Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Air merupakan suatu zat yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Air
yang digunakan untuk keperluan sehari-hari manusia semakin langka dan banyak yang
tercemar. Oleh karena itu, banyak teknologi yang berkembang dalam pengolahan air.
Salah satunya yaitu pengolahan air laut dengan proses desalinasi air laut. Proses
desalinasi air laut juga menghasilkan air untuk keperluan manusia, seperti untuk minum
dan lain-lainnya. Air dari proses desalinasi juga dapat digunakan sebagai air untuk umpan
masuk boiler, dengan parameter-parameter yang sesuai.
Selain dengan teknologi desalinasi, terdapat juga teknologi yang dapat mengolah
air laut menjadi air tawar dan juga air demineralisai. Teknologi ini ialah teknologi ion
exchanger. Ion exchanger merupakan suatu alat yang berfungsi untuk menarik ion-ion
yang terdapat dalam air dengan bantuan resin kation dan resin anion.
1.2

Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah mengetahui prinsip kerja Ion
Exchange, Boiler Feed Water dan Desalinasi air laut.
1.3

Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah memahami proses utilitas pada ion
exchanger, boiler feed water dan desalinasi air laut.
1.4
Ruang Lingkup
Ruang lingkup makalah ini adalah membahas tentang pengolahan air dengan cara
ion exchanger dan desalinasi, serta mengetahui proses pengolahan air untuk umpan boiler.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Ion Exchanger

Ion exchange merupakan suatu metode unit proses yang terdiri dari reaksi
kimia antara ion dalam fase cair dengan ion dalam media padat tidak larut (resin)
atau suatu bahan padat yang memiliki bagian (ion positif atau negatif) tertentu
yang bisa dilepas dan ditukar dengan bahan kimia lain dari luar. Berdasarkan jenis
ion / muatan yang dipertukarkan, resin dapat dibagi menjadi 2 :

Resin kation

Resin anion.

A. Resin alami
Umumnya yang digunakan adalah zeolit, yaitu mineral yang terdiri dari kristal
alumino silikat terhidrasi yang mengandung kation alkali atau alkali tanah dalam
kerangka tiga dimensi.
B. Resin buatan atau sintesis
Resin penukar ion sintetis merupakan suatu polimer yang terdiri dari dua bagian
yaitu struktur fungsional dan matrik resin yang sukar larut. Resin penukar ion ini
dibuat melalui kondensasi phenol dengan formaldehid yang kemudian diikuti
dengan reaksi sulfonasi untuk memperoleh resin penukar ion asam kuat. Resin
sintesis memiliki kapasitas ion exchange yang lebih besar dari resin alami baik
dari segi penukaran kation maupun anion. Biasanya resin sintesis terdiri dari
polimerasi material organik syrene dan DVB (divinylbenzene).
Fungsi dari ion exchange adalah:
a. Demineralisi air;
b. Penyisihan amoniak;
c. Penyisihan logam berat;
d. Pengolahan radioaktif tingkat tinggi dan tingkat rendah.
2.1.1 Kriteria desain kolom penukar ion:
a. Kedalaman resin 2,0-8,5 ft;
b. Laju alir larutan 1-8 gpm/ft2;
c. Ukuran diameter butiran (0,1-1) mm;
d. Tingkat kolom harus memungkinkan terjadinya ekspansi resin selama
backwash, tinggi maksimum kolom 12 ft;
e.
Selama backwash, zeolit berekspansi 25% dari kedalamannya
sedangkan resin sintetis akan mengembang 75-100% dari kedalamannya
semula;

f. Bila tinggi kolom yang dikehendaki besar dari 12 ft, digunakan 2 buah
kolom. Salah satu jenis kolom ialah pra pabrikan kolom silinder baja
dengan tinggi kolom 12 ft dan diameter 3 inchi.
2.1.2 Deskripsi Proses
Pada umumnya senyawa yang digunakan untuk kerangka dasar resin
penukar ion asam kuat dan basa kuat adalah senyawa polimer stiren
divinilbenzena. Ikatan kimia pada polimer ini amat kuat sehingga tidak mudah
larut dalam keasaman dan sifat basa yang tinggi dan tetap stabil pada suhu diatas
150oC. Polimer ini dibuat dengan mereaksikan stiren dengan divinilbenzena,
setelah terbentuk kerangka resin penukar ion maka akan digunakan untuk
menempelnya gugus ion yang akan dipertukarkan. Resin penukar kation dibuat
dengan cara mereaksikan senyawa dasar tersebut dengan gugus ion yang dapat
menghasilkan (melepaskan) ion positif. Gugus ion yang biasa dipakai pada resin
penukar kation asam kuat adalah gugus sulfonat dan cara pembuatannya dengan
sulfonasi polimer polistyren divinilbenzena (matrik resin). Gugus ion dalam
penukar ion merupakan gugus yang hidrofilik (larut dalam air). Ion yang terlarut
dalam air adalah ion ion yang dipertukarkan karena gugus ini melekat pada
polimer, maka ia dapat menarik seluruh molekul polimer dalam air, maka polimer
resin ini diikat dengan ikatan silang (cross linked) dengan molekul polimer
lainnya, akibatnya akan mengembang dalam air.
Mekanisme pertukaran ion dalam resin meskipun non kristalisasi adalah
sangat mirip dengan pertukaran ion- ion kisi kristal. Pertukaran ion dengan resin
ini terjadi pada keseluruhan struktur gel dari resin dan tidak hanya terbatas pada
efek permukaan. Pada resin penukar anion, pertukaran terjadi akibat absorbsi
kovalen yang asam. Jika penukar anion tersebut adalah poliamin, kandungan
amina resin tersebut adalah ukuran kapasitas total pertukaran.
Dalam proses pertukaran ion apabila elektrolit terjadi kontak langsung
dengan resin penukar ion akan terjadi pertukaran secara stokiometri yaitu
sejumlah ion ion yang dipertukarkan dengan ion ion yang muatannya sama
akan dipertukarkan dengan ion ion yang muatannya sama pula dengan jumlah
yang sebanding.
Material penukar ion yang utama berbentuk butiran atau granular dengan struktur
dari molekul
yang panjang (hasil co-polimerisasi), dengan memasukkan grup fungsional dari
asam sulfonat,
ion karboksil. Senyawa ini akan bergabung dengan ion pasangan seperti Na +, OH
atau H+.
Senyawa ini merupakan struktur yang porous. Senyawa ini merupakan penukar
ion positif (kationik) untuk menukar ion dengan muatan elektrolit yang sama

