Anda di halaman 1dari 9

Keairan

OPTIMASI PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI


JANGKOK
(213A)
Muh. Bagus Budianto1, Agung Setiawan2 dan Agus Suroso3
1

Jurusan Teknik Sipil, Universitas Mataram, Jl. Majapahit No. 62 Mataram


Email : mbagusbudianto@gmail.com
2
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Mataram, Jl. Majapahit No. 62 Mataram
Email : agung.wawan.setiawan@gmail.com
3
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Mataram, Jl. Majapahit No. 62 Mataram
Email : agus.suroso@gmail.com

ABSTRAK
Daerah Aliran Sungai (DAS) Jangkok merupakan salah satu das lintas kabupaten/kota yang ada di
Wilayah Sungai Pulau Lombok. Di sepanjang Sungai Jangkok terdapat enam buah bendung yang
melayani areal irigasi seluas 2.945 ha dan dua bendung yang mengalirkan air ke saluran HLD
(Hight Level Diversion) yang saluran interkoneksi antar DAS di Pulau Lombok . Kompleksitas
penggunaan air tersebut memerlukan Salah satu cara yang dapat digunakan yaitu dengan
mengoptimalkan sumber daya air yang ada guna memenuhi berbagai kebutuhan tersebut dengan
mempertimbangkan azas keseimbangan dan keadilan. Program linier merupakan salah satu cara
untuk menyelesaikan kasus tersebut yaitu dengan merumuskan permasalahan tersebut ke dalam
bentuk persamaan matematik dalam bentuk linier.
Optimasi dilakukan dengan mempertimbangkan asas keseimbangan dan keadilan, yaitu air irigasi di
masing-masing bendung terbagi secara proporsional. Hasil analisis pemanfatan sumber daya air
pada DAS Jangkok untuk irigasi dengan pola tanam padi-padi-palawija memberikan keuntungan
sebesar Rp. 147.543.530.700,- yaitu Rp. 64.407.138.705,- untuk luas tanam 3.659 ha pada musim
tanam pertama, Rp. 64.924.481.134,- untuk luas tanam 3.689 ha pada musim tanam kedua dan Rp.
18.211.910.895,- untuk luas 1.694 ha pada musim tanam ketiga.
Kata kunci : optimasi, persamaan linier, sumberdaya air, das Jangkok

1. LATAR BELAKANG
Daerah aliran sungai (DAS) Jangkok merupakan salah satu sungai lintas Kabupaten/Kota yang ada di Wilayah
Sungai (WS) Pulau Lombok. Bagian hulu berada di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah sedangkan
pada bagian hilir berada di wilayah Kota Mataram. Sesuai dengan Undang-undang No, 7 Tahun 2004 pengelolaan
Sungai Jangkok menjadi kewenangan Propinsi Nusa Tenggara Barat.
DAS Jangkok mempunyai luas 162,526 km2 dengan panjang sungai utama 68,38 km membujur dari arah timur ke
barat. Sepanjang sungai ini terdapat sebuah bendung suplesi ke Hight Level Diversion (HLD) yaitu saluran
interkoneksi dari Lombok Barat ke Lombok Timur dan lima buah bendung yang melayani areal irigasi seluas 2.945
ha. Selain itu dalam DAS Jangkok juga terdapat mata air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air minum
bagi penduduk Kota Mataram dan Lombok Barat.
Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian tentang Optimasi Pemanfaatan Sumber Daya Air pada
Daerah Aliran Sungai Jangkok. Penelitian ini merupakan solusi pembagian air irigasi di sepanjang sungai Jangkok
dengan mempertimbangkan unsur keseimbangan dan keadilan bagi masyarakat di DAS Jangkok.

