Anda di halaman 1dari 94

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA

DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN TOILET TRAINING


PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK AISYAH III MOJOKERTO

TUGAS AKHIR
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Keperawatan

OLEH
ARI DAMAYANTI W
0610722009

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2008

HALAMAN PERSETUJUAN
TUGAS AKHIR
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA
DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN TOILET TRAINING
PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK AISYAH III MOJOKERTO

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Keperawatan

Oleh:
Ari Damayanti W
NIM.0610722009

Menyetujui untuk diuji:

Pembimbing I

Pembimbing II

Lilik Zuhriyah, SKM.Mkes


NIP.132.158.555

Yati Sri H, Skp


NIP.132.300.041

LEMBAR PENGESAHAN

TUGAS AKHIR
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA
DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN TOILET TRAINING
PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK AISYAH III MOJOKERTO

Oleh:
Ari Damayanti W
NIM: 0610722009
Telah diuji
Pada
Hari : Selasa
Tanggal : 31 Januari 2008
Dan dinyatakan lulus oleh:

Penguji I

Yulian Wiji Utami, SKp.M.Kes


NIP.132.300.040
Penguji II

Penguji III

Lilik Zuhriyah, SKM.Mkes


NIP. 132 158 555

Yati Sri H, Skp


NIP. 132 300 041

LEMBAR PERSEMBAHAN
MOTTO
Sesungguhnya sesuatu yang berharga
Bukan berasal dari kekayaan yang didapat
Tapi berasal dari melakukan sesuatu yang berguna
Kita tak akan pernah tau makna&hakekat keberhasilan
Bilamana kita tidak pernah mau mencoba
Kegagalan adalah ketika kita memutuskan menyerah sebelum mencoba
Orang sukses bukanlah orang yang tidak pernah mengalami kegagalan
Akan tetapi orang yang bangkit&berusaha setelah menemui kegagalan
Keberhasilan butuh banyak pengorbanan waktu, materi, perasaan
Jangan berputus asa meski lama tercapai
Bila ditopang kesabaran akan terlihat jalan keluar
Siapa sabar akan berhasil mencapai tujuannya
Sujud ku pada Mu Ya Allah
Atas semua karunia yang kau berikan
Salawat dan salam untuk rasulullah
Yang telah membawa ku pada dinul islam

TUGAS AKHIR INI KU PERSEMBAHKAN UNTUK


Ayah tercinta (Alm). Pujaan, pelita&semangat hidup ku sepanjang masa
atas dukungan, dorongan, pengorbanan&perhatian yang tak terhingga
sampai akhir masa&yang telah memilihkan ku perawat sebagai profesi
yang ku tekuni. Yang menyerahkan & merelakan seluruh hidupnya hanya
untuk keluarga yang teramat dicintainya. Akhirnya harus berpulang ke
hadirat Yang Maha Kuasa tanpa hadirku di sisinya&belum sempat ku
balas jasa&pengorbanannya. Trima kasih untuk semuanya ayah. Ya
Allah..., trimalah ayah ku disisi-Mu dan berikanlah tempat yang terbaik
baginya.
Bunda tercinta. Pujaan, pelita & semangat hidup ku sepanjang masa atas
dukungan, dorongan, kasih sayang & restu yang telah kau berikan untuk
ku, pengorbanan&perhatian yang tak terhingga sampai akhir masa.
Kakak-kakakku (mas bambang, mbak lis, mas nanang, mbak elok). Trima
kasih atas perhatian, support, perlindungan & bantuannya. Selama ini
adik bangga punya kakak kalian
Keponakan yang imut (niar, lala, fahmi). Kalian nakal tapi lucu membuat
ku terhibur saat pulang
Dosen-dosen yang telah membimbingku selama study
Teman-teman PSIK-B angkatan 2006

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir dengan judul Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat
Keberhasilan Toilet Training pada Anak Usia Pra Sekolah di TK Aisyiah III
Mojokerto.
Dengan terselesainya tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Yogi Sugito selaku Rektor Universitas Brawijaya Malang.
2. Dr. dr. Samsul Islam, M.Kes, Sp.MK selaku

Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya Malang.


