Urolitiasis PDF
Urolitiasis PDF
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Urolitiasis adalah Batu ginjal (kalkulus) bentuk deposit mineral, paling
umum oksalat Ca2+ dan fosfat Ca2+, namun asam urat dan kristal lain juga
membentuk batu, meskipun kalkulus ginjal dapat terbentuk dimana saja dari
saluran perkemihan, batu ini paling sering ditemukan pada pelvis dan kalik
ginjal.(Marilynn E,Doenges 2002).
Urolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam sistem urinarius.Batu
tersebut dibentuk oleh kristalisasi larutan urine (kalsium oksalat, asam urat,
kalsiumfosfat, struvit dan sistin).( Sandra M Nettina 2002).
Urolitiasis mengacu pada adanya batu (kalkuli) ditraktus urinarius. Batu
terbentuk di dalam traktus ketika konsentrsi substansi tertentu seperti kalsium
oksalat, kalsium fospat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk
ketika terdapat defisiensi substansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal
mencegah kristalisasi dalam urine. Kondisi lain yang mempengaruhi laju
pembentukan batu mencakup pH urine dan status cairan klien (batu cenderung
terjadi pada klien dehidrasi) (Brunner & Suddarth 2002).
Urolitiasis adalah terbentuknya batu (kalkulus) dimana saja pada sistem
penyalur urine, tetapi batu umumnya tebentuk diginjal. (Robbins 2007).
B. Etiologi
Secara
epidemiologis
terdapat
dua
faktor
yang
mempermudah/
ini adalah faktor intrinsik, yang merupakan keaadaan yang berasal dari tubuh
seseorang dan faktor ekstrinsik, yaitu pengaruh yang berasal dan lingkungan di
sekitarnya.
1. Faktor intrinsik itu antara lain adalah :
a. Umur Penyakit batu saluran kemih paling sering didapatkan pada usia 30 50 tahun.
b. Hereditair (keturunan). Penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya.
Dilaporkan bahwa pada orang yang secara genetika berbakat terkena
penyakit batu saluran kemih, konsumsi vitamin C
untuk
ekskresi kalsium dan oksalat), sehingga insiden batu saluran kemih akan
meningkat.
d. Pekerjaan Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaanya
banyak duduk atau kurang aktifitas ( sedentary life ).
e. Istirahat ( bedrest ) yang terlalu lama, misalnya karena sakit juga dapat
menyebabkan terjadinya penyakit batu saluran kemih.
f. Geografi pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran
kemih lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah
ston belt (sabuk batu). ( Ragil 2009)
C. Patofisiologi
Uroliasis merupakan kristalisasi dari mineral dari matrik seputar, seperti:
pus, darah, jaringan yang tidak viral, tumor atau urat. Peningkatan konsentrasi di
larutan urine akibat intake cairan rendah dan juga peningkatan bahan-bahan
organik akibat ISK atau utine statis, mensajikan sarang untuk pembentukan batu.
1. Proses perjalanan panyakit:
Proses terbentuknya batu terdiri dari beberapa teori (Prof.dr.Arjatmo
Tjokronegoro, phd.dkk,1999) antara lain:
a. Teori Intimatriks
Terbentuknya Batu Saluran Kencing memerlukan adanya substansi
organik Sebagai inti. Substansi ini terdiri dari mukopolisakarida dan
mukoprotein A yang mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi
pembentukan batu.
b. Teori Supersaturasi
Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti sistin,
santin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
c. Teori Presipitasi-Kristalisasi
Perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urine.
Urine yang bersifat asam akan mengendap sistin, santin dan garam urat,
urine alkali akan mengendap garam-garam fosfat.
d. Teori Berkurangnya Faktor Penghambat
Berkurangnya Faktor Penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat,
polifosfat, sitrat magnesium, asam mukopolisakarida akan mempermudah
terbentuknya Batu Saluran Kencing.
2. Manifestasi Klinis
Manifestai klinis adanya batu dalam traktus urinarius tergantung pada
adanya obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat aliran urine,
terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan sistem
piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang
disertai menggigil, demam, dan disuria) dapat terjadi dari iritasi batu yang
terus menerus. Beberapa batu, jika ada, menyebabkan sedikit gejala umum
secara perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal: sedangkan yang lain
menyebabkan nyeri yang luar biasa dan ketidak nyamanan.