2. TUJUAN
Penelitian ini sangat penting untuk mengetahui alokasi air pada masing-masing bendung dan keuntungan optimal
yang diperoleh. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. mengoptimasikan pemanfaatan potensi air yang tersedia di Sungai Jangkok untuk keperluan irigasi.
2. mengetahui keuntungan maksimum yang diperoleh dari Sungai Jangkok dari hasil pertanian selama satu tahun,
3. mengetahui alokasi air pada masing-masing bendung yang memberikan keuntungan maksimum

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

A - 145

Keairan

4.
5.

mengetahui luas areal irigasi untuk masing-masing bendung dan musim tanam yang memberikan keuntungan
maksimum,
menerapkan suatu model matematika dengan penyelesaiannya menggunakan program linier.

3. TINJAUAN PUSTAKA
Data Hujan
a. Kontinuitas Data
Kenampakan awal yang hampir selalu dijumpai adalah keadaan data yang tidak menerus (continue). Apabila
ketersediaan data digambarkan dalam sebuah bar chart, maka akan nampak sekali kontinuitas data yang
dimaksudkan di atas. Apabila terputusnya data tersebut hanya dalam hitungan satu atau dua hari, kemungkinan
(tidak selalu) belum akan menimbulkan masalah analisis. Akan tetapi apabila terputusnya data cukup lama dan
dalam periode yang berulang, maka banyak kesulitan akan dirasakan dalam analisis data (Sri Harto, 2000).
b. Hujan Rata-rata
Cara ini digunakan jika titik-titik pengamatan di dalam daerah tersebut tidak tersebar merata, maka cara perhitungan
curah hujan rata-rata itu dilakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh tiap titik pengamatan. Curah hujan
daerah itu dapat dihitung dengan persamaan :

A1 R1  A2 R2  ...An Rn
A
dengan : R = curah hujan rata-rata DAS, A
R

(1)

= luas total (m2), A1, A2, An = luas daerah pengaruh pos 1, 2, n


(m ), R1,R2, . Rn = tinggi curah hujan pada pos penakar (mm)
Hasil perhitungan dengan cara polygon Thiessen lebih teliti dibandingkan dengan cara yang dihitung dengan ratarata aljabar (Soemarto, 1987).
2

Analisa Kebutuhan Air Irigasi


Kebutuhan air irigasi ditentukan oleh luas lahan pertanian, jenis tanaman, jenis tanah, agroklimatologi daerah dan
pola tanam yang ditetapkan, sehingga kebutuhan air untuk irigasi dapat dihitung dengan formula sebagai berikut
(KP,01) :
Qi = ((Etc + IR + RW + P Re)/Ie) x A

(2)

dengan : Qi = kebutuhan air irigasi, Etc = kebutuhan konsumsi tanaman = Eto x Ke, Eto = Evapotranspirasi, Ke =
koefisien tanaman,IR
= kebutuhan air untuk penyiapan tanah, RW = kebutuhan untuk pengolahan
tanah, P = kehilangan akibat perkolasi ( 5 mm/hari), Re = hujan efektif, Ie = efisiensi irigasi, A = luas
daerah irigasi

Program Linier
Penggunaan model matematis sebagai alat analisis untuk dapat memanfaatkan sumber daya air secara optimal
merupakan cara yang umum dipakai. Model matematis merupakan bagian dari riset operasi. Salah satu teknis
analisis dalam riset operasi dengan memakai model matematis adalah program linier. Program linier dapat
didefinisikan sebagai suatu model umum yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah penjatahan sumbersumber yang terbatas secara optimal. Pengertian program linier adalah mencakup perencanaan kegiatan-kegiatan
untuk mencapai hasil yang maksimal, yaitu hasil yang mencerminkan tercapainya sasaran tertentu yang paling baik
sesuai model matematis, diantara alternatif-alternatif model matematis yang mungkin dengan menggunakan fungsi
linier (Anwar, 2004).
Model pemrograman linier memiliki tiga unsur dasar (Siswanto, 1990), yaitu :
a. Variabel putusan adalah variabel yang akan dicari dengan memberi nilai yang paling baik bagi tujuan yang
hendak dicapai.
b. Fungsi kendala menunjukkan fungsi matematik yang menjadi kendala bagi usaha untuk memaksimumkan atau
meminimumkan fungsi tujuan, dan mewakili kendala-kendala yang harus dihadapi oleh organisasi.
c. Fungsi tujuan menunjukkan fungsi matematik yang harus dimaksimumkan, dan mencerminkan tujuan yang
hendak dicapai.
Model pemrograman linier adalah sebuah model matematik yang mempunyai bentuk standar sebagai berikut :
1. Fungsi tujuan
Maks. Z = c1X1 + c2X2 + ......... + cnXn