3. dr. Subandi, M.Kes. DAHK selaku Ketua Jurusan Ilmu Keperawatan
Universitas Brawijaya Malang.
4. Ibu Lilik Zuhriyah, SKM.Mkes. selaku dosen pembimbing I
5. Ibu Yati Sri H, Skp. selaku dosen pembimbing II
6. Ibu Kurniati selaku kepala sekolah TK Aisyiah III Mojokerto.
7. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril maupun
materiil.
8. Teman-teman mahasiswa jurusan Keperawatan-B Universitas Brawijaya
Malang angkatan 2006.
9. Semua pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas akhir
ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan tugas
akhir ini, sehingga kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan tugas akhir ini.

Akhirnya, semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi yang


membutuhkan.

Malang, Januari 2008

(Penulis)

ABSTRAKS
Wahyuningrum, Ari Damayanti. 2008. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan
Tingkat Keberhasilan Toilet Training pada Anak Usia Pra
Sekolah di TK Aisyah III Mojokerto. Tugas Akhir, Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya Malang, Pembimbing: (I) Lilik
Zuhriyah, SKM.MKes. (II) Yati Sri Hayati, Skp.
Pada studi pendahuluan di TK Aisyah diketahui kejadian enuresis sebanyak 10%
dari 60 anak. Untuk itu perlu pembinaan orang tua pada anak untuk kemandirian
yang diwujudkan melalui toilet training. Kegagalan toilet training mengakibatkan
anak tidak percaya diri, rendah diri, malu berhubungan sosial dengan temannya.
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan
tingkat keberhasilan toilet training pada anak usia pra-sekolah di TK Aisyah III
Mojokerto. Desain penelitian ini observasional analitik dengan pendekatan study
cross sectional. Sampel diambil dengan menggunakan teknik purposif sampling
berdasarkan kriteria inklusi sebanyak 40 responden. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner. Data dianalisis dengan korelasi spearman rank. Dari
hasil penelitian didapatkan responden yang menggunakan pola asuh demokratis
sebanyak 30%, pola asuh otoriter sebanyak 52,5%, pola asuh permisif sebanyak
12,5%, pola asuh penelantar sebanyak 5%. Sedangkan untuk tingkat
keberhasilan yang berhasil sebanyak 25%, cukup berhasil sebanyak 67,5%,
kurang berhasil sebanyak 7,5%. Setelah dianalisis dengan korelasi spearman
rank diperoleh hasil nilai korelasi positif 0,789 dengan p value=0.000 (p<0.05).
Dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho di tolak dan terdapat korelasi yang signifikan
antara pola asuh orang ditolak tua dengan tingkat keberhasilan toilet training
pada anak usia prasekolah di TK Aisyah III Mojokerto. Semakin ke arah pola
asuh demokratis penerapan toilet training akan berhasil sedangkan semakin ke
arah pola asuh penelantar penerapan toilet training kurang berhasil. Berdasarkan
hasil penelitian ini disarankan dalam melakukan penelitian sejenis hendaknya
dibuat jumlah pertanyaan yang sama pada tiap dimensi prilaku orang tua dalam
pola asuh disamping itu dilakukan pelatihan toilet training dengan melakukan
kerja sama antara institusi kesehatan dan sekolah.
Kata kunci: Pola asuh, Toilet training, Pra sekolah

