga pembuatan kapal berdasarkan Lines Plan
dan GENERAL ARRANGEMENT yang sudah didapat dari hasil perhitungan
sebelumnya. Disini dapat dilihat bahwa untuk merancang suatu kapal merupakan proses
berkesinambungan dari satu tahapan ke tahapan yang lain hingga kapal layak untuk
diproduksi.
Ada beberapa metode yang bisa dipakai sebagai acuan dalam merancang kapal.
Namun dalam proses pembelajaran / pendidikan yang dilakukan oleh mahasiswa pada
umumnya adalah dengan metode optimasi, yang didasarkan pada kriteria biaya investasi
dan operasional kapal. Dengan mengerjakan Tugas Gambar, diharapkan mahasiswa
dapat memahami dan mengerti proses serta tahapan-tahapan dalam merancang suatu
kapal hingga layak untuk diproduksi.

1.2 Tujuan
Tujuan dari Tugas Gambar Rancang I ini antara lain :
a. Mencari ukuran utama kapal yang memenuhi hukum-hukum fisika.
b. Mencari ukuran utama kapal yang memenuhi permintaan pemesan (Owner
Requirement).
c. Mencari ukuran utama kapal yang memenuhi persyaratan yang berlaku.
d. Mencari ukuran utama kapal yang mempunyai biaya investasi dan operasi termurah.
e. Membuat Rencana Umum (GENERAL ARRANGEMENT) dari ukuran utama dan
data-data pandukung lain yang telah dihitung yang telah direncanakan sebelumnya.

1.3 Regulasi
Dalam perancangan kapal terdapat regulasi-regulasi internasional yang harus
dipenuhi. Demikian halnya dengan tugas gambar kapal I, regulasi-regulasi diperlukan
sebagai acuan baik dalam proses perhitungan maupun desain dari Lines Plan serta
1

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxxxx
4108.100.03x

GENERAL ARRANGEMENT. Regulasi-regulasi yang digunakan dalam tugas merancang


kapal I ini antara lain :
a. BKI Rules 2006, Vol.II, Rules for Hull.
b. SOLAS (International Convention for Safety of Life at Sea 74/78 ).
c. MARPOL 73/78 (International Convention for the Prevention of Pollution from
Ships 73/78).
d. International Convention on Load Lines 1966 and Protocol of 1988 as amended in
2003, Consolidated Edition 2005.
e. Maritime Labour Convention and Recomendations, ILO 1994 :

C.92 Crew Accomodation on Board Ship (Revised 1949).

C.113 Crew Accomodation on Board Ship (Suplementary Provisions).


f. International Convention on Tonnage Measurements of Ships 1969.
g. Code on Intact Stability Criteria for All Types of Ships Covered by IMO
Instruments.

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxxxx
4108.100.03x

BAB II

OWNER REQUIREMENT
Owner Requirement yang digunakan dalam tugas merancang kapal I ini antara lain :

Jenis Kapal

: Tanker

Jenis Muatan

: Product Oil

Kuantitas Muatan

: 5000 Ton

Kecepatan Dinas

: 12 knot

Radius Pelayaran

: 824 mil laut

Rute

Daerah Pelayaran

: Perairan Indonesia

Bunkering port

:-

Klasifikasi : BKI (Biro Klasifikasi Indonesia)

: Surabaya- Batam

Owner Requirement merupakan sederetan ketentuan yang mana di cerminkan dari


keinginan pemilik kapal / ship owner, yang selanjutnya akan menjadi acuan dasar dalam
merancang suatu kapal. Beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan terkait dengan
Owner Requirement diantaranya :
a. Kesesuaian antara kapal yang dirancang dengan permintaan ship owner.
b. Kesesuaian antara kapal dengan daerah pelayaran yang ditentukan oleh ship owner.
c. Kesesuaian kondisi dan kelas pelabuhan tempat singgah kapal sementara (sesuai yang
direncanakan) dengan kondisi kapal, terutama ukuran utama kapal atau hal lain yang
disyaratkan oleh pelabuhan yang bersangkutan.
d. Analisa ekonomis yang dilakukan sebagai bahan pertimbangan bagi pemilik kapal, baik
itu yang menyangkut unit biaya investasi kapal, unit biaya pembuatan kapal, ataupun
biaya operasional kapal. dll.

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxxxx
4108.100.03x

BAB III

DATA KAPAL PEMBANDING

Dalam proses mencari ukuran utama kapal yang sesuai dengan keinginan pemilik kapal,
maka salah satu metode yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan data ukuran
utama dari kapal pembanding, yang selanjutnya akan dilakukan proses optimasi untuk dicari
ukuran yang paling optimal. Pencarian data kapal pembanding yang dibutuhkan bisa
dilakukan dengan berbagai sumber diantaranya : buku register kapal (diterbitkan oleh biro
klasifikasi), internet, program software register kapal, dll.
Adapun untuk tugas merancang 1 ini, data kapal pembanding diambil dari Buku Register
Kapal dari internet yang dikeluarkan oleh Nippon Kaiji Kyokai, American Bureau of
Shipping, Bureau Veritas dan Det Norske Veritas tahun 2000 - 2009. Data yang diambil adalah
data kapal pembanding dengan range DWT 20% lebih kecil hingga 30% lebih besar dari
perhitungan DWT yang didasarkan dari payload yang diminta oleh owner. Untuk kapal
pembanding yang dipilih, dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini :
Tabel 3.1 Data kapal pembanding
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

NAMA KAPAL

AKRI
VIOLET
ASUKA
CHEMICAL VOYAGER
EASTERN MERMAID
EMPOWER
FATMARINI
FOUESNANT
FT FORCE
GAO CHENG 1
GERBERA
KEREM D
LEALE
MINITANK FIVE
NEW SUCCESS
NEW WEALTH
PETROLINA OCEAN
SICHEM AMETHYST
SICHEM CROISIC
SICHEM LILY
SICHEM PALACE
SOUTHERN ZEBRA

TAHUN

DWT

VS (Knot)

LPP (m)

B (m)

T (m)

H (m)

2008
2008
2004
2005
2004
2003
2004
2001
2008
2009
2004
2006
2008
2003
2009
2009
2008
2006
2001
2009
2004
2004

6137
7080
6534
8803
8906
7820
8578
6902
6089
9000
8738
6063
7321
8084
9118
9380
8066
8817
7721
8110
8807
8907

12.3
13.5
13.1
14.2
15.1
13.2
13.4
13.8
14
13
14.6
13.5
14.2
13.6
13
13
13
13.2
14
13.9
15.4
14.0

99.05
103.18
101.23
105.29
108.5
104.68
105.29
102.06
101.6
109.6
105.32
100
105
105
109.6
110.12
105.4
108.53
105.9
107
105.32
108.79

16.3
17.2
16.8
18.7
18.2
18.5
18.7
18.2
15.8
19
19
15.8
16.8
18.2
19
19
18.2
18.2
17
18.2
19
18.7

6.52
6.80
6.76
7.76
7.58
7.20
7.61
6.71
6.58
7.50
7.56
6.50
7.38
7.44
7.50
7.60
7.45
7.77
7.35
7.45
7.56
7.61

8.5
8.5
9
10
9.75
10
10
8.5
8.35
10
10
8.25
9.2
9.6
10
10
9.6
9.65
9.15
9.6
10
10

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxxxx
4108.100.03x

23
24
25
26
27
28
29
30

SUN MERCURY
SUNNY IRIS
SUNNY MARS
SUNRISE LILAC
YOU SHEN 1
GLOBAL MARS
ETRUSCO
GINOSTRA M

2004
2000
2008
2004
2007
2001
2006
2006

8817
7849
6728
8629
8284
7786
7100
8060

15.1
14.0
13.4
13.9
12.5
13.8
14.2
13.5

BAB IV
5

105.32
103
103.1
108.5
108
104
107.25
105

19
18.5
17.2
18.2
18
18.6
16.5
18.2

7.56
7.20
6.76
7.48
7.00
7.014
6.85
7.5

10
9.6
8.9
9.75
8.9
9.6
8.6
9.6

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxxxx
4108.100.03x

LANGKAH-LANGKAH PERHITUNGAN

4.1 Penyusunan 256 Set Ukuran Utama


Proses penyusunan 256 set ukuran utama kapal dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1) Pada awalnya jumlah kapal pembanding yang diambil datanya dan sesuai dengan
range DWT yang telah ditentukan adalah 30 kapal. Kemudian dari data-data kapal
pembanding tersebut dibuat grafik dengan absis DWT dan ordinat ukuran utama
kapal, misal : Grafik DWT-L, DWT-B, DWT T, dll.
2) Harga R harus sebesar mungkin, minimal 0,4. untuk persamaan regresi dapat dipilih
linear, kuadrat, eksponensial, log, power atau yang lainnya (disesuaikan dengan
sebaran data kapal pembanding). Untuk kapal ini tipe regresi yang digunakan adalah
regresi linear. Adapun untuk mendapatkan harga R 2 yang besar bisa dilakukan
dengan menghapus data kapal yang dapat menyebabkan harga R rendah dan
kemudian mengganti dengan data kapal lain sehingga mendapatkan harga R yang
besar, akan tetapi dalam penentuan jumlah kapal pembanding tidak boleh
kurang dari 15 kapal.
3) Dengan membaca grafik pada DWT yang diminta, akan didapatkan ukuran utama
awal L0, B0, T0 dan H0.

4)

Angka Froude awal (Fn0) dihitung dari ukuran utama awal yang sudah
didapatkan sebelumnya dan kecepatan dinas yang diminta oleh owner. Adapun
rumus yang dipakai sebagai berikut :
Fn0 =

5) Angka Froude awal (Fn0) tersebut divariasikan menjadi 4 angka Froude sebagai
berikut : Fn0 - 5%, Fn0 - 1,667%, Fn0 + 1,667% dan Fn0 + 5%. Dari 4 variasi
angka Froude tersebut, akan didapatkan 4 harga L.
6) Dari ukuran utama awal, dihitung L0/B0 kemudian divariasikan menjadi 4 macam
rasio sebagai berikut : L0/B0 - 5%, L0/B0- 1,667%, L0/B0+ 1,667% dan L0/B0+ 5%.
Jadi untuk setiap L ada 4 harga B sehingga ada 16 set ukuran.

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxxxx
4108.100.03x

7) Dari ukuran utama awal, dihitung B0/T0 kemudian divariasikan menjadi 4 macam
rasio sebagai berikut : B0/T0 - 5%, B0/T0 - 1,667%, B0/T0 + 1,667% dan

B0/T0

+ 5%. Jadi untuk setiap B ada 4 harga T, sehingga ada 64 set ukuran utama.
8) Dari ukuran utama awal, dihitung T0/H0 kemudian divariasikan menjadi 4 macam
rasio sebagai berikut : T0/H0 - 5%, T0/H0 - 1,667%, T0/H0 + 1,667% dan
T0/H0 + 5%. Jadi untuk setiap T ada 4 harga H, sehingga ada 256 set ukuran utama.

4.2 Perhitungan Koefisien Utama Kapal


Perhitungan koefisien utama kapal bisa dilakukan dengan menggunakan harga dari
angka Froude yang didapatkan berdasarkan 256 set ukuran utama yang telah disusun
sebelumnya. Adapun koefisien utama kapal yang dimaksud antara lain : Cb, Cm, Cwp,
LCB, Cp, Volume Displacement () dan Displacement (). Sehingga untuk tiap set
ukuran utama terdapat koefisien utama kapal.
Berikut rumus-rumus yang dipakai untuk menghitung koefisien utama kapal :

Block coefficient (Cb)

[Parson, 2001, Parametric Design Chapter 11, hal.11]

Midship Coefficient (Cm)

[Parson, 2001, Parametric Design Chapter 11, hal 11-12]

Waterplane Coefficient (Cwp)

[Parson, 2001, Parametric Design Chapter 11, hal 11-16]

Longitudinal Center of Bouyancy (LCB)


(dalam %)
[Parson, 2001, Parametric Design Chapter 11, hal 11-19]

Prismatic Coefficient (Cp)

[Parson, 2001, Parametric Design Chapter 11]


7

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxxxx
4108.100.03x

Volume Displacement ()

Displacement ()

Dengan 256 set ukuran utama yang telah disusun beserta koefisien utama maka
perhitungan selanjutnya dapat dilakukan, mulai dari hambatan kapal hingga pada
akhirnya didapatkan ukuran utama kapal yang paling optimal (dengan metode optimasi).
Untuk detail perhitungan koefisien utama kapal terlampir.

4.3 Contoh Perhitungan


4.3.1 Data Ukuran Utama Dasar
Tabel 4.1 Data kapal pembanding 2000 - 2009
N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

NAMA KAPAL
AKRI
VIOLET
ASUKA
CHEMICAL VOYAGER
EASTERN MERMAID
EMPOWER
FATMARINI
FOUESNANT
FT FORCE
GAO CHENG 1
GERBERA
KEREM D
LEALE
MINITANK FIVE
NEW SUCCESS
NEW WEALTH
PETROLINA OCEAN
SICHEM AMETHYST
SICHEM CROISIC
SICHEM LILY
SICHEM PALACE
SOUTHERN ZEBRA
SUN MERCURY
SUNNY IRIS
SUNNY MARS
SUNRISE LILAC
YOU SHEN 1
GLOBAL MARS
ETRUSCO

DWT

VS (Knot)

LPP (m)

B (m)

T (m)

H (m)

6137
7080
6534
8803
8906
7820
8578
6902
6089
9000
8738
6063
7321
8084
9118
9380
8066
8817
7721
8110
8807
8907
8817
7849
6728
8629
8284
7786
7100

12.3
13.5
13.1
14.2
15.1
13.2
13.4
13.8
14
13
14.6
13.5
14.2
13.6
13
13
13
13.2
14
13.9
15.4
14.0
15.1
14.0
13.4
13.9
12.5
13.8
14.2

99.05
103.18
101.23
105.29
108.5
104.68
105.29
102.06
101.6
109.6
105.32
100
105
105
109.6
110.12
105.4
108.53
105.9
107
105.32
108.79
105.32
103
103.1
108.5
108
104
107.25

16.3
17.2
16.8
18.7
18.2
18.5
18.7
18.2
15.8
19
19
15.8
16.8
18.2
19
19
18.2
18.2
17
18.2
19
18.7
19
18.5
17.2
18.2
18
18.6
16.5

6.52
6.80
6.76
7.76
7.58
7.20
7.61
6.71
6.58
7.50
7.56
6.50
7.38
7.44
7.50
7.60
7.45
7.77
7.35
7.45
7.56
7.61
7.56
7.20
6.76
7.48
7.00
7.014
6.85

8.5
8.5
9
10
9.75
10
10
8.5
8.35
10
10
8.25
9.2
9.6
10
10
9.6
9.65
9.15
9.6
10
10
10
9.6
8.9
9.75
8.9
9.6
8.6

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxxxx
4108.100.03x
30

GINOSTRA M

8060

13.5

105

18.2

7.5

9.6

Dalam menetukan kapal pembanding yang akan diambil juga dipakai normalisasi
supaya hasil regresinya lebih representatif.
Rumus untuk normalisasi adalah

DWTaverage D
W
T
DWT normalisasi=
st dev DWT
LPPaverage LPP
LPP normalisasi=
st dev LPP
Bavearge B
B normalisasi=
st dev B
T avearge T
T normalisasi=
st dev T
H avearge H
H normalisasi=
st dev H
Berikut ini adalah tabel hasil normalisasi DWT, Lpp, B, T, H.
Tabel 4.2 Data kapal pembanding hasil normalisasi
N
O
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

NAMA KAPAL
AKRI
VIOLET
ASUKA
CHEMICAL VOYAGER
EASTERN MERMAID
EMPOWER
FATMARINI
FOUESNANT
FT FORCE
GAO CHENG 1
GERBERA
KEREM D
LEALE
MINITANK FIVE
NEW SUCCESS
NEW WEALTH
PETROLINA OCEAN
SICHEM AMETHYST
SICHEM CROISIC
SICHEM LILY
SICHEM PALACE
SOUTHERN ZEBRA
SUN MERCURY
SUNNY IRIS
SUNNY MARS
SUNRISE LILAC
YOU SHEN 1

DWT

Lpp

1.841
0.879
1.436
0.879
0.985
0.124
0.650
1.060
1.890
1.080
0.813
1.916
0.633
0.146
1.201
1.468
0.127
0.894
0.225
0.172
0.884
0.986
0.894
0.094
1.238
0.702
0.350

2.180
0.752
1.426
0.022
1.088
0.233
0.022
1.139
1.298
1.468
0.012
1.852
0.123
0.123
1.468
1.648
0.016
1.098
0.189
0.569
0.012
1.188
0.012
0.814
0.780
1.088
0.915

1.669
0.762
1.165
0.749
0.245
0.547
0.749
0.245
2.173
1.051
1.051
2.173
1.165
0.245
1.051
1.051
0.245
0.245
0.964
0.245
1.051
0.749
1.051
0.547
0.762
0.245
0.044

1.870
1.148
1.239
1.295
0.826
0.133
0.915
1.376
1.706
0.628
0.790
1.909
0.324
0.476
0.628
0.882
0.501
1.313
0.247
0.501
0.790
0.915
0.790
0.133
1.241
0.572
0.640

1.537
1.537
0.702
0.969
0.551
0.969
0.969
1.537
1.787
0.969
0.969
1.954
0.367
0.301
0.969
0.969
0.301
0.384
0.451
0.301
0.969
0.969
0.969
0.301
0.869
0.551
0.869

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxxxx
4108.100.03x
28
29
30

0.158
0.858
0.121

GLOBAL MARS
ETRUSCO
GINOSTRA M

R2

0.468
0.656
0.123

0.648
1.467
0.245

0.605
1.021
0.628

0.301
1.370
0.301

0.5227
05

0.5361
31

0.70358
88

0.5682
15

Dari hasil normalisasi yang didapat, kemudian dibuat grafik regresi dan persamaan garis
sebagai berikut :
DWT - H (Normalisasi)
2.000
1.500

f(x) = 0.66x + 0.33


R = 0.57

1.000
0.500
0.000
0.000

0.500

1.000

1.500

2.000

DWT - T (Normalisasi)
2.000
1.500
1.000

f(x) = 0.72x + 0.27


R = 0.7

0.500
0.000
0.000

0.500

1.000

10

1.500

2.000

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxxxx
4108.100.03x

DWT - Lpp (Normalisasi)


2.000
1.500

f(x) = 0.84x + 0.07


R = 0.52

1.000
0.500
0.000
0.000

0.500

1.000

1.500

2.000

DWT - B (Normalisasi)
2.000
1.500

f(x) = 0.74x + 0.21


R = 0.54

1.000
0.500
0.000
0.000

0.500

1.000

1.500

2.000

Kemudian dihitung Lpp0, B0,T0, H0, dengan menggunakan persamaan regresi linier hasil
normalisasi. Dengan input x adalah DWT normalisasi. Outputnya adalah Lpp 0, B0,T0, H0
dalam bentuk normalisasi. Setelah itu diubah kedalam bentuk biasa dengan menggunakan
rumus normalisasi.
y=
=
Lpp 0=

0.840386 x
0.445715
106.6431 M

0.067421

y=

0.739295 x

0.211267

=
B0=

0.544056
18.49671 M

y=
=
T 0=

0.721027 x
0.598835
7.488524 M

0.27427

Y=
=

0.655102 x
0.62072

0.32583

H0 =

9.791593 M

Data ukuran utama dasar :


Tabel 4.3 Data ukuran utama awal
11

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxxxx
4108.100.03x
No
1
2
3
4
5

Data
Lo
Bo
Ho
To
Vs

Harga
106.64
18.5
9,79
7.49
6.69

Units
m
m
m
m
m/s

Froude Number awal (Fn0) :


= Vs / (g . L)0.5

Fn0

= 6.69/ (9.81 * 106.64)0.5


= 0.2067
Perbandingan ukuran utama awal :
L0 / B0

= 5.77

B0 / T0

= 2.47

T0 / H0

= 0.76

4.3.2 Variasi Ukuran Utama (256 Set Ukuran Utama)


Untuk mendapatkan variasi 256 ukuran utama, maka Fn 0 dan perbandingan
ukuran utama awal divariasikan sebagai berikut :
X

Fno + X%

Lo/Bo + X%

Bo/To + X%

To/Ho + X%

Tabel 4.2 Variasi Fn awal dan perbandingan ukuran utama awal

Dimana X adalah persentase variasi, yaitu : -5%, -1.667%, +1.667%, +5%


(sebagai awalnya). Harga X nantinya dapat diubah agar tercapai ukuran utama
yang optimum.
X

Fno + X%

Lo/Bo + X%

Bo/To + X%

To/Ho + X%

-5.00%
-1.67%
1.67%
5.00%

0.19641
0.20330
0.21020
0.21709

-5.00%
-1.67%
1.67%
5.00%

5.47724
5.66940
5.86163
6.05379

-5.00%
-1.67%
1.67%
5.00%

2.34651
2.42883
2.51118
2.59351

-5.00%
-1.67%
1.67%
5.00%

0.72655
0.75204
0.77754
0.80303

Dari 4 variasi Fn0 akan didapatkan 4 harga L, dari variasi L0/B0 akan
didapatkan untuk masing-masing L yaitu 4 harga B (16 set ukuran utama), dari
variasi B0/T0 akan didapatkan untuk masing-masing B yaitu 4 harga T (64 set
ukuran utama), dan dari variasi T0/H0 akan didapatkan untuk masing-masing T
yaitu 4 harga H (256 set ukuran utama).
Dari 256 set ukuran utama yang sudah tersusun, masing-masing dilakukan
perhitungan mulai dari koefisien utama kapal, hambatan total, propulsive
12

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxxxx
4108.100.03x

coefficient, perhitungan daya motor induk, DWT, LWT, stabilitas, Freeboard,


dan lain-lain (dibahas dalam bab selanjutnya). 256 set ukuran utama ini
dijalankan dengan metode optimisasi sehingga didapatkan ukuran utama yang
optimum, dimana dari segi persyaratan memenuhi dan dari segi harga yang
paling murah.
Dari proses berjalan dengan metode optimisasi didapatkan harga persentase
variasi akhir dari Fn0 dan perbandingan ukuran utama awal sebagai berikut :
Fn0

X : 0.01%, 1.68%, 3.35%, dan 5.02%

L0/B0

X : 1.68%, 3.35%, 5.02%, dan 6.69%

B0/T0

X : 1.68%, 3.35%, 5.02%, dan 6.69%

T0/H0

X : -8.34%, -6.67%, -5.00%, dan -3.33%

Untuk detail 256 set ukuran utama beserta perhitungannya terlampir.