(3)

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

A - 146

Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

Keairan

2. Fungsi Kendala
A11X1+a12X2+.............+ a1nXn b1
A21X1+a22X2+.............+ a2nXn b2

(4)

A31X1+a32X2+.............+ a3nXn b3
dengan : Z = nilai fungsi tujuan, ci = parameter-parameter nilai tujuan, Xi = variabel putusan, aij = parameterparameter kendala (koefisien), bi = parameter-parameter kendala (kapasitas)

4. METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Daerah aliran sungai Jangkok melintasi dua Kabupaten di sebelah Hulu yaitu Kabupaten Lombok Timur dan
Lombok Barat serta satu kota yaitu Kota Mataram di bagian hilirnya. Peta lokasi dapat dilihat pada gambar 2 berikut
:

Gambar 1. Lokasi Penelitian


Data-data
Bertitiktolak dari sebuah permasalahan yang terjadi dilapangan, maka dalam bingkai permasalahan tersebut
dilakukan beberapa kegiatan persiapan dalam rangka memperlancar proses penelitian ini. Diantara kegiatan yang
dilakukan pada tahap persiapan meliputi data-data yang diperlukan, meliputi :
1. data hidrologi meliputi data klimatologi, data curah hujan dan data debit.
2. data luas lahan yang ada di masing-masing daerah irigasi
3. data teknis bendung yang ada di DAS Jangkok
4. data Daerah Aliran Sungai Jangkok
5. data-data lain yang akan menunjang analisis dalam kajian ini.
Data-data tersebut diperoleh di beberapa instansi pemerintah seperti Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTB dan
Balai Informasi Sumberdaya Air,.
Langkah-langkah Penelitian
Setelah pengumpulan data dari lapangan, kemudian dilakukan proses analisa data diantaranya menghitung
ketersediaan air, evapotranspirasi dan kebutuhan air irigasi. Berdasarkan hasil analisis data tersebut digunakan
untuk menyusun persamaan fungsi tujuan dan fungsi kendala kedalam bahasa matematika (persamaan matematika)
dalam bentuk linier. Persamaan matematika inilah yang akan digunakan sebagai sarana analisa optimasi untuk
mendapatkan solusi maksimum dan menentukan besaran variabel keputusan.

5. HASIL DAN PEMBAHASAN


Curah Hujan
Curah hujan rata-rata setengah bulanan berkisar antara 0 sampai dengan 496,42 mm, dengan rata-rata sebesar 96,13
mm. Curah hujan rata-rata tahunan cukup tinggi yaitu sebesar 2.307 mm. Hujan biasanya terjadi antara bulan
Oktober sampai dengan bulan April. Sedangkan curah hujan andalan 80% (R80), 50% (R50) dan 20% (R20) dapat
dilihat pada gambar di bawah ini :