ABSTRACT
Wahyuningrum, Ari Damayanti. 2008. The Relation of Parents Way of Care
with degree of Toilet Training success for Pre-School
Children at TK Aisyah III Mojokerto. Final Assignment, Faculty
of Medicine University of Brawijaya Malang, Counsellor: (I) Lilik
Zuhriyah, SKM.MKes. (II) Yati Sri Hayati, Skp.
In preliminary study at TK Aisyah, it was obtained that the incidence of enuresis
was 10% from 60% child. Therefore parent building for independence of children
is needed that was realized by toilet training. Toilet trainings failure can result the
children in feeling inferior, unconscionable and ashamed to communicate
friendliness. This research was aimed to know the relation between parents way
of care with degree of toilet training success for children at pre-school age in TK
Aisyah III Mojokerto. Design of this research was analytic observational using
approach cross sectional study. Samples were selected using purposive
sampling base on inclusive criterion as much as forty respondents. Data were
collected using questioner then analysed with correlation of spearman rank. From
the result of research it was got that the respondent using the way of democratize
care was 30%, the way of authoritative care was 52,5%, the way of permissive
care was 12,5%, the way of neglect care was 5%. Whereas by degree success to
success was 25%, enough success was 67,5%, less success was 7,5%. After
analyzed using correlation of spearman rank it was got positive correlation 0,789
with pvalue=0,000 (p < 0,05). It can be concluded that there was significance
relation between the parents way of care and degree of toilet training success for
children in preschool age at TK Aisyah III Mojokerto. The more democratic care
the application of toilet training the more success while the more neglect care the
application of toilet training the less success. Based on this result, it was
suggested that when conducting a same research number of questions of every
dimensions of parents behaviour in way of care should be same. In addition it is
conducted toilet training with cooperation between health institution and school.
Keyword: The way of care, Toilet Training, Pre-School.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
ABSTRAK

.....................................................................................................iii

ABSTRACT .....................................................................................................iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................v
DAFTAR TABEL ............................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................ix
LAMPIRAN ......................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah Penelitian...................................................................4
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan umum ...............................................................................5
1.3.2. Tujuan khusus...............................................................................5
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat praktis.............................................................................5
1.4.2. Manfaat teoritis.............................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1........................................................................................Konsep Pola Asuh
2.1.1. Pengertian pola asuh.....................................................................6
2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh...............................8
2.1.3. Macam-macam pola asuh.............................................................9
2.2............................................................................... Konsep Toilet Training
2.2.1. Pengertian toilet traning..............................................................12
2.2.2. Cara toilet training pada anak.....................................................15
2.2.3. Macam-macam toilet training.....................................................18
2.2.3.1. bowel control (kontrol buang air besar)............................18
2.2.3.2. bladder control (kontrol buang air kecil) ........................18
2.2.4. Dampak kegagalan toilet training ..............................................20
2.2.5. Penanganan kegagalan toilet training.........................................20

2.3...................................Konsep Tugas Perkembangan Anak Usia 4-6 Tahun


2.3.1. Pengertian tugas perkembangan.................................................21
2.3.2. Fase perkembangan anak usia 4-6 tahun....................................21
2.4...........................Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Toilet Training
.................................................................................................................22
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1........................................................................Kerangka Konsep Penelitian
.................................................................................................................24
3.2.....................................................................................Hipotesis Penelitian
.................................................................................................................24
BAB IV METODE PENELITIAN
4..1

Desain Penelitian........................................................................25
4.1.1. Kerangka kerja............................................................................25

4..2

Sampling Desain
4.2.1. Populasi.......................................................................................26
4.2.2. Besar sampel...............................................................................26
4.2.3. Teknik sampling.........................................................................26

4..3

Variabel Penelitian
4.3.1. Variabel independen....................................................................26
4.3.2. Variabel dependen.......................................................................27

4..4

Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................27

4..5

Bahan dan Alat / Instrument Penelitian......................................27


4.5.1. Uji validitas instrumen................................................................27
4.5.2. Uji reabilitas instrumen...............................................................28

4..6

Definisi Operasional Variabel.....................................................30

4..7

Teknik Pengumpulan Data..........................................................32

4..8

Teknik Analisa Data....................................................................32


4.8.1. Analisis untuk data pola asuh.....................................................32
4.8.2. Analisis untuk data kebersihan toilet training.............................33
4.8.3. Analisis untuk mencari hubungan antara pola asuh orang
tua dengan tingkat keberhasilan toilet training...........................34

