Anda di halaman 1dari 8

Cerebral Palsy adalah kelainan gerak dan postur akibat dari lesi yang tidak progresif pada otak

yang belum matur. Abnormalitas neurologi menghasilkan pola gerak abnormal yang dikenal khas
pada CP. Kelainan motorik dari CP sering diikuti oleh gangguan sensori, kognisi komunikasi,
persepsi, kejang dan atau perilaku. Cerebral Palsy merupakan penyebab utama disabilitas pada
anak.
Penyebab Cerebral Palsy
Penyebab lesi otak pada CP terjadi selama fase prenatal, natal dan post natal. Hampir 70-80%
penyebab CP terjadi pada fase prenatal.
Tabel 1. Faktor Risiko yang Berkaitan dengan CP
Prenatal

Natal

Pasca Natal

Malformasi kongenital
Faktor sosioekonomik
Infeksi dalam Rahim
Toksik atau obat-obat teratogenik
Ibu menderita retardasi menta, kejang dan hipertiroid
Komplikasi plasenta
Cidera perut
Kelahiran yang berulang
Prematur <32 minggu
BBL < 2500 gram
Retardasi pertumbuhan
Perdarahan intracranial
Cidera
Infeksi
Hipoksia
Kejang
Hiperbilirubinemia
Cidera dan infeksi
Perdarahan intracranial
Koagulopati

Klasifikasi Neurologik
Crothers dan Paine (1959) mengembangkan dengan menggunakan model spastisitasdan
ekstrapiramidal. Manifestasi CP bisa berubah seiring dengan usia anak. Modifikasi klasifikasi
neurologic membagi pasien kedalam beberapa katerogi:
1. CP spastik (pyramidal)

2. CP diskinetik (ekstrapiramidal)
3. Tipe campuran

Tipe spastik paling sering terjadi (60-80%), yang 25% merupakan tipe diskinetik dan tipe
campuran(5-15%). Spastisitas akibat dari kerusakan system pyramidal terutama korteks motoric
di otak. CP spastik menunjukkan gejala Upper Motor Neuron (UMN):
-

Hiperrefleks
Klonus (normal ada klonus pada neonates)
Refleks Babinski Positif ( abnormal setelah usia 2 tahun)
Refleks primitive menetap.
Overflow refleks seperti crossed adductor.

Tipe Diskinetik
Tipe diskinetik ditandai dengan adanya gerakan ekstrapiramidal. Gerakan abnormal ini akibat
adanya regulasi tonus, control postur dan koordinasi yang abnormal. Gerakan diskinetik
digambarkan sebagai berikut:
-

Atetosis
Chorea
Choreoatetoid
Distonia
Ataxia

Diagnosis Fungsional Cerebral Palsy


Sistem klasifikasi alternative berdasarkan pada fungsinal dan beratnya CP. Yang paling
sederhana dari system ini menggunakan ringan, sedang dan berat:
-

Ringan : Tidak ada keterbatasan aktifitas


Sedang : ada kesulitan dalam aktifitas sehari-hari ( AKS), memerlukan alat bantu/ortesa.
Berat : Keterbatasan AKS sedang sampai berat.

Palisano ddk, mengembangkan system fungsional ini berdasarkan fungsi motoric kasar, yaitu
dengan Gross Motor Function Classification System (GMFCS). Pengelompokan ini berdasarkan
pada kemampuan dan keterbatasannya
-

Level I : Jalan tanpa keterbatsan di dalam atau di luar rumah juga naik tangga. Anak
mampu berlari dan melompat, limitasi/gangguan pada koordinasi, kesimbangan dan

kecepatan (speed) pada aktifitas yang lebih sulit.


Level II : jalan di dalam dan luar rumah dan naik tangga dengan pegangan rail, limitasi
jalan pada permukaan tidak rata dan tanjakan dan jalan ditempat yang berjubel atau

tempat terbatas/sempit.
Level III: jalan dengan alat bantu mobilitas di permukaan datar. Anak mampu mendorong

kursi roda secara manual. Kesulitan jalan di luar rumah dipermukaan tidak rata.
Level IV: jalan jarak dekat dengan menggunakan alat mobilitas walker atau

menggunakan kursi roda di rumah, di sekolah/ diluar rumah.


Level V: mobilitas sangat terbatas walaupun dengan alat bantu canggih.