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

A - 147

Keairan

Gambar 2. Curah Hujan Andalan DAS Jangkok


Debit
Di dalam DAS Jangkok terdapat 3 (tiga) stasiun pencatat debit (pos AWLR), yaitu Pos AWLR Keling, Pos AWLR
Aiknyet dan Pos AWLR Bug-bug. Dalam penelitian ini hanya menggunakan data debit pada Pos AWLR Keling dan
Aiknyet, sedangkan Pos AWLR Bug-bug tidak digunakan karena pos AWLR ini berada di hilir, tepatnya di hulu
bendung mataram, sedangkan di atas pos AWLR Bug-bug banyak terdapat bendung untuk mengairi areal irigasi
yang sumber airnya berasal dari Sungai Jangkok.
Sungai Jangkok merupakan jenis sungai perenial, yaitu sungai yang sepanjang tahun mengalirkan debit air, hal ini
mengindikasikan bahwa daya dukung DAS Jangkok masih dalam kondisi yang baik, termasuk di dalamnya kondisi
tutupan lahan dan aquifernya. Seperti halnya pada debit rata-rata yang tercatat pada Pos AWLR Keling, yaitu debit
rata-rata bulanan berkisar antara 0,09 sampai dengan 10,92 m3/dt. Sedangkan debit rata-ratanya sepanjang tahun
adalah sebesar 2,17 m3/dt. Demikian juga dengan debit yang tercatat pada Pos AWLR Aiknyet, yaitu debit rata-rata
bulanan berkisar antara 0,18 sampai dengan 4,56 m3/dt. Sedangkan debit rata-ratanya sepanjang tahun adalah
sebesar 1,19 m3/dt. Distribusi debit andalan sepanjang tahun dapat dilihat pada gambar di bawah :

Gambar 3. Debit Andalan Pos AWLR Keling

Gambar 4. Debit Andalan Pos AWLR Aiknyet

Berdasarkan pada debit andalan tersebut di atas, selanjutnya dapat digunakan sebagai pendekatan untuk menghitung
besarnya debit andalan pada masing-masing bendung dengan mengunakan perbandingan luas dan menghitung debit
lateral inflow diantara dua bendung.

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

A - 148

Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

Keairan

Gambar 5. Debit Andalan 80%


Masing-masing Bendung

Gambar 6. Debit Andalan 80%


Lateral Inflow (LI) Bendung

Kebutuhan Air Irigasi


Dalam analisis kebutuhan air irigasi pada penelitian ini pola tanam yang digunakan adalah Padi-Padi-Palawija.
Optimasi kebutuhan air untuk tanaman dilakukan melalui perhitungan secara coba-coba dengan menggeser-geser
waktu mulai tanam. Dari hasil analisis kebutuhan air irigasi yang optimum yaitu kebutuhan air irigasinya paling
kecil yaitu pada awal tanam Oktober I dengan kebutuhan air irigasi untuk musim tanam I sebesar 7.604 m3/ha ,
musim tanam II sebesar 8.434 m3/ha dan musim tanam ketiga sebear 3.329 m3/ha dengan total kebutuhan sebesar
19.368 m3/ha untuk pola tanam tersebut di atas.
Analisis Hasil Produksi Pertanian
Analisis hasil produksi pertanian merupakan analisis untuk mengetahui nilai hasil produksi masing-masing jenis
tanaman. Dalam analisis memperhitungkan semua biaya produksi pertanian, mulai dari awal tanam sampai dengan
biaya untuk pengelolaan hasil panen. Biaya produksi pertanian dibedakan menjadi biaya sarana produksi dan biaya
tenaga kerja/mesin. Sedangkan hasil produksi diperoleh dari harga produksi dikalikan dengan jumlah hasil
pertanian. Sedangkan pendapatan bersih (riil) yaitu hasil produksi dikurangi dengan semua biaya produksi. Hasil
analisis untuk jenis tanaman padi pendapatan bersih Rp. 17.600.000,-, sedangkan untuk tanaman palawija Rp.
10.750.000,-. Selengkapnya analisis hasil produksi pertanian dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1. Hasil Produksi Tanaman Padi per Ha
Hasil Produksi
a. Total Produksi (TP)
b. Harga setempat (H)
c. Nilai Total Produksi
Biaya Produksi
a.Sarana Produksi (SP)
b. Tenaga Kerja/Mesin (TK)
Pendapatan Bersih
a.Pendapatan Bersih (Riil)

Nilai
5.500 kg
Rp. 4.000,-/kg
Rp. 22.000.000,Nilai
Rp. 1.900.000,Rp. 2.500.000,Nilai
Rp. 17.600.000,-