4..9........................................................................................Ethical Penelitian
.................................................................................................................36
4.9.1. Informed consent........................................................................36
4.9.2. Anonimity...................................................................................36
4.9.3. Confidentiality............................................................................36
4..10 Keterbatasan Penelitian........................................................................36
4.10.1. Instrument/alat ukur....................................................................36
4.10.2. Faktor feasibility.........................................................................37
BABV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
5.1. Karakteristik Orang Tua........................................................................38
5.2. Karakteristik Anak ................................................................................39
5.3. Karakteristik Jenis Pola Asuh ...............................................................40
5.4. Karakteristik Keberhasilan Toilet Training ...........................................41
5.5. Karakteristik Hubungan Jenis Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat
Keberhasilan Toilet Training ................................................................41
BAB VI PEMBAHASAN
6.1. Pola Asuh Orang Tua ............................................................................44
6.2. Keberhasilan Toilet Training .................................................................45
6.3. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Keberhasilan Toilet
Training ..................................................................................................46
BAB VII PENUTUP
7.1. Kesimpulan ...........................................................................................50
7.1.1. Pola asuh orang tua ......................................................................50
7.1.2. Tingkat keberhasilan toilet training .............................................50
7.1.3. Hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat keberhasilan toilet
training...........................................................................................50
7.2. Saran .....................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................52

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

2.1. Tabel Pola Asuh Orang Tua Menurut D. Baumrind....................................11


4.1. Tabel Derajad Hubungan Berdasarkan Nilai Koefisien Korelasi................36
5.1. Tabel Distribusi Frekwensi Karakteritik Orang Tua Berdasarkan Umur,
Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan, Penghasilan, Jumlah Anak..............38
5.2. Tabel Distribusi Frekwensi Karakteritik Anak Berdasarkan Umur, Jenis
Kelamin, Urutan Anak, Kondisi Kesehatan .............................................39
5.3. Tabel Distribusi Frekwensi Karakteritik Orang Tua Berdasarkan Jenis Pola
Asuh

.................................................................................................40

5.4. Tabel Distribusi Frekwensi Karakteritik Anak Berdasarkan Keberhasilan


Toilet Training..........................................................................................41
5.5 Tabel Distribusi Frekwensi Jawaban Responden Berdasarkan Jenis Pola
Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Keberhasilan Toilet Training pada anak
Usia Pra Sekolah....................................................................................41
5.6. Tabel Hasil Uji Spearman..........................................................................42

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

A.Kerangka Konsep Penelitian................................................................24


B.Kerangka Kerja....................................................................................25

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

Kisi-Kisi Angket.......................................................................................54
Lembar Permohonan Persetujuan Penelitian..........................................57
Pengantar Kuesioner..............................................................................58
Surat Persetujuan Sebagai Subjek Penelitian.........................................59
Kuesioner

...........................................................................................61

Tabel Distribusi Frekwensi Jawaban Responden Tentang Pola Asuh......63


Tabel Distribusi Frekwensi Jawaban Responden Tentang Keberhasilan
Toilet Training..........................................................................................64
Kegiatan Penelitian Tentang Pola Asuh...................................................66
Kegiatan Penelitian Tentang Toilet Training.............................................68
Karakteristik Responden.........................................................................70
Uji Validitas dan Reliabilitas....................................................................71
Surat Ijin Penelitian.................................................................................73
Surat Balasan Penelitian.........................................................................74
Ethical Clearance....................................................................................75
Surat Penyataan Telah Melaksanakan Penelitian dan Memenuhi Ethical
Clearance

...........................................................................................76

Lembar Konsultasi..................................................................................77
Pernyataan Keaslian Tulisan...................................................................81
Curiculum Vitae.......................................................................................82