(positif) demikian sebaliknya penukar ion negatif (anionik) untuk menukar anion
yang terdapat di dalam air yang diproses di dalam unit Ion Exchanger.
Proses pergantian ion bisa reversible (dapat balik), artinya material
penukar ion dapat diregenerasi. Sebagai contoh untuk proses regenerasi material
penukar kationik bentuk Na+ dapat diregenerasi dengan larutan NaCl pekat,
bentuk H+ diregenerasi dengan larutan HCl sedangkan material penukar anionik
bentuk OH dapat diregenerasi dengan larutan NaOH (lihat bukupanduan dari
pabrik yang menjual material ini).
Regenerasi adalah suatu penginfeksian dengan kekuatan baru terhadap
resin penukar ion yang telah habis saat kerjanya atau telah terbebani, telah jenuh.
Regenerasi penukaran ion dapat dilakukan dengan mudah karena pertukaran ion
merupakan suatu proses yang reversibel yang perlu diusahakan hanyalah agar
pada regenerasi berlangsung reaksi dalam arah yang berkebalikan dari pertukaran
ion.
Prinsip dari resin penukar ion adalah adanya penukaran ion positif atau ion
negative tertentu secara spesifik dari larutan dan melepaskan ion lain ke dalam
larutan tersebut dalam jumlah ekivalen yang sama, dan jumlah muatan yang
diserap = muatan yang dilepas agar resin tetap stabil. Jika resin tersebut dapat
menukar anion maka resin disebut resin penukar anion. Sebaliknya jika resin
dapat menukar kation maka resin tersebut adalah resin penukar kation.

Gambar 1. Anion exchanger and cation exchanger


A. Mekanisme penukaran ion
Berikut tahap-tahap pertukaran ion :

Gambar 2. Mekanisme penukaran ion


1). Disosiasi senyawa terlarut yang memiliki ion yang diinginkan untuk
dipertukarkan
2). Difusi ion dari fasa curah (bulk phase) menuju lapisan interfasa. Tahap ini
sangat dipengaruhi oleh pengadukan atau turbulensi di fasa curahnya.
3). Difusi ion hasil disosiasi melalui lapisan interfasa menuju ke permukaan resin.
Tahap ini tidak lagi dipengaruhi turbulensi, perpindahan masa bergantung pada
pergerakan ion.
4). Difusi ion ke dalam pori pori resin. Tahap ini dipengaruhi oleh sifat dari resin
dan ionnya. 5). Interaksi ion dengan gugus fungsional pada resin, sehingga ion
dari fasa curah terikat di resin
6). Resin melepaskan counter ion (seperti H+ pada resin penukar kation)
7). Difusi counter ion yang berasal dari dalam resin ke permukaan resin.
8). Difusi counter ion melalui lapisan tipis interfasa ke fasa curah larutan
9). Difusi dan distribusi counter ion dari resin kedalam larutan fasa curah
10). Counter ion berikatan dengan ion di dalam larutan
B. Cara Kerja kolom penukar ion:
a. Start Up
Tujuan: 1). Mengatur laju alir air dari komponen yang memasuki kolom.
2). Mengatur jumlah resin dalam kolom yang akan digunakan
Prinsip:
Start-Up adalah proses pengaturan jumlah resin yang digunakan dan
mengatur laju alir umpan yang akan memasuki kolom. Jumlah resin di dalam
kolom akan mempengaruhi jumlah ion yang dapat dipertukarkan. Lalu laju alir
diatur agar aliran dapat pertukaran ion dapat merata sepanjang kolom. Aliran juga
tidak boleh terlalu cepat agar saat proses backwash resin terbawa bersama aliran.
Aliran yang semakin lambat akan membuat pertukaran ion semakin baik.

