Anda di halaman 1dari 15

STANDARISASI SOAL

KETRAMPILAN DASAR PRAKTIK KLINIK

Disusun Oleh : Tim Dosen

AKADEMI KEBIDANAN DHARMA HUSADA


KEDIRI
[Draw your reader in with an engaging abstract. It is typically a short summary of the
document.
When youre ready to add your content, just click here and start typing.]

ELIMINASI

STANDARISASI SOAL
MATERI UHAP KDPK ELIMINASI

1. Apakah yang dimaksud dengan eliminasi?


2. Eliminasi terbagi menjadi 2 macam yaitu?
3. Jelaskan pengertian eliminasi uri dan tujuannya!
4. Jelaskan pengertian eliminasi alvi !
5. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi defekasi !
6. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urin!
7. Jelaskan reflek defikasi!
8. Sebutkan Masalah-masalah umum pada defikasi!
9. Jelaskan Etiologi dari eliminasi uri!
10.

Jelaskan Etiologi dari eliminasi alvi!

11.

Anatomi Fisiologik & Hubungan Saraf pada Kandung Kemih

12.

Jelaskan Prosedur pemasangan kateter wanita!

JAWABAN SOAL
1. Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolism tubuh baik berupa
urin atau bowel (feses)
2. eli mi nasi ada dua yai tu eliminasi uri dan eliminasi alvi
3. Yang dimaksud eliminasi urine dalah kebutuhan dalam manusia yang
esensial dan berperan menentukan kelangsungan hidup manusia. Tujuan
dari

eliminasi

adalah

untuk

mempertahankan

homeostasis

melalui

pembuangan sisa-sisa metabolisme.


4. Yang

dimaksud

pengeluaran

eliminasi

metabolism

alvi

adalah

berupa

feses

proses
yang

pembuangan
berasal

dari

atau
saluran

pencernaan melalui anus.


5. Factor yang mempengaruhi defekasi adalah sebagai berikut
Usia : bayi kontrol defekasi belum berkembang, usila kontrol defekasi
menurun.
1

Diet : makanan bersifat mempercepat prosews produlsi feses, juga


kwantitas makanan.
Intak Cairan : Ciran kurang feses libih keras karena absorbsi cairan
meningkat
Aktifitas : Tonus otot abdomen, pelvis dan diafragma akan membantu
proses defekasi.
Psikologis : Cemas, takut, marah, ekan meningkatkan pristaltik aehingga
menyebabkan diare.
Pengobatan
Gaya Hidup : Kebiasaan untuk melatih pola BAB sejak kecil secara
teratur, fasilitas
BAB dan kebiuasaan menahan BAB.
Penyakit : Diare, konstipasi.
Anastesi dan Pembedahan : Biasanya 24-48 jam.
Nyeri : bisa mengurangui keinginan BAB.
Kerusakan Sensori motorik.
6. Factor yang memengaruhi eliminasi urin adalah
Diet dan Asupan (intake)
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi
output urine (jumlah urine). Protein dapat menentukan jumlah urine
yang dibentuk. Selain itu, juga dapat meningkatkan pembentukan urine.
Respons Keinginan Awal untuk Berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat
menyebabkan urine banyak tertahan di dalam urinaria sehingga
memengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah urine.
Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan
eliminasi dalam kaitannya terhadap tersedianva fasilitas toilet.
Stres Psikologis

Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi


keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk
keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.
Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk
fungsi sfingter.
Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan
pengontrolan

berkemih

menurun

dan

kemampuan

tonus

otot

didapatkan dengan beraktivitas.


Tingkat Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi
pola berkemih. hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih
memiliki mengalami kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun
dengan usia kemampuan dalam mengontrol buang airkecil.
Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes
melitus.
Sosiokultural
Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine,
seperti adanya kultur pada masyarakat tertentu yang melarang untuk
buang air kecil di tempat tertentu.
Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di mengalamikesulitan
untuk berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan
sakit.
Tonus Otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses
berkemih adalah otot kandung kemih, otot abdomen dan pelvis.
Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi pengontirolan pengeluaran
urine.
3