Evaluasi anak dengan Cerbral Palsy


1. Anmnesis
Prenatal :
A
A
A
A
A
A
A

- Riwayat saat hamil


- Paparan dengan bahan beracun, alcohol, obat-obatan.
- Usia kehamilan (saat melahirkan)
- Perawatan prenatal
- Gerakan bayi
- paparan radiasi atau trauma
- riwayat keluarga dan penyakit keluarga

Perinatal:
-

Letak bayi dan jenis persalinan


BBL
Apgar Score
Komplikasi
Intubasi, penggunaan surfaktan
Keadaan bayi (kalem, menangis terus dll)
Perdarahan intraventrikular
Feeding, tonus otot, posisi saat diam.

Riwayat perkembangan:
a. Perkembangan Milestones:
- motoric kasar, termasuk control kepala, control tubuh, guling-guling, merangkak, duduk,
berdiri dan berjalan
- motoric halus termasuk tangan ke mulut, aktifitas dengan dua tangan, menggenggam,
bermain dll.
- Bicara termasuk babbling, kata, mengerti bagian tubuh, bahasa reseptif dll
- social dan personal skills
b. Refleks dan tonus
c. Informasi umum
A
A
A
A
A
A
A
A
A

- Nutrisi, feeding styles, kemampuan oral, parameter pertumbuhan


- obat-obat dan alergi
- operasi yang pernah dialami
- kejang
- gangguan mata, meliputi strabismus, esotropia dll
- pendengaran
- imunisasi, kesehatan umum dan penyakit saluran napas.
- kontraktur
- riwayat penyakit lain.

Pemeriksaan Klinis
1. Pemeriksaan musculoskeletal
Meliputi evaluasi static dan dinamik.
2. Pemeriksaan neurologis
- asesmen tonus otot.
- asesmen refleks dan postur
3. Keseimbangan, duduk dan pola jalan.
A keseimbangan, duudk dan pola jalan diperiksa, bisakah anak duduk tanpa disanggah/
pegangan? Bisakah anak bangun ke posisi duduk tanpa bantuan? Apakah keseimbangan anak

mudah terganggua saat duduk atau berjalan? Pola berjalan diperiksa tanpa alas kaki, anak
memakai rok atau celana pendek, pemeriksa pada level yang sama dengan anak. Bisakah
anak melompat, jalan dengan tumit maupun dengan ujung jari/jinjit/lari. Anak dengan
hemiplegi ringan, jalannya tampak normal tetapi akan menunjukkan gerakan abnormal pada
saat lari. Pola jalan diperiksa dari depan dan samping.
4. Pemeriksaan penunjang
- Tes laboratorium dan tes pencitraan neurologis
- Evoked Potentials/electrodiagnosis
- Electroencephalography (EEG)

Masalah Penyerta Cerebral Palsy


Kerusakan system saraf pusat pada CP tidak hanya memberikan akibat pada defisit motoric saja.
Disabilitas penyertanya menyebabkan keterlambatan perkembangan.
Tabel 2. Masalah-masalah pada CP
Retardasi mental

Insiden 50%, tersering pada tipe rigid, atonik dan spastik quadriplegi

Kejang
Oromotor

yang hebat.
Insiden 50%, umumnya pada tipe hemiplegi dan quadriplegi spastik
Kesulitan menghisap, menelan dan mengunyah, penutupan bibir
kurang/jelek, ngiler/drooling, disartri, paling sering pada tipe

Sistem

quadriplegi spastik dan diskinetik


Konstipasi, refluks

pencernaan
Gigi
Visual
Kelainan

Disgenesis enamel, maloklusi, karies, hiperplasi gusi


Juling, kelainan refraksi, hemianopsia pada hemiplegia
Infeksi TORCH, obat-obatan, ensefalopati bilirubin

pendengaran
Defisit

Hemiplegia

sensorikortikal
Sistem Respirasi

Ventilasi kurang, dysplasia bronkopulmoner pada bayi premature,

disfungsi oromotor dengan mikroaspirasi.