Gambar 3. Start Up
b. Service
Tujuan: 1). Menukar ion-ion dari larutan yang dialirkan ke dalam kolm
2). Mengurangi kesadahan air yang diakibatkan ada ion Ca an Mg
Prinsip:
Service merupakan proses pertukaran ion antara resin dan air sadah berlangsung.
Reaksi penukaran ion yang terjadi biasanya digambarkan dengan kurva
breakthrough. Lalu hasil kluaran kolom ditampung sejumlah volumenya lalu
dititrasi dengan EDTA menggunakan indicator EBT dan NH4Cl. Hasil titrasi akan
menunjukkan sisa ion air sadah selama penukaran ion. Proses service ini
dilakukan hingga resin menjadi jenuh dan tidak bias menukar ion air sadah yang
melewati kolom resin tersebut. Hal ini ditandakan jumlah volume
Resin EDTA yang digunakan saat titrasi sudah konstan.

Gambar 4. Proses Service


c. Backwash
Tujuan: 1). Menghilangkan padatan dan gas yang terdapat pda resin.
2). Memisahkan atau merenggangkan resin-resin yang menggumpal
3). Mengatur aliran distribusi resin agar kembali seragam.
Prinsip:
Proses backwash dilakukan setelah service selesai. Pada proses backwash
merupakan bagian dari proses regenerasi resin penukar ion yang telah jenuh
selama proses service. Proses backwash dilakukan dengan cara mengalirkan air
dari bagian dasar kolom menuju atas kolom. Aliran yang naik melalui kolom akan
mengangkat dan membuat resin terekspansi. Lalu partikel-partikel yang
terakumulasi terbawa oleh aliran dan terbuang. Resin yang terekspansi akibat
aliran backwash juga menyebabkan resin yang berukuran besar berada dibawah
kolom dan resin yang berukuran lebih kecil berada pada atas kolom, hal ini dapat
memudahkan distribusi ion saat proses regenerasi atau service. Proses backwash
dilakukan selama 10 menit atau aliran backwash sudah jernih. Kecepatan aliran
backwash juga harus bisa mengekspansi 50% atau lebih dari tinggi resin awal
sebelum di backwash. Aliran saat backwash tidak boleh terlalu tinggi atau rendah.
Bila aliran terlalu tinggi dapat membuat semua resin terbawa ke arus
pembuangan. Sebaliknya bila aliran resin terlalu rendah dapat membuat resin
tidak terekspansi dan membuat ditribusi ion saat regenerasi terganggu.

Gambar 5. Proses Backwash


d. Regenerasi
Tujuan: 1). Mengembalikan ion-ion pada resin yang tertukar selama proses
service agar resin dapat digunakan kembali saat proses service.
Prinsip:
Tahap regenerasi dilakukan dengan mengalirkan larutan regenerant melalui kolom
melewati resin. Selama proses regenerasi resin akan menangkap ion-ion pada
larutan regenerant tersebut dan melepas ion-ion yang terikat sebelumnya saat
proses service. Setelah itu proses service dapat dilakukan kembali.
Jumlah kation dan anion yang dapat ditukar dengan resin tergantung pada
kapasitas resin tersebut. Jika resin telah mengikat sejumlah ion yang melebihi
kapasitas maksimum, maka resin tersebut telah jenuh sehingga resin harus
diregenerasi.
Regenerasi untuk resin penukar kation digunakan : Asam : HCl, H2SO4.
Reaksinya : Rz C + H+ Rz H + C+
Regenerasi untuk resin penukar anion digunakan : Basa:NaOH.
Reaksinya : Rz A + OH Rz OH + Ae. Rinsing
Tujuan: 1). Mencuci sisa regeneran yang tersisa pada kolom resin. Prinsip: Proses
rinsing merupakan tahapan terakhir dari serangkaian proses regenerasi resin.
Proses rinsing dilakukan dengan cara mengalirkan air demin melewati kolom
berisi resin dari atas kolom menuju dasar kolom. Lalu air keluaran kolom di cek
pH nya untuk memastikan resin sudah bisa digunakan kembali. Bila pH sudah
mendekati 7 maka sudah tidak ada ion garam yang terperangkap dalam resin.
Terdapat dua macam rinsing:
Rinsing lambat Rinsing lambat dilakukan untuk mencuci sisa-sisa ion
selama proses pembilasan dan mengeluarkan renegerant yang berlebih
selama proses regenerasi.

Rinsing cepat Rinsing cepat dilakukan untuk mengeluarkan sisa-sisa


regeneran berlebih setelah proses rinsing lambat dan memastikan laju alir
sudah optimum sebelum proses service dilakukan kembali.