BAB V

PERHITUNGAN HAMBATAN KAPAL

13

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxxxx
4108.100.03x

5.1 Pendahuluan
Perhitungan hambatan total kapal dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan daya
mesin yang dibutuhkan kapal. Dengan demikian kapal dapat berlayar dengan kecepatan
sebagaimana yang diinginkan oleh owner (Owner Requirement).
Untuk menghitung hambatan kapal, digunakan metode Holtrop dan Mennen. Di
dalam metode ini, Holtrop membagi hambatan total menjadi beberapa komponen
hambatan. Komponen tersebut yaitu viscous resistance (hambatan kekentalan),
appendages resistance (hambatan karena bentuk tonjolan badan kapal), dan wave
making resistance (hambatan gelombang karena gerak kapal). Dalam melakukan
perhitungan hambatan utama kapal, ada ukuran utama yang terlebih dahulu harus
diubah, yaitu Lpp menjadi Lwl dengan pendekatan sebagai berikut :
Adapun untuk rumus hambatan total adalah sebagai berikut :

[Lewis, 1988, Principle of Naval Architecture Vol.II, hal.93]

5.2 Viscous Resistance


Rumus viscous resistance dalam Principle of Naval Architecture Vol.II, hal. 90
diberikan sebagai berikut :

dimana :

= mass density salt Water (1025 kg/m3)

= service speed [m/s2]

CFO = friction coefficient (ITTC 1957)

Rn

= Reynold Number
=

= kinematic viscosity
14

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxxxx
4108.100.03x

= 1.18831 x 106 m/s2

[D.G.M. Watson, Practical Ship Design, Elsevier, Amsterdam, 1998 hal 168]
1+k1 = form factor of bare hull
=
[Principle of Naval Architecture Vol.II, hal 91]
Keterangan :
c

= 1 + 0.011 cstern

Choice
No.
Cstern
Used For
1
-25
Pram with Gondola
2
-10
V - Shaped sections
3
0
Normal section shape
4
10
U - shaped section with Hogner stern
[sumber:Principle of Naval Architecture Vol.II, hal 91]
cstern = 0 for normal section shape
L/LR = 1 CP + 0.06 .CP. LCB / ( 4 CP 1 )
LR

= length of run

LCB = longitudinal center of buoyancy as percentage of L


L

= length of Water line ( Lwl ) and all of coeffcient base on Lwl [m]

= moulded draft [m]

= moulded breadth [m]

5.3 Appendages Resistance


Dalam menghitung hambatan kapal yang diakibatkan oleh bentuk tonjolan badan kapal
yang tercelup dalam air, dibutuhkan luas permukaan basah kapal (S tot) yang terdiri dari
luas badan kapal WSA (S) dan luas tonjolan-tonjolan seperti kemudi, bulbous bow, dan
bilge keel (Sapp). Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung appendages
resistance yaitu :
[PNA Vol.II hal 92]
dimana :

15

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxxxx
4108.100.03x

1+k

[PNA Vol.II hal 92]


S

wetted After Part area

[PNA Vol.II hal 91]

=
ABT

= cross sectional area of bulb in FP


= 10% Amidship
= 10% x B x T x Cm (B-series)

ABT

= 0, dari grafik [D.G.M. Watson, Practical Ship Design, Elsevier, Amsterdam, 1998,
hal 233] (dari kapal yang paling optimal ), untuk Cb = 0.764 dan Fn = 0.2004

hanya memiliki keuntungan 0% - 5% jika menggunakan Bulbous bow


k2

= effective form factor of appendages (lihat tabel dibawah)

Sapp

= total wetted After Part of appendages


= Srudder + Sbilge keel

Stot

= S + Sapp
Efftive form factor values (k2), for different appendages :

Tabel 5.1 Harga effective form factor


Type of Appendages

Value of 1 + k2

Rudder of single sCrew ship

1.3 to 1.5

Spade-type rudders of twin-sCrew ships


Skeg-rudders off twin-sCrew ships

2.8
1.5 to 2.0

Shaft brackets

3.0

Bossings

2.0

Bilge keel

1.4

Stabilizer fins

2.8

Shafts

2.0

Sonar dome

2.7

[sumber:Principle of Naval Architecture Vol.II, hal 91]


Srudder = C1*C2*C3*C4*1,75*lpp*T/100
C1

[BKI vol II hal 14-1]

= factor type kapal


16

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxxxx
4108.100.03x

C2

= factor type kemudi

C3

= factor type profil kemudi

C4

= factor letak baling-baling

Sbilge keel

=4 (panjang keel x tinggi keel)

[Watson, 1998, Practical Ship Design]

Panjang keel = 0.6.Cb.L

[Watson 254, rumus8.9]

Tinggi keel

[Watson 254, rumus8.10]

= 0.18 / (Cb 0.2)

Jika harga k2 lebih dari 1, maka dihitung menggunakan rumus ini :

Catatan : - Srudder harus dikali dengan 2


- Sbilge keel dikali 4 karena ada 4 permukaan

5.4 Wave making Resistance


Untuk

menghitung

hambatan

gelombang,

dibutuhkan

masukan

data

seperti

displacement, sudut masuk, luasan bulbous bow dan transom. Adapun rumus diberikan
sebagai berikut :

[PNA Vol.II hal 92]


dimana :
untuk kecepatan rendah (Fn 0.4)
W

= displacement weight
= . g . [N]

C1

keterangan :
C4

= 0.2296. ((B/Lwl)^0.3333)

untuk ( B/Lwl 0.11)

C4

= B/Lwl

untuk ( 0.11 B/Lwl 0.25 )

C4

= 0.5-0.0625*(Lwl/B)

untuk ( B/Lwl > 0.25 )

= -0.9

iE

= half angle of entrance at the load Waterline

=
17

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxxxx
4108.100.03x

Ta

= moulded draft at AP [m]

Tf

= moulded draft at FP [m]

Ta

= Tf = T

m1

keterangan :
C5

= 8.0798.CP 13.8673.CP2 6.9844.CP3

[untuk Cp 0.8]

C5

= 1.7301 0.7067 .CP

[untuk Cp 0.8]

m2

keterangan :
C6

[untuk L3 / 512]

= -1.69385

C6 = -1.69385 + (Lwl / 1/3-8)/2.36

[untuk 512 Lwl3 / 1727]


[untuk Lwl3 / 1727]

C6

= 0

[untuk L / B 12]

[untuk Lwl / B 12]

C2

C2

= 1, tidak ada bulb

keterangan :
B

= effective bulb radius


=

= effective submergence of the bulb


=

Tf

= moulded draft at FP = T

hB

= height of the centroid of the area ABT above base line


=

C3

=
18

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxxxx
4108.100.03x

keterangan :
AT

= immersed area of the transom at zero speed = 0

5.5 Model Ship Correlation Allowance


Untuk menghitung model ship correlation allowance diberikan rumus sebagai berikut :
CA

CA

[untuk Tf/LWL> 0.04]

[untuk Tf/LWL < 0.04]

Setelah semua harga komponen hambatan total sudah didapatkan, maka selanjutnya
hambatan total dengan kulit kapal dalam keadaan bersih dapat dihitung dengan rumus
yang sudah diberikan sebelumnya di atas. Kemudian pada harga hambatan total tersebut
ditambahkan sea margin sebesar 15 % (penambahan hambatan kapal ketika kapal
beroperasi / kekasaran pada lambung kapal).
Untuk detail perhitungan hambatan total kapal terlampir.

BAB VI

PERHITUNGAN PROPULSIVE COEFFICIENT


19

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxxxx
4108.100.03x

Untuk mendapatkan harga daya mesin induk yang dibutuhkan, terlebih dahulu dilakukan
perhitungan propulsive coeffisien. Adapun untuk rumus-rumus perhitungan propulsive
coefficient (D) dalam Principle of Naval Architecture Vol.II diberikan sebagai berikut :
D

= H . o . R

[ PNA vol II hal 153 ]

= Hull Efficiency

[ PNA vol II hal 152 ]

=
dimana :
t

= 0.1 (untuk single screw)

= wake fraction

[ PNA vol II hal 163 ]


[PNA vol II hal 163]

=
Cv

= open Water propeller efficiency

[ PNA vol II]

= (J/2)*(KT/KQ)
R

= relative rotative efficiency


= 0.98 (untuk single screw)

dimana :
J

= advance coefficient

[ PNA vol II hal 145 ]

=
Va

; Vs adalah kecepatan dinas kapal [m/s]

n(rps) = n(rpm)/60
T

; D adalah diameter Propeller (0.65T)

; KT, KQ didapat dari diagram KT-KQ

Untuk detail perhitungan propulsive coefficient kapal terlampir.

BAB VII

PERKIRAAN DAYA MOTOR INDUK


20

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxxxx
4108.100.03x

7.1 Pendahuluan
Untuk memilih mesin induk yang akan digunakan suatu kapal, maka dibutuhkan
perkiraan daya motor induk yang mampu mencakup seluruh kebutuhan kapal sehingga
kapal dapat beroperasi dengan baik. Setelah daya motor induk dihitung, selanjutnya
adalah memilih motor induk yang ada di katalog motor induk dengan kapasitas daya
sama atau sedikit diatas daya yang telah dihitung. Dalam hal ini data mesin yang akan
digunakan diambil dari katalog mesin WARTSILA Diesel Engine.

7.2 Perhitungan Daya dan Pemilihan Motor Induk


Untuk perhitungan daya motor induk (PB), rumus dalam Parametric Design
Chapter 11 diberikan sebagai berikut :
PB = BHP (break house power)

[kW]

dimana :
PD = DHP (delivered power at propeller)

[kW]

S = shaft efficiency
= 0.98 0.985
rg = reduction gear efficiency
= 0.98
Setelah mendapat harga PB, kemudian dilakukan koreksi kerugian akibat letak kamar
mesin dan rute pelayaran :
Koreksi akibat letak kamar mesin

= 3% PB

Koreksi akibat rute

= 10% PB

Sehingga total PB = PB + 3%PB + 10%PB


Adapun untuk daya Genset yang akan dipakai, bisa didapatkan pada katalog Genset
yang spesifikasinya berdasarkan pada data beberapa kapal pembanding yang memiliki
DWT yang tidak jauh berbeda. Dalam hal ini genset yang akan digunakan diambil dari
21

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxxxx
4108.100.03x

katalog WARTSILA Diesel Engine. Untuk detail perhitungan perkiraan daya motor
induk terlampir.
Dari perhitungan tersebut, maka dipilih motor induk dan genset sebagai berikut :
Motor Induk :
Jenis motor induk : 6 L27/38
Daya

: 2040 kW

RPM

: 270

Panjang

: 5070 mm

Lebar

: 2035 mm

Tinggi

: 3595 mm

Berat

: 29 ton

Gambar 7.1 Mesin Induk MAN B&W type 6 L27/38

Genset :
Jenis genset : 9 LI6/24
Daya

: 940 kW

Panjang

: 5731 mm

Lebar

: 1000 mm

Tinggi

: 2495 mm

Berat

: 13.1 ton

22

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxxxx
4108.100.03x

Gambar 7.2 Mesin Induk MAN B&W type 6 L27/38

7.3 Merancang Baling-baling


[ Menggunakan Wageningen B Series Polynomial ]
Perancangan baling-baling kapal adalah sebagai berikut :
Dari input data kapal, dilakukan perubahan terhadap rpm, P/D, Z, AE/AO, sampai
didapatkan nilai T(1-t)/RT antara 1,05 -1,10 dan harga o yang paling bagus, dalam arti
tidak mengalami kavitasi dan juga efisiensi maksimal.
Input data :
D

= diameter propeller = 0.6T - 0.65T

= putaran propeller
= 100 - 150 rpm
= pitch ratio [ 0.5 P/D 1.4 ]

P/D

P/D digunakan 1
Z

= jumlah blade propeller


= 4 blade

= expanded area ratio

[ PNA vol II hal 186 ]

= 0.4
Proses perhitungan :
1. Perhitungan awal
Va = speed of advance
= Vs.( 1 w )
w

= 0.3 Cb + 10 Cv . Cb 0.1

[ PNA vol II hal 163 ]

Cv = ( 1 + k )CF + CA
CF dan CA dari perhitungan tahanan metode holtrop
23

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxxxx
4108.100.03x

= 0.1

[ PNA vol II hal 163 ]

R = relative rotative efficiency


= 0.98
J

[ PNA vol II hal 163 ]

= advance coefficient
=

[ PNA vol II hal 145 ]

o = open Water propeller efficiency


= (J/2)*(KT/KQ)
2. Perhitungan KT ; KQ
KT ; KQ ; dihitung dengan wageningen B Series Polynomial

KT

KQ

3. Perhitungan thrust (T) dan torque (Q)


Rumus :

4.

KT =

T [ Nm ]

[ PNA vol II hal 145 ]

KQ =

Q [ Nm ]

[ PNA vol II hal 145 ]

Perhitungan kavitasi baling-baling


Dalam melakukan perhitungan untuk mengetahui apakah propeller yang akan
dirancang mengalami kavitasi atau tidak, maka perlu dilakukan pengecekan kavitasi
pada propeller tersebut.
Untuk proses pengecekan kavitasi propeller digunakan kurva

5% back

cavitation dari diagram burrill. Agar propeller yang kita desain tidak mengalami
kavitasi maka kurva c dari hasil perhitungan propeller kapal harus berada dibawah
kurva 5% back cavitation diagram burrill. Data-data awal yang diperlukan antara
lain :
Data yang dibutuhkan :
D

: diameter propeller

= 0.64T

[m]
24

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxxxx
4108.100.03x

: putaran propeller

= 2.00

[ rps ]

P/D : pitch ratio [ 0.5 P/D 1.4 ]


: P/D yang digunakan = 1
w

: wake fraction

[PNA vol II hal 163]

: 0.3 Cb + 10 Cv . Cb 0.1
Va : speed of advance

[PNA vol II hal 146 ]

: Vs.( 1 w )

: expanded area ratio = 0.4


T

: propeller thrust

: percepatan gravitasi = 9.81

[ m/s2]

Proses perhitungan :
[ m2 ]

AD = developed area propeller

. 0.25 .

. D2

= projected area ratio

[PNA vol II hal

182 ]
= 1.067 0.229 P/D
[ m2 ]

AP = projected area propeller

= AD .
VR = relative velocity of Water at 0.7 radius [ m/s ]

[PNA vol II hal 182 ]

=
c

= mean thrust loading on blade

[PNA vol II hal 182 ]

=
Jadi dari perhitungan diatas akan diperoleh harga mean thrust loading on blade
dimana dari hasil c tersebut harus dilakukan pengecekan apakah propeller yang di

25

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxxxx
4108.100.03x

desain mengalami kavitasi atau tidak. (jika c c max pada 0.7R , maka propeller
tidak mengalami kavitasi)

Pengecekan Kavitasi :
Pertama kali yang harus dihitung adalah 0.7R yaitu cavitation number pada
daerah 0.7 R propeller. Kemudian dicari persamaan kurva (c max = fungsi 0.7R) dari
diagram burril pada 5% back cavitation. Setelah diperoleh persamaan kurva 5% back
cavitation, dengan memasukkan nilai 0.7R pada persamaan tersebut , maka diperoleh
nilai c max.
Selanjutnya bandingkan nilai c max dengan c dari hasil perhitungan, Jika c c
max

maka tidak terjadi kavitasi, tapi jika c > c max maka propeller mengalami

kavitasi.
0.7R = local cavitation number at 0.7 radius

[PNA vol II hal 182 ]

=
Atau rumus pendekatan yang lain :
0.7R =

[PNA vol II hal 182 ]

dimana :
h

= head of Water at screw center line


= ( T E ) + hgel.

[m]

= sarat kapal

[m]

= tinggi sumbu poros propeller dari base line


= 0.045 T + 0.5 D

hgell

[m]

= tinggi gelombang 0.75% Lpp

[m]

Sedangkan dari diagram burrill diperoleh persamaan kurva pada 5% back


cavitation Sebagai berikut :
y = 0.829x5 3.106x4 + 4.584x3 3.414x2 + 1.483x 0.095

26

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxxxx
4108.100.03x

Burrill Diagram ( 5% back cavitation)


0.30

f(x) = 0.83x^5 - 3.11x^4 + 4.58x^3 - 3.41x^2 + 1.48x - 0.1


R = 1
0.25

0.20

0.15

0.10

0.05
0.05 0.15 0.25 0.35 0.45 0.55 0.65 0.75 0.85 0.95 1.05

Dari kurva diatas diperoleh persamaan kurva yaitu :


y = 0.829x5 3.106x4 + 4.584x3 3.414x2 + 1.483x 0.095

1. Dari perhitungan data kapal 0.7R


0.7R

= 10log 0.7979 = -0.0981

c max

=y

= 0.7979

= 0,829x5 - 3,106x4 + 4,584x3 - 3,414x2 + 1,483x - 0,095


= 0.829 (-0.0981)5 - 3.106 (-0.0981)4 + 4.584 (-0.0981)3 - 3.414 (-0.0981)2 +
1.483 (-0.0981) - 0.558
= -0.0216
27

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxxxx
4108.100.03x

c max = -0.0216 dikonversi / di Antilog menjadi c max = 0.9950


Jadi diperoleh data bahwa:
Dari perhitungan

Dari Diagram Burril c max

= 0.2552
= 0.9950

Karena c = 0.2552 c max = 0.9950 , propeller yang di desain tidak mengalami


kavitasi.
5.

Perhitungan kekuatan propeller


Dalam melakukan perhitungan kekuatan propeller yang dirancang, maka perlu
dilakukan perhitungan mengenai tebal propeller di daerah 0.25R dan 0.6R dari
pangkal propeller. Proses perhitugan tersebut menggunakan rumus perhitungan yang
ada pada BKI Vol. III tahun 2006. Sebelum dilakukan perhitungan tebal propeller,
diperlukan data awal sebagai berikut :
Data yang dibutuhkan:
D

: diameter propeller

= 0.64T

: propeller speed

= 120 rpm

P/D : pitch ratio [ 0.5 P/D 1.4 ]


: P/D yang digunakan = 1
Vs

: kecepatan dinas

= 13 knot

: jumlah blade propeller = 4 blade

: sudut kemiringan ( rake )

: wake fraction

= 15 o
[PNA vol II hal 163]

: 0.3 Cb + 10 Cv . Cb 0.1
T

: propeller thrust

PE

: RT . Vs

: H. p. R

Pw

: shaft power
: PE / D

[ kW ]
[PNA vol II hal 153 ]

[ kW ]

: P ( Pitch propeller ) pada 0.25 R dan 0.6 R [ mm]


: P/D *D

28

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxxxx
4108.100.03x

Untuk mengetahui harga H pada 0.25 R dan 0.6 R diperoleh dari tabel
distribusi pitch Wageningen B-series sebagai berikut :
r/R
%H

[ PNA vol II hal 186 ]

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

82.2

88.7

95

99.2

100

100

100

100

Untuk r/R = 0.25, maka :


%H0.25 = 82.2 + (0.25-0.2) * (88.7-88.2)
(0.3-0.2)
= 85.45 %
Untuk r/R = 0.6, maka :
%H0.6 = 100 %
Sehingga :
H0.25 = P/D *D * 85.45 %

[ mm ]

H0.6

[ mm ]

= P/D *D * 100 %

Proses perhitungan :
Kekuatan propeller dihitung pada r/R = 0.25 dan r/R = 0.6 untuk solid
propeller yaitu harus memenuhi tebal blade ( blade thicknesses ) minimum sebagai
berikut :
t

= blade thickness

[ BKI vol III Section 6 hal 3 ]

= Ko . k . K1 . CG . CDyn
dimana :
Ko

=1+

[ BKI vol III Section 6 hal 3 ]

= pitch angle of profile pada radius 0.25 R dan 0.6 R


0.25 = arc tan
0.6

= arc tan

= blade rake to aft

[ mm ]

= R . tan
29

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxxxx
4108.100.03x

= 0.5 . D

[ mm ]

R0.25 = 0.25 * D

[ mm ]

R0.6

[ mm ]

= 0.6 * D

Jadi : e0.25
e0.6

= R0.25 * tan (0.25*/180)

[ mm ]

= R0.6 * tan (0.6*/180)

[ mm ]

Maka selanjutnya dihitung harga koefisien Ko pada posisi 0.25R dan 0.6 R propeller.
k

= coefficient for various profile shape

Profile Shape

[ BKI vol III Section 6 hal 2 ]

Values of k
0.35 R

0.25 R
Segmental profiles with
circular arced back
73
62
x = 0.12
Segmental profiles with
circular parabolic back
77
66
x = 0.11
Blade profiles as for
Wageningen B series
propellers where
80
66
x 0.25 = 0.10
x 0.35 = 0.11
x 0.60 = 0.12
[ sumber:BKI vol III Section 6 hal 2 ]

0.60 R
44

47

44

Dari tabel harga k diatas, dipilih harga k0.25 = 80 dan k0.6 = 44

K1

[ BKI vol III Section 6 hal 4 ]

= lebar developed blade dari potongan silindris pada 0.25 R dan 0.6 R[ mm ]

Tabel Distribusi Developed Blade Untuk Wageningen B - Serries [ B 4 - 55 ]


r/R
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1.0

A
0.0526
0.0464
0.0402
0.0340
0.0278
0.0216
0.0154
0.0092
0.0030

B
0.0040
0.0035
0.0030
0.0025
0.0020
0.0015
0.0010
0.0005
0.0000

lm/D = A -BZ
0.0366
0.0324
0.0282
0.0240
0.0198
0.0156
0.0114
0.0072
30
0.0030

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxxxx
4108.100.03x

[sumber: PNA vol II hal 186 ]


Untuk r/R = 0.25, maka :
lm/D0.25

= 0.0387

B0.25

= lm/D0.25 . D = 0.0387 * D

[mm]

lm/D0.6 = 0.0198
B0.6
Hm

= lm/D0.6 . D = 0.0198 * D

= effectif propeller pitch blade untuk variasi radius 0.25 R dan 0.6 R

=
Cw

[mm]

[ BKI vol III Section 6 hal 2 ]

= Characteristic value for propeller material [ BKI vol III Section 6 hal 2 ]
Materia
l

Description

Cw

Cu 1

Cast manganese brass

440

Cu 2

Cast manganese nickel brass

440

Cu 3

Cast nickel alumunium bronze

590

Cu 4

Cast manganese alumunium bronze

630

Fe 1

Unalloyed cast steel

380

Fe 2

Low alloy cast steel

380

Fe 3

Martensitic cast chrome steel 13/I 6

600

Fe 4

Martensitic austenitic cast steel 17/4

600

Fe 5

Ferritic austenitic cast steel 24/8

600

Fe 6

Austenitic cast steel 18/18 1

500

Fe 7

Grey cast iron

200

Maka selanjutnya dihitung harga koefisien K1 pada posisi 0.25R dan 0.6 R propeller.
CG

= size factor

[ BKI vol III Section 6 hal 4 ]


31

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxxxx
4108.100.03x

dimana harga CG adalah


D dalam [ m ]

: 1.1

0.85

f1

= 7.2 untuk solid propeller ; atau

f1

= 6.2 untuk CPP atau built up propeller

CDyn = dynamic factor

[ BKI vol III Section 6 hal 4 ]

1.0 untuk

> 1.5

dimana :

= f2 . E T + 1
ET

= thrust simulating factor

[ BKI vol III Section 6 hal 4 ]

Untuk harga f2 adalah :

f3

f2

= 0.4 0.6

untuk kapal baling baling tunggal

f2

= 0.4 0.6

untuk kapal baling baling ganda

= 0.2

( propeller materials )

Kemudian setelah perhitungan data kapal dilakukan dengan rumus-rumus


diatas, dapat diketahui tebal dari propeller yang di rancang, yaitu ketebalan propeller
pada daerah 0.25R dan daerah 0.6 R.
Pada 0.25 R :
t0.25

= Ko0.25. k0.25 . K1 0.25 . CG . CDyn

Pada 0.6 R :
t0.6

= Ko0.6. k0.6 . K1 0.6 . CG . CDyn [mm]

32

[mm]

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxxxx
4108.100.03x

BAB VIII

PERHITUNGAN JUMLAH CREW (ABK)

8.1 Pendahuluan
Dalam merancang suatu kapal yang optimum (Cost ringan, produktivitas tinggi),
maka Crew / ABK merupakan salah satu komponen yang penting untuk dilibatkan
dalam perhitungan. Dengan demikian diharapkan nantinya akan didapatkan jumlah ABK
yang dibutuhkan namun dengan tetap memperhatikan efisiensi kerja. Sehingga biaya
operasional kapal dapat ditekan serendah mungkin dengan efektifitas kerja yang tinggi.

8.2 Perhitungan Jumlah Crew (ABK)


Untuk rumus pendekatan dalam menghitung jumlah ABK (Z C) yang dibutuhkan, dalam
Diktat Kuliah Perancangan Kapaldiberikan sebagai berikut :

ZC

dimana :
= 11.5 14.5

Cdk

= coeffisien deck department

Cst

= coeffisien steward departement = 1.2 1.33

Ceng

= coeffisien engine departement = 8.5 11.0 (untuk mesin diesel)

Cadet = jumlah kadet

= 2 orang
33

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxxxx
4108.100.03x

= LPP

Contoh Perhitungan pada kapal yang diterima:


=1.2 . 11.5 . (99.84 . 16.76 . 8.91 . 35/ 105)1/6 + 8.5 . (2647.25/105)1/3 +2

ZC

= 23orang
Untuk detail perhitungan jumlah ABK terlampir.

BAB IX

PERHITUNGAN KOMPONEN DWT DAN


TITIK BERATNYA
9.1 Pendahuluan
DWT terdiri dari beberapa komponen, yaitu : payload, consumable dan Crew. Pada
umumnya harga payload 90% DWT. Adapun consumable terdiri dari fuel oil (bahan
bakar), lubrication oil (minyak pelumas), Diesel Oil (minyak diesel), fresh Water (air
tawar), provision dan store. Setelah berat komponen DWT didapatkan, maka dilakukan
perhitungan titik berat DWT untuk mencari harga KG.

9.2 Perhitungan Komponen DWT


9.2.1

Fuel oil
VFO

= volume fuel oil

VFO

+ koreksi [m3]

[Watson, Chapter 11, hal11-24]

dimana :
WFO

SFR

= Specific Fuel Rate

[Parametric Design chapter 11 rumus 45]

= 0.000185 [ton/kW hr]

[sesuai katalog mesin]

MCR = PB [kW]
range = radius pelayaran [mil laut]
34

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxxxx
4108.100.03x

margin =
fo

[ton]

= berat jenis fuel oil


= 0.95 ton/m3

koreksi :
- tambahan konstruksi = + 2% WFO
- expansi panas

9.2.2

= + 2% WFO

Auxiliary Engine Fuel (Diesel Oil)


VAE = volume fuel oil

+ koreksi [m3]

VAE =

[Watson, Chapter 11, hal11-24]

dimana :
WAE = CAE . WFO [ton]
CAE = 0.1 0.2
AE = berat jenis fuel oil
= 0.85 ton/m3
koreksi :
- tambahan konstruksi = + 2% WAE
- expansi panas

9.2.3

= + 2% WAE

Lubricating Oil
VLO

= volume fuel oil

+ koreksi [m3]

VLO =

[Watson, Chapter 11, hal11-24]

dimana :
WLO

SFR

= Specific Lub. Oil Rate

[Parametric Design chapter 11 rumus 45]

35

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxxxx
4108.100.03x

= 0.000008 [ton/kW hr]

[sesuai katalog mesin]

MCR = PB [kW]
range = radius pelayaran [mil laut]
margin =
lo

[ton]

= berat jenis fuel oil


= 0.9 ton/m3

koreksi :
- tambahan konstruksi = + 2% WLO
- expansi panas

9.2.4

= + 2% WLO

Fresh Water
Untuk Crew
WFW1 = berat air tawar

[Watson, Chapter 11, hal11-24]

[ton]

dimana :
C1fw = koefisien pemakaian air tawar untuk Crew :
- Mandi dan cuci

= 200 kg / orang / hari

- Minum

= 10 20 kg / orang / hari

Untuk Pendingin
WFW2 = berat air tawar untuk pendingin
= C2fw . BHP . 10-3
C2fw

= koefisien pemakaian air tawar untuk pendingin


= 2 ~ 5 kg/HP

Sehingga :
VFW = volume total air tawar

VFW =

+ koreksi [m3]

dimana :
WFW = WFW1 + WFW2
FW = berat jenis air tawar = 1 ton / m3
36

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxxxx
4108.100.03x

koreksi :
- tambahan konstruksi = + 2% WFW
- expansi panas
9.2.5

= + 2% WFW

Provision dan Store


WPR = Berat provision dan Store

[Watson, Chapter 11, hal11-25]

=
dimana :
CP

= Koefisien kebutuhan konsumsi


= 3 ~ 5kg/orang/hari

Untuk detail perhitungan komponen DWT terlampir

9.3 Perhitungan Tititk Berat DWT


9.3.1

Crew
Untuk menghitung titik berat Crew, maka terlebih dahulu dilakukan perencanaan
pembagian tempat untuk Crew (pada ruang akomodasi) berdasarkan jabatannya.
Adapun perencanaannya adalah sebagai berikut :
Upper deck :

Chief
Cook

Ass. Cook

Oiler
Boys (2)

Steward

Seaman

Cadet (2)

Pump man

(2)
Poop Deck :

Quarter Master (3)

Boatswain

Second Engineer

Electrician

Third Officer
Boat deck :

Second Officer

Chief Officer

Chief Engineer

Chief Steward

37

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxxxx
4108.100.03x

Bridge Deck :

38

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

Master/Captain

Setelah penyusunan Crew di tiap layer ruang akomodasi, maka

selanjutnya dapat dihitung berat Crew (WC&E) per layer dengan menggunakan
rumus :

WC&E = ZC per ruang * berat rata-rata Crew / 1000 [ton]

dengan asumsi berat rata-rata Crew = 75 kg/orang

Selanjutnya untuk menghitung titik berat Crew, digunakan rumus

sebagai berikut :

Tabel 9.1 Titik berat Crew per ruang akomodasi

39

R.

Poo

K
G
te
r
h
a
d
a
p
b
as
e
li
n
e
H

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

LCG
terhad
ap FP

. Lp

+ Lrm

Lch+Lc

Laye

offerdam

. LdII

+ Lrm

Lch+Lc

Laye

offerdam

+ Lrm

hII

Lch+Lc

offerdam

.
LdIV+

Lrm +

Lch+Lc

hII

offerdam

.
hII
I

40

. LdIII

Laye

H
+
h

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

Lrm

= panjang ruang muat

Lch

= panjang tangki ceruk haluan

hp

= tinggi poop

hx

= tinggi deckhouse per layer

Ldx

= panjang deck per layer

9.3.2

Keterangan :

Titik berat Crew total :

KG

Air Tawar

Untuk perhitungan titik berat tangki air tawar diberikan rumus

sebagai berikut :

Tabel 9.2 Titik berat tangki air tawar

It

Keterangan

Di belakang sekat ceruk


buritan dan di atas Garis air
dibawah upper deck

HT

65% B

Ti

41

T + . tFW

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

Lwl l ceruk buritan + .


pFW

9.3.3

Fuel oil

Untuk perhitungan titik berat tangki fuel oil diberikan rumus sebagai

berikut :

Tabel 9.3 Titik berat tangki fuel oil

It

Keterangan

Di depan kamar mesin.

Le

Ti

42

75% B

3 kali jarak gading (1.8 m)

Hdb + 0.5tfo

Lch + Lrm + Lcofferdam + . pFO

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

Le

Pa

L
9.3.4

Diesel Oil

Untuk perhitungan titik berat tangki Diesel Oil diberikan rumus

sebagai berikut :

Tabel 9.4 Titik berat tangki Diesel Oil

Le

Keterangan

Di dalam double bottom


belakang sekat kamar mesin.

Tinggi double bottom [ hdb ]

65% B

Ti

Le

. hdb
Lch + Lrm +Lcofferdam + lfo + .
pDO

Pa

43

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

9.3.5

Lubricating Oil

Untuk perhitungan titik berat tangki lubrication oil diberikan rumus

sebagai berikut :

Tabel 9.5 Titik berat tangki lubrication oil

It

Le

Keterangan

Di belakang tangki Diesel Oil di


dalam double bottom ruang
mesin

Tinggi double bottom [ hdb ]

65% B

Ti

Le

. hdb
Lch + Lrm +Lcofferdam + LDO + lfo+
. pLO

Pa

44

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

Untuk detail perhitungan titik berat DWT terlampir

45

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

BAB X

PERHITUNGAN KOMPONEN LWT DAN


TITIK BERATNYA

10.1

Pendahuluan

LWT terdiri dari berat baja badan kapal, peralatan dan perlengkapan,

serta permesinan. Jadi bisa disimpulkan bahwa LWT adalah berat kapal kosong tanpa
muatan atau consumable.

10.2

Perhitungan Berat Komponen LWT


10.2.1

Perhitungan Berat Baja Kapal

[ Harvald & Jensen Method ( 1992 ) ]

Referensi : H. Schneekluth & V. Bertram, Ship Design for Efficiency

and Economy 2ND edition, Butterwort Heinemann, Oxford UK : 1998.

Rumus :

WSt

= ( L . B . D A ) . Cs

[ Harvald & Jensen

Method, hal 154]

DA

= tinggi kapal setelah dikoreksi dengan supersructure

dan deckhouse

Volume Superstructure :

= P + FC

= volume poop

= lp . bp . tp

lp

= panjang poop = 20% Lpp

bp

= lebar poop

=B

tp

= tinggi poop

= 2.5 m

FC

= volume forecastle
= . ( bf . tf ) . lf
46

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

lf

= panjang forecastle = 10% Lpp

bf

= lebar forecastle

=B

tf

= tinggi forecastle

= 2.5 m

DH = II + III + IV + wheelhouse

tiap layer = ld . bd . td

td

= tinggi deckhouse tiap layer


= 2.4 m

panjang dan lebar deckhaouse :

Pan

jan
Layer

g
(ld)

Wheelho

15

% Lpp = 14.98 m

14.76 m
10

% Lpp = 10.0 m

12.76 m

7.5

% Lpp = 7.49 m

10.76 m

5%

Lpp = 4.99 m

8.76 m

[ Referensi : Ship Design Efficiency and Economy , 1998, hal 175 ]

CS

= log ( / 100 )

= displacement kapal

CSO [ t/m3 ] tergantung pada tipe kapal :

Type kapal

[ ton ]

CSO

Tankers
0.0752
[ Referensi : Ship Design Efficiency and Economy , 1998, hal 175 ]

47

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

KG

Perhitungan Titik berat :


= CKG . DA

CKG

= koefisien titik berat KG

10.2.2

[ Referensi : Ship Design Efficiency and Economy , 1998, hal 175 ]

Perhitungan Berat Permesinan


10.2.2.1

Propulsion unit

[ Referensi : Ship Design Efficiency and Economy , 1998, hal 175 ]


Untuk perhitungan berat komponen-komponen propulsion unit adalah
sebagai berikut :
Engine

Untuk Engine, beratnya disesuaikan dengan data pada katalog

mesin.

Gearbox

Untuk berat gearbox diberikan rumus sebagai berikut :

Wgerr = (0.34 0.4)

PB

= Power of Break = BHP [kW]

= putaran mesin induk [rpm]

[ton]

Shafting

Untuk material poros propeller dengan tensile strength 700

N/mm2 diberikan rumus sebagai berikut :

= diameter poros propeller

= 11.5

[cm]

= 0.081
48

[ton/m]

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

= panjang poros propeller [m]


=5+2=7m

MS = berat poros propeller [ton]

.l

Propeller

Untuk propeller dengan material campuran mangan dan

perunggu (manganese alumunium bronze propeller) diberikan


rumus sebagai berikut :

Wprop

= D3 . K [ton]

= diameter propeller

ds

= diameter poros propeller

10.2.2.2

atau

Electrical unit

Untuk perhitungan berat electrical unit diberikan rumus sebagai


berikut :
Wagg = 0.001 . P . (15 + 0.014P) [ton]
P = PB = BHP [kw]
10.2.2.3

Other weight

Adapun rumus untuk menghitung beratnya diberikan sebagai


berikut :
WOW
P
10.2.3

= (0.04 0.07) P [ton]


= PB [kw]

Perhitungan Berat Peralatan dan Perlengkapan


Untuk perhitungan berat peralatan dan perlengkapan yang dihitung

hanya Grup III dan Grup IV karena jenis kapal adalah kapal Tanker. Adapun
49

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

rumus perhitungannya dalam Ship Design for Efficiency and Economy,


Schneekluth diberikan sebagai berikut :
Grup III (Living Quarters) :

WLV

= CALV . ALV .10-3 atau

WLV

= CVLV .VLV.10-3

ALV

= luas geladak akomodasi

VLV

= Volume poopdeck & deckhouse

CALV

[ton]

: For small and medium sized

cargo : 160 170 kg/m2

For large cargo ships, large tanker, etc


CVLV

cargo ship

: For small and medium sized


: 60 70 kg/m3

For large cargo ships, large tanker, etc

: 180 200 kg/m2

: 80 90kg/m3

Grup IV (Miscellaneous) :

WIV = ( L . B . D )2/3 . C [ton]


dimana

0.18 ton/m2 < C < 0.26 ton/m2

atau

WIV = ( WSt )2/3 . C [ton]

dimana

1 t1/3 < C < 1.2 t1/3

Untuk detail perhitungan berat komponen LWT terlampir.