Keterangan
gabah
kering panen
NTP = TP x H
Keterangan

Keterangan
PBR = NTP SP - TK

Tabel 2. Hasil Produksi Tanaman Palawija per Ha


Hasil Produksi
a. Total Produksi (TP)
b. Harga setempat (H)
c. Nilai Total Produksi
Biaya Produksi
a.Sarana Produksi (SP)
b. Tenaga Kerja/Mesin (TK)
Pendapatan Bersih
a.Pendapatan Bersih (Riil)

Nilai
5.500 kg
Rp. 4.000,-/kg
Rp. 22.000.000,Nilai
Rp. 1.900.000,Rp. 2.500.000,Nilai
Rp. 17.600.000,-

Keterangan
gabah
kering panen
NTP = TP x H
Keterangan

Keterangan
PBR = NTP SP - TK

Analisis Model Matematik


Sungai Jangkok merupakan sungai lintas kabupaten dan kota, yaitu Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram. Di
sepanjang Sungai Jangkok terdapat 8 (delapan) buah bendung, yaitu Bendung Sesaot (Sesaot feeder), Bendung
Jangkok, Bendung Montang, Bendung Nyurbaya, Bendung Mencongan, Bendung Menjeli, Bendung Repok Pancor
dan yang paling hilir Bendung Mataram. Dua diantaranya yaitu pada Bendung Jangkok dan Bendung Sesaot
terdapat saluran interkoneksi yang disebut dengan HLD (Hight Level Diversion) yang pemanfaatannya digunakan
untuk mengairi areal irigasi di Kabupaten Lombok Tengah. Pada Bendung Jangkok terdapat intake dengan kapasitas
4,5 m3/dt dan pada Bendung Jangkok terdapat intake 1,5 m3/dt, yang keduanya menuju saluran interkoneksi,
sehingga kapasitas total saluran HLD dari kedua saluran tersebut 6 m3/dt.
Sungai Jangkok memiliki 3 (tiga) anak sungai utama yaitu Sungai Sesaot, Sungai Jangkok dan sungai Sekot. Pada
masing-masing anak sungai terdapat satu buah bendung, yaitu Bendung Sesaot pada anak Sungai Sesaot, Bendung
Jangkok pada anak Sungai Jangkok dan Bendung Montang pada anak Sungai Montang. Sedangkan bendungbendung yang lain berada di hilir dari ketiga bendung tersebut.
Areal irigasi potensial yang mendapatkan air dari bendung-bendung yang ada di DAS Jangkok selain yang
interkoneksi sebesar 2.945 ha. Skema Sungai Jangkok selengkapnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

A - 149

Keairan

KABUPATEN
LOMBOK TENGAH

KABUPATEN
LOMBOK BARAT

Iss
Irss 1
B. Sesaot

Imt
Ijk

Oss

Irss 2

Irmt
B. Montang
Irjk

QS HLD-JB

Omt
B. Jangkok
Ojk
Qlt1
Irny
B. Nyurbaya
Ony

Irmc

Qlt2
B. Mencongah
Omc

Qlt3

Irmj

B. Menjeli
Omj
Irrp

Qlt4
Orp

B. Repok Pancor

KOTA
MATARAM

Qlt5

Irmtr
B. Mataram

S. Jangkok

Omtr

Selat Lombok

Gambar 7. Skema Sungai Jangkok


Semua variabel dan parameter tersebut di atas dihitung untuk masing-masing periode-t, dimana periode-t merupakan
musim tanam, yaitu :
t1 : periode-1 sama dengan musim tanam pertama yaitu dari Oktober I s/d Februari I
t2 : periode-2 sama dengan musim tanam kedua yaitu dari Februari II s/d Juni II
t3 : periode-3 sama dengan musim tanam ketiga yaitu dari Juli I s/d September II
Debit inflow bendung dan latarel inflow untuk masing-masing periode adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Inflow masing-masing bendung
#:

917:A!,>0<,7917:A!