Gambar 6. Proses Rinsing

2.1.3

PFD Ion Exchanger

Gambar 7. PFD Ion Exchanger


2.2 Boiler Feed Water
2.2.1 Deskripsi Proses
A. Feed Water Treatment dan Chemical Treatment
Air yang dibutuhkan boiler tentu harus memenuhi parameter-parameter
tertentu untuk kondisi operasional yang baik untuk boiler, diantaranya oksigen

10

terlarut, copper, silica, pH, konduktivitas, dll. Pertimbangan utamanya adalah


masalah korosi dan pengerakan pada tube-tube di boiler. Terlalu banyak
konduktivitas dalam air umpan dapat terjadi ketika terlalu banyak padatan terlarut.
Pengolahan dapat dikendalikan oleh operator yang efisien dan menggunakan
bahan kimia dalam pengolahannya. Tujuan utama pengolahan ini adalah
mengolah air umpan agar siap untuk pertukaran panas tanpa pengerakan,
melindungi terhadap pengerakan, dan menghasilkan kualitas uap yang tinggi.
Pengolahan air boiler dapat dimasukkan ke dalam dua bagian yaitu pengolahan
internal dan pengolahan eksternal.
Pengolahan internal untuk air umpan boiler dan pengolahan eksternal
untuk air umpan make-up dan bagian kondensat dari sistem. Pengolahan
internal yang melindungi terhadap kesadahan air umpan dengan mencegah
pengendapan pada tabung boiler. Pengolahan ini juga melindungi terhadap
konsentrasi terlarut dan tersuspensi dari padatan dalam air umpan tanpa priming
atau foaming. Pengolahan secara kimia ini juga membantu tingkat alkalinitas air
umpan membuatnya lebih basa untuk membantu melindungi boiler terhadap
korosi. Melindungi tingkat alkalinitas secara tepat adalah dengan menambahkan
fosfat. Fosfat ini mengendapkan padatan ke bagian bawah drum boiler. Di bagian
bawah drum boiler terdapat bottom blow (tumbukan ke bawah) untuk
menghilangkan padatan tersebut. Bahan kimia ini juga mencakup agen antiscaling, penyerap oksigen, dan agen anti-foaming. Lumpur juga dapat diatasi
dengan dua pendekatan, yaitu koagulasi dan dispersi. Ketika terdapat lumpur
dengan jumlah kandungan yang tinggi, lebih baik untuk mengentalkan lumpur
untuk membentuk partikel besar yang memungkinkan terjadinya bottom blow
sehingga memisahkan endapan dari air umpan. Ketika terdapat lumpur dengan
kuantitas rendah itu lebih baik menggunakan dispersan karena menyebarkan
lumpur sepanjang air umpan sehingga lumpur tidak terbentuk.
Deaerator feedwater tank mempunyai tiga fungsi utama, yaitu:
1. Menghilangkan oksigen terlarut dan non-condensable gas dari condensate
2. Menaikkan temperatur air umpan sampai saturated temperature.
3. Sebagai reservoir untuk menjaga supply feedwater dan condensate yang stabil
pada demand yang fluktuatif.
Air dari demineralization plant dan condensate dispray pada deaerator
melalui nozzle, kemudian untuk mengurangi kadar gas dan oksigen terlarut, low
pressure steam diinjeksikan ke dalam deaerator, seperti tampak pada gambar di
bawah. Gas dan oksigen kemudian dibuang ke udara melalui deaerator venting,
sebaliknya air yang sudah berkurang kadar oksigen terlarutnya masuk ke
feedwater tank. Lebih lanjut, untuk mengurangi kadar oksigen dalam feedwater
ditambahkan chemical seperti hydrazine (N2H4) atau sodium sulfite (Na2SO3).
Selain untuk membantu mengurangi oksigen terlarut, low pressure steam juga
digunakan untuk meningkatkan temperature feedwater sampai 115-130oC.

11

Gambar 8. Cara Kerja Deaerator/Feedwater Tank


Gambaran umum proses pengontrolan feedwater tank level adalah sebagai
berikut, condensate dan make up water dari demineralization plant masuk ke
dearator/feedwater tank, kemudian level air pada feedwater tank dijaga pada
setpoint tertentu dengan control output pada make up water control valve.
Tekanan pada feedwater tank dicontrol dengan low pressure steam control valve.
Pada saat kondisi feedwater level melebihi batas maksimum, make up water
control valve dan turbine condensate inlet valve menutup, kemudian drain line
akan membuka untuk mengurangi level feedwater.

Gambar 9. Sistem Pengolahan Awal Feed Water Deaerator


Feedwater dipompa oleh 3-4 pompa feedwater yang bekerja secara parallel,
biasanya salah satu pompa feedwater berada dalam kondisi standby. Pada
beberapa boiler, feedwater pump digerakkan oleh konstan speed motor sementara

12

salah satu feedwater pump menggunakan turbine driven pump yang digerakkan
secara mekanikal oleh steam turbine. Sebelum feedwater pump dipasang strainer
atau filter untuk menyaring kotoran-kotoran dalam feedwater. Strainer ini
dilengkapi dengan differential pressure transmitter dengan tapping point pada sisi
inlet dan outlet strainer, sehingga dapat mengindikasikan banyaknya kotoran pada
strainer tergantung seberapa besar perbedaan tekanan pada sisi inlet dan outlet
strainer. Untuk menjaga kualitas air, feedwater system biasanya juga dilengkapi
dengan chemical dosing diantaranya oxygen scavenger, amine dan phosphate
dosing tank.
B. Sistem Boiler Feed Water
Air umpan boiler merupakan bagian penting dari operasi boiler. Air umpan
dimasukkan ke drum uap dari pompa feed. Dalam uap menghidupkan air umpan
kemudian berubah menjadi uap dari panas. Setelah air umpan yang digunakan itu
kemudian dibuang ke kondensor utama. Dari kondensor itu kemudian dipompa ke
tangki umpan deaerasi. Dari tangki ini kemudian kembali ke drum uap untuk
menyelesaikan siklus. Air umpan tidak pernah terbuka ke atmosfer/udara terbuka.
Siklus ini dikenal sebagai sistem tertutup atau siklus Rankine.
2.2.2

Karaktersitik Boiler Feed Water

Air menyerap panas lebih dari substansi lain pada perubahan suhu tertentu.
Kualitas ini membuat bahan baku yang ideal untuk operasi boiler. Boiler
merupakan bagian dari sistem tertutup dibandingkan dengan membuka sistem
dalam turbin gas. sistem tertutup yang digunakan adalah siklus Rankine. Ini
berarti bahwa air beredar di seluruh sistem dan tidak pernah kontak dengan
atmosfer. Air itu digunakan kembali dan perlu diperlakukan untuk melanjutkan
operasi yang efisien. air boiler harus diperlakukan agar mahir dalam memproduksi
uap. air boiler diperlakukan untuk mencegah scaling, korosi, berbusa, dan
priming.
Bahan kimia yang dimasukkan ke dalam air boiler melalui tangki kimia
pakan untuk menjaga air dalam jangkauan kimia. Bahan kimia ini sebagian besar
pemulung oksigen dan fosfat. Air boiler juga memiliki sering blowdowns untuk
menjaga kandungan klorida turun. Operasi boiler juga mencakup pukulan bawah
untuk menyingkirkan padatan. Skala diendapkan kotoran keluar dari air dan
kemudian membentuk pada permukaan perpindahan panas. Ini adalah masalah
karena skala tidak mentransfer panas yang sangat baik dan menyebabkan tabung
gagal dengan mendapatkan terlalu panas. Korosi disebabkan oleh oksigen di
dalam air. oksigen menyebabkan logam untuk mengoksidasi yang menurunkan
titik leleh logam. Berbusa dan priming disebabkan ketika air boiler tidak memiliki
jumlah yang benar bahan kimia dan ada padatan tersuspensi di dalam air yang
terbawa dalam pipa kering. Pipa kering adalah di mana uap dan campuran air
dipisahkan.

13

2.2.3

Parameter Quality Control

Air umpan pada boiler tentu melalui proses pre-treatment terlebih dahulu
seperti treatment oksigen terlarut serta penambahan senyawa-senyawa kimia. Air
hasil pengolahan (air umpan) tidak sembarangan langsung dipakai melainkan
harus diteliti kandungannya dengan panduan kualitas air umpan. ASME
(American Society of Mechanical Engineers) mempunyai parameter tersendiri
dalam kualitas air umpan boiler.
Tabel 1 Kualitas Air Umpan yang Direkomendasikan Sebelum Penyerapan
Oksigen
Dissolved
Oxygen
Total Iron
Total Copper
Total Hardness

<360psi
<7ppb

<450psi
<7ppb

<600psi
<7ppb

<750psi
<7ppb

<900psi
<7ppb

<1ppm
<0.5ppm
<3ppm

<0.5ppm
<0.25ppm
<3ppm

<0.3ppm
<0.2ppm
<2ppm

<0.25ppm
<0.2ppm
<2ppm

<0.2ppm
<0.15ppm
<1ppm

Tabel 2 Kualitas Air Boiler yang Direkomendasikan


Silica
Total Alkalinitas
(1)
Konduktivitas (2)
2.2.4

<360psi
<150ppm
<350ppm

<450psi
<90ppm
<300ppm

<600psi
<40ppm
<250ppm

<750psi
<30ppm
<200ppm

<900psi
<20ppm
<150ppm

<5400M

<4600M

<3800M

<1500M

<1200M

Equipment

a. Boiler
Boiler atau ketel uap adalah suatu bejana/wadah yang di dalamnya
berisi air atau fluida lain untuk dipanaskan. Energi panas dari fluida tersebut
selanjutnya digunakan untuk berbagai macam keperluan, seperti untuk turbin
uap, pemanas ruangan, mesin uap, dan lain sebagainya. Secara proses konversi
energi, boiler memiliki fungsi untuk mengkonversi energi kimia yang
tersimpan di dalam bahan bakar menjadi energi panas yang tertransfer ke fluida
kerja.
b. Deaerator
Berfungsi untuk menyerap atau menghilangkan gas-gas yang
terkandung pada air pengisi Boiler, terutama gas O2, karena gas ini akan

14

menimbulkan korosi. Gas-gas lain yang cukup berbahya adalah karbon


dioksida (CO2). Gas O2 dan CO2 akan bereaksi dengan meterial boiler dan
menimbulkan korosi yang sangat merugikan. Deaerator adalah suatu
komponen dalam sistem tenaga uap yang berfungsi untuk menghilangkan
oksigen atau gas-gas terlarut lainnya pada feed water sebelum masuk ke dalam
Boiler. Berfungsi juga sebagai tempat penyimpanan air yang menyuplai air ke
dalam boiler. Oksigen dan gas-gas terlarut lain dalam feedwater perlu
dihilangkan karena dapat menyebabkan korosi pada pipa logam dan peralatan
logam lainnya dengan membentuk senyawa oksida (karat). Air apabila bereaksi
dengan karbon dioksida terlarut juga akan membentuk senyawa asam karbonat
yang dapat menyebabkan korosi lebih lanjut. Fungsi deaerator dieswini adalah
untuk mengurangi kadar oksigen, biasanya kadar oksigen dikurangi sampai
memiliki kadar lebih kecil sama dengan 7 ppb (o,ooo5 cm3/L).
Prinsip kerjanya air yang masih mengandung O2 dan CO2 disemprotkan
ke steam deaerator, sehingga gas-gas tersebut diserap secara thermis dan
dikeluarkan melalui valve pelepas udara/gas. Selain itu deaerator juga dapat
menaikkan temperatur air pengisi Boiler(sampai 162oC). Penempatan posisi
Daerator yang tinggi memungkinkan pemberian suction heat yang cukup untuk
Feed Water Pump. Dari Deaerator air akan dipompa dengan tiga feed water
pump, dua pompa yang tenaganya dari extraction IP Turbin disebut Turbine
Driven Pumpdan satu pompa yang digerakkan oleh motor disebut Motor
Driven Pump, dimana kapasitas tiap pompa 100% menuju Feed Water Heater
6, 7 ,8 A-B dan akan menuju ke Economizer terus ke Steam Drum.
c. Steam Drum
Steam Drum adalah salah satu komponen pada boiler pipa air yang
berfungsi sebagai reservoir campuran air dan uap air, dan juga berfungsi untuk
memisahkan uap air dengan air pada proses pembentukan uap superheater.
Namun tidak semua boiler pipa air (water tube) yang menggunakan steam
drum ini. Boiler supercritical beroperasi pada tekanan sangat tinggi di atas
tekanan kritis, sehingga tidak dimungkinkan terbentuk gelembung-gelembung
uap air, karena itulah boiler supercritical tidak memerlukan steam drum untuk
memisahkan air dengan uap air.

15

Gambar 10. Prinsip Steam Drum


Air feed water yang disupply oleh boiler feed water pump, masuk
ke boiler menujueconomiser dan selanjutnya masuk ke steam drum.
Dari steam drum, air dipompa oleh pompa sirkulasi boiler menuju
ke raiser tube / wall tube untuk dapat mencapai fase uap saturasi.
Dari raiser tube air kembali masuk ke steam drum. Komponen di
dalamsteam drum memungkinkan terjadi pemisahan antara air dengan uap
air, sehingga air dipompa kembali menuju raiser tube, sedangkan uap akan
menuju ke pipa boiler sisi superheater. Uap saturated yang masuk ke pipapipa superheater dipanaskan lebih lanjut sehingga dapat mencapai uap
superheater dan memenuhi syarat untuk masuk turbin uap.

Gambar 11. Instalasi Steam Drum

16

2.3

Desalinasi
Desalinasi pada air laut adalah pemisahan air tawar dari air laut. Proses
desalinasi dapat dilakukan dengan distilasi atau reverse osmosis. Distilasi adalah
pemisahan air tawar dari air laut atau air payau merupakan perubahan fase air,
sedangkan revers osmosis memisahkan air tawar dengan menggunakan perbedaan
tekanan dan semi permeable membrane. Disamping peralatan yang spesifik untuk
tiap instalasi desalinasi, peralatan-peralatan lain yang umum terdapat pada suatu
instalasi desalinasi adalah : system hisapan air laut/air baku, termasuk pompa
penghisap, saringan (screen), jaringan pipa air produk desalinasi, tangka
penampungan (storage tank), peralatan penerimaan dan pembagi listrik (panel
distribution box).
Secara skematis berbagai jenis teknologi desalinasi dapat dilihat dari gambar
dibawah ini:

Gambar 12. Skema Jenis Proses Desalinasi


Pemilihan proses teknologi desalinasi didasarkan pada beberapa factor, antara
lain:
a. Salinitas (kadar zat terlarut dalam air masukan)
b. Kualitas air bersih yang diinginkan
c. Sumber energy yang akan digunakan untuk produksi air
d. Debit air yang diperlukan
e. Faktor ekonomi, keandalan, kemudahan operasi dan perawatannya.
2.3.1 Jenis-jenis Teknologi Desalinasi
Secara garis terdapat 2 jenis teknologi desalinasi yaitu desalinasi thermal
(distilasi) dan desalinasi membrane.
1. Desalinasi Thermal
Desalinasi thermal membutuhkan energy berupa panas buangan dari
pembangkit untuk sumber energinya.
a. Multi Stage Flash (MSF)
Dalam proses MSF, air laut disalurkan kedalam vessel yang dinamakan brine
heater untuk dipanaskan, Proses pemanasan dilakukan dengan cara
menyemprotkan uap panas yang dikeluarkan dari turbin pada pembangkit listrik.

17

Air laut yang sudah dipanaskan kemudian dialirkan ke vessel berikutnya yang
dinamakan stage. Ditempat ini tekanan dikondisikan menjadi lebih rendah dari
stadium sebelumnya. Perubahan tekanan akan menyebabkan air laut masuk
menjadi mendidih secara mendadak (flashing) dan menyebabkan terjadinya uap
air (water vapour).

Gambar 13. Multi Stage Flash (MSF)


Proses ini akan terus berlanjut pada stage berikutnya sampai air menjadi dingin
dan tidak menghasilkan uap air lagi. Biasanya stadium ini berjumlah 15 samapi
25. Penambahan jumlah stage akan menambah capital cost dan menambah rumit
pengoperasian. Uap air yang dihasilkan dari flashing ini dikondensasi pada tabung
yang ada pada tiap stage. Tabung ini juag berfungsi sebagai alat untuk
mengalirkan air laut masukan ke dalam brine heater. Pada proses kondensasi ini
juga akan menghangatkan air laut masukan, sehingga jumlah energy yang
dibutuhkan untuk memanaskan air laut masukan di brine heater menjadi lebih
kecil. Kapasitas dari instalasi ini 4000-57000 m3/hari (1-15mgd). Suhu maksimum
(Top Brine Temperatur) dari air laut yang keluar dari brine heater adalah 90110oC, menambahkan suhu akan menambah kinerja dari instalasi ini, tetapi dilain
pihak juga akan merugikan, sebab akan mempercepat proses pembentukan
scaling dan korosi dari permukaan logam.
a. Multi Effect Distillation (MED)
Pada teknologi desalinasi jenis MED (Multi Effect Distillation) digunakan prinsip
evaporasi dan kondensasi. Cara kerja dari teknologi ini adalah dengan cara
menyemprotkan (spray) air laut masukan pada permukaan evaporator. Permukaan
evaporator ini biasanya berbentuk tabung (tubes) yang dilapisi film tipis (thin
film) untuk mempercepat pendidihan dan penguapan.

18

Gambar 14. Proses desalinasi jenis MED


Proses penguapan pertama terjadi dengan menggunakan uap panas
buangan dari pembangkit listrik/boiler yang keluar dari turbin. Uap itu
memberikan panas untuk proses desalinasi dan sekaligus juga terkondensasi
menjadi air yang kemudian dikembalikan lagi ke boiler pada pembangkit listrik.
Uap yang dihasilkan pada proses terakhir dikondensasikan pada heat exchanger
yang terpisah yang dinamakan final condenser. Temperature pada setiap efek dari
MED diatur oleh system hama udara yang terpisah. Dalam perkembangannya,
akhir-akhir ini digunakan alat thermal vapour compression yang berguna untuk
mengurangi jumlah efek dari MED untuk memproduksi air tawar dalam jumlah
yang sama. Umumnya instalasi desalinasi ini terdiri dari 8-16 efek Effesiensi
thermal proses ini tergantung dari jumlah efek yang digunakan. Kapasitas air
tawar yang dihasilkan oleh MED berkisar antara 2000-20.000 m 3/hari (0.5-5
mgd).
2. Membran Reverse Osmosis (RO)
Bila air tawar dan air laut dipisahkan oleh suatu dinding semi permeable
membrane maka air tawar akan meresap menembus dinding pemisah itu kebagian
air laut, peristiwa ini disebut peristiwa osmosis. Air tawar akan terus menembus
dinding pemisah itu ke bagian air laut walau tidak diberi tekanan. Kekuatan
efektif pendorong penembusan itu dinamakan osmotic pressure. Penembusan akan
berhenti dengan sendirinya pada kondisi perimbangannya (equilibrium) di
osmotic pressure tertentu. besar osmotic pressure tergantung dari karakteristik
membrane, suhu dan kepekatan air laut/air baku. Pada sistem RO ini air laut diberi
tekanan agar terjadi hal kebalikannya, yaitu air tawar yang terkandung di didalam
air laut keluar menembus dinding pemisah (membrane) maka peristiwa itu
dinamakan peristiwa reverse osmosis.

Gambar 15. Proses teknologi jenis RO

19

Jumlah air masukan yang dibuang menjadi brine pada proses ini berkisar
antara 20 - 70 %, hal ini tergantung dari kadar garam air masukan, tekanan dan
jenis membran. Sistem RO tetdiri beberapa komponen penting yaitu pre
treatment, high pressure pump, membrane assembly dan post treatment. Pre
treatment sangat penting pada proses RO, hal ini berguna untuk mencegah dan
mengurangi penumpukan garam dan pertumbuhan biota laut pada membran.
Biasanya proses pre treatment ini terdiri dari:
1. Chlorinasi guna pengendalian mikro organisme
2. Coagulant dan media fiitrasi, untuk menurunkan padatan.
3. Scale inhibitor, untuk menghambat pengkerakan pada membran
4. Final cartridge filter. sebagai pengaman
5. Sodium bisulfit, untuk mengimbangi chlorine
Pada proses ini, tekanan yang diberikan oleh pompa pada air laut masukan
(feed water) adalah sebesar 54 - 80 bar (800 - 1180 psi), sedangkan bila
menggunakan air payau (brackish water) sebagai air umpan, tekanan yang
diberikan adalah sebesar 15 - 25 bar ( 225-375 psi).
Bagian inti dari instalasi RO adalah RO module, yang berbentuk suatu
bejana tekan silindris berisi beberapa ratus ribu serat fibre sehalus rambut yang
bagian dalamnya berlubang (fine hollow fiber). Dengan demikian suatu RO
module mempunyai luas permukaan dinding membrane yang besar dan dapat
menghasilkan air tawar dalam jumlah besar. Air umpan masuk ke dalam lubanglubang halus serat fiber. Karena ditekan air tawar akan merembes ksluar dari
dinding fiber menjadi produk air tawar, sedangkan sisanya yang kental dan
disebut brine terbuang keluar melalui throtue valve yang juga berfungsi sebagai
pengatur tekanan pada saluran masuk ke RO modul agar selalu konstan.
Perlakuan akhir terhadap produk air adalah injeksi alkali untuk menaikkan
pH sesuai yang diperlukan, dan chlorinisasi bila produk airnya digunakan untuk
air minum. Padatan terlarut dan tersuspensi (TDS) produk air dari proses RO ini
adalah antara 300- 600 ppm, namun bila dikehendaki TDS yang lebih rendah,
dapat digunakan instalasi yang dipasang secara seri.
2.3.2

PFD Desalinasi

20

Gambar 16. PFD Desalinasi Aquatech


2.3.3 Permasalahan Yang Sering Terjadi Pada Proses Desalinasi
Berikut ini adalah gangguan yang sering muncul pada desalinasi dengan metode
multi stage flash evaporator.
GANGGUAN
PENYEBAB
Conductivity high tapi tidak range Kandungan Amonia (NH3) dalam air
over
laut tinggi, biasanya terjadi saat air
laut surut
Conductivity range over (>100us/cm) Terjadi carry out air laut (brine),
foaming air laut yang memasuki
distillate chamber, kebocoran tube.
Kandungan Cl tinggi (>1000ppb)
Retakan (kebocoran kecil) tube,
kerak(garam)
yang
menempel
didinding flash evaporator.

BAB III
KESIMPULAN
2.4 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah :
a. Ion Exchange

21

Ion exchange merupakan suatu metode unit proses yang terdiri dari reaksi
kimia antara ion dalam fase cair dengan ion dalam media padat tidak larut
(resin) atau suatu bahan padat yang memiliki bagian (ion positif atau
negatif) tertentu yang bisa dilepas dan ditukar dengan bahan kimia lain
dari luar.
Berdasarkan jenis ion / muatan yang dipertukarkan, resin dapat dibagi
menjadi 2 :

Resin kation

Resin anion

b. Air umpan boiler merupakan bagian penting dari operasi boiler. Air umpan
dimasukkan ke drum uap dari pompa feed. Dalam uap menghidupkan air
umpan kemudian berubah menjadi uap dari panas. Setelah air umpan yang
digunakan itu kemudian dibuang ke kondensor utama. Dari kondensor itu
kemudian dipompa ke tangki umpan deaerasi. Dari tangki ini kemudian
kembali ke drum uap untuk menyelesaikan siklus. Air umpan tidak pernah
terbuka ke atmosfer/udara terbuka. Siklus ini dikenal sebagai sistem
tertutup atau siklus Rankine.
c. Desalinasi pada air laut adalah pemisahan air tawar dari air laut. Proses
desalinasi dapat dilakukan dengan distilasi atau reverse osmosis. Distilasi
adalah pemisahan air tawar dari air laut atau air payau merupakan
perubahan fase air, sedangkan revers osmosis memisahkan air tawar
dengan menggunakan perbedaan tekanan dan semi permeable membrane.

DAFTAR PUSTAKA

22

Nugroho, Ari. 2011. Jurnal Pengembangan Energi Nuklir : Staf Bidang


Penerapan. Uraian Umum Tentang Teknologi Desalinasi. Vol. 06, No. 03
&4
Online :
http://nanosmartfilter.com/destilasi-air-laut-proses-mengubah-air-asin-menjadi-tawar/
http://www.aquatech.com/project-profiles/seawater-reverse-osmosis-plant-indias-first4000-mw-ultra-mega-power-project/
(diakses pada tanggal 1 Maret 2016, Pukul 19.00 WIB)

Anda mungkin juga menyukai