10.3

Perhitungan Titik Berat LWT


10.3.1

Perhitungan Titik Berat Permesinan


Adapun rumus titik berat permesinan dalam Parametric Design

Chapter 11 diberikan sebagai berikut :

KGm = hdb + 0.35 (D hdb) [m]

hdb

= tinggi double bottom

= tinggi kapal pada kamar mesin

=H
LCGm = sisi belakang mesin utama
50

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

= -1/2 L + panjang ceruk buritan + 5 [m]

Untuk detail perhitungan titik berat permesinan terlampir.

10.3.2

Perhitungan Peralatan dan Perlengkapan (equipment dan outfit)

Untuk kapal Tanker, rumus titik berat diberikan sebagai berikut :

KGE&O = (1.02 1.08) . DA

dimana,

DA

= tinggi kapal setelah dikoreksi dengan supersructure dan deckhouse


=

Volume Superstructure :

= P + FC

= volume poop

FC = volume forecastle

DH = II + III + IV + wheelhouse

tiap layer = ld . bd . td
td

= tinggi deckhouse tiap layer = 2.4 m

Laye

Poop

20% Lpp

15% Lpp

B2

10% Lpp

B4

7.5% Lpp

B6

Whe

5%

Lpp

51

B8

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

Tabel 10.1 Asumsi panjang dan lebar deckhouse

LCG =

jarak titik berat masing-masing layer deckhouse secara

memanjang terhadap midship

0.5 L + ( Lcb + Lkm ) 0.5 . ld

ld =

panjang deckhouse per layer [m]

Lcb =

panjang ceruk buritan

[m]

Lkm =

panjang kamar mesin

[m]

[m]

Untuk detail perhitungan titik berat peralatan dan perlengkapan

terlampir

52

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

BAB XI

PERHITUNGAN BERAT DAN TITIK BERAT


GABUNGAN LWT DAN DWT

11.1

Pendahuluan

Setelah harga berat dan titik berat LWT dan DWT didapatkan, maka

berikutnya adalah menghitung berat dan titik berat gabungan. Hasil ini nantinya
digunakan untuk melakukan pengecekan terhadap displacement kapal.

11.2

Perhitungan Berat dan Titik Berat Gabungan LWT dan

DWT

Rumus perhitungannya diberikan sebagai berikut :

DWT + LWT

KGTotal

= (Wbaja + Wperalatan (equipment) + Wpermesinan ) + (Wconsumable + Wpayload)


= KGbaja* Wbaja
KGperalatan* Wperalatan
53

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

KGpermesinan * Wpermesinan

KGconsumable* Wconsumable

KGpayload*+ Wpayload

KGTotal = A / DWT + LWT

LCGTotal

= LCGbaja * Wbaja

LCGperalatan (equipment)* Wperalatan

LCGpermesinan* Wpermesinan

LCGconsumable* Wconsumable

LCGpayload* Wpayload

LCGTotal

= B / DWT + LWT

Keterangan :

Untuk perhitungan LCG dihitung dari FP


Untuk detail perhitungan berat dan titik berat gabungan LWT dan DWT

terlampir.

BAB XII

PERHITUNGAN HUKUM FISIKA

Perhitungan hukum fisika dilakukan dengan membandingkan antara

displacement awal kapal dengan displacement hasil perhitungan DWT + LWT. Untuk
toleransi selisih antara displacement baru (DWT + LWT) dengan displacement lama adalah
5% awal.

baru = DWT + LWT

LWT = total berat baja kapal [ton]


54

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

DWT

Untuk detail perhitungan hukum fisika terlampir

= payload + consumable + Crew [ton]

BAB XIII

PERHITUNGAN TRIM KAPAL

13.1

Pendahuluan

55

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

Trim dapat didefinisikan sebagai kondisi kapal yang tidak even keel.

Trim terjadi sebagai akibat dari tidak meratanya momen statis dari penyebaran gaya
berat, sehingga LCB dan LCG tidakberada pada satu garis lurus. Trim dibedakan
menjadi dua, yaitu trim haluan dan trim buritan. Trim haluan terjadi apabila sarat haluan
lebih tinggi daripada sarat buritan. Begitu juga sebaliknya untuk trim buritan.

13.2

Perhitungan Trim

Untuk melakukan pemeriksaan sarat dan trim kapal diperlukan

beberapa input sebagai berikut :

= panjang kapal (Lpp) [m]

= lebar kapal moulded [m]

= sarat kapal [m]

= volume dispalsement [m]

LCG

= titik berat kapal dari FP [m]

KG

= titik berat kapal terhadap keel

LCB

= titik tekan bouyancy dari FP [m]

CM

= midship coefficient

CWP

= Waterplane coefficient

[m]

Selanjutnya dilakukan perhitungan hidrostatik. Adapun rumus

perhitungan hidrostatik dalam Parametric Design Chapter 11, M. G. Parson diberikan


sebagai berikut :

KB =

KB/T

[Parametric Design Chapter 11, M. G. Parson rumus 25, hal 11-18]

BMT

titik pusat gaya tekan buoyancy terhadap keel [m]


(KB/T) . T
=

0.90 0.30 CM 0.1 CB

jarak antara titik pusat gaya bouyancy terhadap titik metacenter

secara melintang

IT /

IT =

momen inersia Waterplane terhadap sumbu melintang kapal

CI =

koefisien inersia melintang


56

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

IT / LB3

0.1216 CWP 0.0410

BML

jarak antara titik pusat gaya bouyancy terhadap titik metacenter

IT

= CI . LB3

secara memanjang

IL /

IL =

momen inersia Waterplane terhadap sumbu memanjang kapal

CIL =

koefisien inersia memanjang kapal

IL / BL3

0.350 CWP2 0.405 CWP + 0.146 IL

= CIL . BL3

Berikutnya adalah menghitung trim kapal dengan rumus sebagai berikut :

Trim

TA TF

(LCG LCB).L / GML

[m]

[Parametric Design Chapter 11, M. G. Parson rumus 56, hal 11.27]

GML

jarak antara titik berat dan titik metacenter secara memanjang

BML + KB KG
Adapun batasan untuk trim adalah didasarkan pada selisih harga

mutlak antara LCB dan LCG, dengan batasan 0.1%Lpp. Jika perhitungan tidak
memenuhi syarat, maka dapat diperbaiki dengan mengubah / menggeser letak tangkitangki yang telah direncanakan pada gambaran rencana umum awal.

Untuk detail perhitungan pemeriksaan sarat dan trim kapal terlampir

57

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

BAB XIV

PERHITUNGAN FREEBOARD

14.1

Pendahuluan

Freeboard adalah selisih antara tinggi kapal dengan sarat kapal,

dimana untuk tinggi kapal mencakup tebal kulit dan lapisan kayu (jika ada) sedangkan
sarat T diukur pada sarat musim panas.

Panjang Freeboard adalah panjang yang diukur sebesar 96% panjang

garis air (LWL) pada 85% tinggi kapal moulded (Hm). Untuk pemakaian panjang
Freeboard dalam perhitungan, dipilih yang terpanjang antara Lpp dan 96% LWL pada
85% Hm.

Lebar Freeboard adalah lebar moulded kapal pada midship (Bm).

Tinggi Freeboard adalah tinggi yang diukur pada midship dari bagian atas keel sampai
pada bagian atas Freeboard deck beam yang ada di sisi kapal ditambah dengan pelat
stringer (senta) bila geladak tanpa penutup kayu.

Tujuan dari aturan Freeboard adalah untuk menjaga keselamatan

penumpang, Crew, muatan, dan kapal itu sendiri. Bila kapal memiliki Freeboard tinggi
maka daya apung cadangan akan besar sehingga kapal memiliki sisa pengapungan
apabila mengalami kerusakan.

14.2

Perhitungan Freeboard

Untuk perhitungan Freeboard, semua rumus yang diberikan mengacu

pada International Convention on Load Lines 1966, Protocol of 1988, Consolidated


Edition 2005. Hasil yang didapatkan adalah minimum tinggi minimum Freeboard yang
diijinkan sehingga kapal bisa berlayar dengan rute Pelayaran Internasional.

Berikut adalah input awal yang diperlukan untuk menghitung

Freeboard (berdasarkan Load Lines) :

L = length

58

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

B =

lebar maksimum pada kapal, diukur di midship pada garis moulded

frame untuk kapal dengan kulit logam.

D =

depth for Freeboard


moulded depth amidship plus :

1. Tebal pelat stringer Freeboard deck jika dipasang.


2.

jika exposed Freeboard deck dibuka

dimana :

= tebal dari the exposed sheating clear of the deck yang sedang

terbuka

Cb =

= panjang total bangunan atas


block coefficient

d1

S =

panjang Superstructure terbentang dalam L

dimana:

lP

= panjang poop

lFC

= panjang forecastle

Setelah data input awal lengkap, maka perhitungan dilakukan sebagai berikut

85%D

lP + lFC

Tipe Kapal

Untuk menentukan tipe kapal yang dirancang dapat dilihat dari

beberapa ketentuan yang ada untuk tipe-tipe tersebut.

Tipe A :
1) Kapal yang didisain memuat muatan cair dalam bulk.

59

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

2) Kapal yang mempunyai integritas tinggi pada geladak terbuka dengan akses
bukaan ke kompartemen yang kecil, ditutup sekat penutup baja yang kedap
atau material yang equivalent.
3) Mempunyai permeabilitas yang rendah pada ruang muat yang terisi penuh.

Contoh Kapal tipe A : Kapal Tanker, LNG Carrier, dll.

Tipe B :

Kapal Tipe B adalah: kapal yang tidak memenuhi persyaratan pada

kapal

tipe A. Contoh kapal tipe B : Grain Carrier, ore Carrier, general

cargo, passenger ships, Ro-Ro, dll.

Karena jenis kapal yang diberikan dalam TUGAS MERANCANG

KAPAL I ini adalah kapal Tanker, maka masuk ke dalam golongan tipe kapal A.
Freeboard Standard

Setelah tipe kapal ditentukan maka Freeboard awal dapat dicari

dengan melihat pada tabel Freeboard standard pada Load Lines sesuai dengan tipe
kapal.
Koreksi Freeboard

Setelah harga Freeboard standard didapatkan, langkah selanjutnya

adalah menghitung koreksi-koreksi. Koreksi-koreksi tersebut antara lain :


1) Koreksi untuk kapal dengan panjang < 100m

Untuk kapal tipe B dengan panjang 24 < L < 100m dan mempunyai

Superstructure tertutup dengan panjang effektif mencapai 35% maka dikoreksi


sebagai berikut :

Fb1 =

Fb + 7.5.( 100 L )( 0.35

L =

panjang kapal [m]

E =

total panjang efektif Superstructure [m]

Karena kapal Tanker dalam TUGAS MERANCANG KAPAL Ini masuk ke

) [mm]

dalam tipe A, maka tidak ada koreksi.


2) Koreksi Cb (Koefisien Blok)

Untuk kapal dengan harga Cb > 0.68 maka dikoreksi sebagai berikut :

60

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

Fb2 =

Fb =

Freeboard Standard atau Fb1 (jika ada koreksi untuk kapal tipe

B dengan panjang < 100m)


3) Koreksi Depth (D)

Untuk kapal dengan harga D > L/15 maka dikoreksi sebagai berikut :

Fb3 =

(D L/15).R [mm]

R =

L / 0.48

untuk L < 120 m

R =

250

untuk L > 120 m

Jika D < L/15, tidak ada koreksi kecuali jika :


Mempunyai bangunan atas terlindung yang paling sedikit mencakup 0.6L di
tengah kapal atau

Mempunyai trunk penuh

Gabungan bangunan atas terlindung dengan trunk dengan jumlah sama


dengan L

Maka koreksi Freeboard adalah sebagai berikut :


Fb3 = Fb (D L/15).R
Jika tinggi bangunan atas atau trunk kurang dari tinggi standard,

maka pengurangan harus sebanding dengan tinggi sebenarnya dibagi tinggi


standard menurut Regulasi 33 (Tinggi Standar dari Bangunan Atas).

Adapun tinggi standar bangunan atas dalam Regulasi 33 diberikan

sebagai berikut :

Tabel 14.1 Tinggi standar Bangunan Atas

61

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

T
i
n
g
g
i
s
t
a
n
d
a
r
d
[
m
]

Semu

1.80

1.80

2.30

62

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

(sumber : International Convention on Load Lines 1966, Protocol of 1988,


Consolidated Edition 2005)

Tinggi standard untuk panjang di antara harga Tabel dihitung dengan


interpolasi linier.

Bila h < hs,

maka ls

Bila h > hs,

maka ls

= l

hs =

tinggi standart bangunan atas

panjang bangunan atas

ls =

panjang Superstructure efektif

4) Koreksi bangunan atas (Superstructure) :

Jika Panjang efektif bangunan atas (E) = 1.0 L maka pengurangan

harga Freeboard diberikan sebagai berikut :

Tabel 14.2 Tabel Pengurangan Freeboard

P
e
n
g
u
r
a
n
g
a
n
F
r
e
e
b
o
a
r
d

3
5
0
8
6
0

63

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

1
0
7
0

Pengurangan untuk panjang kapal di antara harga tabel didapat

dengan interpolasi linier.

Jika jumlah panjang efektif bangunan atas dan trunk kurang dari 1.0

L, besar persentase pengurangan didapat dari salah satu Tabel berikut ini:

Tabel 14.3 Tabel Pengurangan Freeboard untuk Kapal Tipe A

Prosentase

Total effective length of Superstructures and trunks

Tabel 14.4 Tabel Pengurangan Freeboard untuk Kapal Tipe B

Total effective length of Superstructures and trunks

Kapal

Kapal

Persentase untuk panjang bangunan atas dan trunk di antara harga

tabel didapat dengan interpolasi linier.


5) Koreksi Sheer

64

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

Bila kapal menggunakan Sheer standart maka tidak ada koreksi

Sheer.
6) Koreksi Minimum Bow height (Bwm)

Untuk kapal L < 250 m :

Bwm=

Untuk kapal L > 250 m :

Bwm=

= panjang kapal [m]

Cb

= koefisien blok

Cb

0.68

7) Batasan untuk Freeboard

Setelah semua perhitungan Freeboard beserta koreksinya, maka dicek

dengan kondisi Freeboard sebenarnya pada kapal Tanker yang dirancang.


Adapun pembatasannya adalah sebagai berikut :

Actual Freeboard Freeboard minimum

dimana :

Actual Freeboard adalah tinggi Freeboard yang sebenarnya

Freeboard Minimum

adalah

Freeboard hasil

perhitungan

menurut

International Load Lines Convention 1966 & protocol 1988 beserta


koreksinya.

Untuk detail perhitungan Freeboard dan minimum bow height terlampir.

65

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

BAB XV

PERHITUNGAN KAPASITAS RUANG MUAT

15.1

Pendahuluan

Kapasitas ruang muat didefinisikan sebagai volume kapal di bawah

upper deck yang dikurangi dengan volume kamar mesin, double bottom, ceruk buritan
maupun haluan, tangki-tangki dan lain-lain (khusus untuk tanker, double skin dan
cofferdam).

15.2

Perhitungan Volume Total Kapal


Untuk volume total kapal perhitungan mengacu pada rumus yang

diberikan pada Lecture of Ship Design and Ship Theory, Herald Poehls. Adapun
perhitungannya adalah sebagai berikut :
66

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

= total volume kapal di bawah upper deck dan diantara perpendicular [m3]

Vh

= Cbdeck . L . B . D

= capacity depth [m]

= D + Cm + Sm

Cm = mean chamber [m]

= 2/3 . C

= tinggi chamber [m]

= 1/50 . Bm

Sm = mean Sheer [m]

= 1/6 . ( Sf + Sa )

Sa

= tinggi Sheer pada AP [m]

= 25 . ( L/3 + 10 ) . 10-6

Sf

= tinggi Sheer pada FP

= 50 . ( L/3 + 10 ) . 10-6

Cbdeck

= Cb + c ( D/T 1 ) . ( 1 Cb )
= 0.3 untuk section berbentuk U

= 0.4 untuk section berbentuk V

Catatan :

Pada harga Fn yang berkisar antara 0.18 0.25, section dengan

bentuk V menimbulkan tahanan total (R T) yang lebih besar daripada yang


berbentuk U.

Vh =

Vr = total cargo capacity yang dibutuhkan [m3]

Vu = cargo capacity yang tersedia di atas upper deck seperti hatch coaming

=l.b.t

= panjang hatch coaming [m]

= lebar hatch coaming [m]

= tinggi hatch coaming [m]

= 0.02
67

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

Vm =

volume yang dibutuhkan untuk ruang mesin , tangki tangki, dan

lainlainnnya yang termasuk dalam Vh [m3]

Vr

[m3]

15.3

Perhitungan Volume Ceruk Haluan dan Ceruk Buritan

Sekat Ceruk Buritan :

Jarak gading ceruk buritan = 600 mm = 0.6 m

Panjang sekat ceruk buritan dari AP

= 5 x jarak gading ceruk

buritan

= 5 x 0.6

=3m

Sekat Tubrukan (collision bulkhead) :

= 0.015 L

=3m

200 m

B max

Panjang sekat tubrukan dari FP

=bx

= 0.05L 0.015L

b min 0.05 L

> 200 m

b min 10 m

0.08 L

(Sumber : BKI 2006 vol II section 11)

Volume Ceruk Buritan :


Lcb = panjang ceruk buritan
=3m

Lebar

= 50%B

Tinggi

=H

Gambar 15.1

68

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

Vcb = volume ceruk buritan

= . panjang . lebar . tinggi [m3]

Volume Ceruk Haluan :

Lch

= panjang ceruk haluan

= 0.05 . Lpp

Lebar

= 50%B

Tinggi

=H

Vch

= volume ceruk haluan

= . panjang . lebar . tinggi [m3]

15.4

Perhitungan Volume Kamar Mesin


Lkm

= panjang kamar mesin

= 5 + L (panjang mesin induk) + 1

Keterangan :

5 m untuk area gearbox, poros, gangway dsb

1 m untuk area gangway

Lebar

= 50% B

Tinggi

=H

Vkm

= volume kamar mesin

= panjang . lebar . tinggi [m3]

15.5

Perhitungan Volume Double bottom

Double bottom :

Tinggi (h)

h min = 600 mm

= volume double bottom [m3]

Vdb

= ( 350 + 45B )/103 [m]

= Lrm x B x h
Lrm

= panjang ruang muat [m]


= Lwl (Lcb + Lch + Lkm + Lfo + Lcofferdam)
69

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

Lcb

= panjang ceruk buritan

Lch

= panjang ceruk haluan

Lkm

= panjang kamar mesin

Lfo

= panjang tangki fuel oil

15.6

Perhitungan Volume Double Skin

Vwt

= 2. Lds . hwt . Tinggi [m3]

Lds

= Lwl (Lkm + Lcb + Lch + Lcftot + Lfo)

Lcftot

= Lcfbelakang + Lcfdepan

Lcfdepan

= Jarak antara sekat tubrukan haluan dengan sekat cofferdam haluan

Lcfbelakang

= Jarak antara sekat tubrukan buritan dengan sekat cofferdam buritan

= volume wing tank (double skin)

= panjang wing tank

Lcb

= panjang ceruk buritan

Lch

= panjang ceruk haluan

15.7

Perhitungan Volume Cofferdam


Vc

= volume cofferdam

= Tinggi . Lebar . Lcftot

Tinggi

=Hh

= depth

= tinggi double bottom

15.8

Koreksi Volume Ruangan (Vr) :

Untuk kapal Tanker maka volume ruang muat dikurangi dengan

volume double bottom, volume wing tank dan volume cofferdam.