">6?F
,5B1?C
">6<?F
#1>7;?;
">6<?F
&?>C1>7
%"
#1>7;?;,5B1?C=?C1>7 'HDA21H1
%"
'HDA21H1 &5>3?>718
%"
&5>3?>718 &5>:5<9
%"
&5>:5<9 +@;
)1>3?A
%"
+@;
)1>3?A &1C1A1=

#:>,=4
"BB
":;
"=C
*<C
*<C
*<C
*<C
*<C

917:A8 
>

>
>









 

  











 





























Dalam penelitian ini analisis yang dilakukan untuk debit andalan 80% dengan pola tata tanam padi-padi-palawija.
Fungsi Tujuan (Objective Function)
Tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk mendapatkan keuntungan maksimum dari hasil pertanian pada DAS Jangkok
dengan memperhatikan asas keseimbangan dan keadilan. Adapun rumusan fungsi tujuan adalah sebagai berikut :
Max

Z = 17.600.000,- * A1 + 17.600.000,- * A2 + 10.750.000,- * A3

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

A - 150

Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

Keairan

dengan : A1 = Luas lahan yang terairi pada musim tanam ke 1 (Ha), A2 = Luas lahan yang terairi pada musim
tanam ke 2 (Ha), A3 = Luas lahan yang terairi pada musim tanam ke 3 (Ha)
Fungsi Kendala (Constraint)
Dalam penelitian ini terdapat beberapa parameter sebagai batasan, yaitu volume air yang tersedia dan luas areal
irigasi yang dapat diairi. Selain itu dalam penelitian ini juga dipertimbangkan kebutuhan air irigasi dibagi secara
proporsional antara luas lahan yang diairi dengan luas potensial di masing-masing bendung.
Rumusan fungsi kendala pada penelitian ini adalah :
1. Keseimbangan air di masing-masing bendung, volume air yang masung ke bendung sama dengan volume air
yang keluar. Rumus umumnya adalah Ir.At + O(t) = I(t).
Irss11.Ass11 + Irss21.Ass21 + Oss1 = 22272651
Irss12.Ass12 + Irss22.Ass22 + Oss2 = 10821531
Irss13.Ass13 + Irss23.Ass23 + Oss3 = 11946745
Irjk1.Ajk1 + Ojk1 = 12239377
Irjk2.Ajk2 + Ojk2 = 14920302
Irjk3.Ajk3 + Ojk3 = 2481007
Irmt1.Amt1 + Omt1 = 1971776
Irmt2.Amt2 + Omt2 = 1971776
Irmt3.Amt3 + Omt3 = 1971776
Irny1.Any1 + Ony1 Omt1 Ojk1 Oss1 = 3008647
Irny2.Any2 + Ony2 Omt2 Ojk2 Oss2 = 2682986
Irny3.Any3 + Ony3 Omt3 Ojk3 Oss3 = 1058016
Irmc1.Amc1 + Omc1 Ony1 = 109188
Irmc2.Amc2 + Omc2 Ony2 = 97369
Irmc1.Amc3 + Omc3 Ony3 = 38397
Irmj1.Amj1 + Omj1 Omc1 = 524270
Irmj2.Amj2 + Omj2 Omc2 = 467522
Irmj3.Amj3 + Omj3 Omc3 = 184364
Irrp1.Arp1 + Orp1 Omj1 = 141695
Irrp2.Arp2 + Orp2 Omj2 = 126357
Irrp1.Arp3 + Orp3 Omj3 = 49828
Irmtr1.Amtr1 + Omtr1 Orp1 = 268386
Irmtr2.Amtr2 + Omtr2 Orp2 = 239335
Irmtr1.Amtr3 + Omtr3 Orp3 = 94380
2. Luas areal irigasi yang terairi di masing-masing bendung proporsional dengan luas lahan potensial di masingmasing bendung,
Ass11/1211 = Ass21/1044 = Ajk1/3132 = Amt1/176 = Any1/433 = Amc1/245 = Amj1/95 = Arp1/245 = Amtr1/540
Ass12/1211 = Ass22/1044 = Ajk2/3132 = Amt2/176 = Any2/433 = Amc2/245 = Amj2/95 = Arp2/245 = Amtr2/540
Ass13/1211 = Ass23/1044 = Ajk3/3132 = Amt3/176 = Any3/433 = Amc3/245 = Amj3/95 = Arp3/245 = Amtr3/540
3. Non negatif, parameter Outflow bendung, Luas areal yang terairi tidak boleh negatif.
Oss2 0
Oss3 0
Oss1 0
Ojk1 0
Ojk2 0
Ojk3 0
Omt2 0
Omt3 0
Omt1 0
Ony1 0
Ony2 0
Ony3 0
Omc2 0
Omc3 0
Omc1 0
Omt1 0
Omt2 0
Omt3 0
Omj1 0
Omj2 0
Omj3 0
Orp1 0
Orp2 0
Orp3 0
Omtr1 0
Omtr2 0
Omtr3 0
Ass11 0
Ass12 0
Ass13 0
Ass22 0
Ass23 0
Ass21 0
Ajk1 0
Ajk2 0
Ajk3 0
Amt1 0
Amt2 0
Amt3 0
Any1 0
Any2 0
Any3 0
Amc1 0
Amc2 0
Amc3 0
Amj1 0
Amj2 0
Amj3 0
Arp1 0
Arp2 0
Arp3 0
Amtr1 0
Amtr2 0
Amtr3 0
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