Manajemen KFR pada CP
Manajemen CP memerlukan pengetahuan dasar abnormalitas anatomi fisiologik anak, interaksi
biologi dan faktor lingkungan. Dengan integrasi pengetahuan dasar tentang anatomi-fisiologi
anak yang abnormal, maka tim rehabilitasi bersama dengan keluarga berusaha mengembangkan
kemampuan anak dengan hendaya ke level motoric, intelektual dan fungsi social yang maksimal.
Cerebral Palsy sering mengalami kelainan multisystem. Rehabilitasi melibatkan beberapa profesi
dengan sasaran utama antisipasi komplikasi dan mencapai ketrampilan baru.
a. Intervensi awal
setelah diagnosis dibuat, intervensi rehabilitasi segera dimulai dengan tujuan :
-

memperbaiki fungsi
mengembangkan fungsi kompensasi
mencapai kemandirian dalam aktifitas sehari-hari, sekolah, kerja dan kehidupan social

Intervensi awal merupakan program untuk memperbaiki interaksi pengasuh, dorongan keluarga
untuk bisa menerima, pengetahuan / ketrampilan merawat anak di rumah, motoric dan
perkembangan lain. Tim tidak hanya bertugas mendidik saja, tetap juga mendorong keluarga
untuk mengidentifikasi dan memfasilitasi kemampuan dan kebutuhan anak.

Manajemen untuk bayi meliputi:


-

pemberian posisi dan alignment yang mencegah bertambahnya postur dan refleks yang

abnormal.
Rangsang sensorimotor
Teknik perawatan yang tepat

Alat-alat yang sering dipakai pada CP:


- Alat untuk mempertahankan posisi
- Alat mandi
- Alat bantu mobilitas
- Kursi roda
- Alat adaptasi dalam melaksanakan aktifitas kehidupan sehari-hari.
- Alat komunikasi, computer dan alat transportasi

Ortotik dan sepatu

Therapeutic Exercises
Beberapa metoda terapi mempengaruhi manajemen anak CP. Pada umumnya metoda-metoda
tersebut dikembangkan secara empiris melalui observasi klinis dan berdasarkan teori
neurofisilogis. Metoda-metoda yang dipakai antara lain:
-

Phelps
Deaver
Temple Fay, Doman & Delacato
Rood
Bobath
Votja

Latihan Fungsional
Latihan memerlukan partisipasi yang kooperatif, maka metoda latihan ini tidak banyak
digunakan pada bayi dan anak usia prasekolah. Latihan LGS, latihan penguatan, latihan postural
dan control motoric, balans dan koordinasi. Sasaran jangka pendek adalah aktifitas fungsional
pada akhir latihan. Kemampuan motoric kasar dan hand dexterity adalah penentu untuk rencana
program ADL.
Ortesa
Ortesa dapat membantu memperbaiki gate saat ambulasi. Pemilihan ortesa didasarkan:
-

Usia anak
Control motoric
Tipe deformitas
Desain ortesa
Prognosis fungsional jangka pendek dan panjang

Manajemen Spastisitas
Manajemen tonus dan postur pada CP harus diperhatikan. Terapinya bisa dengan latihan
terapeutik, casting, obat-obatan ( Benzodiazepine, Dantrolene, Baclofen, Clonidine dan
Tizanidine), injeksi toksin botulinum dan selektif dorsal rhizotomy.

Tindakan Bedah
Indikasi operasi:
-

Memperbaiki fungsi dan penampilan


Mencegah atau koreksi deformasi

Tindakan bedah yang dilakukan bisa berupa tendon lengthening, tenotomy atau transfer, soft
tissue release, derotational osteotomy, arthrodesis, myotomy. Oleh karena perubahan-perubahan
gait dan maturitas samapi pada usia 7 tahun, maka lebih bijaksana bila operasi dilakukan pada
usia tersebut kecuali bila ada subluksasi hip dan anak yang hampir mencapai kondisi ambulasi
tetapi terhambat dengan adanya kontraktur. Dalam hal ini rehabilitasi berperan penting pasca
operasi dan pasca lepas gips dengan sasaran:
-

Memperbaiki LGS
Meningkatkan kekuatan otot
Memperbaiki control motoric
Mengurangi nyeri
Mengurangi spastisitas
Mencegah kembalinya deformitas

Psikososial
Proses pertumbuhan dengan disabilitas mempunyai dampak fungsi pada individu dan keluarga
dalam masyarakat. Anak difable tidak hanya harus hidup dengan hendaya fisiknya tetapi juga
penerimaan masyarakat. Dengan penerimaan hendyanya, anak menjadi percaya diri,
mengeksplorasi dan belajar tentang dunia sekitarnya.
Drooling dan inkontinensia merupakan sisi negative dalam masyarakat, tetapi bila anak bisa
berpartisipasi aktif dalam kelompok maka akan meningkatkan interkasi social. Prinsip bagi
difable adalah masyarakat bisa menerima keterbatasannya, kemampuannya bisa ditingkatkan
kemudian.

Anda mungkin juga menyukai