Pembedahan
Efek pembedahan dapat menyebabkan penurunan pemberian obat
anestesi menurunkan filtrasi glomerulus yang dapat jumlah produksi urine
karena dampak dari
Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya
peningkatan atau penurunan -proses perkemihan. Misalnya pemberian
diuretik dapat meningkatkan jumlah urine, se;dangkan pemberian obat
antikolinergik dan antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik ini juga dapat memengaruhi kebutuhan
eliminasi urine, khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan
tindakan pemeriksaan saluran kemih seperti IVY (intra uenus pyelogram),
yang dapat membatasi jumlah asupan sehingga mengurangi produksi
urine. Se;lain itu tindakan sistoskopi dapat menimbulkan edema lokal
pada uretra yang dapat mengganggu pengeluaran urine.
7. Reflek defekasi
Refleks defekasi intrinsik
Refleks ini berawal dari feses yang masuk rectum yang kemudian
menyebabkan rangsangan pada fleksus ingentikus dan terjadilah
gerakan peristaltik. Setelah feses tiba di anus secara sistematis spingter
interna relaksasi maka terjadi defekasi.
Refleks Defekasi Parasimpatis
Fese yang masuk ke rectum akan merangsang saraf rectum yang
kemudian

diteruskan

dikembalikan

ke

ke

kolon

spinal

coral,

desenden,

dan

dari

sini

kemudian

sigmoid

dan

rectum

yang

manyababkan intensifnya peristaltik. Relaksasi spinter interna maka


terjadilah defekasi.
Dorongan feses juga dipengaruhi oleh kontrol abdomen, disfragma, dan
kontraksi otot.
4

8. Masalah umum pada defekasi


Konstipasi
Fecel Infaction
Diare
Incontencia Alvi
Kembung
Hemoroid
9. Etiologi dari eliminasi uri :
Intake cairan
Jumlah

dan

mempengaruhi

type

makanan

uotput

urine.

merupakan
Seperti

protein

faktor

utama

yang

dan

sodium

yang

mempengaruhi urine yang keluar, kopi meningkatkan pembentukan


urine Intake cairan dari kebutuhan, akibatnya output urine lebih banyak.
Aktivitas
Aktivitas sangat di butuhkan untuk mempertahankan tonus otot.
Eliminasi urine membutuhkan tonos otot kandung kemih yang baik untuk
tonus otot stingter Internal dan eksternal. Aktivitas yang lebih berat akan
mempengaruhi jumlah urine yang diproduksi, hal ini di sebabkan kerena
lebih besar metabolisme tubuh.
Obstruksi:Batu ginjal,pertumbuhan jaringan abnormal,striktur urethra
Infeksi
Kehamilan
penyakit:pembesaran kelenjar prostat
Trauma sumsum tulang belakang
Operasi ada daerah abdomen bawah,pelviks,kandung kemih,urethra
Umur
Penggunaan obat-obatan
10.

Etiologi dari eliminasi alvi :


Stres fisik
5

Obat-obatan
Alergi makanan
Penyakit kolon
Iritasi Intestinal
11.

Anatomi Fisiologi organ yang berperan


Gambar organ :

Ginjal
Ginjal merupakan sepasang organ berbentuk seperti kacang buncis,
berwarna coklat agak kemerahan, yang terdapat di kedua sisi kolumna
vertebra posterior terhadap peritoneum dan terletak pada otot
punggung bagian dalam. Ginjal terbentang dari vertebra torakalis ke-12
sampai vertebra lumbalis ke-3. Dalam kondisi normal, ginjal kiri lebih
tinggi 1,5 2 cm dari ginjal kanan karena posisi anatomi hati. Setiap
ginjal secara khas berukuran 12 cm x 7 cm dan memiliki berat 120150gram. Sebuah kelenjar adrenal terletak dikutub superior setiap ginjal,
tetapi tidak berhubungan langsung dengan proses eliminasi urine.
Setiap ginjal di lapisi oleh sebuah kapsul yang kokoh dan di kelilingi oleh
lapisan lemak.
6

Ureter
Sebuah ureter bergabung dengan setiap pelvis renalis sebagai rute
keluar pertama pembuangan urine. Ureter merupakan struktur tubulan
yang memiliki panjang 25-30 cm dan berdiameter 1,25 cm pada orang
dewasa.

Ureter

membentang

pada

posisi

retroperitonium

untuk

memasuki kandung kemih didalam rongga panggul (pelvis) pada


sambungan

ureter

ureterovesikalis.

Urin

yang

keluar

dari

ureter

kekandung kemih umumnya steril.