Batu di piala ginjal mungkin berkaitan dengan sakit yang dalam dan
terus menerus diarea kostovertebral. Hemeturia dan piuria dapat dijumpai.
Nyeri yang berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita
mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis. Bila nyeri
mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan ke seluruh area kostovertebral,
dan muncul mual dan muntah, maka pasien mengalami episode kolik renal.
Diare dan ketidak nyamanan abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal
D. Penatalaksanaan Medis
dilakukan
saat
klien
tiba
diruangan,
dilakukan
pada hari pertama dan hari kedua setelah pembedahan, setelah periode
tersebut peningkatan suhu tubuh dapat mengindifikasikan terjadinya
infeksi pada saluran pernapasan dan perdarahan pada luka.
b. Luka
Cek tanda dan gejala inflamasi seperti eritema, rasa panas areal
luka atau nyeri yang hebat.
c. Intak dan output
Jika klien terpasang kateter, pengeluaran urin dapat monitor secara
cermat. Pengeluaran urin pada kateter harus 30-50 ml/ jam. Apabila kateter
tidak digunakan waktu dan jarak dari buang air kecil harus diukur dan
dicatat, tergantung pada jenis pembedahan dan kondisi klien, buang air
kecil pertama harus terdiri dari 4-12 jam setelah operasi ini dapat
mengidentifikasi retensi urine. Pengeluaran urine yang sedikit dapat pula
diartiakn dehidrasi dan syock. Pengeluaran yang lain harus pula diukur
dan dicatat, intak diukur dan dicatat, baik melalui intra vena dan oral
dalam beberapa hari setelah pembedahan.
d. Kenyamanan
e. Pengkajian secara spesifik untuk menentukan apakah nyeri tersebut dari
trauma pembedahan atau adri sumber kemungkinan lain yang penting.
Pengkajian kebiasaan dan frekuensi pola tidur membantu dalam
perencanaan kebutuhan istirahat yang sesuai.
f. Pengkajian pernapasan
Pengkajian pernapasan setelah operasi membantu perawat dalam
menentuakannormal dan abnormalnya dari suara pernapasan. Pengkajian
sebelum dan sesudah klien batuk dan kedalaman pernapasan dapat juga
membantu apakah latihan tersebut efektif.
g. Pengkajian abdomen
Abdomen harus di kaji sebelum operasi sama seperti pernapasan
sesudah operasi, mendengarkan suara bising usus dapat membantu perawat
menentukan klien mulai boleh makan dan minum.
2. Rehabilitasi
Perawatan rehabilitasi pada klien dengan post operasi Ureter Resection
Sitoscopy adalah bedrest, saat timbulnya nyeri latihan tehnik relaksasi yaitu
dengan menarik napas dalam, posisi diatur senyaman mungkin untuk
mengurangi nyeri.
E. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan merupakan pengumpulan data yang berhubungan
dengan pasien secara sistematis pada pengkajian klien dengan tergantung pada
ukuran, lokasi, dan etiologi kalkulus (Doengus 2002), yaitu :
1. Akivitas/ istirahat
Gejala: Pekerjaan monoton, pekerjaan dimana klien terpajan pada lingkungan
bersuhu tinggi, keterbatasan aktivitas/ mobilisasi sehubungan dengan kondisi
sebelumnya (contoh penyakit tak sembuh, cedera medulla spinalis)
2. Sirkulasi
Tanda: peningkatan TD/ nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal), kulit hangat dan
kemerahan.
3. Eliminasi
Gejala:
c. Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat dengan posisi atau tindakan
lain.
Tanda:
Melindungi: perilaku distraksi, nyeri tekan pada daerah ginjal pada palpasi.
6. Keamanan
Gejala:
Penggunaan alkohol: demam menggigil.
7. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala: Riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout,
ISK kronis. Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya,
darah
lengkap:
SDP
mungkin
meningkat
menunjukkan
infeksi/septicemia.
h. SDM: Biasanya normal.
i. Hb/Ht: Abnormal bila pasien dehidrasi nerat atau polisitemia terjadi
(mendorong
presitipasi
disfungsi/gagal ginjal).
pemadatan)
atau
anemia
(perdarahan,
F. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah data data yang didapatkan pada pengkajian
keperawatan kemudian disusunlah diagnosa yang umum timbul pada batu saluran
kemihMenurut Marliynn E, Doengoes diagnose keperawatan pada klien dengan
Post Operasi Ureter Resection Sitoscopy adalah:
1. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi bedah, tekanan dan
mitasi kateter/ badan
2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kesulitan mengontrol perdarahan, pembatasan pra- operasi
G. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah merupakan petunjuk untuk penangan,
aktivitas, dan tindakan yang membantu klien dalam mencapai hasil yang
diharapkan. ( Marillynn.E. Doenges,2000). Adapun perencanan untuk klien
dengan Urolitiasis sesuai dengan diagnosa yang terjadi adalah sebagai berikut :
1. Perubahan eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanikal: bekuan
darah, edema trauma presedur bedah, dan iritasi kateter atau balon.
Tujuan
3) Dorong klien untuk berkemih bila terasa dorongan tetapi tidak lebih
dari 2-4 jam/ protokol
4) Dorong pemasukan cairan 3000 ml sesuai toleransi, batasi cairan pada
malam hari setelah kateter dilepas.
b. Kolaborasi:
1) Pertahankan irigasi kandung kemih kontinyu sesuai indikasi pada
periode pasca oiperasi dini:
Mandiri:
a) Retensi dapat karena edema area bedah, bekuan darah, dan spasma
kandung kemih (doenges, 2000)
b) Urine yang ditampung harus seimbang atau tidak jauh berbeda
dengan pemasukan cairan. (Doenges, 2000)
c) Berkemih dengan dorongan mencegah retensi urine. Keterbatasan
berkemih untuk tiap 4 jam meningkatakan tonus kandung kemih
atau membantu latihan ulang kandung kemih
d) Mempertahankan hidrasi adekuat dan perfusi ginjal untuk kelainan
urine, penjadwalan, masukan cairan menurunkan kebutuhan
berkemih/ gangguan tidur selama malam hari
2) Mencuci kandung kemihdari bekuan darah dan debris untuk
mempertahankan patensi kateter atau aliran urine
2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kesulitan mengontrol perdarahan, pemasuakan pre-operasi
Tujuan
Kriteria hasil
b. Kolaborasi:
1) Awasi
Kriteri hasil
kandung kemih, reflek spasme otot: Presedur dan atau tekanan balon
kandung kemih.
Tujuan
Mandiri:
a) Nyeri tajam, intermiten dengan dorongan berkemih/ pasase urine
sekitar kateter menunjukan spasme kandung kemih, yang
cendrung lebih berat pada pendekatan suprapubik atau URS
(doenges 2000)
b) Mempertahankan fungsi kateter dan sistem drainase, menurunkan
resiko distensi/ spasme kandung kemih
c) Menurunkan iritasi dengan mempertahankan aliran cairan konstan
kedalam mukosa kandung kemih
d) Menurunkan tegangan otot, memfokuskan kambali perhatian, dan
dapat meningkatakan kemampuan koping
2) Obat antispasmodik mencegah spasme kandung kemih, obat
analgesik mengurangi nyer insisi.
3) Diskusikan
pembatasan
aktivitas
awal,
contoh
menghindari
penyembuhan
dan
mencegah
komplikasi,
d) memberikan penjelasan mengenai pengertian ,penyebab, tandatanda dan gejala penatalaksanaan dan komplikasi penyakit
e) Rencana kontrol ulang mengetahui perkembangan pemulihan
penyakit saat dirumah. (Smeltzer and bare 2001)
H. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan tahap keempat dari proses
keperawatan dimana rencana perawatan dilaksanakan, pada tahap ini perawat
siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat
dalam rencaan perawatan klien. Agar implementasi perencanaan ini dapat
tepat waktu dan efektif terhadap biaya, perlu mengidentifikasikan prioritas
perawatan klien kemudian bila telah dilaksanakan memantau dan mencatat
respon klien terhadap setiap intervensi dan mendokumentasiakn informasi
ini kepada perawat kesehatan lainnya.
I. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan proses yang terus menerus diperlukan untuk
menentukan
seberapa
baik
rencana
perawat
menerus,diperlukan
untuk
dilakukan,
respon
klien
dicatat
dan
dievaluasikan
dalam
direvisi intervensi keperawatan atau hasil pasien diperlukan. Dalam tahap ini akan
terlihat apakah tujuan telah disusun tercapai atau tidak, pada penderita dengan
post operasi Ureter Resection Sitoscopy, hasil evaluasi yang diharapkan meliputi: