TESIS
Oleh:
TESIS
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Dalam Program
Studi Kenotariatan Pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh:
Anggota
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
INTISARI
Pada kenyataannya konsep perbankan syariah di Indonesia khususnya di
wilayah Sumatera Utara belum dapat menarik minat umat Islam Indonesia untuk
menggunakan lembaga perbankan syariah sebagai bagian dari kegiatan perekonomian
mereka. Hal ini antara lain dikarenakan masih banyak pihak yang menganggap bahwa
bank-bank syariah tidak ubahnya bank konvensional yang hanya memakai stempel
syariah. Misalnya dalam praktek pembiayaan murabahah terhadap rumah/properti,
dimana dalam pembiayaan murabahah menghendaki terjadi jual beli antara pemilik
barang dengan bank dan antara bank dengan nasabah. Namun dalam prakteknya,
transaksi jual beli yang terjadi adalah transaksi jual beli antara pemilik barang
(suplier) dengan nasabah yang dibuktikan dengan penandatanganan akta jual beli
yang dibuat dihadapan Notaris/Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Disini
pembiayaan murabahah hampir tidak ada bedanya dengan produk Kredit Pemilikan
Rumah (KPR) pada bank konvensional.
Penelitian ini bersifat deskriptif, dengan menggunakan metode penelitian
yuridis empiris. Penelitian ini dilakukan terhadap sistem jual beli murabahah pada
Bank Negara Indonesia Syariah (Bank BNI Syariah) Cabang Medan, dalam kaitannya
dengan pembiayaan rumah/properti. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh nasabah pengguna jasa pembiayaan murabahah terhadap rumah/properti
(nasabah). Karena populasi dalam penelitian ini bersifat homogen maka penarikan
sampel hanya dilakukan terhadap 10 (sepuluh) orang nasabah. Selanjutnya
pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling.
Medan.
2
Dosen Program Studi Magister Kenotariatan, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Sumatera
Utara, Medan.
3
Dosen Program Studi Magister Kenotariatan, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Sumatera
Utara, Medan.
4
Dosen Program Studi Magister Kenotariatan, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa sistem jual beli murabahah pada Bank
BNI Syariah Cabang Medan adalah jual beli yang terjadi antara: pemilik barang
(suplier) bank nasabah yang dibuat dibawah tangan, kemudian terjadi lagi jual
beli antara suplier dengan nasabah dengan akta Notaris/PPAT. Sistem jual beli
tersebut tidaklah termasuk ke dalam bentuk jual beli murabahah sebagaimana yang
dimaksud oleh Fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Ketentuan Umum
Murabahah Dalam Bank Syariah Jo. PBI No. 7/46/PBI/2005 Tentang Akad
Penghimpunan Dan Penyaluran Dana Bagi Bank Yang Melaksanakan Kegiatan
Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah. Dengan sistem tersebut, pada kenyataannya jual
beli yang terjadi adalah jual beli antara suplier dengan nasabah, dan peranan bank
disini hanya sebagai penyedia pembiayaan saja, bukan sebagai penjual. Disamping
itu, pelaksanaan jual beli murabahah pada Bank BNI Syariah Cabang Medan belum
dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku karena masih terdapat praktek
peralihan hak atas tanah secara di bawah tangan. Hal ini tidak sesuai dengan PP No.
24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah Jo. Peraturan Menteri Agraria/KBPN No.
3 Tahun 1997. Penyimpangan ini terjadi karena bank pada kenyataannya dihadapkan
pada kendala-kendala dalam penyaluran pembiayaan murabahah, terutama sekali
kendala dari segi peraturan perundang-undangan yang memang pada kenyataannya
sulit untuk dilaksanakan karena dipandang dapat merugikan dan sangat melemahkan
pihak bank.
Disarankan kepada Bank BNI Syariah dalam menyalurkan pembiayaan
murabahah senantiasa memperhatikan ketentuan hukum yang berlaku, baik ketentuan
syariah Islam maupun ketentuan hukum positip. Apabila memang pelaksanaan
pembiayaan murabahah ini tidak dapat mengikuti ketentuan hukum yang berlaku,
maka sebaiknya produk murabahah ini tidak dipasarkan untuk sementara sambil
menunggu terbitnya peraturan baru yang lebih mendukung pelaksanaan produk
murabahah ini. Karena itu diharapkan Bank BNI Syariah untuk lebih
mengembangkan produk-produk pembiayaan mudharabah dan musyarakah yang
berbasis PLS.
Kata kunci:
-Bank Syariah.
-Murabahah.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
ABSTRACT
Actually, islamic banking concept in Indonesia specially in North Sumatera
region has not yet interest for the moslem people in Indonesia to use the islamic
banking as part of their economic activities. Because most of people assume that
islamic banks are not different to the conventional banks that use the islamic stamp.
For example in murabahah financing on houses/properties in wich the murabahah
financing requires a trade or selling-buying between the properties owner and bankand between bank and customer. But in fact, the trade (selling-buying) transaction is a
trade between the product owner (supplier) and customer that indicated by the trade
deed prepared before the Notary/PPAT. This Murabahah financing is not so differ to
the housing ownership loan (KPR) at conventional bank.
This research is descriptive study by using the empiric juridical research
metodh. This research is conducted to the murabahah trade system at Bank Negara
Indonesia Syariah Branch Of Medan in financing the houses/properties. The
population of this research are all the customers of murabahah financing on
houses/properties (customer). For the homogenous population in this research, only
10 customers will be able to be sample that took by purposive sampling.
The result of this research indicate that the murabahah trade system applied at
Bank Negara Indonesia Syariah Branch Of Medan, is a trade or selling-buying
between the supplier bank customer in underhanded metodh and then the trade
between supplier and customer based on Notarial deed. This trade system did not
included into murabahah trade as mentioned in Fatwa (Instruction) DSN N0.
04/DSN-MUI/IV/2000 Concerning To The General Term Of Murabahah In Islamic
5
Medan.
Medan.
Medan.
Medan.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Keywords:
-Islamic Bank
-Murabahah
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Bismillaahirrahmaanirrahiim, dengan ini Penulis
mengucapkan puji dan syukur kepada Allas s.w.t., yang senantiasa telah memberikan
nikmat dan petunjuknya kepada Penulis, hingga akhirnya Penulis dapat
menyelesaikan Tesis yang berjudul PENERAPAN SISTEM JUAL BELI
MURABAHAH PADA BANK SYARIAH (Studi Terhadap Pembiayaan
Rumah/Properti Pada PT. Bank Negara Indonesia Syariah Cabang Medan).
Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk
memperoleh gelar Magister Kenotariatan (MKn), pada Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara, di Medan. Penulisan tesis ini tidak akan mungkin selesai
tanpa adanya arahan, bimbingan, bantuan maupun dukungan dari berbagai pihak,
hingga akhirnya tesis ini dapat diselesaikan.
Untuk itu pada kesempatan ini Penulis sampaikan penghargaan dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat: Bapak Prof. H. M. Hasballah
Thaib, MA, Ph.D., Bapak Dr. Drs. Ramlan Yusuf Rangkuti, MA., dan Ibu
Chairani Bustami, SH, Sp.N, MKn., atas kesediaan Bapak/Ibu dalam memberikan
bimbingan, arahan maupun petunjuk kepada Penulis, sejak awal penyusunan proposal
penelitian sampai selesainya penulisan tesis ini.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Prof. Dr.
Muhammad Yamin, SH, MS, CN., dan Ibu Dr. T. Kheizerina Devi A, SH, CN,
M.Hum., selaku dosen penguji yang telah sangat banyak memberikan masukan,
petunjuk, dan arahan yang sangat berguna dalam menyempurnakan tesis ini, sejak
tahap seminar proposal sampai selesainya penulisan tesis ini.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
5. Pemimpin Cabang, Bank BNI Syariah Cabang Medan beserta staff, yang telah
menginzinkan Penulis untuk melakukan peneltian.
6. Majelis Ulama Indonesia, khususnya kepada Bapak Dr. Lahmuddin Nasution,
MA., yang telah meluangkan waktu dan memberikan kesempatan kepada
Penulis untuk melakukan wawancara.
7. Notaris Ella Wijaya A, SH., yang telah meluangkan waktu dan memberi
kesempatan kepada Penulis untuk melakukan wawancara.
8. Teman-teman se-angkatan 2005-2006, pada Program Magister Kenotariatan,
Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara, Medan, yang tidak dapat
Penulis sebutkan satu persatu, yang sama-sama berjuang dan telah saling
membantu dalam menyelesaikan pendidikan ini.
9. Terakhir dan yang tak terlupakan, Penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada Adinda tercinta Refni Aprilia, yang selalu memberikan semangat dan
dorongan. Terima kasih karena selalu menjadi pendengar yang baik saat
aku berkeluh kesah.
Akhirnya Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada segala pihak yang
tidak dapat Penulis sebutkan satu-persatu, yang telah turut membantu dalam
penyelesaian tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, 20 Juli 2007
Salam Dan Hormat Saya,
Penulis
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Tempat/Tanggal Lahir
Status
: Belum Menikah.
Alamat
II. Keluarga
Nama Ayah
Nama Ibu
: Sugati.
Nama Saudara
: 1. Ifrah Rahmiaty.
2. M. Imam Rasyid Mahi.
3. Rabbani al-Faruq.
III. Pendidikan
1. SD HARAPAN MEDAN, Jl. Imam Bonjol, tahun 1988-1994.
2. MTs as-Salaam, Pabelan, Kartasura, Solo - Jawa Tengah, tahun 1994-1997.
3. SMU Negeri 04 MEDAN, tahun 1997-2000.
4. Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara, Medan, tahun 2001-2005.
5. Magister Kenotariatan, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2005 s/d
sekarang.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii
HALAMAN PANITIA PENGUJI ................................................................ iii
INTISARI ....................................................................................................... iv
ABSTRACT .................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR.................................................................................... vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... xi
DAFTAR ISI................................................................................................... xii
DAFTAR SKEMA ......................................................................................... xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Perumusan Masalah .................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
E. Keaslian Penelitian...................................................................... 5
F. Kerangka Teori Dan Konsepsi .................................................... 6
G. Metode Penelitian
1. Sifat Penelitian ...................................................................... 11
2. Lokasi Penelitian................................................................... 11
3. Populasi Dan Sampel ............................................................ 12
4. Sumber Data.......................................................................... 13
5. Alat Pengumpulan Data ........................................................ 13
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
KENDALA-KENDALA
SYARIAH
YANG
DALAM
DIHADAPI
OLEH
PELAKSANAAN
BANK
PEMBIAYAAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
DAFTAR SKEMA
Halaman
Skema 1
Skema 2
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Pada permulaan perkembangannya perbankan syariah menawarkan produkproduk perbankan yang bebas bunga yaitu: mudharabah dan musyarakah, dua produk
yang diasumsikan berdasarkan pada sistem bagi hasil, atau yang populer dikenal
sebagai Profit and Loss Sharing (PLS). 9 Dengan dua produk itu, bank tidak
beroperasi dengan bunga, tetapi berbagi hasil dengan nasabah. 10
Namun seiring dengan perjalanan waktu, bank kemudian menyadari bahwa
produk-produk yang berbasis PLS adalah sulit untuk diterapkan karena bank
disamping berbagi keuntungan dengan nasabah juga harus berbagi kerugian.
Hal tersebut dibuktikan berdasarkan penelitian yang dilakukan Abdullah
Saeed terhadap bank-bank Islam yang beroperasi di Timur Tengah, yang menyatakan
bahwa bank-bank Islam enggan menjalankan produk-produk bersistem PLS karena
resiko yang mungkin diterima oleh bank sangat tinggi, suatu resiko yang bersama
dengan berjalannya waktu, telah memaksa bank untuk merenovasi bentuk dan isi
musyarakah dan mudharabah hingga berbeda jauh dengan apa yang dapat ditemukan
dalam fiqih, diantaranya ialah di dalam fiqih tidak diizinkan pihak bank untuk
mengambil jaminan dari nasabah. Namun pada kenyataannya Bank Islam selalu
Profit and Loss Sharing adalah berbagi keuntungan dan kerugian (selanjutnya disebut PLS).
Arif Mahtuhin, Dikutip dalam Abdullah Saeed, Menyoal Bank Syariah, Diterjemahkan
Oleh Arif Mahtuhin, Penerbit Paramadina, Cet-I, Jakarta, 2004, hal. ix.
10
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
11
Ibid.
Ibid., hal. x.
13
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Penerbit Zikrul Hakim,
Cet-II, Jakarta, 2004, hal. 62.
12
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
14
Harian Analisa, Kolom Ekonomi Dan Keuangan, Edisi Jumat 15 Desember 2006, hal. 15.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
B. Perumusan Masalah.
Dari apa yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang terkandung di
dalamnya adalah:
1. Bagaimanakah konsep jual beli murabahah menurut syariat Islam?
2. Bagaimanakah penerapan sistem jual beli murabahah terhadap pembiayaan
rumah/properti pada Bank BNI Syariah?
3. Faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala dalam pelaksanaan sistem jual
beli murabahah terhadap pembiayaan rumah/properti pada Bank BNI Syariah?
C. Tujuan Penelitian.
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan, maka yang menjadi tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui secara lebih mendalam tentang murabahah, baik dari sudut
pandang hukum Islam maupun dalam hukum positip di Indonesia.
2. Untuk mengetahui penerapan sistem jual beli murabahah terhadap
pembiayaan rumah/properti pada Bank BNI Syariah.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi kendala dalam pelaksanaan
pembiayaan murabahah terhadap rumah/properti pada Bank BNI syariah,
sehingga dapat dicari jalan keluar terhadap faktor-faktor penghambat tersebut.
D. Manfaat Penelitian.
Adapun manfaat dari hasil penelitian ini secara teoritis adalah untuk
memberikan suatu sumbangan pengetahuan dalam bidang hukum perjanjian
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
E. Keaslian Penelitian.
Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang dilakukan Penulis, khususnya di
lingkungan kepustakaan Universitas Sumatera Utara, sudah pernah ada beberapa
penelitian yang mengkaji tentang perbankan syariah, diantaranya adalah:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Saudara AZWAR, Mahasiswa Program
Magister Kenotarian Universitas Sumatera Utara, dengan judul penelitian
PENERAPAN
PRINSIP
SYARIAH
DALAM
OPERASIONAL
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
demikian
dapat
dikatakan
penelitian
ini
asli
dan
dapat
PADA
BANK
SYARIAH
(Studi
Terhadap
Pembiayaan
Rumah/Properti Pada PT. Bank BNI Syariah Cabang Medan), karena memang pada
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
kenyataannya diduga masih terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan sistem jual beli
murabahah pada bank syariah. Karena itu tulisan ini hanya akan membahas mengenai
sistem jual beli murabahah dalam kaitannya dengan pembiayaan rumah/properi pada
Bank BNI Syariah.
Bank merupakan salah satu lembaga yang memegang peranan penting dalam
perekonomian nasional. Dari segi fungsinya, bank merupakan perantara dari dan
kepentingan masyarakat dibidang dana, yaitu kepentingan dari masyarakat yang
berkelebihan dana dengan kepentingan dari masyarakat yang membutuhkan dana.
Cara menghimpun dana dari masyarakat luas dengan menyalurkan kembali kepada
masyarakat melalui pemberian pinjaman atau kredit yang merupakan dua fungsi
utama bank dari ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998
yang dimaksud dengan bank adalah: Badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.
Dalam rangka menyediakan dana bagi pemerintah untuk melaksanakan
pembangunan ekonomi atau bagi masyarakat untuk malakukan kegiatan yang
prodiktif, bank membantu dalam menyediakan dana tersebut, yang dilakukan antara
lain melalui usaha pemberian kredit. Karena itu tidaklah berlebihan bilamana
dikatakan bahwa kredit merupakan salah satu usaha untuk yang sangat vital.
Mengingat kredit yang diberikan oleh bank mengandung resiko maka
pemberian kredit oleh bank harus dilandasi oleh keyakinan bank atas kemampuan
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
bersumber dari dana masyarakat yang disimpan pada bank, resiko yang
dihadapi bank dapat berpengaruh pula kepada keamanan dan masyarakat
tersebut. Oleh karena itu untuk memelihara kesehatan dan meningkatkan daya
tahannya, bank diwajibkan menyebar resiko dengan mengatur penyaluran
kredit atau pemberian pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, pemberian
jaminan ataupun fasilitas lain sedemikian rupa sehingga tidak terpusat pada
nasabah atau kelompok nasabah debitur tertentu.
Dalam hal ini untuk mengantisipasi hal tersebut Bank Indonesia telah
mengeluarkan Surat Keputusan No. 31/177/KEP/DIR tanggal 31 Desember 1998
yang mengatur tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) bank umum
dengan tujuan untuk dilakukan penyebaran resiko dalam pemberian kredit.
Adapun yang dimaksud dengan bank, secara awam adalah suatu lembaga atau
badan usaha yang bergerak di bidang keuangan. Dalam kamus Black Law Dictionary
bank diartikan sebagai suatu institusi yang mempunyai peran yang besar dalam dunia
komersil, yang mempunyai wewenang untuk menerima deposito, memberikan
pinjaman, dan menerbitkan promissory notes yang sering disebut dengan bank bills
atau bank notes. Namun demikian, fungsi bank yang orisinil hanya menerima
deposito berupa uang logam, plate, emas, dan lain-lain. 15
Selanjutnya yang dimaksud dengan bank dalam tulisan ini adalah bank
sebagaimana tersebut dalam Pasal 1 angka 2, 3, dan 4 Undang-Undang Nomor 10
15
Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999,
hal. 14.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang
Perbankan.
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 menjelaskan
pengertian bank adalah Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.
Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 menjelaskan
pengertian bank umum adalah Bank umum adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usahanya secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Selanjutnya Pasal 1 angka 4 menjelaskan pengertian bank perkreditan rakyat
adalah Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Sedangkan bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 13 UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 yaitu:
Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan Hukum Islam antara
bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau kegiatan usaha,
atau kegiatan lainnya yang dinyatakan dengan syariah, antara lain pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip
penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
G. Metode Penelitian.
1. Sifat Penelitian
Penelitian bersifat deskriptif, yaitu menggambarkan dan menganalisis
permasalahan yang dikemukakan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode penelitian yuridis empiris/yuridis sosiologis.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Unit Syariah Bank Negara Indonesia
(selanjutnya disebut Bank BNI Syariah), Cabang Medan yang terletak di Jalan Gatot
Subroto Nomor 199/210. Adapun alasan Penulis memilih lokasi penelitian tersebut
karena BNI Syariah merupakan bagian dari PT. Bank Negara Indonesia (Persero)
Tbk.
PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk yang lebih kita kenal dengan Bank
BNI adalah termasuk salah satu bank pemerintah tertua dan terbesar sampai saat ini,
yang didirikan pada tahun 1946.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
16
Populasi homogen adalah populasi yang kemungkinan keberagaman unit, strata, ataupun
sifat-sifat tertentu dari populasi hampir tidak ditemui. Lihat: Burhan Bungin, Metodologi Penelitian
Sosial, Penerbit Airlangga University Press, Bandung, 2001, hal. 105.
17
Purposive sampling adalah tehnik pengambilan sampel, dimana pengambilan sampel
ditentukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sepihak oleh peneliti. Dalam hal ini setiap anggota
populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dapat dijadikan sebagai sampel dalam penelitian.
Lihat: Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1996, hal. 91.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
4. Sumber Data
a. Data Primer.
Data primer diperoleh dari penelitian di lapangan dengan melakukan
wawancara terhadap para responden dan nara sumber.
b. Data Sekunder.