Kandung kemih
Kandung kemih adalah ruangan berdinding otot polos yang terdiri dari
dua bagian besar :
Badan (corpus), merupakan bagian utama kandung kemih
dimana urin berkumpul dan, leher (kollum), merupakan lanjutan dari
badan yang berbentuk corong, berjalan secara inferior dan anterior ke
dalam daerah segitiga urogenital dan berhubungan dengan uretra.
Bagian yang lebih rendah dari leher kandung kemih disebut uretra
posterior karena hubungannya dengan uretra.
Otot polos kandung kemih disebut otot detrusor. Serat-serat
ototnya

meluas

ke

segala

arah

dan

bila

berkontraksi,

dapat

meningkatkan tekanan dalam kandung kemih menjadi 40 sampai 60


mmHg. Dengan demikian, kontraksi otot detrusor adalah langkah
terpenting untuk mengosongkan kandung kemih. Sel-sel otot polos dari
otot detrusor terangkai satu sama lain sehingga timbul aliran listrik
berhambatan rendah dari satu sel otot ke sel otot lainnya. Oleh karena
itu, potensial aksi dapat menyebar ke seluruh otot detrusor, dari satu sel
otot ke sel otot berikutnya, sehingga terjadikontraksi seluruh kandung
kemih dengan segera.

Dinding posterior kandung kemih, tepat diatas bagian leher dari


kandung kemih, terdapat daerah segitiga kecil yang disebut Trigonum.
Bagian terendah dari apeks trigonum adalah bagaian kandung kemih
yang membuka menuju leher masuk kedalam uretra posterior, dan
kedua ureter memasuki kandung kemih pada sudut tertinggi trigonum.
Trigonum dapat dikenali dengan melihat mukosa kandung kemih
bagian lainnya, yang berlipat-lipat membentuk rugae. Masing-masing
ureter, pada saat memasuki kandung kemih, berjalan secara oblique
melalui otot detrusor dan kemudian melewati 1 sampai 2 cm lagi
dibawah mukosa kandung kemih sebelum mengosongkan diri ke dalam
kandung kemih.
Leher kandung kemih (uretra posterior) panjangnya 2 3 cm, dan
dindingnya terdiri dari otot detrusor yang bersilangan dengan sejumlah
besar jaringan elastik. Otot pada daerah ini disebut sfinter internal. Sifat
tonusnya secara normal mempertahankan leher kandung kemih dan
uretra posterior agar kosong dari urin dan oleh karena itu, mencegah
pengosongan kandung kemih sampai tekanan pada daerah utama
kandung kemih meningkat di atas ambang kritis. Setelah uretra posterior,
uretra berjalan melewati diafragma urogenital, yang mengandung
lapisan otot yang disebut sfingter eksterna kandung kemih. Otot ini
merupakan otot lurik yang berbeda otot pada badan dan leher
kandung kemih, yang hanya terdiri dari otot polos. Otot sfingter eksterna
bekerja di bawah kendali system saraf volunter dan dapat digunakan
secara sadar untuk menahan miksi bahkan bila kendali involunter
berusaha untuk mengosongkan kandung kemih.
Uretra
Urin keluar dari kandung kemih melalui uretra dan keluar dari tubuh
melalui meatus uretra. Dalam kondisi normal, aliran urin yang mengalami
turbulansi membuat urin bebas dari bakteri. Membrane mukosa melapisi
uretra, dan kelenjar uretra mensekresi lendir kedalam saluran uretra.
8

Lendir dianggap bersifat bakteriostatis dan membentuk plak mukosa


untuk mencegah masuknya bakteri. Lapisan otot polos yang tebal
mengelilingi uretra.
Persarafan Kandung Kemih
Persarafan utama kandung kemih ialah nervus pelvikus, yang
berhubungan dengan medula spinalis melalui pleksus sakralis, terutama
berhubungan dengan medulla spinalis segmen S-2 dan S-3. Berjalan
melalui nervus pelvikus ini adalah serat saraf sensorik dan serat saraf
motorik. Serat sensorik mendeteksi derajat regangan pada dinding
kandung kemih. Tanda-tanda regangan dari uretra posterior bersifat
sangat kuat dan terutama bertanggung jawab untuk mencetuskan
refleks yang menyebabkan pengosongan kandung kemih.
Saraf motorik yang menjalar dalam nervus pelvikus adalah serat
parasimpatis. Serat ini berakhir pada sel ganglion yang terletak pada
dinding kandung kemih. Saraf psot ganglion pendek kemudian
mempersarafi otot detrusor. Selain nervus pelvikus, terdapat dua tipe
persarafan lain yang penting untuk fungsi kandung kemih. Yang
terpenting adalah serat otot lurik yang berjalan melalui nervus pudendal
menuju sfingter eksternus kandung kemih. Ini adalah serat saraf somatic
yang mempersarafi dan mengontrol otot lurik pada sfingter. Juga,
kandung kemih menerima saraf simpatis dari rangkaian simpatis melalui
nervus hipogastrikus, terutama berhubungan dengan segmen L-2
medula spinalis. Serat simpatis ini mungkin terutama merangsang
pembuluh darah dan sedikit mempengaruhi kontraksi kandung kemih.
Beberapa serat saraf sensorik juga berjalan melalui saraf simpatis dan
mungkin penting dalam menimbulkan sensasi rasa penuh dan pada
beberapa keadaan, rasa nyeri. Transpor Urin dari Ginjal melalui Ureter
dan masuk ke dalam Kandung Kemih Urin yang keluar dari kandung
kemih mempunyai komposisi utama yang sama dengan cairan yang
9

keluar dari duktus koligentes, tidak ada perubahan yang berarti pada
komposisi urin tersebut sejak mengalir melalui kaliks renalis dan ureter
sampai kandung kemih. Urin mengalir dari duktus koligentes masuk ke
kaliks

renalis,

meregangkan

kaliks

renalis

dan

meningkatkan

pacemakernya, yang kemudian mencetuskan kontraksi peristaltik yang


menyebar ke pelvis renalis dan kemudian turun sepanjang ureter,
dengan demikian mendorong urin dari pelvis renalis ke arah kandung
kemih. Dinding ureter terdiri dari otot polos dan dipersarafi oleh saraf
simpatis dan parasimpatis seperi juga neuron-neuron pada pleksus
intramural dan serat saraf yang meluas diseluruh panjang ureter. Seperti
halnya otot polos pada organ viscera yang lain, kontraksi peristaltik
pada

ureter

ditingkatkan

oleh

perangsangan

parasimpatis

dan

dihambat oleh perangsangan simpatis. Ureter memasuki kandung kemih


menembus

otot

detrusor

di

daerah

trigonum

kandung

kemih.

Normalnya, ureter berjalan secara oblique sepanjang beberapa cm


menembus dinding kandung kemih. Tonus normal dari otot detrusor
pada dinding kandung kemih cenderung menekan ureter, dengan
demikian mencegah aliran balik urin dari kandung kemih waktu tekanan
di kandung kemih meningkat selama berkemih atau sewaktu terjadi
kompresi kandung kemih. Setiap gelombang peristaltic yang terjadi di
sepanjang ureter akan meningkatkan tekanan dalam ureter sehingga
bagian yang menembus dinding kandung kemih membuka dan
memberi kesempatan urin mengalir ke dalam kandung kemih.
Pada beberapa orang, panjang ureter yang menembus dinding
kandung kemih kurang dari normal, sehingga kontraksi kandung kemih
selama berkemih tidak selalu menimbulkan penutupan ureter secara
sempurna. Akibatnya, sejumlah urin dalam kandung kemih terdorong
kembali kedalam ureter, keadaan ini disebut refluks vesikoureteral.
Refluks semacam ini dapat menyebabkan pembesaran ureter dan, jika

10

parah, dapat meningkatkan tekanan di kaliks renalis dan struktur-struktur


di medulla renalis, mengakibatkan kerusakan daerah ini.
Sensasi rasa nyeri pada Ureter dan Refleks Ureterorenal. Ureter
dipersarafi secara sempurna oleh serat saraf nyeri. Bila ureter tersumbat
(contoh : oleh batu ureter), timbul refleks konstriksi yang kuat
sehubungan dengan rasa nyeri yang hebat. Impuls rasa nyeri juga
menyebabkan refleks simpatis kembali ke ginjal untuk mengkontriksikan
arteriol-arteriol ginjal, dengan demikian menurunkan pengeluaran urin
dari ginjal. Efek ini disebut refleks ureterorenal dan bersifat penting untuk
mencegah aliran cairan yang berlebihan kedalam pelvis ginjal yang
ureternya tersumbat.
12.

Prosedur pemasangan kateter wanita


A

Persiapan Alat
Bak instrument steril berisi :
1. Handscon
2. Duk steril dan duk lubang (fenestrated)
3. Larutan pembersih antiseptic
4. Kapas pinset
5. Kateter straight/indwelling
6. Spuit yang sudah terisi aquades atau air matang untuk
mengembangkan balon
7. Baskom
8. Pelumas
9. Wadah specimen
10.

Lampu senter

11.

Selang drainase steril dan urine bag

12.

Plester

13.

Selimut mandi

11

14.

Perlak pengalas

15.

Bengkok

16.

Bak dengan air hangat dan sabun

17.

Handuk/waslap

Persiapan Petugas
1. Cuci tangan
2. Menggunakan sarung tangan bersih
3. Menjelaskan prosedur tindakan kepada pasien dan keluarga

C Persiapan Pasien
Memberitahu

dan

menjelaskan

kepada

pasien

dan

keluarga mengenai prosedur yang akan dilakukan


D Prosedur :
2. Kateter straight
3. Dekatkan alat-alat pada klien
4. Cuci tangan
5. Pasang scherm
6. Bantu pasien posisi dorsal recumbent, keatasan selimut dan
pasang selimut mandi pada ekstrimitas bawah sehingga hanya
genetalia saja yang kelihatan
7. Pasang perlak pengalas dan pispot
8. Pakai handscon, bersihkan genetalia dengan sabun dan air
hangat menggunakan waslap, keringkan dengan handuk
9. Angkat pispot dengan perlak pengalas, lepas sarung tangan
dan cuci tangan
10.

Kateter indwelling

1. Bila

memasang

kateter

indwelling,

buka

drainase,

letakkan/gantung kantung drainase dipinggir tempat tidur


2. Buka kantong kateter sesuai petunjuk, jaga bagian dasar tetap
steril

12

3. Gunakan handscon steril


4. Ambil duk steril, letakkan diantara paha klien. Kemudian ambil
duk lubang tutupkan diatas perineum
5. Letakkan bak instrument steril dan isinya diatas duk steril
diantara paha klien
6. Buka kemasan berisi larutan pembersih antiseptik tuangkan
kekapas atau kekasa
7. Buka spesimen wadah urine, pertahankan bagian atas tetap
steril
8. Beri pelumas pada ujung kateter 2,5 5 cm
9. Dengan tangan non-dominan, regangkan labia, tangan
dominan ambil kapas dan pinset berihkan area perineal, usap
dari depan kebelakang dari klitoris ke anus tiap kali usapan
ganti bola kapas. Kemudian lipatan labia dan meatus
10.

Dengan tangan dominan ambil kateter 7,5 10 cm dari


ujung letakkan ujung kateter pada wadah penampung urine

11.

Anjurkan klien nafas panjang dan perlahan masukkan


kateter melalui meatus

12.

Dorong kateter 5 7,5 cm pada orang dewasa dan 2,5


pada anak-anak atau sampai urine mengalir keluar pada
ujung kateter.

13.

Lepaskan libia dan pegang kateter dengan tangan nondominan

14.

Kumpulkan specimen urine sesuai kebutuhan biarkan


kandung kencing kosong benar

15.

Tarik kateter straight, sekali pakai dengan perlahan tetapi


lembut sampai terlepas

16.

Kateter indwelling
Saat memegang dengan ibu jari dan kelingking dengan

13

tangan

non-dominan,

ambil

ujung

kateter

letakkan

diantara jari pertama dan kedua jari tangan tersebut,


tangan dominan yang bebas hubungkan kepost injeksi
pada ujung kateter. Perlahan injeki sejumlah botol larutan.
Dengan

tangan

non-dominan

tarik

perlahan

untuk

merasakna tahanan
Hubungkan ujung kateter keselang penampung urine
plester kesebelah paha klien
Bereskan alat dan rapikan pasien kembali
17. Cuci tangan
E

Sikap
Bekerja dengan cermat dan teliti
Hati hati
Tidak menunjukkan rasa jijik

Sumber :
1. Johnson R. Taylor W. (2000). Skill For Midwifery Practice.
2. Smith S. Dueell S. (1985). Clinical Nursing Skill.
3. Varney. (1997). Varneys Midwifery.

14

Anda mungkin juga menyukai