= Vr Vdb Vwt Vc [m3]

Vr

70

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

15.9

Perhitungan Kapasitas Ruang Muat

Kapasitas ruang muat

Volume muatan

= volume muatan

= Vbadan kapal (Vwt + Vdb + Vch + Vcb + Vkm)

[m3]

Toleransi selisih kapasitas ruang muat dengan volume muatan : 5

Untuk detail perhitungan kapasitas ruang muat terlampir.

71

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

BAB XVI

PERHITUNGAN STABILITAS UTUH

16.1

Pendahuluan

Stabilitas dapat diartikan sebagai kemampuan kapal untuk kembali ke

keadaan semula setelah dikenai oleh gaya luar. Kemampuan tersebut dipengaruh oleh
lengan dinamis (GZ) yang membentuk momen kopel yang menyeimbangkan gaya tekan
ke atas dengan gaya berat. Komponen stabilitas terdiri dari GZ, KG dan GM. Dalam
perhitungan stabilitas, yang paling penting adalah mencari harga lengan dinamis (GZ).
Kemudian setelah harga GZ didapat, maka dilakukan pengecekan dengan Intact
Stability Code, IMO.

16.2

Perhitungan Stabilitas Utuh

Definisi input data :

= Lwl

= lebar maksimum [feet]

Bw

= lebar maksimum pada Waterline

[feet]

=B

[feet]

[The Theory and Technique of Ship Design hal. 251]

= tinggi Waterline
= T (sarat pada muatan penuh)

DM

= minimum depth

SF

= Sheer depan

SA

= Sheer belakang = 0

[feet]
[feet]

=0

[tanpa Sheer]
[tanpa Sheer]

72

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

= displacement pada Waterline

Ld

= panjang bangunan atas yang selebar kapal atau minimum 0.96 B

[tons]

[feet]

[The Theory and Technique of Ship Design hal. 251]


= tinggi bangunan atas yang selebar kapal atau minimum 0.96 B

[feet]

[The Theory and Technique of Ship Design hal. 251]

CB

= koefisien blok

CW

= koefisien Waterline pada sarat H

CX

= koefisien midship pada sarat H = Cm

CPV

= koefisien prismatik vertikal pada sarat H

[The Theory and Technique of Ship

Design hal. 252]

A0

= luas Waterline pada sarat

AM

[The Theory and Technique of Ship Design hal. 252]


= luas midship yang tercelup air

A2

[The Theory and Technique of Ship Design hal. 252]


= luas vertical centerline plane sampai depth D

[feet2]

[feet2]

= Bw . H . CX

[feet2]

= L . B W . CW

[The Theory and Technique of Ship Design hal. 256]

dimana :

S = Sheer

[The Theory and Technique of Ship Design

hal. 255]

= luas centerline plane di atas minimum depth dibagi dengan

panjang

[feet2]

=
73

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

= mean depth

[The Theory and Technique of Ship

Design hal. 255]

=
F

= effective Freeboard

[feet]

=DH
A1 =

[feet]

luas Waterline pada depth D yang diestimasikan dari A0 dan station

dasar dibawah Waterline

[feet2]

= 1.01 . A0

[The Theory and Technique of Ship Design hal. 255]

Proses perhitungan :

[tons]

[The Theory and Technique of Ship Design hal. 252]

Cw

Cx

CPV

[tons]

CPV =
Cw

= Cw KG = tinggi titik berat kapal di atas lunas

[feet]

[The Theory and Technique of Ship Design hal. 252 - 253]

74

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

GG = KG KG

[The Theory and Technique of Ship

Design hal. 253]

dimana :

KG

Untuk harga f1 dapat diperoleh dari harga CPV yang telah dihitung sebelumnya.

= tinggi titik berat kapal di atas lunas

[feet]

Rumus untuk menghitung f1 adalah :

f1

misalkan :

Pada CPV = 0.873 , factor h1 adalah :

f = 0 maka h0 = 0.465

f = 0.5 maka h0.5 = 0.474

f = 1 maka h1 = 0.481

sehingga untuk :

f1

= [29.23*(1 15661.17/15817.78)]/[2*10.73*(1-0.909)]

= 0.16

h1

Atau harga h1

= 0.465 + (0.16-0)/(0.5-0) * (0.474-0.465) = 0.468


= - 0.4918 .(CPV)2 + 1.0632 CPV - 0.0735 yang diperoleh dari

hasil regresi hal 254 fig. A 14, The Theory and Tecnick of Ship Design, harga h1
didapat dari perpotongan antara CPV' dengan grafik f1

KG

[feet]

GB0 = KG KB0

[The Theory and Technique of Ship

Design hal. 253]

dimana :
75

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

Untuk harga f0 dapat diperoleh dari harga CPV yang telah dihitung sebelumnya.
Rumus untuk menghitung f0 adalah :

f0

misalkan :

Pada CPV = 0.873 , factor h0 adalah :

f = 0 maka h0 = 0.454

f = 0.5 maka h0.5 = 0.464

f = 1 maka h1 = 0.474

sehingga untuk :

f0

[20.86*(15817.78/15661.17)

1)]/[2*10.73*(1-

0.873)]

= 0.077

h0

Atau harga h0

= 0.454 + (0.077-0)/(0.5-0) * (0.464-0.454) = 0.455


= 0.335 CPV + 0.1665 dapat dicari dari hasil regresi hal 254 fig.

A 14, The Theory and Tecnick of Ship Design, Harga h0 didapat dari perpotongan
antara CPV dengan grafik f0

KB0

= tinggi titik apung awal

[feet]

GB90

=
[The Theory and Technique of Ship Design hal. 253]

dimana :
76

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

Untuk harga f2 dapat diperoleh dari harga CPV yang telah dihitung sebelumnya.
Rumus untuk menghitung f2 adalah :

f2

misalkan :

Pada CPV = 0.782 , factor h2 adalah :

f = 0 maka h0 = 0.425

f = 0.5 maka h0.5 = 0.438

f = 1 maka h1 = 0.452

sehingga untuk :

f2

= 9.1*(0.313 - 0.89)

[karena

Cx=0.9950.89]

=0

h2

= 0.425 + (0-0)/(1-0.5) * (0.438-0) = 0.425

Atau untuk memperoleh harga h2 dapat dicari dari hasil regresi hal 254 fig. A

14 , The Theory and Technic of Ship Design, harga h2 didapat dari perpotongan antara
CPV dengan grafik f2. Persamaan garis h2

= -0.4918 .(CPV)2 +

1.0632 . CPV -

0.0735

GM0

= KB0 + BM0 KG
[The Theory and Technique of Ship Design hal. 254]

dimana :

C1

Persamaan C1 tersebut diperoleh dari grafik C1 Cw (line 1)

= 0.5539x4 - 1.4709x3 + 1.5133x2 - 0.6043x + 0.0967

77

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

BM0

[feet]

GM90 = BM90 GB90

[The Theory and Technique of

Ship Design hal. 254]

dimana :
C1

= 0.3449x4 - 0.9626x3 + 0.9987x2 - 0.3258x + 0.0320


Persamaan C1 tersebut diperoleh dari grafik C1 Cw (line 2)

BM90 =

[feet]

GM0
awal

= Tinggi metasenter
[The Theory and Technique of Ship Design hal. 257]
= KB0 + BM0 KG
78

[feet]

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

GZ = lengan stabilitas kapal

[The Theory and Technique of

Ship Design hal. 250]

= GZ + GG sin

= 0 ~ 90o

dimana :

GZ

= b1.sin 2 + b2.sin 4 + b3.sin 6

b1

b2

b3

Dari hasil perhitungan diperoleh harga GG sin , b1.sin 2, b2.sin 4,

b3.sin 6 adalah sebagai berikut :

Heel

GG' sin

GZ (

10

15

20

25

30

0.000

-0.348

-0.694

-1.035

-1.367

-1.690

-1.999

79

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

35

40

45

50

55

60

65

70

75

80

85

90

-2.293

-2.570

-2.827

-3.063

-3.275

-3.462

-3.623

-3.757

-3.862

-3.937

-3.983

-3.998

Dari data perhitungan diatas, bahwa GZ maksimum adalah :


GZ (lengan stabilitas) maksimum

= 5.532

[feet]

= 5.532 [feet] * 0.3048 [m]

= 1.6862 [m]

Harga GZ maksimum = 1.6862 [m] adalah pada heel angle 40

Jadi max = 40

16.3

Pengecekan Stabilitas Utuh


Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, maka pengecekan

perhitungan stabilitas menggunakan Intact Stability Code, IMO Regulasi A.749 (18),
yang isinya adalah sebagai berikut :

Kriteria stabilitas untuk semua jenis kapal :

1. e0.30o 0.055 m.rad

80

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

Luas gambar dibawah kurva dengan lengan penegak GZ pada sudut

30o 0.055 meter rad.


2. e0.40o 0.09 m.rad

Luas gambar dibawah kurva dengan lengan penegak GZ pada sudut

40o 0.09 meter rad.


3. e30,40o 0.03 m.rad

Luas gambar dibawah kurva dengan lengan penegak GZ pada sudut

30o ~ 40o 0.03 meter


4. h30o 0.2 m

Lengan penegak GZ paling sedikit 0.2 meter pada sudut oleng 30 o

atau lebih.
5. hmax pada max 25o

Lengan penegak maksimum harus terletak pada sudut oleng lebih dari

25o
6. GM0 0.15 m

Tinggi Metasenter awal GM0 tidak boleh kurang dari 0.15 meter

Untuk detail perhitungan dan pengecekan stabilitas utuh terlampir.

BAB XVII

PERHITUNGAN TONASE KAPAL

17.1 Pendahuluan

Tonase kapal dibagi menjadi dua yaitu Net Tonnage (NT) dan Gross

Tonnage (GT). NT digunakan dalam menentukan pajak pelabuhan untuk kapal-kapal


berbagai ukuran. Sedangkan GT digunakan untuk menentukan persyaratan-persyaratan

81

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

regulasi, misalnya biaya masuk kanal, biaya pemanduan kapal, persyaratan keselamatan,
peralatan teknis, jumlah Crew, asuransi, dll.

17.2 Perhitungan Tonase Kapal

Untuk perhitungan dan pengecekan tonase kapal, digunakan referensi

International Convention on Tonnage Measurement of Ships, 1969

Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut :

Gross Tonnage (GT) :

GT

= K1 . V

= Total volume ruang tertutup [m3]

= VU + VH
VU

= Volume di bawah geladak cuaca [m3]

= Depth moulded [m]

= Moulded draft a midship [m]

VH

= Volume ruangan tertutup di atas geladak cuaca [m3]

= VP + VFC + VDH

VP

= Volume poop [m3]

VFC

= Volume forecastle [m3]

VDH

= Volume rumah geladak [m3]

K1

= 0.2 + 0.02 log10 V

Net Tonnage (NT) :

NT

= K2. Vc .

Vc

= Total volume ruang muat

K2

= 0.2 + 0.02 log10 Vc

K3

= 1.25

N1

= Jumlah penumpang dalam kabin dimana tidak lebih 8 penumpang

+ K3.

82

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

= 2 orang
N2

= Jumlah penumpang yang lain

= Zc 2
Zc

= Jumlah Crew
N1 + N2 =

total jumlah penumpang kapal yang diizinkan untuk dimuat,

yang disebutkan dalam sertifikat.

1)

Syarat-syarat :

0.25 GT

2) K2 . Vc .
3) NT 0.30 GT

4) N1 & N2 = 0 jika N1 + N2 13
Untuk detail perhitungan dan pengecekan tonase kapal terlampir.

BAB XVIII
83

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

PERHITUNGAN BIAYA INVESTASI DAN


OPERASI KAPAL

18.1

Pendahuluan

Biaya investasi adalah biaya pembangunan kapal yang terdiri dari biaya

material untuk struktur bangunan kapal, biaya peralatan, biaya permesinan, biaya
pekerja, model Cost, trials Cost, asuransi dan lain-lain. Perhitungan biaya investasi
diperoleh berdasarkan regresi berat baja dengan harga baja per ton sesuai grafik yang
diberikan pada Practical Ship Design, David G. M. Watson.

18.2

Input Data

WST

= berat baja kapal [ton]

WE&O

= berat peralatan kapal [ton]

WME

= berat permesinan kapal [ton]

18.3

Perhitungan Biaya (Cost)

Cost adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan kapal

(belum memperhitungkan laba, inflasi selama masa pembangunan, dll.) Cost biasanya
ditanggung oleh galangan kapal yang dipercaya oleh owner untuk memproduksi kapal
pesanannya.

Untuk perhitungan Cost, dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu :

1) Structural Cost

PST

= WST . CST [US $]

CST

= pendekatan biaya berat baja per ton

CST dibuat berdasarkan biaya pada tahun 1993 dan termasuk

didalamnya biaya untuk material, tenaga kerja dan overhead. CST diperoleh dari
regresi linier kurva 5.1 yang diberikan pada Practical Ship Design sebagai
berikut :

84

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

Kurva 18.1 Perkiraan biaya machinery per ton

(sumber: Practical Ship Design)

Hasil regresi :

= a X4 + b X 3 + c X 2 + d X + e

= 0.0000000000

= -0.0000000011

= 0.0000297990

= -0.3899111919

= 3972.1153341357

2) Outfit Cost

PE&O = WE&O . CE&O [US $]


85

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

CE&O = pendekatan biaya berat baja per ton

CE&O dibuat berdasarkan biaya pada tahun 1993 dan termasuk

didalamnya biaya untuk material, tenaga kerja dan overhead. CE&O diperoleh dari
regresi linier kurva 5.2 yang diberikan pada Practical Ship Design sebagai berikut
:

Kurva 18.2 Perkiraan biaya machinery per ton

(sumber: Practical Ship Design)

Hasil regresi :

= a X4 + b X 3 + c X 2 + d X + e

= 0

= -0.0000001095

= 0.0004870798

= -3.1578067922

= 18440.6636505112

86

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

3) Machinery Cost

PME = WME . CME [US $]

CME = pendekatan biaya berat baja per ton

CME dibuat berdasarkan biaya pada tahun 1993 dan termasuk

didalamnya biaya untuk material, tenaga kerja dan overhead. CME diperoleh dari
regresi linier kurva 5.3 yang diberikan pada Practical Ship Design sebagai
berikut :

Kurva 18.3 Perkiraan biaya machinery per ton

Hasil regresi :

(sumber: Practical Ship Design)

= a X4 + b X 3 + c X 2 + d X + e
87

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

= -0.0000000001

= -0.0000002814

= 0.0041959716

= -11.6043551506

= 20016.8963585246

4) Non weight Cost (PNW)

[Watson, 18.10.5, hal.488]

Biaya ini merupakan biaya lainnya yang tidak dapat dikelompokkan

dengan ketiga grup biaya sebelumnya. Sebagai contoh :

Biaya untuk drawing office labour and overhead.

Biaya untuk biro klasifikasi dan Departemen Perhubungan.

Biaya konsultasi

Biaya test tanki

Biaya pemodelan

Biaya peluncuran

Biaya pengedokan

Pilotage

Towage

Biaya percobaan

Asuransi
88

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

Ketetapan untuk jaminan perbaikan

Biaya lain lain.

Untuk biaya-biaya tersebut diberikan rumus pendekatan sebagai

berikut :

PNW

= CNW . ( PST + PE&O + PME )

CNW

[ US $ ]

Total Biaya (Cost) :


Cost

= PST + PE&O + PME + PNW

[ US $ ]

18.4

Perhitungan Harga (Price) :

Price adalah harga kapal yang diberikan oleh galangan kapal yang

memproduksi kapal pesanan owner. Price ditanggung oleh owner, dimana di dalamnya
sudah diperhitungkan untuk laba, inflasi, dll.

Price diperoleh dari Cost yang telah dikoreksi dengan beberapa

koreksi sebagai berikut :


1) Tambahan laba ( profit ) sebesar 0% ~ 10% , 5% adalah yang terbaik untuk metode
estimasi.
2) Tambahan untuk antisipasi pengaruh inflasi pada biaya selama masa pembangunan
sebesar 2%.
3) Pengurangan akibat dukungan pemerintah seperti bantuan dana sebesar 9%.

Sehingga untuk harga (Price) kapal diberikan rumus sebagai berikut :


Price

= Cost + koreksi

Untuk detail perhitungan biaya investasi terlampir.

BAB XIX

OPERATIONAL COST

89

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

19.1 Operating Cost

Operating Cost (biaya operasi kapal) merupakan biaya yang

berhubungan dengan beberapa aspek operasional yang bersangkutan terhadap


pengoperasian kapal untuk siap berlayar. Operating Cost terdiri dari biaya tetap dan
biaya tidak tetap yang bergantung pada kondisi kapal yang sebenarnya saat berlayar.
Biaya tetap dari sebuah kapal merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh
shipowner untuk kapal siap berlayar yang terdiri dari beberapa element yaitu : biaya
reparasi, biaya asuransi, biaya kebutuhan kapal saat berlayar, dan lain sebagainya.

1. Reparasi dan pemeliharaan

Kapal membutuhkan perbaikan jika mengalami kecelakaan dan

tindakan pemeliharaan juga harus dilakukan. Perbaikan dapat dilakukan jika kapal
menabrak dinding dermaga atau jika daun baling-baling mengalami kerusakan.
Pemeliharaan dapat diartikan sebagai pemeliharaan rutin seperti seperti
pemeliharaan mesin utama, crane, membersihkan badan kapal, dan pengecatan
badan kapal sehingga dapat memenuhi persyaratan klas. Dibawah ini adalah tabel
perencanaan biaya reparasi dan pemeliharaan kapal :
Tabel 19.1 : biaya reparasi dan pemeliharaan

Sh

Ship type

ip size

<

Cost. (1.000) US$

Tankers

10.000 DWT

164
70

.000 100.000 DWT

>3

00.000 DWT

Dry bulk Carriers

482
776

<

10.000 DWT

20

.000 30.000 DWT

134
207

10

0.000 150.000 DWT

10

286

General cargo ship

.000 15.000 DWT

Container ship

000 TEU

Reefer ship

0.000 cu.ft

157
2.

448
35
90

515

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

(sumber : shipping)

2. Stores, supplies and lubricating oils

Awak kapal membutuhkan makanan dan biaya ini berhubungan


dengan bagian dari persediaan makanan. Biaya diperkirakan sebesar US$ 3-6 untuk
setiap orang. Stores dan Supplies merupakan biaya yang diperlukan untuk
kebutuhan operasi kapal seperti tali-temali, kabel, cat, minyak, dan juga suku
cadang. Biaya ini biasanya dibagi menjadi 3 kategori yaitu : marine stores, engine
room stores, dan stewards stores. Biaya untuk keperluan ini diperkirakan sebesar
US$ 45.000 85.000 per tahun untuk kapal yang relatif kecil.

3. Biaya asuransi

Kapal harus diasuransikan untuk mengantisipasi adanya berbagai

macam resiko. Yang utama, biasanya Pemilik kapal melakukan 2 macam asuransi
yaitu : Physical damage or loss of the hull & machinery (H&M) dan liability to
third party claims (P&I). Perkiraan biaya asuransi sebagai berikut :

Tabel 19.2 : biaya asuransi

Ship type

M Insurance (1.000 US$)

23

&I Insurance (1.000 US$)

Shortsea

55

General cargo ship

Dry bulk Carrier

Tanker

Container ship

H&

120

125
165

240

19
95

145

91

45
180

1.150
- 480

15
20

420

420

(sumber : shipping)

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

19.2 Voyage Cost

Voyage Cost merupakan biaya yang harus dikeluarkan saat kapal

mulai berlayar. Yang termasuk dari biaya ini adalah biaya bahan bakar mesin utama dan
bahan bakar untuk mesin bantu. Biaya bahan bakar mesin utama diperkirakan Rp.
4100,00 dan bahan bakar mesin bantu sebesar Rp.7000,00

19.3 Cargo handling Cost

Rencana rute pelayaran kapal ini yaitu Balikpapan Ambon Biak.

Sehingga biaya yang dikeluarkan berdasarkan pada tarif masing-masing pelabuhan di


tempat tersebut.
- Pelabuhan di Balikpapan memilki tarif labuh dan tambat sebesar Rp 48,00 per
-

Gross Tonnage.
Pelabuhan di Ambon memilki tarif labuh dan tambat sebesar Rp 45,00 per Gross

Tonnage.
Pelabuhan di Biak memilki tarif labuh dan tambat sebesar Rp 40,00 per Gross
Tonnage.

19.4 Capital Cost

Umur kapal diperkirakan 20 tahun, sehingga dapat diperkirakan besar

dari Capital Cost yaitu perkiraan harga kapal dibagi dengan umur kapal.

19.5 Shipping Cost


1. Biaya ini dihitung dengan total biaya per tahun dan dapat dihitung dengan rumus:

Shipping Cost =
Operating Cost (per tahun) + Voyage Cost (per
tahun) + Cargo handling Cost (per tahun) + Capital Cost.

2. Dengan kemungkinan jumlah pelayaran selama 1 tahun sebesar 23 kali.


3. Sehingga didapatkan nilai shipping Cost sebesar US$ 2.073.965,92.
4. Dengan besar payload 6000 ton, didapatkan biaya pengiriman muatan setiap ton
sebesar = Shipping Cost/(jumlah pelayaran per tahun * payload) = US$ 15.03
5. Dari biaya pengiriman setiap ton didapatkan biaya pengiriman/ton/mil sebesar US$
0.00497 atau setara dengan Rp. 45,20

92

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

BAB XX

PARAMETER OPTIMASI DAN


PENGECEKAN HASIL UKURAN UTAMA
AKHIR

20.1

Parameter Optimasi
Untuk hasil yang optimum maka perlu diperhatikan parameter optimasinya.

Parameter optimasi tersebut antara lain :


1. Analisa Teknis

Hukum Fisika

Kapasitas Ruang Muat

Stabilitas

Freeboard

Trim

2. Analisa Ekonomis

Sedangkan untuk analisa ekonomis yang optimum didapatkan dari biaya

pengiriman per ton per mil yang paling murah dari semua ukuran utama yang telah
lolos (sukses) analisa teknis. Oleh karena itu, maka ukuran utama yang dipilih adalah :

Items

LW

LPP

Val

93

10

99.8

Units

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

Vs

CB

propeller [ D ]

Diameter

LW

[ PB ]

Power

Crew

Jumlah

Consumpsion

Fuel

Capacity

Tonnage

Tonnage

pengiriman/ton/mil

Gross

Net

Tri

Hold

Biaya

94

16.

8.

6.3

13

0.7

4.

194

194

23

13.8

786

391

198

0.0

45.2

knots

orang

IDR

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

20.2

Pengecekan Hasil Ukuran Utama Akhir

Keterangan

B/T

T/H

B/H

L/H

Range 6-7 (Practical


Ship Design, hal 67)
Range
2.25-3.75
(Parametric Design,
hal 11-9)
Range
0.7-0.8
(Practical
Ship
Design, hal 71)
Range
1.8-2.0
(Practical
Ship
Design, hal 70)
Untuk
tanker
12.5
(Practical
Ship
Design, hal 73)

L/B

DWT/

LWT (ton)

e
h

GM

Freeboard

Selisih gaya apung dan


gaya berat harus
kurang
dari
5%
[selisih
/
(LWT+DWT) 5%] :
10.59 /8282.8 * 100% =
0.128%
t < 0.07% L = 0.0735
m (Schneekluth, hal
180)
e0 300 0.055 m.rad ;
IMO
e0 400 0.09 m.rad ;
IMO
e30 400 0.03 m.rad ;
IMO
h300 0.2 m ; IMO

DWT

Range
0.77-0.83
(Parametric Design,
hal 11-4)

95

Hmax pada max 250 ;


IMO
GM0 0.15 m ; IMO
Actual Freeboard
Freeboard minimum

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

Freeboard

LCB

LCG

Baja

Peralatan
Permesina

(International
Load
Lines
Convention
1966, Protocol 1998,
as Amended 2005)

Selisih= 0.053 < 0.1%L


=
0.105
m
(Schneekluth, hal 70)

Practical Ship Design,


hal 485
Practical Ship Design,
hal 486
Practical Ship Design,
hal 488

BAB XXI

RENCANA GARIS (LINES PLAN)

21.1

Pendahuluan

Lines Plan merupakan gambar yang menyatakan bentuk potongan

badan kapal dibawah garis air yang memiliki tiga sudut pandang yaitu, body plan
(secara melintang), Sheer plan (secara memanjang) dan half breadth plan (dilihat dari
atas).

Ada berbagai cara membuat Lines Plan. Salah satu cara yang

diterapkan pada tugas merancang kapal I ini yaitu menggunakan form data(H. E.
Guldhammer,1962). Sebagai langkah awal, dilakukan pembuatan body plan berdasarkan
96

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

pada form data. Kemudian dilakukan penyempurnaan menggunakan software Auto Cad.
Menggambar half breadth plan dan Sheer plan juga dibantu oleh software tersebut.

21.2

Input Data Awal

Dari hasil perhitungan optimasi yang telah dilakukan sebelumnya,

didapatkan ukuran utama sebagai berikut :


1) Tipe kapal

: Tanker

2) Lpp

: 99.84 m

3) Lwl

: 103.84 m

4) Bmld

: 16.76 m

5) Hmld

: 8.91 m

6) T

: 6.36 m

7) Cb

: 0.7305

8) Cm

: 0.9888

9) Cwl

: 0.8363

10) Lcb dari midship : 0.8294 m


11) Vdinas

: 13 knot

Selanjutnya ukuran utama di atas dijadikan acuan dalam membuat

Lines Plan.

21.3

Metode Pembuatan Rencana Garis

Adapun langkah-langkah membuat Lines Plan sebagai berikut :

a. Membuat Lines Plan menggunakan form data dibutuhkan input koefisien blok (Cb)
dan LCB kapal untuk mendapatkan nilai dari A (koefisien blok dibelakang midship)
danF (koefisien blok didepan midship). Untuk mencari nilai A danF dilakukan
pada grafik dibawah ini,

97

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

Gambar 20.1 : data untuk mencari nilai A danF

(Sumber:H. E. Guldhammer,1962)

Kemudian dilakukan plot nilai Cb dan LCB kapal pada grafik

sehingga didapatkan nilai A (sebelah kiri gambar) sebesar 0.75074 dan nilai F
(sebelah kanan gambar) sebesar 0.7478.

98

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

b. Mencari bentuk badan kapal pada bagian belakang midship digunakan nilai A dan
digunakan data sebagai berikut :

99

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

100

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

Pada setiap station terdapat 4 macam A yaitu :0,70; 0,75; 0,80; 0,85.

Karena nilai A pada kapal ini yaitu 0.75074 maka diambil data A sebesar 0,75
dan0,80. Kemudian dilakukan interpolasi untuk mendapatkan nilai A sebesar
0.75074.

c. Mencari bentuk badan kapal pada bagian depan midship digunakan nilai F dan
digunakan data sebagai berikut :

101

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

Pada setiap station terdapat 5 macam A yaitu :0,70; 0,75; 0,80; 0,85;

0,90. Karena nilai F pada kapal ini yaitu 0.7478 maka diambil data F sebesar 0,70
dan0,75. Kemudian dilakukan interpolasi untuk mendapatkan nilai F sebesar 0.7478.

d. Setelah didapatkan body plan yang diinginkan maka dilakukan koreksi pada nilai
Cb, Cm, LCB, dll. Proses tersebut dilakukan dengan menggunakan software Auto
Cad. Selanjutnya, dilakukan pembuatan Sheer plan dan half breadth plan dari body
plan yang telah dilakukan beberapa koreksi tersebut. Hasil lines plan terlampir.

21.4

Bentuk Haluan dan Buritan

Untuk bentuk haluan, yaitu yang tidak memakai bulbous bow. Pada

Practical Ship Design, G.M Watson diberikan pertimbangan efektifitas pemakaian


bulbous bow ataupun tidak memakai bulbous bow berdasarkan Froude Number dan
Coefficien Block yang telah dihitung sebelumnya.

Untuk bentuk buritan kapal ada dua macam, yaitu cruiser dan

transom. Untuk kapal ini digunakan bentuk transom dengan beberapa pertimbangan
sebagai berikut :

Jika transom berada diatas sarat maka daerah buritan yang tercelup air akan
berkurang sehingga mengurangi hambatan kapal.

Bentuk transom membuat main deck bagian buritan kapal menjadi lebih luas,
sehingga penataan ruangan dalam bangunan atas (Superstructure) bisa lebih
optimal.

21.5

Propeler Clearance
Propeler Clearance digunakan untuk menentukan bentuk dari linggi

buritan, dimana linggi buritan didesain sedemikian hingga aliran air yang menuju
propeller dapat maksimal sehingga daya yang dihasilkan oleh propeller juga maksimal.
Berikut adalah penentuan batas minimum propeller clearance :

[Ship Design for Efficiency and Economy 2, Schneekluth, hal 63]

102

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

a =

0.1 x=D

0.4

b =

0.09=x D

0.36 m

c =

0.17x
=D

0.69 m

d =

0.15=x D

0.61 m

e =

0.18=x

0.73 m

0.04=x D

0.16 m

Gambar 20.5 Propeler Clearance

Sudut kemiringan daun propeller berkisar antara 12 hingga 15, maka besar sudut
yang diambil adalah 15 dari sumbu vertikal.

Jarak minimum linggi baling-baling ke poros kemudi (AP) untuk single screw
adalah 0.04 L

103

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

Gambar 20.6 Jarak AP minimum antara propeller post dengan AP

21.6

Radius Bilga

Untuk radius bilga kapal di gunakan rumus :

B .T .(1Cm)
R=

2(1 )
4

1
2

Ref: Practical ship Design hal 243

sehingga pada Lines Plan kapal memiliki radius bilga :

R = 1.6626 m

21.7

Bentuk station U dan V

Pemakaian bentuk station U dan V dapat di dasarkan atas fungsi

dari kedua station. Untuk bentuk U biasanya digunakan untuk station Fore Part,
sedangkan bentuk V digunakan pada station After Part.
Bertram, hal 38]
Keuntungan Bentuk V :
104

[Schneekluth, H and V.

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

Volume cenderung lebih besar.


CWL lebih besar,sehingga menambah harga KB, MB, KM, dan MG.
Mengurangi berat baja (After Part).
Tahanan kekentalan berkurang (survace).
Kurve dari permukaan lebih sederhana lebih murah.
Karakterristik Sea keeping lebih baik, misalnya : slamming berkurang dan
mempunyai displacement cadangan lebih besar.
Luasan geladak lebih besar, khususnya dibagian depan (fore castle deck)
Center of displacement lebih tinggi (dibawah garis air lebih rendah).
Lebih baik dalam membelah ombak
Bisa mencegah air laut supaya tidak naik ke geladak.
Keuntungan bentuk U :
Dengan bentuk U maka kapasitas ruang muat menjadi lebih besar
Stabilitas kapal menjadi lebih baik
Apabila diletakkan di buritan maka bentuk U bisa membantu jalannya aliran air
menuju ke propleler sehingga daya propeller semakin besar.
Hambatan gelombangnya lebih kecil.

Dengan demikian akan lebih optimal jika bentuk station bagian

haluan kapal berbentuk V dan bagian buritan kapal berbentuk U.

21.8

Tinggi Chamber

Chamber merupakan bentuk pelengkuangan permukaan upper deck

ke arah atas pada sumbu melintang kapal dengan radius kelengkungan sama dengan
B/50. B dimaksud adalah lebar kapal, pada masing-masing station.

21.9

Perencanaan Panjang dan Tinggi Superstructure

Berdasarkan perhitungan ukuran utama maka panjang dan tinggi

Superstructure diperoleh sebagai berikut :


Forecastle

Panjang Forecastle = 10% Lpp = 9.984 m


105

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

Tinggi Forecastle

= 2.5 m

Poopdeck

Panjang Poopdeck = 20% Lpp = 19.968 m


Tinggi Poopdeck = 2.5 m

Bulwark

Tinggi Bulwark yang direncanakan = 1 m

Panjang Bulwark sepanjang forecastle deck

Gambar 20.7 bentuk bulwark yang direncanakan

21.10

Koreksi Lines plan terhadap perhitungan awal

Lines plan yang dibuat tentunya tidak akan 100% sama terhadap hasil

perhitungan pada optimisasi. Namun lines plan masih bisa ditolerir apabila memenuhi
106

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

syarat-syarat tertentu. Hal-hal yang perlu dikoreksi untuk memeriksa apakah lines plan
yang kita buat bisa diterima dan dikerjakan lebih lanjut antara lain:
1. Volume Displasmen

Dari koreksi yang kami lakukan ternyata volume displasmen pada


rencana garis adalah 8083.573 m3sedangkan pada perhitungan 8080.788 m3
sehingga hanya terpaut 0.035%. batasannya adalah 0.5 %.

2. Block Coeficient (Cb)

Dari koreksi yang kami lakukan ternyata Cb pada rencana garis


adalah 0.7304 m3sedangkan pada perhitungan 0.7305 m3 sehingga hanya terpaut
0.016%.

batasannya adalah 0.5 %.

3. Midship Coefficient (Cm)

Dari

koreksi yang kami lakukan ternyata Cm pada rencana garis adalah 0.9889
sedangkan pada perhitungan 0.9888 sehingga hanya terpaut 0.003%. batasannya
adalah 0.5 %.

4. Angle of Entrance (sudut masuk)

Setengah sudut masuk pada rencana

garis adalah 28.585 sedangkan pada

perhitungan 26.28 . Selisihnya 2.3 . Batasannya 2.5

5. Ruang Muat

Dari koreksi yang kami lakukan ternyata Volume ruang muat pada
rencana garis adalah xxxx m3 sedangkan pada perhitungan xxxx m3 sehingga
hanya terpaut xxxx%. batasannya adalah 5 %.

Untuk detail perhitungan pada lampiran.

107

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

108

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

21.11

Curve of Sectional Area (CSA)

Curve of Sectional Area adalah kurva yang menggambarkan luas tiap

potongan melintang badan kapal yang tercelup air sepanjang kapal. Kurva ini dapat
dipergunakan untuk menghitung volume displasemen dan LCB.

109

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

Gambar di bawah ini adalah CSA kapal kami.

Gambar 20.8 CSA

BAB XXI

RENCANA UMUM (GENERAL


ARRANGEMENT)
110

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

21.1

Pendahuluan

Rencana Umum / general arrangement dalam Ship Design and

Cosntruction, Bab III didefinisikan sebagai perencanaan ruangan yang dibutuhkan


sesuai dengan fungsi dan perlengkapannya. Ruangan-ruangan tersebut misalnya : ruang
muat, ruang akomodasi, ruang mesin, dll. Disamping itu, juga meliputi perencanaan
penempatan lokasi ruangan beserta aksesnya.

Rencana umum dibuat berdasarkan Lines Plan yang telah dibuat

sebelumnya. Dengan Lines Plan secara garis besar bentuk badan kapal akan terlihat
sehingga memudahkan dalam merencanakan serta menentukan pembagian ruangan
sesuai dengan fungsinya masing-masing.

Menurut Ship Design and Construstion, karakteristik rencana

umum dibagi menjadi 4 bagian antara lain :


a. Penentuan lokasi ruang utama
b. Penentuan batas-batas ruangan
c. Penentuan dan pemilihan perlengkapan yang tepat
d. Penentuan akses (jalan atau lintasan) yang cukup

Langkah pertama dalam menyelesaikan permasalahan rencana umum

adalah menempatkan ruangan-ruangan utama beserta batas-batasnya terhadap lambung


kapal dan bangunan atas. Adapun ruangan utama dimaksud adalah :
a. Ruang Muat
b. Kamar mesin
c. Ruangan untuk Crew dan penumpang
d. Tangki-tangki (bahan bakar, ballast, air tawar, dll)
e. Ruangan-ruangan lainnya

Pada saat yang bersamaan juga ditentukan kebutuhan lain yang harus

diutamakan seperti:
a. Sekat kedap masing-masing ruangan
b. Stabilitas yang cukup
c. Struktur / konstruksi
d. Penyediaan akses yang cukup
111

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

Penyusunan rencana umum merupakan suatu proses bertahap yang

disusun dari percobaan, pengecekan, dan penambahan. Referensinya bisa didapat dari
data rencana umum kapal-kapal pembanding yang memiliki spesifikasi tidak jauh
berbeda dengan kapal yang sedang dirancang. Pendekatan penyelesaian permasalahan
rencana umum harus didasarkan pada informasi minimum yang meliputi :

Penentuan volume ruang muat berdasarkan jenis dan jumlah muatan yang dimuat.

Metode penyimpanan dan bongkar muat muatan.

Penentuan volume ruangan untuk kamar mesin berdasarkan jenis dan dimensi mesin.

Penentuan volume ruangan akomodasi berdasarkan jumlah Crew, penumpang dan


standar akomodasi.

Penentuan volume tangki-tangki terutama untuk bahan bakar dan ballast


berdasarkan jenis mesin, jenis bahan bakar, dan radius pelayaran.

Penentuan pembagian dan pembatasan jarak sekat melintang.

Penentuan dimensi kapal (L, B, H, dan T).

Lines Plan yang telah dibuat sebelumnya.

Setelah semua langkah tersebut dipenuhi dan desain kapal sudah jadi

maka diperlukan pengecekan kembali atas ukuran-ukuran utama apakah sudah sesuai
dengan yang ditentukan atau belum.

21.2

Data Utama Kapal

UKURAN
UTAMA
KAPAL

Lebar (B)
:
16.76 m
Tinggi (H)
:
8.91 m
Kecepatan
dinas : 13
knot
Block
coefficient
:

112

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

0.7305
Radius
Pelayaran
:
3024
seamile

Tabel 21.1 Data


ukuran utama kapal

21.3

Penentuan Panjang Konstruksi (LKonstruksi)

Untuk menghitung panjang konstruksi, digunakan harga yang

terbesar dari perhitungan 0.96 LWL, 0.97LWL, dan Lpp. Dengan ketiga perhitungan
tersebut, di dalam Section 1, BKI 2006 Vol.II diberikan ketentuan sebagai berikut :

Jika Lpp < 0.96 LWL, maka LKonstruksi = 0.96 LWL

Jika Lpp > 0.97 LWL, maka LKonstruksi = 0.97 LWL

Jika Lpp berada diantara 0.96 LWL dan 0.97 LWL, maka LKonstruksi = Lpp

Adapun perhitungan L konstruksi sebagai berikut :

0.96 LWL = 0.96 * 103.84

= 99.686 m

0.97 LWL = 0.97 * 103.84

= 100.725 m

Lpp = 99.84 m

Sesuai dengan ketentuan, maka LKonstruksi = Lpp = 99.84 m.

21.4

Penentuan Jarak Gading


Untuk jarak gading, direncanakan sebesar 0.6 m dengan asumsi

semua jarak gading dianggap sama.

113

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

21.5

Tinggi Double bottom

Tinggi double bottom direncanakan sebesar 1.1 m. Sedangkan untuk

double bottom pada kamar mesin menyesuaikan dengan tinggi pondasi mesin sehingga
didapatkan tinggi double bottom pada mesin adalah 1.30 m.

21.6

Double skin (Wing tank and Space)

Dalam Section 24, BKI 2006 Vol.II, jarak wing tank diberikan

rumus jarak minimum double skin sebagai berikut :

= 0.5 + DWT / 20000

= 0.5 + 6327.53 / 20000

= 0.816 m

wmax = 2 m dan wmin = 1 m

Jadi untuk jarak double skin direncanakan sebesar 1 m.

21.7

Perencanaan Sekat Kedap

Dalam perencanaannya, sekat-sekat kedap yang akan digunakan

antara lain :

1 sekat tubrukan (collision bulkhead)

1 sekat cofferdam depan

4 sekat ruang muat

1 sekat ruang pompa

1 sekat tangki bahan bakar

1 sekat depan kamar mesin

1 sekat ceruk buritan

1 sekat memanjang

21.8

Perencanaan Oil Tight Hatchway

Letak bukaan untuk masuk ke dalam cofferdam, tangki ballast, tangki

ruang muat dan ruangan lainnya di daerah muatan berhubungan langsung dengan
geladak terbuka. Untuk bukaan arah vertikal atau lubang orang untuk menelusuri alur
114

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

sepanjang lebar dan panjang tangki, ukuran minimum tidak boleh kurang dari 600 mm x
800 m dengan bentuk elips. Sedangkan penutup bukaan terbuat dari baja dengan
ketebalan minimal 12.5 m.

21.9

Perencanaan Tangga Samping ke Darat (Tangga Akomodasi)

Persyaratan :

a. Tangga akomodasi pada saat diturunkan harus mencapai sarat muatan kosong.
b. Perhitungan sarat muatan kosong : t = 2.0 + 0.02 L [MARPOL Annex 1, Reg.13]

Sarat muatan kosong :

t = 2.0 + 0.02 * 99.84

= 3.997 m

c. Lebar tangga = 0.6 m


d. Jarak vertikal anak tangga = 300 mm
e. Tangga membentuk sudut 450 dari garis horizontal, sehingga panjang tangga dapat
dihitung sebagai berikut :

= (D t) / (sin 450)

= (8.91 3.997) / sin 450

= 6.95 m
f. Tangga berjumlah 2 buah, diletakkan masing-masing pada sisi main deck kapal.
L

21.10 Perencanaan Tangki dan Ruang Muat


a. Tangki Bahan Bakar (Fuel oil)

Tangki fuel oil diletakkan dibelakang ruang pompa sepanjang 4 jarak

gading, tepatnya pada gading no. 25 s/d no. 29.


b. Tangki Diesel Oil

Tangki Diesel Oil diletakkan pada double bottom kamar mesin

sepanjang 3 jarak gading, tepatnya pada gading no. 22 s/d no. 25.
c. Tangki Minyak Pelumas

Tangki minyak pelumas diletakkan pada double bottom di bawah

kamar mesin sepanjang 1 jarak gading, tepatnya pada gading no. 21 s/d no. 22.
d. Tangki Limbah (Sewage Tank)

Tangki air kotor diletakkan pada double bottom di bawah kamar

mesin sepanjang 3 jarak gading, tepatnya gading no. 10 s/d no. 13.
e. Tangki Air Tawar
115

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

Tangki air tawar diletakkan di atas tangki ballast buritan dan dibawah

main deck yaitu dari transom sampai sekat ceruk buritan.


f. Tangki Ballast

Tangki ballast yang direncanakan terdiri dari 5 tangki ballast double

bottom, 10 tangki ballast sisi, 1 tangki ballast buritan dan 1 tangki ballast haluan.
Adapun peletakannya adalah sebagai berikut :

Tangki ballast double bottom no. 1 : sepanjang 24 jarak gading,


tepatnya pada gading no.130 s/d no. 154.

Tangki ballast double bottom no. 2 : sepanjang 25 jarak gading,


tepatnya pada gading no. 105 s/d no. 130.

Tangki ballast double bottom no. 3 : sepanjang 25 jarak gading,


tepatnya pada gading no. 80 s/d no. 105.

Tangki ballast double bottom no. 4 : sepanjang 25 jarak gading,


tepatnya pada gading no. 55 s/d no. 80.

Tangki ballast double bottom no. 5 : sepanjang 24 jarak gading,


tepatnya pada gading no. 31 s/d no. 55.

Tangki ballast sisi no. 1 (P&S) : sepanjang 24 jarak gading,


tepatnya pada gading no. 130 s/d no. 154.

Tangki ballast sisi no. 2 (P&S) : sepanjang 25 jarak gading,


tepatnya pada gading no. 105 s/d no. 130.

Tangki ballast sisi no. 3 (P&S) : sepanjang 25 jarak gading,


tepatnya pada gading no. 80 s/d no. 105.

Tangki ballast sisi no. 4 (P&S) : sepanjang 25 jarak gading,


tepatnya pada gading no. 55 s/d no. 80.

Tangki ballast sisi no. 5 (P&S) : sepanjang 24 jarak gading,


tepatnya pada gading no. 31 s/d no. 55.

Tangki ballast buritan : sepanjang 15 jarak gading, tepatnya


pada transom s/d sekat ceruk buritan.

Tangki ballast haluan : sepanjang 10 jarak gading, tepatnya


pada gading no. 156 s/d haluan.
116

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

g. Tangki Ruang Muat

Tangki ruang muat direncanakan berjumlah 5 tangki. Adapun

peletakannya adalah sebagai berikut :

Tangki ruang muat no.1 (P&S) : sepanjang 24 jarak gading,


tepatnya pada gading no. 130 s/d no. 154.

Tangki ruang muat no.2 (P&S) : sepanjang 25 jarak gading,


tepatnya pada gading no. 105 s/d no. 130.

Tangki ruang muat no.3 (P&S) : sepanjang 25 jarak gading,


tepatnya pada gading no. 80 s/d no. 105.

Tangki ruang muat no.4 (P&S) : sepanjang 25 jarak gading,


tepatnya pada gading no. 55 s/d no. 80.

Tangki ruang muat no.5 (P&S) : sepanjang 25 jarak gading,


tepatnya pada gading no. 31 s/d no. 55.

21.11 Perencanaan Pintu


Untuk pintu yang akan digunakan direncakan 3 macam pintu sebagai berikut :
a. Pintu baja kedap cuaca (ship Water tight steel door)

Pintu ini digunakan sebagai pintu luar yang berhubungan langsung

dengan cuaca bebas. Adapun dimensinya sebagai berikut :

Tinggi

: 2200 mm

Lebar

: 1000 mm

Tinggi ambang : 200 mm

b. Pintu baja tidak kedap cuaca (ship non Water tight steel door)

Pintu ini digunakan sebagai pintu pada gudang-gudang.

c. Pintu baja kabin berlubang (ship cabin steel hollow door)

Pintu ini digunakan sebagai pintu ruangan pada bangunan atas.

21.12 Perencanaan Jendela

Untuk jendela pada kapal, direncakan sebagai berikut :

a. Jendela pada Wheel House Deck berbentuk kotak rounded dengan ukuran 800 x
700 mm.
117

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

b. Jendela pada Bridge deck berbentuk kotak dengan ukuran 600 x 500 mm.
c. Jendela pada Boat Deck berbentuk lingkaran dengan diameter 400 mm.
d. Jendela pada Poop deck berbentuk lingkaran dengan diameter 400 mm.
e. Jendela pada Upper Deck berbentuk lingkaran dengan diameter 400 mm.

21.13 Perencanaan Crew Tiap Geladak

Untuk Crew tiap geladak dan jumlahnya direncanakan sebagai

berikut
a. Upper Deck :

Chief Cook

= 1 orang

Assistant Cook

= 1 orang

Steward

= 1 orang

Oiler

= 1 orang

Boys

= 2 orang

Cadet

= 2 orang

Seaman

= 2 orang

Pumpman

= 1 orang

b. Poop deck

Second Engineer

= 1 orang

Third Officer

= 1 orang

Quarter Master

= 3 orang

Boatswain

= 1 orang

Electrician

= 1 orang

c. Boat Deck

Chief Engineer

= 1 orang

Chief Officer

= 1 orang

Chief Steward

= 1 orang

Second Officer

= 1 orang

d. Bridge Deck

Master/ Captain

= 1 orang
118

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

21.14 Perencanaan Ruang Akomodasi

Untuk kenyamanan dan kekondusifan lingkungan kerja ABK di atas

kapal,

maka

ILO

memberikan

ketentuan-ketentuan

yang

tertuang

dalam

International Labour Conference (ILO) Convention No. 133 - Convention


Concerning Crew Accommodation on Board Ship (Supplementary Provisions).
Adapun ketentuan-ketentuan tersebut adalah sebagai berikut :
21.14.1 Sleeping Room (Ruang Tidur)

Ketentuan :

a. Tidak boleh ada hubungan langsung di dalam ruang tidur dan ruang
untuk muatan, ruang mesin, dapur, ruang cuci untuk umum, WC, lamp
room, paint room, dan drying room (ruang pengering).
b. Ruang tidur harus diletakkan di atas garis air muat di tengah atau di
belakang kapal. Bila keadaan tak memungkinkan, ruangan tidur boleh di
letakkan di bagian depan kapal, tetapi tidak di depan sekat tubrukan.
c. Luas lantai untuk ruang tidur per-orang untuk Crew selain officer tidak
boleh kurang dari :
3.75 m2 untuk kapal dengan muatan lebih dari 1000 ton namun kurang
dari 3000 ton.
4.25 m2 untuk kapal dengan muatan lebih dari 3000 ton namun kurang
dari 10.000 ton.
4.75 m2 untuk kapal dengan muatan lebih dari 10.000 ton.
d. Tinggi ruangan, dalam keadaan bebas minimum 2200 mm.
e. Ukuran ruang tidur untuk perwira minimal 6.5 m2 untuk kapal kurang
dari 3000 ton dan minimal 7,5 m2 untuk kapal lebih dari 3000 ton.
f. Ruang tidur perwira diusahakan satu kamar untuk satu orang (master,
chief officer, chief engineer, chief steward).
g. Bintara (petty officer) untuk satu kamar bisa untuk dua orang max. Kelasi
dapat satu kamar maksimal bisa 4 orang (untuk kapal-kapal penumpang).
h. Ukuran tempat tidur :
Ukuran minimum : (1980 x 800) mm.

119

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

Jarak tempat tidur tak boleh diletakkan berjajar, sehingga tak ada jarak
cukup di antaranya.
Tempat tidur tidak boleh lebih dari dua susun, tempat tidur yang bawah
jarak minimum 300 mm dari lantai, tempat tidur kedua berada di
tengah-tengah antara tempat tidur pertama dan langit-langit.
Tempat tidur tidak boleh diletakkan memanjang kapal, apabila tersusun
dua di mana side light terpasang disitu, jadi hanya boleh satu tempat
tidur saja.
i. Sleeping room tidak boleh diletakkan memanjang kapal.
21.14.2 Mess Room (Ruang Makan)

Ketentuan :

a. Setiap kapal harus punya mess room accomodation yang cukup.


b. Kapal lebih besar dari atau sama dengan 1000 BRT harus tersedia mess
room yang terpisah antara lain :

Master dan officer.

Bintara dan anak buah kapal departemen deck.

Bintara dan anak buah kapal departemen mesin.

Untuk catering department bisa menggunakan fasilitas mess room

tersebut, tetapi untuk kapal > 5000 BRT dengan Crew catering
department lebih 5 orang harus dipertimbangkan adanya mess room
terpisah
c. Mess room harus dilengkapi dengan meja, kursi dan perlengkapan lain
yang bisa menampung seluruh Crew kapal pada saat yang bersamaan
(jumlah Crew = jumlah kursi).

Catatan : (dari British Regulation)

Kapal dengan ukuran > 3000 BRT yang berlayar di luar tempat

asalnya dilengkapi dengan smoking room untuk perwira yang harus


memiliki meja kerja dengan luas permukaan tiap meja 4 ft2 (0,372 m2)
dan dilengkapi pula dengan kursinya.
d. Minimal ukuran mess room untuk Officer dan rating adalah 1 m2 untuk
tiap orang dari jumlah yang direncanakan .

120

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

e. Mess room harus dilengkapi dengan refigenerator dan cool Water


facilities.
21.14.3 Sanitary Accomodation

Ketentuan :

a. Setiap kapal harus dilengkapi dengan sanitary accomodation termasuk


wash basin (ruang tempat cuci), kamar mandi dari tub (bak), atau shower
bath.
b. Untuk kapal 5000 15000 ton harus tersedia kamar mandi dan WC
terpisah di dalam kamar pribadi Officer untuk minimal 5 Officer.
c. Jumlah minimum WC di atas kapal adalah :
Kapal ukuran lebih dari 3000 BRT ada 6 buah.
d. Fasilitas sanitari untuk seluruh ABK yang tidak menggunakan fasilitas
privat yang berhubungan dengan kamar mereka harus disediakan
perhitungan sbb :
Satu tub atau satu shower bath untuk 8 orang atau kurang.
Satu WC untuk 8 orang atau kurang.
Satu wash basin untuk 6 orang atau kurang
21.14.4 Treatment Accomodation

Ketentuan :

a. Kapal dengan Crew 15 orang atau lebih dan berlayar lebih dari 3 hari,
maka harus dilengkapi dengan hospital accomodation.
b. Hospital accomodation harus dilengkapi dengan toilet, wash basin dan
bath tub / shower sendiri.
c. Harus tersedia minimal 1 buah tempat tidur, maksimal 6 buah.
21.14.5 Ships Office (Kantor)

Menurut British Regulation untuk kapal lebih dari 3000 BRT harus

dilengkapi satu ruangan kantor untuk deck departemen.


21.14.6 Dry Provision Store Room

Gudang penyimpanan bahan persediaan kering harus diletakkan

berdekatan dengan galley (dapur) atau pantry (ruang penyimpanan makanan


dan peralatan makan). Apabila tidak dalam satu deck, maka dapat digunakan
lift kecil untuk mengangkut bahan makanan ke galley.
121

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

21.14.7 Cold Store Room

Pada umumnya cold store room terdiri dari meat room (ruang

penyimpanan daging, temperatur max 180 F) dan vegetable room (ruang


penyimpanan sayuran, temperatur max 350 F).
21.14.8 Galley (Dapur)

Ketentuan :

a. Galley harus diletakkan berdekatan dengan mess room.


b. Galley harus terhindar dari asp, debu atau bunker hatchway.
c. Galley tidak boleh berhubungan langsung dengan sleeping room.
d. Harus dilengkapi dengan exhaust fan untuk menghisap bau dan asap,
kecuali letak dapur sedemikian rupa hingga asap bisa langsung ke luar ke
udara terbuka.
e. Galley yang terletak pada open deck harus mempunyai opening pada sisi
dan ujungnya untuk ventilasi.

21.15 Perencanaan Navigation Room (Ruang Navigasi)

Yang termasuk ke dalam ruang navigasi adalah Wheel House, Chart

Room, Electrician Room, dan ESEP room. Adapun uraian dari masing-masing ruangan
adalah sebagai berikut.
21.15.1 Wheel House

Pandangan dari ruang kemudi kearah samping, depan dan belakang tidak
boleh terganggu.

Pandangan kearah depan/haluan harus memotong garis air, tidak boleh


lebih dari 2 kali Lpp atau 500 m (diambil paling kecil).

Ruang untuk Wheel House dibuat secukupnya disisi kiri dan kanan selalu
ada flying bridge sampai sisi kapal.

Jarak dari kompas ke kemudi 500 mm

Jarak dari kemudi ke belakang 600 mm.

Pintu sampaing adalah pintu geser.

21.15.2 Chart Room

Terletak tepat dibelakang Wheel House dengan ukuran minimal 5-7 m2


atau 2,4 m x 2,4 m.
122

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

Meja peta diletakkan melintang kapal merapat kedinding depan dengan


panjang meja 1,2 m - 1,8 m.

Antara Chart room dengan Wheel House dihubungkan dengan pintu


geser.

21.15.3 ESEP (Emergancy Source of electrical Power).

Sebagai pengganti sementara instalasi listrik utama apabila instalasi


utama tidak berfungsi.

Memberi jaminan aliran pada kapal selama 6 jam pada : life boat station,
exit, main generating set Space, main machinery, navigation light dan
daylight signalling lamp.

ESEP ini dapat berbentuk : battery (accumulator) atau generator dengan


independent fuel supply dan suitable prime mover. Fual flash point
430 C.

Dapat bekerja dalam keadaan miring 22.50 dan trim 100.

21.16 Lampu Navigasi

[COLREGS - International Regulations for Preventing Collisions at

Sea - International Regulations for preventing Collisions at Sea, 1972 - Rule 21-24
and 30]
21.16.1 Anchor Light ( lampu jangkar )

Jumlahnya 1 buah.

Dipergunakan pada waktu kapal sedang lego jangkar agar kapal lain
mengetahui bahwa suatu kapal sedang melego jangkar.

Warna lampu putih.

Sudut sinar 3600.

Tinggi dari geladak 6 m.

Dapat dilihat pada jarak minimal 3 mil

Lampu jangkar buritan dipasang bila dilengkapi dengan jangkar buritan.

21.16.2 Mast Head Light


123

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

Berfungsi agar tidak terjadi tubrukan pada saat kapal berlayar (untuk
mengetahui arah gerakan kapal).

Jumlahnya 2 buah. Lampu pertama berjarak terendah 6 m dari geladak


utama dan tertinggi 12 m. Lampu kedua berjarak 4.5 m dari lampu
pertama.

Warna lampu putih.

Sudut sinar 2250.

Dapat dilihat pada jarak minimal 5 mil.

21.16.3 Side Light ( lampu samping ).

Berfungsi untuk untuk membedakan sisi kiri dan kanan kapal.

Jumlahnya 2 buah diletakkan masing-masing di sisi kiri dan kanan


geladak navigasi.

Warna merah pada lambung sisi kiri dan warna hijau pada lambung sisi
kanan.

Sudut sinar 112,50.

Dapat dilihat pada jarak minimal 2 mil.

Tinggi lampu dari geladak utama adalah tinggi mast head light depan.

21.16.4 Stern Light ( lampu Belakang )

Jumlah 1 buah.

Warna lampu putih.

Sudut sinar 1350.

Dapat dilihat pada jarak minimal 2 mil.

Diletakan dibelakang kapal dan tinggi 2 m dari geladak.

21.16.5 Red Light

Red light berfungsi sebagai lampu rambu - rambu pada saat cuaca
berkabut atau saat kapal kandas.

Jumlah 2 buah dan diletakkan pada mast atau tiang muatan. Daya lampu
masing masing 200 watt.

Sudut penyinaran lampu 3600.

Dapat dilihat sampai sejauh 2 mil.

124

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

21.17 Perencanaan Alat-alat Keselamatan

Untuk alat-alat keselamatan perencanaan didasarkan pada SOLAS

74/78. Adapun beberapa peralatan keselamatan yang digunakan antara lain :


Sekoci Penolong

Untuk sekoci penolong, dalam perencanaan digunakan tipe free fall.

Free fall life boat ini dilengkapi tangki udara dan diletakkan di bawah tempat
duduk. Free fall life boat ini diletakkan pada tepi bagian buritan kapal. Jenis life
boat seperti pada gambar berikut :

Gambar 21.1 Free fall Life Boat

Data Free fall Life Boat :

Type : GFF (T) 6.6M II

Dimensi : 6.69 x 2.86 x 3.24 m

Kapasitas : 30 orang

Berat kosong : 3340 kg

Berat sistem davit : 5600 kg

Pelampung Penolong (Lifebuoy)

Persyaratan lifebuoy menurut solas:

a. Kapal dengan panjang antara 60 m ~ 122 m jumlah pelampung minimal 12


buah, 6 buah dilambung kanan dan 6 buah dilambung kiri.
125

TUGAS MERANCANG KAPAL I


Xxxx Xxxx
4108.100.03x

b. Warnanya cerah dan mudah dilihat, harus mampu menahan di air tawar selama
24 jam, berat besi 14,5 kg.
c. Diletakkan pada dinding dan kubu-kubu serta dilengkapi tali
d. Dilengkapi dengan lampu yang bisa menyala secara otomatis jika jatuh ke laut
pada malam hari.
e. Diletakan ditempat yang mudah dilihat dan dijangkau.
f. Direncanakan pelampung penolong sebanyak 20 buah.
Baju Penolong (Life Jacket)

Persyaratan menurut SOLAS:

a. Setiap ABK minimal satu baju penolong.


b. Disimpan ditempat yang mudah dilihat dan lokasi yang mudah dicapai.
(Biasanya disimpan dalam lemari dalam masing-masing kabin penumpang dan
ABK).
c. Dibuat sedemikian rupa sehingga kepala pemakai yang pingsan tetap berada di
atas air.
d. Life jacket harus mampu menahan dalam air tawar selama 24 jam, berat 7,5 kg
besi.
e. Untuk jumlah Crew 23 orang minimal harus disediakan 23 life jackets.
f. Jumlah baju penolong = jumlah ABK + 5%

= 23 + 1.15

= 24.15

= 25 buah

Bahan : Styropor

Berat maximum

: 8 kg

Tanda-tanda Bahaya dengan Sinyal atau Radio

Untuk menunjukkan tanda bahaya bisa menggunakan sinyal ataupun

radio. Bila menggunakan sinyal dapat berupa :

Lampu menyala

Lampu sorot

Asap

Cermin

Roket
126

Adapun untuk radio dapat berupa :

Radio dalam sekoci

Radio jinjing

Auto amateur rescue signal transmitter

Alat Pemadam Kebakaran

Alat

pemadam

kebakaran

diletakkan

di

tempat-tempat

yang

memungkinkan terjadinya kebakaran, misalnya pada gang, kamar mesin ataupun


dapur. Ada berbagai tipe, umumnya seperti yang ada di darat. Sistem pemadam
kebakaran berupa foam. Sistem ini dibuat dalam tangki khusus foam dan
pembuatannya dapat dilakukan di atas kapal.