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data-data yang diperoleh dari
penelitian/penelusuran kepustakaan yang mempunyai kekuatan mengikat yang
dapat dibedakan atas bahan hukum primer, sekunder dan tertier.18
18
Bahan hukum primer adalah bahan-bahan hukum yang mengikat, yakni berupa normanorma hukum seperti antara lain: peraturan perundang-undangan. Bahan Hukum sekunder adalah
bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer. Selanjutnya bahan hukum
tertier adalah bahan yang memberikan petunjuk ataupun penjelasan terhadap bahan-bahan hukum
primer dan sekunder. Lihat: Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit UI Press,
Jakarta, 1986, hal. 55.
19
Di dalam penelitian dikenal tiga jenis alat pengumpul data, yaitu studi dokumen atau bahan
pustaka, pengamatan atau observasi, dan wawancara. Lihat: Soerjono Soekanto, Ibid., hal. 66.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
6. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif, 20 yaitu untuk
memperoleh gambaran tentang pokok permasalahan dan pengambilam kesimpulan
dilakukan dengan menggunakan metode induktif.
20
Analisis data dibedakan berdasarkan sifat datanya menjadi analisis yang berifat kuantitatif
dan kualitatif. Analisis kualitatif dilakukan pada data yang tidak bisa dihitung (datanya tidak berupa
angka-angka statistik). Lihat: Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial Dan Hukum, Penerbit Granit,
Jakarta, 2004, hal. 128.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
BAB II
JUAL BELI MURABAHAH DI DALAM SYARIAT ISLAM
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
perbankan (termasuk di dalamnya perbankan syariah) yang sekarang ini ada dianggap
tidak berlandaskan kepada apa yang pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW. 21
Sebagian lainnya berpendapat walaupun bank tidak ada di masa Rasulullah
s.a.w., namun bila tujuannya baik dan cara-cara yang dilakukannya tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar syariah Islam, maka hukumnya boleh
dilakukan. 22 Mereka menyatakan bahwa keberadaan bank dalam kegiatan ekonomi
merupakan bagian dari muamalah sehingga hukumnya dikembalikan kepada hukum
asal muamalah yang menyatakan segala sesuatunya dibolehkan kecuali ada larangan
dalam Quran atau Sunnah.
Walaupun lembaga perbankan seperti sekarang ini belum dikenal pada masa
Rasulullah s.a.w., tetapi fungsi-fungsi utama dalam perbankan seperti menerima
titipan uang, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi, serta melakukan
pengiriman uang, telah lazim dilakukan sejak zaman Rasulullah s.a.w. 23
Yang kemudian menjadi permasalahan adalah bahwa praktek perbankan itu
lahir dan dikembangkan oleh dunia barat yang dalam operasionalnya melakukan
praktek riba yang tidak sesuai dengan syariah Islam.
Gemala Dewi dalam bukunya menyatakan bahwa
yang menjadi
21
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
bukanlah dari segi fungsi lembaga tersebut melainkan dari segi konsep usahanya
yang menarik keuntungan usahanya terutama dari bunga kredit. 24
Atas dasar itulah kemudian timbul keinginan umat Islam untuk membentuk
konsep tersendiri bagi lembaga keuangan bank, yaitu bank yang tunduk kepada
syariah Islam.
24
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah
tidak lengah dari apa yang kalian perbuat.
Pemikiran ekonomi Islam sebenarnya bukan hal yang baru dalam tradisi
pemikiran intelektual Islam, terutama dalam tradisi para pemikir Islam Klasik yaitu
masa kejayaan umat Islam. 27
Namun apabila dibandingkan dengan bidang-bidang lain, pemikiran tentang
ekonomi Islam tidak semarak dan simultan dengan pemikiran lainnya seperti tasawuf,
kalam, fikih, tafsir, hadits dan lainnya. Bahkan dibandingkan dengan pemikiran
politik Islam, yang boleh dikatakan baru dalam tradisi intelektual Islam, pemikiran
ekonomi Islam masih berada dibawahnya. 28
Usaha modern pertama untuk mendirikan bank tanpa bunga pertama kali
dilakukan di Malaysia pada pertengahan tahun 1940-an, tetapi usaha ini tidak
sukses. 29 Eksperimen lain dilakukan di Pakistan pada akhir tahun 1950-an, dimana
suatu lembaga perkreditan tanpa bunga didirikan di pedesaan negara itu. 30
Kemudian disusul dengan didirikannya sebuah bank simpanan lokal (local
saving bank) yang beroperasi tanpa bunga di desa Mit Ghamir, ditepi sungai Nil,
Mesir pada tahun 1969 oleh Dr. Abdul Hamid an-Nagar. 31
Walaupun beberapa tahun kemudian tutup karena masalah manajemen, namun
bank lokal ini mencatatkan sejarah yang amat berarti, karena telah mengilhami
27
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
konferensi ekonomi Islam di Mekkah pada tahun 1975. Dan dua tahun kemudian lahir
Bank Pembangunan Islam (IDB) yang merupakan tindak lanjut dari rekomendasi
yang lahir dari konferensi tersebut. Setelah itu muncul bank-bank komersial yang
transaksi-transaksinya didasarkan pada ajaran Islam. 32
Munculnya bank-bank swasta Islam baik di tingkat desa maupun
internasional, diiringi dengan keperluan akan lembaga-lembaga pendukungnya
seperti asuransi, karena itu biasanya jika ada bank Islam di suatu negara, maka
muncul pula asuransi Islami (takaful). 33
Prakarsa untuk mendirikan bank Islam di Indonesia baru dilakukan pada tahun
1990, yang berawal dari lokakarya yang diselenggarakan oleh Majelis Ulama
Indonesia (MUI) pada tanggal 18-20 Agustus 1990 tentang Bunga Bank Dan
Perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat, dan dibahas lebih mendalam pada
Musyawarah Nasional IV Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menghasilkan
kesepakatan untuk mendirikan Bank Islam di Indonesia. Hal ini kemudian
ditindaklanjuti dengan membentuk kelompok kerja yang disebut Tim perbankan
MUI. Dan pada tahun 1991 berdirilah Bank Muamalat Indonesia sebagai pelopor 34
bank syariah di Indonesia. 35
32
Ibid.
Ibid., hal. 66.
34
Walaupun banyak pihak berpendapat bank muamalat sebagai Bank syariah pertama yang
pernah ada di Indonesia, sebenarnya bank Muamalat bukanlah lembaga keungan syariah yang pertama
kali berdiri di Indonesia, karena seblumnya telah pernah berdiri Bank Perkreditan Rakyat Syariah
(BPRS) Berkah Amal Sejahtera, dan BPRS Dana Mardhatillah, serta BPRS Amanah Rabaniah. (Lihat:
Gemalah Dewi, Op. Cit., hal. 62). Bahkan jauh sebelum itu sudah pernah bediri lembaga keuangan
syariah Baitul Tamwil Teknosa di Bandung dan Baitul Tamwil Ridho Gusti di Jakarta (Lihat:
Adiwarman A Karim, Op. Cit., hal.108).
35
Muhammad Syafii Antonio, Op. Cit., hal. 25.
33
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
36
Bahwa perkembangan ekonomi Islam dalam tiga dasawarsa belakangan ini mengalami
kemajuan yang sangat pesat, baik dalam bentuk kajian akademis di perguruan tinggi maupun secara
praktik operasional. Dalam bentuk kajian, ekonomi Islam telah dikembangkan di berbagai universitas,
baik di negeri-negeri Muslim maupun di negara-negara Barat, seperti USA, Australia, Inggeris,
negara-negara Eropa lainnya.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
maupun peraturan-
peraturan pelaksananya.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992, telah membagi bank ke dalam dua
bentuk yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (Pasal 1 angka 2 dan 3), yang
mana di dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 keduanya dapat
menjalankan usaha perbankan berdasarkan prinsip syariah, hanya saja kepada bank
umum dimungkinkan untuk melakukan dual banking system 37 (Pasal 1 angka 3 dan
4).
Sedangkan pengertian dari prinsip syariah dalam Pasal 1 angka 13 UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 adalah sebagai berikut:
Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara
bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan
usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara
lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan
berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang
dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal
berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya
Di Indonesia, perkembangan kajian dan praktek ekonomi Islam juga mengalami kemajuan
yang pesat. Kajian-kajian ekonomi Islam telah banyak diselenggarakan perguruan tinggi baik negeri
maupun swasta. Perkembangan ekonomi Islam di Indonesia mulai mendapatkan momentum yang
sangat berarti semenjak didirikannya Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1992. Berbagai Undangundang yang mendukungnya dikeluarkan, seperti UU No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana yang telah diubah dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 dan Undang-undang
Nomor
23
Tahun
1999
tentang
Bank
Indonesia.
(www.waspada.co.id/serba_waspada/mimbar_jumat/artikel.php). Diakses pada tanggal 07-03-2007.
37
Dual Banking System adalah suatu sistem yang memberi kemungkinan bagi bank-bank
konvensional untuk dapat membuka unit syariah dengan tetap dapat menjalankan fungsinya sebagai
bank umum (melaksanakan dual banking system).
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank
oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
Dengan demikian konsep bank syariah di Indonesia adalah bank, baik
berbentuk bank umum maupun bank perkreditan rakyat yang menjalankan usaha
perbankan berdasarkan prinsip syariah.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
wakalah,
hawalah,
kafalah
dan
rahn.
wadiah
yad
amanah
(Safe
Deposit
Box).
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Waqaf, Hibah).
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
M. Hasballah Thaib, Hukum Aqad (Kontrak) Dalam Fiqih Islam Dan Praktek Di Bank
Sistem Syariah, Op. Cit., hal. 8-15.
39
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Alih Bahasa Oleh Kamaluddin A Marzuki, Jilid 12, Penerbit
PT. al-Maarif, Bandung, 1987, hal. 44.
40
Ibid., hal. 45.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
masing-masing, kecuali bila diantara mereka terdapat pihak yang oleh UndangUndang telah diberikan hak untuk mengambil pelunasan lebih dahulu dari penagih
(Pasal 1132 KUH Perdata).
Hak untuk didahulukan diantara lainnya itu terbit dari hak istimewa
(previlege) yang oleh Undang-Undang diberikan kedudukan istimewa itu, yakni :
Orang-orang berpiutang yang mempunyai hak istimewa.
1. Orang-orang pemegang gadai.
2. Orang-orang pemegang hipotik.
Dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan istilah
jaminan dapat ditemukan dalam penjelasan Pasal 8, yang menyatakan bahwa :
Kredit yang diberikan oleh bank mengandung resiko, sehingga dalam pelaksanaannya
bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat. Untuk mengurangi
resiko tersebut, jaminan pemberian kredit dalam arti keyakinan atas kemampuan dan
kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan
merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank. Untuk memperoleh
keyakinan tersebut, sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian
yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha dari
debitur. Mengingat bahwa agunan menjadi salah satu unsur jaminan pemberian
kredit, maka apabila berdasarkan unsur-unsur lain telah dapat diperoleh keyakinan
atas kemampuan debitur mengembalikan hutangnya, agunan dapat hanya berupa
barang, proyek atau hak tagih yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan. Tanah
yang kepemilikannya didasarkan pada hukum adat, yaitu tanah yang bukti
kepemilikannya berupa girik, petok, dan lain-lain yang sejenis dapat digunakan
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
sebagai agunan. Bank tidak wajib meminta agunan berupa barang yang berkaitan
dengan objek yang dibiayai, yang lazim dikenal dengan agunan tambahan.
Dari uraian di atas dapat dipakai bahwa agunan merupakan salah satu unsur
dari jaminan kredit. Dengan demikian apabila berdasarkan unsur-unsur yang lain
telah diperoleh keyakinan atas kemampuan debitur untuk mengembalikan hutangnya,
maka agunan yang diserahkan dapat hanya berupa proyek atau hak tagih yang
dibiayai dengan kredit tersebut (agunan pokok).
Meskipun agunan tambahan menurut hukum tidak merupakan keharusan namun
untuk kredit menegah dan besar umumnya dalam perjanjian kredit dipersyaratkan
debitur wajib menyerahkan agunan tambahan yang sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Jaminan yang diperoleh bank ini akan memberikan rasa aman karena
disamping sebagai langkah preventif agar bank terhindar dari itikad buruk debitur,
barang jaminan juga merupakan salah satu sumber untuk pelunasan kredit macet.
Secara rasional, didalam praktek perbankan masih banyak bank yang baik yang tetap
meminta jaminan kredit atau collateral dengan sifat-sifat sebagai berikut :
Secured dalam arti dapat diikat secara juridisch perfekt sehingga tidak akan ada klaim
dari pihak lainnya.
Worth and
sehingga dapat menutup kreditnya (saldo debet rekening pinjaman debitur dan laku
dijual). Agar jaminan tersebut bisa menjadi secured, maka harus diadakan perjanjian
peningkatan, meskipun perjanjian tersebut bersifat accessoir dalam arti perjanjian
tambahan dari perjanjian pokok, yakni perjanjian kredit tetapi pengikatan jaminan itu
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
harulah sekuat atau sesempurna mungkin dan semuanya bergantung pada jenis
jaminan itu sendiri.
Apabila perjanjian kredit batal/berakhir, maka perjanjian hak tanggungan ikut
batal/berakhir.Dasar hukum jual beli ini terdapat dalam Al-Quran diantaranya yaitu
pada Surat al-Baqarah ayat 275 yang artinya Dan Allah telah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba, dan Surat an-Nisaa ayat 29 yang artinya Hai orangorang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesama kamu dengan jalan
bathil, kecuali melalui perniagaan yang berlaku suka sama suka diantara kamu.
Dalam hukum Islam, baiu atau menjual sesuatu dihalalkan atau dibenarkan
agama asal memenuhi syarat-syarat yang diperlukan. Hukum ini disepakati oleh
seluruh ulama, dan tidak ada khilaf padanya. 41 Karena al-Quran dengan tegas
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Agar perjanjian/akad jual beli yang diadakan oleh para pihak mempunyai
kekuatan hukum yang mengikat, maka perjanjian/akad jual beli tersebut harus
memenuhi rukun dan syarat jual beli.
Adapun rukun dari jual beli yaitu meliputi: adanya para pihak, adanya uang
dan benda, dan adanya lafaz. 42
Sedangkan syarat sahnya perjanjian jual beli terdiri dari: 43
1. Syarat yang menyangkut subjek jual beli.
41
Hasbi ash-Shiddieqy, Hukum-Hukum Fiqih Islam, Penerbit Bulan Bintang, Jakarta, hal.
336.
42
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Bahwa penjual dan pembeli selaku subjek hukum dari perjanjian jual beli
harus memenuhi persyaratan yaitu: berakal sehat, dengan kehendaknya
sendiri, keduanya tidak mubazir (pemboros), dan baligh.
Setelah syarat ini terpenuhi, maka perjanjian jual beli dapat dibuat dan
harus selalu didasarkan pada kesepakatan antara penjual dan pembeli
(Q.S. an-Nisaa:29).
2. Syarat yang menyangkut objek jual beli.
a. Bersih barangnya
b. Dapat dimanfaatkan
c. Barang yang dijual milik orang yang melakukan akad
Bahwa barang yang menjadi objek perjanjian harus benar-benar milik
pejual secara sah. Dengan demikian jual beli yang dilakukan terhadap
barang yang bukan miliknya secara sah adalah batal.
d. Mampu menyerahkannya
e. Barang tersebut diketahui oleh pembeli dan penjual
f. Barang yang diakadkan ada di tangan
3. Syarat sah yang menyangkut lafaz.
Sebagai sebuah perjanjian harus dilafazkan, artinya secara lisan atau
secara tertulis disampaikan kepada pihak lain. Yang dimaksud dengan
lafaz adalah adanya pernyataan ijab dan kabul, atau sighat yaitu serah
terima dari kedua belah pihak.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Disamping dari syarat yang telah dijelaskan diatas, para ulama fiqih
juga ada yang mengemukakan syarat lain berkaitan dengan pembedaan antara
jual beli benda bergerak dan benda tidak bergerak. Apabila barang yang
diperjual belikan itu benda bergerak, maka benda itu langsung dikuasai oleh
pembeli dan harga dikuasai penjual, sedangkan barang yang tidak bergerak,
dapat dikuasai pembeli setelah surat-menyuratnya diselesaikan menurut urf
(kebiasaan) setempat. 44
44
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Kalau kita perhatikan susunan Buku III KUHPerdata, maka kita dapat melihat
ada bab-bab yang mengatur tentang ketentuan umum tentang perikatan (bab I-IV),
dan ada pula bab-bab yang mengatur tentang ketentuan khusus (bab V-XVIII).
Pada dasarnya ketentuan umum berlaku untuk semua perjanjian, kecuali
ketentuan khusus menyimpanginya. Dengan perkataan lain, pada asasnya ketentuan
khusus didahulukan terhadap ketentuan umum. 47
Di dalam Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata disebutkan
bahwa jual beli adalah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu mengikatkan
dirinya untuk menyerahkan suatu barang, dan pihak yang lain untuk membayar harga
yang dijanjikan.
Berkenaan dengan permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini, maka jual
beli yang akan dibahas pada bab ini adalah jual beli terhadap rumah yang dibangun
diatas tanah dan merupakan satu kesatuan. Oleh karena itu pengertian jual beli rumah
dalam tulisan ini haruslah diartikan pula mencakup jual beli terhadap tanahnya, yang
tergolong kepada benda tidak bergerak.
Sejak keluarnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Pokok-Pokok
Agraria (UUPA), maka dualisme dalam bidang hukum pertanahan sudah berakhir.
Untuk mengakhiri dualisme hak atas tanah tersebut dilakukan konversi hak atas
tanah-tanah adat dan tanah-tanah barat kepada hak-hak atas tanah menurut UUPA.
Menurut Effendi Perangin, UUPA tidak memberi penjelasan mengenai apa
yang dimaksudkan dengan jual beli tanah. Tetapi biarpun demikian, mengingat
bahwa hukum agraria kita sekarang ini memakai sistem dan asas-asas hukum adat,
47
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
maka pengertian jual beli tanah sekarang harus pula diartikan sebagai perbuatan
hukum yang berupa penyerahan hak milik (penyerahan tanah untuk selama-lamanya)
oleh penjual kepada pembeli, yaitu menurut pengertian hukum adat. 48 Namun dalam
perkembangan hukum tanah di negara kita, tindakan-tindakan yang berkaitan dengan
peralihan hak-hak atas tanah telah mendapat pengaturan dari pemerintah dengan
dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1961 Tentang Pendaftaran
Tanah (PP No. 10 Tahun 1961), yang telah dirubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997 (PP No. 24 Tahun 1997).
Disamping dari apa yang telah dijelaskan, di sebagian daerah di Indonesia
masih memberlakukan hukum daerahnya masing-masing yang dikenal dengan hukum
adat. Berbeda dengan Hukum Perdata, transaksi dalam hukum adat biasanya tidak
dibuat secara tertulis atau kalaupun dibuat secara tertulis tapi tidak teratur. Maka
dengan penyerahan tanahnya kepada pembeli dan pembayaran harganya kepada
penjual pada saat jual beli dilakukan, maka jual beli itu selesai. 49
Transaksi dalam hukum adat bersifat terang dan tunai, terang maksudnya
disaksikan oleh sejumlah saksi dari pihak masyarakat, kerabat atau tetangga.
Sedangkan tunai yaitu menyangkut pembayaran dan penyerahan objek transaksi,
dimana pembayaran harga dan penyerahan haknya dilakukan pada saat yang
bersamaan. 50
48
Effendi Perangin, Hukum Agraria Di Indonesia (Suatu Telaah Dari Sudut Pandang
Praktisi Hukum), Penerbit CV. Rajawali, Jakarta, 1986, hal. 13.
49
Ibid.
50
Ibid., hal. 15.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Perjanjian
menurut
KUHPerdata
menimbulkan
perikatan,
sedangkan menurut hukum adat untuk mengikatnya perjanjian harus ada tanda
pengikat/tanda jadi yang dikenal dengan istilah panjer (Jawa). 51
Dalam perjanjian jual lepas, panjer itu berupa sejumlah uang yang diterima
panjual dari pembeli. Apabila dikemudian hari perjanjian batal karena kesalahan
penjual maka ia harus mengembalikan panjer dua kali lipat kepada pembeli,
sebaliknya jika kesalahan itu dari pihak pembeli sehingga perjanjian batal maka
panjer hilang. 52
Lain halnya dengan persekot sebagai tanda jadi yang merupakan pembayaran
pendahuluan dari pembeli kepada penjual, yang akan dipotong dari harga pembelian
ketika pelunasan pembayaran dilakukan. Persekot ini pun dapat hilang apabila
perjanjian batal dikarenakan kesalahan dari pihak pembeli, sebaliknya jika tidak
dinyatakan sebelumnya, persekot dikembalikan lagi kepada pembeli apabila
perjanjian tidak dilanjutkan oleh pihak penjual. 53
51
Hilman Hadikusuma, Hukum Perjanjian Adat, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
1994, hal. 4.
52
Hilman Hadikusuma, Pengantar Ilmu Hukum Adat, Penerbit CV. Mandar Maju, Bandung,
1992, hal. 223.
53
Ibid.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
54
Arif mahtuhin, Dikutip dalam Abdullah Saeed, Op. Cit., hal. 118.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
kemudian menjadi bisnis yang paling populer dan disenangi oleh bank-bank Islam
karena nyaris tanpa resiko. 55
Udovitch, sebagaimana telah dikutip, mengatakan bahwa murabahah adalah
satu bentuk jual beli dengan komisi, dimana si pembeli biasanya tidak dapat
memperoleh barang yang diinginkan kecuali lewat seorang perantara, atau ketika si
pembeli tidak mau susah-susah mendapatkannya sendiri, sehingga ia mencari jasa
seorang perantara.
Hasballah Thaib sebagaimana juga telah dikutip sebelumnya memberikan
pengertian murabahah sebagai salah satu bentuk jual beli namun berbeda dengan jual
beli musawwamah (tawar menawar). Murabahah terlaksana antara penjual dan
pembeli berdasarkan harga barang, harga asli pembelian si penjual diketahui oleh si
pembeli dan keuntungan penjual pun diberitahu kepada pembeli, sedangkan
musawwamah adalah transaksi yang terlaksana antara si penjual dengan si pembeli
dengan suatu harga tanpa melihat harga asli barang.
Kemudian Gemala Dewi dalam bukunya menyatakan bahwa murabahah
adalah pembelian oleh satu pihak kepada pihak lain yang
telah mengajukan
55
Ibid., Bandingkan dengan pengertian murabahah sebagaimana terdapat dalam buku Hasbi
Ash-Shiddieqy, Hukum-Hukum Fiqih Islam, Op. Cit.
56
Gemala Dewi dkk, Hukum Perikatan Islam Di Indonesia, Penerbit Prenada Media
Bekerjasama Dengan Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2005, hal. 111.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
muamalah, dan karena dianggap tidak bertentangan dengan syariat Islam maka
hukumnya dikembalikan kepada hukum asal muamalah yang menyatakan segala
sesuatunya dibolehkan kecuali ada larangan dalam Quran atau Sunnah.
Dalil yang dapat dijadikan dasar dalam transaksi murabahah merupakan dalildalil transaksi jual beli, karena itu dasar-dasar syariah mengenai jual beli dijadikan
pula sebagai dasar syariah pada transaksi murabahah.
Adapun dalil-dalil tersebut antara lain yaitu Surat al-Baqarah ayat 275 yang
artinya Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba, dan Surat
an-Nisaa ayat 29 yang artinya Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
memakan harta sesama kamu dengan jalan bathil, kecuali melalui perniagaan yang
berlaku suka sama suka diantara kamu.
2. Murabahah Di Indonesia
Ketentuan fiqih di Indonesia yang mengatur tentang transaksi murabahah
yang telah diadopsi ke dalam hukum positip diwujudkan dalam Peraturan Bank
Indonesia yang merupakan hasil Ijtihad para ulama Indonesia yaitu Peraturan Bank
Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005 Tentang Akad Penghimpunan Dan Penyaluran Dana
Bagi Bank Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.
Pengertian murabahah sebagaimana tersebut dalam pasal 1 angka 7 PBI No.
7/46/PBI/2005 adalah: Murabahah adalah jual beli barang sebesar harga pokok
barang ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005 Tentang Akad
Penghimpunan Dan Penyaluran Dana Bagi Bank Yang Melaksanakan Kegiatan
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Pada ayat (2) dinyatakan bahwa dalam hal bank meminta nasabah untuk
membayar uang muka atau urbun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e maka
berlaku ketentuan sebagai berikut :
a. Dalam hal uang muka, jika nasabah menolak untuk membeli barang
setelah membayar uang muka, maka biaya riil Bank harus dibayar dari
uang muka tersebut dan bank harus mengembalikan kelebihan uang muka
kepada nasabah. Namun jika nilai uang muka kurang dari nilai kerugian
yang harus ditanggung oleh Bank, maka Bank dapat meminta lagi
pembayaran sisa kerugiannya kepada nasabah.
b. Dalam hal urbun, jika nasabah batal membeli barang, maka urbun yang
telah dibayarkan nasabah menjadi milik Bank maksimal sebesar kerugian
kerugian yang ditanggung oleh Bank akibat pembatalan tersebut, dan jika
urbun tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
3. Bank membiayai sebagaian atau seluruh harga pembelian barang yang telah
disepakati kualifikasinya.
4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan
pemebelian ini harus sah dan bebas riba.
5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian,
misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.
6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan
harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini bank harus
memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya
yang diperlukan.
7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka
waktu tertentu yang telah disepakati.
8. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut,
pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.
9. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari
pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang secara
prinsip menjadi milik bank.
Dari ketentuan-ketentuan diatas, maka pelaksanaan transaksi murabahah
secara ideal fiqih adalah sebagai berikut: 60
a. Adanya kesepakatan awal antara bank dan nasabah untuk melakukan transaksi
murbahah.
60
Aspek Legal Bank Syariah (Komparasi Hukum Positip Dan Tinjauan Fiqh Muamalah
Maaliyah Tentang Akad-akad Bank Syariah), Makalah Disampaikan Pada Pelatihan Dasar Lembaga
Keungan Syariah, Imperium Hotel-Lippo Karawaci, Tangerang, 9 September 2006.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
b. Pada dasarnya barang yang diinginkan nasabah belum dimiliki oleh bank dan
nasabah memberikan rincian tentang barang yang akan dibeli dan memberikan
fee/keuntungan kepada bank dengan jumlah yang disepakati kedua belah
pihak.
c. Nasabah mengajukan perintah pembelian barang kepada bank berdasarkan
spesifikasi barang yang ditentukan nasabah dan berjanji akan membelinya
dengan memberikan sejumlah keuntungan kepada bank.
d. Bank membeli barang
nasabah/pemesan barang.
Sistem jual beli murabahah yang ideal dapat diuraiakan pada skema dibawah
ini:
NASABAH
BANK
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
SUPLIER
Keterangan:
1. Negosiasi
2. Perintah pembelian barang oleh nasabah
3. Pembelian barang oleh bank
4. Pembayaran
5. Penyerahan barang
6. Akad murabahah
7. Penyerahan barang
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
4. Pembayaran.
Bank seketika itu juga melakukan pembayaran kepada pemilik barang, hal ini
menyebabkan barang beralih menjadi milik bank.
5. Penyerahan barang dari pemilik barang kepada bank.
6. Akad murabahah.
Setelah barang dikuasai oleh bank, bank kemudian menjual barang tersebut
kepada nasabah secara murabahah. Pada tahap ini dilakukan penandatanganan
akad murabahah maupun akad-akad lainnya oleh kedua belah pihak.
7. Penyerahan barang.
Setelah segala akad ditandatangani oleh kedua belah pihak, bank kemudian
menyerahkan barang kepada nasabah.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
BAB III
PENERAPAN SISTEM JUAL BELI MURABAHAH TERHADAP
PEMBIAYAAN RUMAH/PROPERTI PADA BANK BNI SYARIAH
Sumber dari Modul BNI ICONS (Integrated & Centralized On Line System).
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Sampai saat ini Bank BNI Syariah telah membuka 19 kantor cabang di
seluruh Indonesia, yaitu:
1) Yogyakarta
8) Bandung
2) Pekalongan
9) Padang
16) Cirebon
3) Semarang
10) Makassar
17) Bogor
4) Malang
11) Medan
18) Solo
5) Banjarmasin
12) Palembang
19) Balikpapan
6) Jakarta Timur
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
7) Jakarta Selatan
Beberapa hal yang menjadi alasan pembukaan Unit Usaha Syariah pada Bank
BNI, adalah sebagai berikut:
a. Menyediakan layanan perbankan yang lengkap (mewujudkan BNI sebagai
universal banking)
b. Berdasarkan data dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebanyak 30%
masyarakat Indonesia menolak sistem bunga.
c. Landasan operasional perbankan syariah sudah kuat.
d. Masih terbatasnya kompetitor.
e. Respon dan kepercayaan masyarakat yang besar atas kehadiran bank syariah.
2. Filosofi Perusahaan. 62
Visi dari Bank BNI Syariah adalah Menjadi bank syariah yang
menguntungkan bagi Bank BNI dan terpercaya bagi umat muslim dengan
bersungguh-sungguh menjalankan kegiatan usahanya pada prinsip-prinsip syariah
Islam yang mengacu pada al-Quran dan al-Hadits.
Misi dari Bank BNI syariah adalah Secara istiqomah melaksanakan amanah
untuk memaksimalkan kinerja dan layanan perbankan dan jasa keuangan syariah,
sehingga dapat menjadi bank syariah kebanggan anak negeri. 63
62
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Untuk melaksanakan Visi dan Misi tersebut, maka Bank BNI Syariah
mengambil langkah-langkah yang antara lain sebagai berikut:
a. Melaksanakan operasional perbankan berdasarkan prinsip syariah Islam.
b. Memberikan mutu pelayanan yang unggul kepada nasabah dengan sistem
front end dan otomasi on line.
c. Meningkatkan kualitas bisnis di segmen usaha ritel.
d. Memberikan kontribusi laba yang nyata terhadap laba Bank BNI secara
keseluruhan.
Adapun yang menjadi tujuan Bank BNI Syariah adalah untuk menampung
keinginan masyarakat yang ingin menggunakan bank syariah serta untuk
mempercepat pengembangan kegiatan usaha yang berbasis syariah dengan
memanfaatkan jaringan Bank BNI.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Wawancara dengan Pemimpin Bidang Operasional, BNI Syariah Cabng Medan, Pada
tanggal 24 Mei 2007.
65
Brosur BNI Syariah.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
66
Wawancara dengan Pemimpin Bidang Operasional, BNI Syariah Cabng Medan, Pada
tanggal 24 Mei 2007.
67
Brosur BNI Syariah.
68
Brosur BNI Syariah.
69
Brosur BNI Syariah.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Merupakan suatu jasa bank dalam pengiriman uang baik diantara sesama
Bank BNI maupun pengiriman uang antar bank, atas permintaan pihak
ke tiga untuk dibayarkan kepada penerima.
2. Inkaso. 70
Merupakan pengiriman surat/dokumen untuk menagihkan pembayaran
atas surat/dokumen berharga kepada pihak ketiga ditempat/kota lain di
dalam negeri. Surat/dokumen berharga yang dapat ditagihkan adalah
wesel/draft,
cek,
bilyet
giro,
kuitansi,
surat
promes/aksep
70
Wawancara dengan Pemimpin Cabang Pembantu Bank BNI Syariah Binjai, Pada tanggal
11Juni 2007.
71
Ibid.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
4. Garansi Bank. 72
Garansi Bank (GB), merupakan pemberian janji bank (sebagai
penjamin) kepada pihak lain (terjamin) untuk jangka waktu, jumlah, dan
keperluan tertentu, bahwa bank akan membayar kewajiban nasabah yang
diberi garansi bank kepada pihak lain tersebut, apabila nasabah yang
bersangkutan cidera janji (wan prestasi). Garansi Bank (GB) yang
diberikan dapat juga berupa standby L/C.
72
73
Ibid.
Brosur BNI Syariah.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Rp. 425.500.000,-
Keuntungan bank
Rp. 150.000.000,-
Uang muka
Rp. 275.500.000,-
Rp. 300.000.000,-
Dari sekian banyak produk yang ditawarkan oleh Bank BNI Syariah,
disini hanya akan membahas sistem jual beli murabahah terhadap pembiayaan
74
Wawancara dengan Pemimpin Bidang Operasional, BNI Syariah Cabng Medan, Pada
tanggal 24 Mei 2007.
75
Brosur BNI Syariah
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
B. Penerapan
Sistem
Jual
Beli
Murabahah
Terhadap
Pembiayaan
76
Wawancara dengan Penyelia Pemasaran, Bank BNI Syariah Cabang Medan, Pada tanggal
28 Mei 2007.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
(SPPT-PBB)
tahun
berjalan
dan
bukti
pelunasan
pembayarannya.
4) Penawaran harga dari penjual.
2. Tahap Pemeriksaan dan Analisa Oleh Bank
Pada tahap ini bank akan memeriksa kelengkapan dokumen nasabah, dan
pemeriksaan kelapangan mengenai objek yang akan dibiayai, keadaan
usaha/pekerjaan nasabah dan verifikasi data-data yang disampaikan nasabah
dengan kondisi dilapangan.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Rp.250.000.000,- akan
yang
akan
dibuatkan
dalam
suatu
Surat
Keputusan
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
77
J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, Buku II, Penerbit PT.
Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hal. 148.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
murabahah tersebut. Dengan kata lain penerapan pembiayaan murabahah pada Bank
BNI Syariah cabang Medan masih belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Dalam penerapan pembiayaan murabahah tersebut dapat dikatakan terjadi
penyimpangan, terutama sekali terjadi pada tahap ketiga yaitu tahap penandatanganan
akad murabahah. Penyimpangan mana akhirnya memberi pengaruh juga terhadap
tahap sebelumnya.
Pada tahap terakhir yaitu tahap penandatanganan kontrak baru terlihat adanya
kejanggalan dalam pelaksanaan pembiayaan murabahah pada Bank BNI Syariah.
Penandatanganan akad murabahah dilakukan berdasarkan kesepakatan awal
antara kedua pihak yang telah dilalui pada tahap-tahap sebelumnya. Sedangkan
sebelum dilakukan penandatanganan akad murabahah bank telah terlebih dahulu
melakukan jual beli secara lisan dengan pemilik barang.
Bila pelaksanaan pembiayaan murabahah tersebut dikaitkan dengan Fatwa
DSN No.04/DSN-MUI/IV/2000 pada angka 3 menyatakan bahwa bank terlebih
dahulu membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan
pemebelian ini harus sah.
Berdasarkan
hasil
penelitian
diketahui
bahwa
akad
yang
pertama
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
adalah rumah yang peralihannya telah diatur sedemikian rupa dalam PP No.24 Tahun
1997 Jo. Peraturan menteri Agraria/Kepala BPN No. 3 Tahun 1997.
Hal ini menjadi penting untuk diperhatikan karena mengenai sah atau
tidaknya jual beli yang pertama akan menentukan pula sah atau tidaknya jual beli
yang terjadi kemudian.
Bank syariah sesuai dengan namanya tentulah harus sedapat mungkin
menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam setiap kegiatan operasionalnya. Berkenaan
dengan itu kita tentunya sama-sama mengetahui bahwa dalam fiqih Islam terdapat
kaedah bahwa seseorang tidak boleh menjual sesuatu yang belum dimilikinya pada
waktu transaksi berlangsung pada objek transaksi. 78
Ibnu Abidin menjelaskan sebagaimana ditulis oleh Husain dan Siddiq bahwa
termasuk salah satu syarat dari jual beli adalah objek transaksinya harus dimiliki
secara penuh oleh penjual dari apa yang ia jual untuk dirinya.79 Maka tidak
diperkenankan menjual sesuatu yang belum menjadi miliknya, dan para ulama sudah
sepakat mengenai hal ini.
Sebenarnya, membahas masalah filantropi atau kedermawanan sosial di Indonesia
adalah ibarat membicarakan anggur lama dam botol baru, karena pada dasarnya
kegiatan berderma merupakan kebiasaan masyarakat Indonesia yang menjadi pola
hidup yang dapat ditemukan pada berbagai suku yang ada di Indonesia. Hanya saja
pada saat itu kegiatan seperti ini berjalan secara sangat sederhana dan tradisional.
78
Husain Syahathah Dan Siddiq Muhammad al-Amin ad-Dhahar, Transaksi Dan Etika Bisnis
Islam, Diterjemakan Oleh: Saptono Budi Satryo Dan Fauziah R, Penerbit Visi Insani Publishing,
Jakarta, 2005, hal. 237.
79
Ibid. Lihat juga M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Fiqh Muamalat),
Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hal. 124., Abdul Ghofur Anshori, Pokok-Pokok
Hukum Perjanjian Islam Di Indonesia, Penerbit: Citra Media, Yogyakarta, 2006, hal. 34.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
80
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
85
82
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Dari beberapa pengertian tentang yayasan yang telah diuraikan tersebut, maka
kita setidaknya dapat menarik kesimpulan bahwa yayasan adalah merupakan suatu
lembaga yang bergerak di bidang sosial yang tidak bertujuan untuk mencari
keuntungan. Hal mana berkaitan erat dengan kegiatan amal (filantropi) yang
merupakan bentuk ideal dari lembaga yayasan.
Sedangkan menurut UUY dalam pasal 1 angka 1 disebutkan bahwa: Yayasan
adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan
untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang
tidak mempunyai anggota.
Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam yayasan adalah:
a. Yayasan terdiri atas kekayaan yang dipisahkan.
b. Kekayaan yayasan digunakan untuk mencapai tujuan yayasan.
c. Tujuan yang dimaksud adalah tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan
kemanusiaan.
Pada dasarnya yayasan harus dapat berperan sebagai wadah untuk
mengembangkan kegiatan sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Berdasarkan UUY,
yayasan harus bersifat sebagai berikut;
a. Sosial.
b. Keagamaan.
c. Kemanusiaan.
85
Prof. Drs. C.S.T. Kansil, SH dan Christine S.T. Kansil, SH, MH, Kamus Istilah Aneka
Hukum, Cet 1, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2000, hal. 198.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Sesuai dengan pasal 1 angka 1 UUY, penjelasan umum dan penjelasan pasal 3
ayat 2, sifat-sifat tersebut diatas harus tercermin dalam maksud dan tujuan serta
kegiatan yayasan.
Dengan mengacu pada definisi yayasan yang diberikan oleh Blacks Law
Dictionary, maka yayasan bertujuan untuk kegiatan amal (charity), pendidikan
(educational), keagamaan (religious), atau tujuan kedermawanan lainnya (or other
benevolent purpose). 86
Berdasarkan Yuripudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia tanggal 8
Juli 1975 No. 476/K/Sip/1975 (yang menjadi acuan untuk penentuan tujuan yayasan
sebelum berlakunya UUY ), dimana pertimbangan Pengadilan Negeri dibenarkan
oleh Pengadilan Tinggi dan dibenarkan oleh Mahkamah Agung, dari putusan
Mahkamah Agung tersebut jelas bahwa yayasan mempunyai tujuan untuk
membantu. Perkataan membantu ini ditafsirkan sebagai kegiatan sosial.