A - 151

Keairan

4. Luas areal irigasi tidak boleh melebihi luas areal potensial masing-masing bendung
Iss11 1211
Iss12 1211
Iss13 1211
Iss21 1044
Iss22 1044
Iss23 1044
Ijk1 3132
Ijk2 3132
Ijk3 3132
Imt1 176
Imt2 176
Imt3 176
Iny1 433
Iny2 433
Iny3 433
Imc2 245
Imc3 245
Imc1 245
Imj1 95
Imj2 95
Imj3 95
Irp1 245
Irp2 245
Irp3 245
Imtr1 540
Imtr2 540
Imtr3 540
5. Luas total areal irigasi masing-masing musim tanam
A1 = Ass11 + Ass21 + Ajk1 + Amt1 + Any1 + Amc1 + Amj1 + Arp1 + Amtr1
A2 = Ass12 + Ass22 + Ajk2 + Amt2 + Any2 + Amc2 + Amj2 + Arp2 + Amtr2
A3 = Ass13 + Ass23 + Ajk3 + Amt3 + Any3 + Amc3 + Amj3 + Arp3 + Amtr3
Program Linier dengan Menggunakan Solver
Program solver merupakan salah satu fasilitas yang diberikan oleh perangkat lunak Microsof Excel 2010 dari
berbagai macam fasilitas yang ada. Fasilitas solver digunakan untuk mencari suatu solusi permasalahan yang
melibatkanfungsi tujuan dan berbagai fungsi kendala. Fasilitas ini dapat digunakan untuk menentukan jenis
pemecahan yaitu nilai maksimum, minimum maupun nilai yang ingin dicapai/dikehendaki.
Contoh hasil informasi yang telah dimasukkan pada gambar berikut ini.

Gambar 8. Informasi pada Solver Parameters


Hasil Optimasi
Optimasi pemanfaatan sumberdaya air pada Das Jangkok dimaksudkan untuk mengoptimalkan sumber daya air
yang ada untuk memenuhi kebutuhan air irigasi. Hasil optimasi menunjukkan benefit pemanfaatan air untuk irigasi
adalah sebesar Rp. 147.543.530.700,-. Hasil tersebut diperoleh dari luas total areal padi yang terairi pada musim
tanam pertama sebesar 3.659 ha, luas total areal padi yang terairi pada musim tanam kedua sebesar 3.689 ha dan
luas total areal palawija yang terairi pada musim tanam ketiga sebesar 1.694 ha.
Hasil optimasi juga menunjukkan luas areal irigasi yang terairi pada masing-masing bendung, yaitu 51% pada
musim tanam pertama, 52% pada musim tanam kedua dan 24% pada musim tanam ketiga. Adapun luas areal yang
terairi pada masing-masing bendung dan distribusi air pada masing-masing musim tanam berturut-turut disajikan
pada tabel di bawah ini :

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

A - 152

Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

Keairan

Tabel 4. Luas Areal yang terairi


pada masing-masing bendung
'?