21.18 Perencanaan Hand rail / Railing

Pada kapal tanker pemasangan railing di seluruh tepi geladak kecuali forecastle
diijinkan. Railing yang digunakan pada kapal ini adalah sebagai berikut.

21.19 Peralatan Labuh serta Perlengkapannya

Untuk menentukan jumlah dan dimensi peralatan serta perlengkapan

labuh kapal, digunakan equipment number (Z) sesuai dengan referensi dari Section
18, BKI 2006 Vol.II. Equipment number merupakan fungsi displacement, Freeboard,
tinggi bangunan atas, ukuran utama kapal dan luasan penampang samping lambung
yang ada di atas garis air. Adapun perhitungan z number sebagai berikut :

= Displacement kapal

= 8282.8 ton
B

= 16.76 m
h

= Lebar kapal moulded

= tinggi efektif dari sarat sampai rumah geladak yang paling tinggi.
= Fb + h

Fb

= Freeboard

=HT

= 8.91 6.36

= 2.55 m

= penjumlahan tinggi bangunan atas dan rumah geladak

= 2.5 m + (4 x 2.4) m

= 12.1 m

= 2.55 + 12.1
= 14.65 m

= luas penampang samping lambung kapal, bangunan atas dan rumah

geladak

Luas lambung kapal

= (H T) x LWL

= (8.91 6.36) x 103.84

= 264.79 m2

Luas Forecastle

= 11.5 x 2.5
= 28.75 m2

Luas Poop = 23.5 x 2.5


= 58.75 m2

Luas Layer II

= 15 x 2.4

= 36 m2
Luas Layer III

= 10.2 x 2.4

= 24.48 m2
Luas Layer IV

= 7.8 x 2.4

= 18.72 m2
Luas Wheel House

= 5 x 2.4 m
= 12 m2

Dari perhitungan luas di atas, maka didapatkan :

= 264.79 + 28.75 + 58.75 + 36 + 24.48 + 18.72 + 12


= 443.49 m2

Sehingga equipment number didapatkan :

= (8282.8)^2/3 + 2*14.65*16.76 + (443.49/10)


= 944.79

Kemudian dari Tabel 18.2 pada Section 18, BKI Vol.II untuk Z = 910 ~ 980

didapatkan :
a. Jangkar

Jenis jangkar : jangkar tanpa tongkat

Jumlah jangkar

Berat jangkar : 2850 kg

:2

b. Rantai Jangkar

Panjang rantai : 495 m

Diameter rantai

: d1 = 54 mm (kualitas biasa)

d2 = 48 mm (kualitas special)

d3 = 42 mm (kualitas sangat special)

c. Tali Tarik

Panjang tali

: 190 m

Beban putus

: 560 kN

d. Tali Tambat

Jumlah tali

: 4 buah

Panjang tali

: 170 m

Beban putus

: 215 kN

21.18.1 Jangkar

Berdasarkan batasan berat jangkar yang telah dihitung sebelumnya,

maka jangkar yang dipilih adalah jangkar berengsel tanpa tongkat dari tipe
Hall Anchor. Adapun basic dimension dari jangkar yang dipilih dalam
Practical Ship Building Design, Volume.B, hal 148 adalah sebagai
berikut :

Berat Jangkar : 2850 kg

Tipe Jangkar : Hall Anchor

a =

b =

e =

f =

g =

i =

k =

Tabel 21.2 Dimensi jangkar

Gambar 21.2 Jangkar tipe Hall Anchor

21.18.2 Rantai Jangkar

Berdasarkan diameter rantai jangkar yang telah dihitung sebelumnya

dengan menggunakan Z (equipment number), maka untuk pemilihan rantai


jangkar dari Practical Ship Building Design, Volume.B, hal 153 adalah
sebagai berikut :

Untuk diameter rantai 42 mm dan berat permeter 12.7 kg, didapatkan

ukuran dan urutan rantai sebagaimana yang tertulis dalam Tabel 21.3 berikut.

Tabel 21.3 Ukuran dan urutan rantai jangkar

Large Link

1,1

6,5

4d

An

1,6

0,5

0,6

0,2

Gambar 21.3 Ukuran dan urutan rantai jangkar

21.18.3 Hawse Pipe

Pemilihan hawse pipe merupakan fungsi dari diameter rantai jangkar.

Untuk diameter rantai jangkar yang masuk dalam range 25 100 mm, maka

pada Grafik figure 343, Practical Ship Building, Volume.B, hal 172
didapatkan data-data sebagai berikut :

Diameter dalam

= 450 mm

Tebal hawse pipe

= 18 mm

Tebal bagian bawah (bahan besi tuang)

= 46 mm

Tebal bagian atas (bahan besi tuang)

= 33 mm

Tebal Chafing Plate (bahan open hearth)

= 10 mm

21.18.4 Chain Locker

Chain locker merupakan tempat untuk menyimpan jangkar apabila

jangkar sedang tidak digunakan (kapal berlayar). Untuk perhitungan volume


chain locker ditentukan sebagai berikut

V= 1.1 * d22 * L/105

[m3]

Dimana :

L = panjang rantai jangkar [m]

= 495 m
d = diameter rantai jangkar [inch]

= 48 mm

Sehingga :

V= 12.55 m3

Untuk mengantisipasi kemungkinan yang mungkin terjadi, diperlukan

volume cadangan untuk chain locker sebesar 20%. Sehingga volume chain
locker menjadi :

= 12.55 + (12.55 *20%)


= 15.06 m3

Sehingga didapat dimensi chain locker sebagai berikut :

a.

Panjang

= 4 * jarak gading = 2.4 m

b.

Lebar

= 1.5 m

c.

Tinggi

= 4.2 m

Karena menggunakan tambahan konstruksi kayu pada dasar chain locker,


maka tinggi chain locker ditambah 5% sehingga menjadi :
Tinggi

= 4.2 + 5%*4.2 = 4.41 m

21.18.5 Windlass

Windlass merupakan mesing bantu yang digunakan untuk mengangkat

jangkar. Untuk perhitungan daya yang dibutuhkan windlass adalah sebagai


berikut :

Daya tarik untuk mengangkat 2 jangkar :

Tcl

= 2 * fh * (Ga + Pa * La) * (1 Jw/Ja)


fh

Ga

Pa

La

Ja

= berat jenis rantai


= 7.75 t/m3

Jw

= panjang rantai yang menggantung


= 495 m

= berat rantai per meter


= 12.7 kg/m

= berat jangkar
= 2850 kg

= faktor gesekan pada hawse pipe


= 1.28 ~ 1.35

= daya tarik untuk mengangkat 2 jangkar [kg]

= berat jenis air laut


= 1.025 t/m3

Tcl

= 2 * 1.28 * (2850 + 12.7*495) * (1 1.025/7.75)


= 20279.8 kg

Torsi pada cable lifter

Mcl

= torsi pada cable lifter [kgm]

Mcl

Tcl

= 20279.8 kg

Dcl

= 0.0136 * D = 0.65 mm
cl

= diameter efektif dari kabel lifter

= efisiensi cable lifter


= 0.9 ~ 0.92

Mcl

= (20279.8*0.65)/2*0.9
= 7323.26 kgm

Torsi pada windlass

Mm

= torsi pada windlass [kgm]

Mcl

= 7323.26 kgm

= effisiensi dari peralatan

= 0.7 ~ 0.85

la

Nm

= putaran motor

= 523 ~ 1160 rpm


Va

= kecepatan rantai yang ditarik


= 0.2 m/detik

la

= (3.14*1000*0.65)/60*0.2
= 170.08

Mm

= (7323.26*0.65)/(170.08*0.85)

= 32.927 kgm

Daya efektif motor windlass

Ne

= daya efektif motor windlass [mHP]


=

= 45.97 mHP

(32.927*1000)/(716.20)

21.18.6 Bollard

Untuk bollard menggunakan tipe vertikal. Dari Practical Ship

Building, Volume B untuk diameter rantai sampai dengan 62 mm


didapatkan ukuran dimensi bollard sebagai berikut :

D = 400 mm

Berat Total

L = 1850 mm

Diameter Baut

B = 560 mm

Jumlah Baut = 10

H = 670 mm

a = 1100 mm; b = 500 mm; c = 65 mm;

= 1197 kg
=

inch

w1

35

mm

w2 = 45 mm;

e = 65 mm;

r1 = 65 mm

r2 = 155 mm

f = 140 mm

Gambar 21.3 Bollard

21.18.7 Fair Lead and Chock

Fungsi dari fair lead dan chock adalah Untuk mengurangi adanya

gesekan antara tali dengan lambung kapal pada saat penambatan kapal
dilakukan. Untuk bollard dengan diameter 400 ~ 500 mm, dalam Practical

Ship Building, Volume B diberikan dimensi ukuran fair lead sebagai


berikut :

Diameter roller (D)

= 400 mm

Breaking stress Tali

= 135 ton

Panjang (L)

= 2750 mm

Lebar (B)

= 490 mm

= 750 mm

Berat total

= 1075 kg (Design I)

= 1275 kg (Design II)

21.18.8 Warping Winch and Capstain


Fungsi dari warping winch dan capstain adalah untuk menarik tali trost
dan spring pada waktu penambatan kapal di dermaga (menggulung tali
tambat). Capstain digunakan untuk menggulung tali dari semua arah,
sedangkan warping winch digunakan untuk menggulung tali satu arah.
Untuk warping winch karena peralatannya jadi satu dengan windlass
maka tidak perlu ditentukan lagi perhitungannya.

Gambar 21.4 Warping winch

21.20 Perencanaan Rudder (Daun Kemudi)

Rudder merupakan salah satu bagian yang penting pada sebuah kapal.

Fungsinya adalah membantu kapal untuk melakukan maneuvering (berbelok). Rudder


harus didesain sedemikian rupa sehingga bisa didapatkan rudder yang optimum,

dimana dari segi ukuran bisa seminimum mungkin (untuk mengurangi hambatan)
namun dari segi efektifitas mampu membantu kapal untuk melakukan maneuvering.

21.19.1 Luas Daun Kemudi

Untuk luas daun kemudi pada Section 14, BKI 2006 Vol.II diberikan

sebagai berikut :

C1

= faktor untuk tipe kapal

= 1 (umum)
C2

= faktor untuk tipe kemudi

= 0,9 (semi spade rudder)


C3

= faktor untuk profil kemudi

= 1 (NACA)
C4 = faktor letak kemudi
= 1 (dibelakang propeller)
L = panjang konstruksi

= 99.84 m

T = sarat kapal

= 6.36 m

Sehingga,

A=

[m2]

= 10.1 m2
Jadi luas minimum daun kemudi yang disyaratkan BKI adalah 10.1

m2.Luasan ini adalah luas rudder ditambah 50% luas rudder horn. Luas
rudder dalam desain kapal ini adalah 9.4785 m2. Sedangkan luas rudder
horn adalah 1.6367 m2.Adapun untuk luas balansir kemudi (Af)= 23% A =
2.0116 m2
21.19.2 Ukuran Daun Kemudi

Untuk ukuran daun kemudi direncanakan sebagai berikut :

b1

= 1.6773 m

b2

= 2.2835 m

c2

= 2.5891 m

A1

= 3.5912 m2

Af1

= 0.4257 m2

A2

= 5.8873 m2

Af2

= 1.5859 m2

A= 9.4785 m2 Af = 2.0116 m2

c1

= 2.3832 m

Gambar 21.3 Ukuran daun kemudi

21.19.3 Gaya Kemudi

Rumus untuk menghitung gaya kemudi juga diberikan pada Section

14, BKI 2006 Vol.II sebagai berikut :

CR1

= gaya pada kemudi bagian atas

CR1

= CR

CR2

= gaya pada kemudi bagian bawah

CR2

= CR

CR

= luas kemudi total

= 11.4901 m2
V

[N]

= kecepatan kapal pada sarat penuh di air tenang


= 13 knot

k1

= koefisien berdasarkan aspek rasio


=(

+2) / 3

= b2 / AT
b

= tinggi kemudi
= 3.9 m

AT

= luas total kemudi

= 13.1268 m2

= 3.92 / 13.1268

= 1.1587

= 1.0529
2

CR

= 132 * 13.1268 * 13 2 * 1.0529 * 1.1 * 1.15 * 1


= 390029.229 N =390.029 kN

CR1

= koefisien berdasarkan thrust coefficient ct


= 1 (normal)

= koefisien berdasarkan lokasi kemudi


= 1.15 (kemudi tepat berada di belakang propeller)

= koefisien berdasarkan tipe kemudi


= 1.1 (NACA)

= (1.1587+ 2)/3

= 390029.229 * (3.1655 /11.4901)


= 107452.287 N = 107.452kN

CR2

= 390029.229 * (4.3014/11.4901)
= 146010.194 N = 146.01kN

21.19.4 Momen Torsi Kemudi

Perhitungan momen torsi kemudi juga diberikan pada Section 14, BKI

2006 Vol.II sebagai berikut :

QR

= momen torsi total

QR

= QR1 + QR2

QR1

= momen torsi pada kemudi bagian atas

= CR1 * r1

CR1

= 107452.287 N

r1

= c1 ( kb1)

c1

= A1 / b1

= 3.5912 / 1.6773

= 2.1411

= 0.25

kb1

= faktor balance

= Af1 / A1

= 0.4257 / 3.5912

= 0.1185

r1

= 0.2816
QR1

= 2.1411 (0.250.1185)

= 107452.287 * 0.2816
= 30258.564 Nm

QR2

= momen torsi pada kemudi bagian bawah


= CR2 * r2

CR2

= 146010.194 N

r2

= c2 ( kb2)

c2

= A2 / b2

= 5.8873 / 2.2835

= 2.5782

= 0.33

kb2

= faktor balance

= Af2 / A2

= 1.5859 / 5.8873

= 0.2694

r2

= 2.5782 (0.330.2694)
= 0.1562

QR2

= 146010.194 * 0.1562
= 22806.7923 Nm

QR

= QR1 + QR2
= 30258.564 + 22806.7923

QRmin = CR * r1,2min

r1,2min =

= 53065.3563 Nm

= 0.1 / 11.4901 (2.1411*3.5912 + 2.5782*5.8873)


= 0.199
QRmin = 390029.229 * 0.199

= 77615.8166 Nm

Antara QR dan QRmin diambil yang nilainya paling besar, sehingga

momen puntir kemudi sebesar 77615.8166 Nm atau 77.6158 kNm.

21.21 Perencanaan Alat Bongkar Muat

Untuk peralatan bongkar muat terdiri dari crane dan sistem perpipaan

bongkar muat, sistem perpipaan. Adapun untuk pembahasan sistem perpipaan bongkar
muat tidak dibahas secara mendetail karena berada di luar lingkup mata kuliah Jurusan
Teknik Perkapalan (masuk ke dalam lingkup mata kuliah Jurusan Teknik Sistem
Perkapalan).
21.20.1 Piping Crane
Crane pada tanker biasanya digunakan untuk mengangkat pipa-pipa
dengan diameter yang besar.Pada kapal ini menggunakan 1 crane. Peletakan
crane adalah di atas geladak utama pada center line lambung.. Disamping itu
peletakan crane tepat dengan sekat agar beban yang diterima bisa diteruskan
hingga ke bottom.

Sehingga dipilih Crane dengan spesifikasi :


Merk
: PLIMSOL
Tipe
: CR 42 0300 / 10
Kapasitas
: 3 ton
R max
: 12 m
Hood speed
: 0 ~ 15 m / min

Slewing speed
Luffing time
Power req
Dry weght
Dimensi
A = 5645
B =1055
Rmin= 3850

: 0.75 rpm
: 40 detik
: 15 Kw
: 5000 kg
: (in mm)

Gambar 21.4 Crane


21.20.2 Provision and Rescue Boat Crane

Crane ini terletak di boat deck, bagian belakang.digunakan untuk

memngangkut perbekalan ke dalam gudang-gudang, dan untuk mengangkut


rescue boat.

Gambar 21.4 Provision & Rescue Boat Crane

21.20.3 Sistem Perpipaan Bongkar Muat

Untuk sistem perpipaan bongkar muat direncanakan setiap tangki muat

yang ada pada kapal tanker ini memiliki satu pipa isi/muat dan pipa bantu,
hal tersebut dikarenakan kapal tanker ini memuat muatan berupa product oil
seperti bensin, solar, minyak tanah, oli pelumas dan lainnya yang merupakan
hasil dari pengolahan minyak mentah. Sehingga dalam satu kali berlayar
dimungkinkan setiap tangki muat akan diisi muatan yang berbeda. Untuk
kapal tanker, system perpipaan yang digunakan dalam proses bongkar muat
terbagi menjadi dua :

a.

Sistem perpipaan muatan atau pipa utama, digunakan untuk

memuat atau membongkar muatan minyak, atau untuk memindahkan


muatan dari satu tangki ke tangki lainnya.

b.

Sistem perpipaan stripping atau pipa bantu, digunakan untuk

menghisap sisa-sisa muatan yang tidak dapat ditangani oleh pipa utama.

DAFTAR PUSTAKA

Biro Klasifikasi Indonesia. 2006. Rules for The Classification and Construction of
Seagoing Steel Ships, Volume II, Rules for Hull. Jakarta : Biro Klasifikasi Indonesia.
ILO. 1994. International Labour Conference No. 92, Convention concerning Crew
Accommodation on Board Ship (Revised 1949). International Labour Organization
ILO. 1994. International Labour Conference No. 133, Convention Concerning Crew
Accommodation on Board Ship (Supplementary Provisions). International Labour
Organization
IMO. Intact Stability Code, Intact Stability for All Types of Ships Covered by IMO
Instruments. London, UK : IMO
IMO. 1983. International Conference on Tonnage Measurement of Ship 1969. London,
UK : IMO

IMO. 2005. LOAD LINES, Consolidated Edition 2005. London, UK : IMO


IMO. 2002. MARPOL 73/78, Consolidated Edition 2002. London, UK : IMO.
IMO. 2004. SOLAS, Consolidated Edition 2004. London, UK : IMO.
Lewis, Edward V. 1980. Principles of Naval Architecture Second Revision, Volume II,
Resistance, Propulsion and Vibration. Jersey City, NJ : The Society of Naval Architects &
Marine Engineers.
Parsons, Michael G. 2001. Parametric Design, Chapter 11. University of Michigan,
Departement of Naval Architecture and Marine Engineering.
Panunggal, P. Eko. 2007. Diktat Kuliah Merancang Kapal I. Surabaya : ITS, FTK,
Jurusan Teknik Perkapalan.
Santosa, I.G.M. 1999. Diktat Kuliah Perencanaan Kapal. Surabaya : ITS, FTK, Jurusan
Teknik Perkapalan.
Schneekluth, H and V. Bertram. 1998. Ship Design Efficiency and Economy, Second
Edition . Oxford, UK : Butterworth Heinemann.
Taggart, Robert, Ed. 1980. Ship Design and Construction. The Society of Naval Architects
and Marine Engineers.
Watson, D.G.M. 1998. Practical Ship Design, Volume I. Oxford, UK : Elsevier
Science Ltd.

Anda mungkin juga menyukai