Dengan berlakunya UUY, maka maksud dan tujuan dari yayasan harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut 87 :
a. Untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan
(pasal 1 angka 1 UUY ).
b. Maksud dan tujuan yayasan harus bersifat sosial, keagamaan dan
kemanusiaan (penjelasan pasal ayat 2 UUY ).
c. Maksud dan tujuan yayasan harus dicantumkan dalam anggaran dasar yayasan
(pasal 14 ayat 2 UUY).
86
87
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Menurut Chatamarrasjid
88
badan hukum seperti perseroan terbatas yang bertujuan untuk mencari keuntungan.
Akan tetapi, tentu saja yayasan boleh untuk memperoleh keuntungan, dan berarti
melakukan kegiatan usaha atau mendirikan badan usaha, agar tidak bergantung
selamanya dari sumbangan, tetapi keuntungan yang diperoleh haruslah semata-mata
dipergunakan atau diperuntukkan bagi tujuan sosial dan kemanusiaan.
Pendapat diatas bertolak dari pandangan bahwa tiap bentuk badan hukum
yang diciptakan mempunyai tujuan tertentu dan tidak ada 1 (satu) bentuk badan
hukum yang dapat mencakup tujuan dan struktur semua bentuk badan hukum lain. 89
Sedangkan maksud dan tujuan yayasan tertentu, artinya maksud dan tujuan
tersebut harus jelas batasannya untuk hal-hal yang sudah ditentukan dan bersifat
khusus. Jadi, maksud dan tujuan yayasan disini tidak dapat bersifat umum. Tujuan
yayasan ini merupakan hal yang penting, karena tujuan yayasan dapat berpengaruh
terhadap bubarnya suatu yayasan, hal ini sesuai dengan bunyi pasal 62 huruf (b)
Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 yang menyatakan: Yayasan dapat bubar
karena; tujuan yayasan yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah tercapai atau
tidak tercapai. Oleh karena itu, yayasan harus berhati-hati dalam menetapkan
tujuannya. Jangan sampai tujuan tersebut terlalu umum/luas ataupun terlalu berat
sehingga sulit untuk mencapai atau memenuhinya, yang akhirnya dapat
mengakibatkan yayasan tersebut dibubarkan. Hal-hal mengenai bubarnya suatu
yayasan, akan kita bicarakan pada sub bab berikutnya.
88
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
UUY sendiri tidak memberi penjelasan mengenai apa yang dimaksud dengan
tujuan sosial dan kemanusiaan, tapi hanya memberikan contoh kegiatan yang dapat
dilakukan oleh yayasan. Hal ini dapat kita lihat dalam pasal 8 UUY maupun
penjelasannya.
Pasal 8 UUY menyebutkan:
Kegiatan usaha dari badan usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat
(1) harus sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan serta tidak bertentangan
dengan ketertiban umum, kesusilaan dan/atau ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
Penjelasan pasal 8:
Kegiatan usaha dari badan usaha yayasan mempunyai cakupan yang luas,
termasuk antara lain hak asasi manusia, kesenian, olah raga, perlindungan
konsumen, pendidikan, lingkungan hidup, kesehatan dan ilmu pengetahuan.
Dalam UUY yang diperbaharui pun pasal ini tidak termasuk ke dalam pasalpasal yang direvisi, sehingga tetap tidak ada acuan mengenai kegiatan sosial dan
kemanusiaan.
Oleh karena itu untuk menilai/memutuskan apakah kegiatan usaha yang
dilakukan oleh yayasan yang tidak tercantum dalam penjelasan pasal 8 adalah sesuai
dengan tujuan sosial dan kemanusiaan, seandainya kegiatan yayasan diragukan
bertujuan sosial dan kemanusiaan, barangkali keputusannya diserahkan kepada
Pengadilan. 90
90
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Seperti yang telah kita ketahui, yayasan telah dikenal oleh masyarakat
Indonesia sejak zaman penjajahan kolonial Belanda sampai Indonesia menjadi negara
yang merdeka dan berdaulat, namun tidak ada satupun peraturan yang tegas yang
mengatur tentang keberadaan yayasan. Sebenarnya ada beberapa peraturan yang
menyebutkan tentang keberadaan yayasan sebelum lahirnya Undang-Undang
Yayasan, antara lain:
-
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
karena IMF melihat praktek kerja beberapa yayasan milik pemerintah, institusi militer
dan milik beberapa kelompok tertentu (rezim orde baru) telah menyalahi fungsi dan
tujuan ideal dari yayasan dengan menggunakan lembaga ini sebagai kedok untuk
mencari keuntungan sebesar-besarnya tanpa membayar pajak, yang ditengarai sangat
merugikan keuangan negara. Hal ini kemudian dituangkan ke dalam Letter of Intent
(LoI) untuk kepentingan pemerintah dalam memperoleh pinjaman dari IMF.
Begitulah memang keadaan bangsa kita, tidak akan berbuat kecuali untuk hal yang
terpaksa. Setidaknya seperti itulah gambaran tentang keadaan bangsa ini berkenaan
dengan latar belakang lahirnya UUY.
Seperti Penulis sebutkan tadi, bahwa sebenarnya UUY tidak lahir secara
prematur. Karena konon Departemen Kehakiman telah memiliki rancangannya sejak
tahun 1976. 91
Akhirnya pada tanggal 6 Agustus 2001, pemerintah dengan persetujuan DPR
mengesahkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan dengan
harapan dapat memastikan yayasan dapat berfungsi sesuai dengan maksud dan
tujuannya berdasarkan prinsip keterbukaan dan akuntabilitas kepada masyarakat. 92
Dalam menangani organisasi nirlaba, pemerintah punya dua format atau sudut
pandang yang berbeda. Aspek organisasi yang terkait dengan ideologi dan ketertiban
umum ditangani oleh Departemen Dalam Negeri, sedangkan aspek sosial yang
menyangkut penggalangan dan pendayagunaan dana sosial masyarakat, serta usaha
91
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
93
Lihat artikel, Zaim Zaidi dan Hamid Abidin (Filantropi dan Hukum Di Indonesia), Jurnal
Hukum JENTERA, edisi Hukum & Yayasan, 2003.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
94
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
orang atau lebih, baik oleh WNI maupun oleh orang asing, dengan adanya pemisahan
harta kekayaan sebagai harta kekayaan awal yayasan. Sedangkan yang dimaksud
dengan orang menurut penjelasan Pasal 9 (1) UUY adalah orang- perorangan atau
badan hukum. Jadi, berdasarkan ketentuan pasal 9 UUY, yayasan dapat didirikan;
-
Berdasarkan wasiat.
Lalu bagaimana halnya jika sebuah yayasan didirikan oleh percampuran
antara orang-perorangan dengan badan hukum, atau didirikan oleh beberapa orang
dengan beberapa badan hukum ?
Mengenai hal ini, tidak ada diatur secara tegas oleh UUY, sehingga hal ini
dianggap sah-sah saja, terlebih lagi jika kita melihat kepada tujuan dari yayasan yang
sifatnya mulia. Namun dalam hal ini Arie Kusumastuti berpendapat lain, menurut
penafsirannya, 96 UUY telah mengatur secara tegas bahwa hal tersebut tidak
diperbolehkan.
96
Op Cit., Arie Kusumastuti, Hukum Yayasan, hal. 74. Ia berpendapat bahwa dalam
penjelasan pasal 9 (1) telah dinyatakan secara tegas hal tersebut tidak dibolehkan dengan adanya kata
atau (orang perorangan atau badan hukum).
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Jawaban Responden
Jumlah
60%
40%
10
100%
97
Ibid,.
Ibid,.
99
Ibid,.
98
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Tabel-2
Penerapan Jual Beli Murabahah Terhadap Pembiayaan Rumah/Properti Pada
Bank BNI Syariah Cabang Medan
n=10
No
Jawaban Responden
Jumlah
10
100%
Jumlah
10
100%
Tabel-3
Kendala Yang Dihadapi Bank Dalam Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah
Terhadap Rumah Atau Properti
n=10
No
Jawaban Responden
Jumlah
20%
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Ragu-ragu
80%
Jumlah
10
100%
Tabel-4
Nasabah Menerima Salinan Dari Akad Pembiayaan Murabahah
n=10
No
Jawaban Responden
Jumlah
80%
Menerima salinan
20%
Jumlah
10
100%
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Menurut mereka dalam pembiayaan murabahah ini, jual beli yang terjadi
adalah jual beli antara mereka dengan pemilik rumah, kemudian bank
menyediakan pembiayaan berdasarkan permohonan yang telah mereka
ajukan. Dalam pembiayaan ini bunga pinjaman ditetapkan di muka yang
oleh pihak bank disebut dengan margin keuntungan, sehingga menurut
mereka pembiayaan murabahah sama saja dengan KPR pada bank
konvensional
c. Pada Tabel-3: Dua dari sepuluh nasabah yang diwawancarai mengatakan
bahwa kendala yang dihadapi oleh bank sebagaimana dijelaskan oleh
Penulis, memang dapat menghambat pelaksanaan pembiayaan murabahah.
Delapan orang lainnya tidak dapat memberikan tanggapan.
d. Pada Tabel-4: Delapan dari sepuluh nasabah yang diwawancarai mengaku
tidak
mendapatkan
salinan
dari
akad
murabahah
yang
mereka
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
jaminan tersebut dibawah harga umum, dan debitur dapat menerima uang sisa
pelunasan tagihan dari bank tersebut, maka tentunya dapat melindungi kedua belah
pihak.
Pasal 20 ayat 2 UUHT memberikan kemungkinan penjualan objek hak
tanggungan secara di bawah tangan sepanjang atas kesepakatan pemberi dan
pemegang hak tanggungan, dan cara demikian akan diperoleh harga tertinggi dan
menguntungkan semua pihak. Oleh karena penjualan objek hak tanggungan secara di
bawah tangan hanya dapat dilakukan bila ada kesepakatan antara pemberi dan
penerima hak tanggungan, maka bank tidak tidak mungkin melakukannya bilamana
tidak ada persetujuan debitur.