5>4D>7

'?C1B9


,5B1?C

"ABB
"ABB

#1>7;?;
"A:;

&?>C1>7
"A=C

'HDA21H1
"A>H

&5>3?>718
"A=3

&5>:5<9
"A=:

+5@?;)1>3?A "AA@

&1C1A1=
"A=CA
#D=<18

Tabel 5. DistribusiAir
pada masing-masing Bendung

%D1BA51<"A971B9-5A19A981
=C
=C
=C



































"ABB
"ABB

#1>7;?;
"A:;

&?>C1>7
"A=C

'HDA21H1
"A>H

&5>3?>718
"A=3

&5>:5<9
"A=:

+5@?;)1>3?A "AA@

&1C1A1=
"A=CA

9BCA92DB99A= 
=C
=C
=C


  

  



 

 



 

 





 
 




  




 



 






 



 

  


#D=<18



 

 



'?













5>4D>7

'?C1B9


,5B1?C

Dari kedua tabel diatas dapat diketahui bahwa Bendung Jangkok mendapatkan air yang paling banyak disusul
Bendung Sesaot dan Bendung Mataram di urutan ketiga.
Sedangkan debit outflow masing-masing bendung disajikan pada tabel berikut ini :
Tabel 6. Volume outflow bendung
#:

09/?92










(DC6<?F
,5B1?C
(DC6<?F
#1>7;?;
(DC6<?F
&?>C1>7
(DC6<?F
'HDA21H1
(DC6<?F
&5>3?>718
(DC6<?F
&5>:5<9
(DC6<?F
+5@?;)1>3?A
(DC6<?F
&1C1A1=

#:>,=4
(BB
(:;
(=C
(>H
(=3
(=:
(A@
(=CA

>












 








 


917:A8 
>















 




>



















 


Berdasarkan tabel di atas debit outflow pada bendung Mataram pada musim tanam pertama dan ketiga masih cukup
besar. Debi air pada musim tanam tersebut tidak dapat dioptimalkan pemanfaatannya karena berbenturan dengan
keterbatasan pada proporsional luas areal terairi di setiap bendung yang ada pada DAS Jangkok. Selain itu debit
tersebut juga diperlukan untuk keperluan yang lain, diantaranya yaitu kontinuitas pemeliharaan ikan mengingat di
sepanjang Sungai Jangkok banyak para petani yang memelihara ikan air tawar dengan memanfaatkan sumber air
pada sungai.

6. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Debin andalan 80% pada DAS Jangkok adalah sebesar 48.219.566 m3 per tahun
2. Hasil optimasi menunjukkan benefit yang diperoleh dari hasil pertanian di DAS Jangkok adalah sebesar Rp.
147.543.530.700,3. Luas areal irigasi yang dapat terairi pada masing-masing bendung adalah proporsional, yaitu 50% pada musim
tanam pertama, 52% pada musim tanam kedua dan 24% pada musim tanam kedua. Hal ini untuk menghindari
konflik antar petani.
4. Luas total areal irigasi yang terairi yang bersumber dari DAS Jangkok adalah sebesar 3.659 ha pada musim
tanam pertama, 3.689 ha pada musim tanam kedua dan 1.694 ha pada musim tanam ketiga.
5. Distribusi kebutuhan air irigasi berbanding lurus dengan luas potensial areal irigasi pada masing-masing
bendung.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2004, Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, CV Galang Persada, Bandung.
Anonim, 1986, Standar Perencanaan Irigasi, KP-01, CV Galang Persada, Bandung.
Anwar, 2004.Operasi Program LINDO . Fakultas Pertanian, Universitas Mataram
Harto, S., 2000, Hidrologi Teori Masalah Penyelesaian, Nafiri Offset, Yogyakarta.
Siswanto, 1990, Sistem Komputer Manajemen Lindo, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Soemarto, C. D., 1987, Hidrologi Teknik, Usaha Nasional, Surabaya.

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

A - 153

Anda mungkin juga menyukai