Apabila kredit sudah macet pada umumnnya debitur sudah sulit untuk
dihubungi atau sudah tidak korperatif lagi, sehingga sulit rasanya mendapatkan
persetujuan dari debitur. (ft wawancara pegawai bank). Menyadari akan sulitnya
untuk memperoleh persetujuan pada saat kredit sudah macet, maka pada saat kredit
diberikan telah dipersyaratkan dalam membuat perjanjian kredit bahwa bank selalu
meminta surat kuasa untuk menjual barang jaminan. Dalam pasal 11 ayat 2 UUHT
yakni janji bahwa pemegang hak tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual
atas kekuasaan sendiri objek hak tanggungan apabila debitur cidera janji. Dimana
janji itu wajib dicantumkan dalam APHT tersebut.
Penjulan dibawah tangan ini diharapkan akan diperoleh harga tertinggi yang
dapat menguntungkan semua pihak. Setelah diperoleh persetujuan dari pemberi hak
tanggungan, pelaksanaan penjualan secara dibawah tangan tersebut hanya dapat
dilakukan setelah lewat1 (satu ) bulan sejak diberitahukannya secara tertulis kepada
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
pihak-pihak yang berkepentingan dan diumumkan dalam 2 (dua) surat kabar yang
beredar di daerah yang bersangkutan, serta tidak ada pihak yang menyatakan
keberatan. Umumnya hak tanggungan yang dibebani dengan lebih dari satu hak
tanggungan edan ini dapat dilihat pada sertifikat tanah karena harus didaftar dan
dicatat oleh Kantor Pertanahan dan pemegang hak tanggungan mempunyai hak
mendahulu dari kreditur-kreditur lainnya.
Menghitung secara akurat biaya-biaya yang akan dikeluarkan dalam proses
pengadilan (possibility cost counting). Menghitung kemungkinan-kemungkinan biaya
yang muncul meliputi biaya pengacara ,biaya pengadilan sampai tingkat Mahkamah
Agung (MA) dan biaya operasional lainnya perlu dilakukan sebagai gambaran bila
ditinjau dari aspek ekonomisnya.
Kasus kasus yang diselesaikan melalui pengadilan secara umum dapat
dikatakan merugi, hal tersebut disebabkan biaya proses yang sangat besar dan
membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu bank selalu menghindari
penyelesaian melalui pengadilan.
Penanganan perkara kredit bermasalah/macet di Pengadilan Negeri dapat
ditempuh dengan cara, yakni:
Proses perkara perdata di Pengadilan Negeri dilakukan secara terbuka dan
kedua belah pihak diperlakukan sama dan tidak memihak. Kedua belah pihak diberi
kesempatan untuk memberi pendapatnya dan didengar keterangannya. Namun, setiap
argumen yang dikemukakan oleh para pihak mengenai pokok sengketa tentunya
harus didukung oleh alat bukti yang ditentukan menurut hukum acara perdata yang
berlaku. Pada akhirnya setelah cukup proses jawab-menjawab antara para pihak yang
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
100
Ibid., hal. 80. Lihat juga Adiwarman A Karim, Op.Cit., hal. 22. Muhammad Syafii
Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, Op. Cit., hal. 60.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
101
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
BAB IV
KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI OLEH BANK SYARIAH DALAM
PELAKSANAAN PEMBIAYAAN MURABAHAH TERHADAP
RUMAH/PROPERTI.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Jawaban dan sikap yang sama juga biasa disampaikan petugas bank kepada
pihak ketiga yang datang ke bank untuk suatu keperluan, apabila mereka fihak ketiga
tersebut datang pada saat akhir bulan.
B. Kendala-kendala
Dari
Segi
Penerapan
Peraturan
Dan
Ketentuan
Pembiayaan Murabahah.
Berdasarkan Fatwa DSN No.04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Ketentuan
Umum Murabahah dalam Bank Syariah ditetapkan antara lain:
1. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri,
dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.
2. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan)
dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini
bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah
berikut biaya yang diperlukan.
3. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada
jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
4. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari
pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang
secara prinsip menjadi milik bank.
Bank Syariah dan Bank BNI Syariah khususnya, menghadapi kendala dalam
melaksanakan ketentuan dan fatwa DSN tersebut.
Kendala-kendala yang dihadapi bank dalam hal ini antara lain:
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Fatwa
DSN
No.04/DSN-MUI/IV/2000
Jo.
PBI
No.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pada dasarnya murabahah adalah transaksi jual beli yang termasuk dalam
bidang muamalah yang tidak dikenal pada zaman nabi, dan baru berkembang
di kemudian hari pada masyarakat Madinah. sehingga ia merupakan urf
(adat-istiadat atau kebiasaan setempat) di bidang muamalah, dan karena
dianggap tidak bertentangan dengan syariat Islam maka hukumnya
dikembalikan kepada hukum asal muamalah yang menyatakan segala
sesuatunya dibolehkan kecuali ada larangan dalam Quran atau Sunnah.
Karena itu dasar-dasar syariah yang mengatur mengenai jual beli dijadikan
pula sebagai dasar syariah pada transaksi murabahah.
2. Adapun sistem jual beli murabahah pada Bank BNI Syariah Cabang Medan
adalah jual beli yang terjadi antara: pemilik barang (suplier) bank nasabah
yang dibuat dibawah tangan, kemudian terjadi lagi jual beli antara suplier
dengan nasabah dengan akta Notaris/PPAT. Sistem jual beli tersebut tidaklah
termasuk ke dalam bentuk jual beli murabahah sebagaimana yang dimaksud
oleh Fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/IV2000 Tentang Ketentuan Umum
Murabahah Dalam Bank Syariah Jo. PBI No. 7/46/PBI/2005 Tentang Akad
Penghimpunan Dan Penyaluran Dana Bagi Bank Yang Melaksanakan.
3. Penyimpangan ini terjadi karena bank pada kenyataannya dihadapkan pada
kendala-kendala dalam penyaluran pembiayaan murabahah diantaranya
kendala dari segi SDM dan peraturan perundang-undangan yang tidak
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
sangat
menyulitkan
bank
untuk
dapat
melaksanakan
B. Saran.
1. Seluruh kegiatan dalam proses pembiayaan murabahah pada Bank BNI
Syariah hendaknya dilakukan dalam bentuk tertulis dengan senantiasa
memperhatikan segala peraturan, norma-norma, dan kebiasaan-kebiasaan
yang berkaitan dengan jual beli, baik yang berasal dari syariat Islam maupun
hukum positip, dan senantiasa diperhatikan keterkaitannya dengan sistem jual
beli murabahah.
2. Apabila penerapan pembiayaan murabahah sulit untuk mengikuti ketentuan
yang berlaku, maka hendaknya dicari jalan keluar secara internal.
3. Mengingat hampir 15 tahun keberadaan bank syariah di Indonesia, namun
bank syariah pada kenyataannya masih belum dapat menjalankan prinsipprinsip syariah dan ketentuan hukum positip dalam produk pembiayaan
murabahah ini.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Daftar Pustaka
Literatur:
A. Pitlo, Pembuktian Dan Daluwarsa Menurut Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata Belanda, Alih Bahasa Oleh: M. Isa Arief, Penerbit
PT. Intermasa, Jakarta, 1968.
Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam , Penerbit Ichtiar Baru van
Hoeve, Cet-7, Jakarta, 2006.
Abdul Ghofur Anshori, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian Islam Di Indonesia,
Penerbit: Citra Media, Yogyakarta, 2006.
Abdullah Saeed, Diterjemahkan oleh Arif Maftuhin, Menyoal Bank Syariah,
Penerbit Paramadina, Cet-I, Jakarta, 2004.
Abu Bakar al-Jazaairi, Kitab Minhajul Muslim, Penerbit Daarul Fikri,
Madinah Munawwarah, 1964.
Adiwarman A Karim, Bank Islam (Analisis Fiqih Dan Keuangan), Penerbit
PT. Raja Grafindo Perkasa, Jakarta, 2006.
al-Quran Dan Terjemahannya, Diterbitkan Oleh Mujamma al-Malik Fadh
Li Thibaat al-Mush-haf asy-Syarif, al-Quran Dan Terjemahannya,
Medinah Munawwarah, !990.
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Penerbit PT. Rineka Cipta,
Jakarta, 1996.
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial, Airlangga University Press,
Bandung, 2001.
Effendi Perangin, Hukum Agraria Di Indonesia (Suatu Telaah Dari Sudut
Pandang Praktisi Hukum), Penerbit CV. Rajawali, Jakarta, 1986.
Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum Dalam Perbankan & Perasuransian
Syariah Di Indonesia, Penerbit Prenada Media, Jakarta, 2004.
Gemala Dewi dkk, Hukum Perikatan Islam Di Indonesia, Penerbit Prenada
Media Bekerjasama Dengan Badan Penerbit Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, Jakarta, 2005,
Harun Al Rashid, Sekilas Tentang Jual Beli Tanah, Penerbit Ghalia
Indonesia, Jakarta, 1987.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Alih Bahasa Oleh Kamaluddin A Marzuki, Jilid
12, Penerbit: PT. al-Maarif, Bandung, 1988.
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit UI Press, Jakarta,
1986.
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Penerbit
Zikrul Hakim, Cet-II, Jakarta, 2004.
Urip Santoso, Hukum Agraria Dan Hak-Hak Atas Tanah, Penerbit Prenada
Media, Jakarta, 2005.
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan
Tertentu, Penerbit Sumur, Bandung.
Lain-lain:
Aspek Legal Bank Syariah (Komparasi Hukum Positip Dan Tinjauan Fiqh
Muamalah Maaliyah Tentang Akad-akad Bank Syariah),
Brosur produk-produk Bank BNI Syariah.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007
USU e-Repository 2008