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri serta sifat
khusus memerlukan pembinaan, perlindungan dalam rangka menjamin
pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, sosial secara utuh, serasi,
selaras, dan seimbang (Hawari, 2007).
Pembinaan orang tua pada anak diperlukan untuk kemandirian anak.
Kemandirian dapat diwujudkan dengan melatih agar dapat menggunakan
toilet training dengan baik (Hawari, 2007).
Toilet training adalah proses pengajaran pada anak untuk mengontrol
buang air besar (bowel) dan buang air kecil (bladder) serta penggunaan
kamar mandi sebagai tempatnya (Stephanie, 2006).
Beberapa anak mencapai kontrol buang air kecil atau kontrol buang
air besar lebih awal pada usia 18 sampai 24 bulan akan tetapi toilet training
harus dimulai ketika anak telah memperlihatkan tanda kesiapan sehingga
pelatihan buang air besar biasanya dilakukan pada saat anak berumur 2-3
tahun, sedangkan pelatihan buang air kecil dapat dilakukan pada usia 3-4
tahun. Dikarenakan kontrol buang air besar sering kali lebih cepat dikuasai
daripada kontrol buang kecil sehingga pada kenyataannya akan lebih sering
dijumpai permasalahan buang air kecil dari pada buang air besar
(Anonymous, 2001).

Pada usia pra sekolah, anak sudah dapat melakukan buang air besar
atau buang air kecil dengan mandiri antara lain melepas pakaian dalamnya
sendiri, membersihkan dan mengeringkan penis atau vulva maupun anusnya
sendiri serta kembali memakai pakaian dalamnya sendiri. Cara terbaik untuk
menghindari timbulnya masalah pelatihan buang air (toilet training) adalah
dengan mengenali kesiapan anak, adapun tanda dari kesiapan anak sebagai
berikut: selama beberapa jam pakaian dalamnya kering, anak menginginkan
pakaian dalamnya diganti jika basah, anak menunjukkan ketertarikan duduk
diatas potty chair (pispot khusus untuk anak-anak) atau di atas toilet
(jamban, kakus) sehingga anak mampu mengikuti petunjuk atau aturan lisan
sederhana dari orang tua (Familydoctor.org.editorialstaff.2006.ToiletTraining
YourChild.http://www.Family doctor.Org/about.xml).
Didapatkan angka kejadian enuresis (ngompol) bervariasi di berbagai
negara. Namun di negara berkembang seperti Indonesia prevalensinya lebih
tinggi bila dibandingkan dengan negara maju seperti Amerika atau Eropa.
Suatu survei di Indonesia didapatkan prevalensi enuresis sekitar 30% anak
berusia 4 tahun, 10% anak berumur 6 tahun, 3% anak berumur 12 tahun
sedangkan di negara Eropa dan Amerika Utara menunjukkan bahwa
enuresis didapatkan 15% pada anak berusia 5 tahun, 7% pada anak berusia
10 tahun, 1-2% pada anak berusia 15 tahun. Hal ini disebabkan terlambatnya
proses pendewasaan, kelainan fisik, masalah psikologis, maturasi cerebral
pada anak perempuan lebih cepat dari pada anak laki-laki. Oleh karena itu,
insiden pada anak laki-laki menyebabkan lebih banyak dari pada anak
perempuan (Hansakunachai T.2005. epidemiology of enuresis among
preschools age.http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/pubmed.htm).

Pengeluaran air kemih merupakan suatu proses yang dapat


dikendalikan, artinya jika seseorang ingin buang air kecil dapat mengatur
kapan dan dimana ia dapat melakukannya. Bila waktu dan tempatnya belum
sesuai maka orang tersebut dapat menahan keluarnya air kencing atau
buang air besar sampai mendapatkan waktu dan tempat yang sesuai. Proses
berkemih terjadi adanya kerjasama yang kompleks antara kerja (kontraksi)
otot-otot di kandung kemih, otot rangka di sekitar kandung kemih dan
pembukaan saluran kemih. Proses kompleks ini dipengaruhi oleh saraf di
tulang belakang dan otak. Proses perkembangan pada bayi baru lahir belum
sempurna

kemudian

mengalami

perkembangan

sesuai

dengan

perkembangan fisik dan persyarafan anak tersebut sehingga pada usia 4-6
tahun seorang anak telah dapat mengendalikan proses berkemih tersebut
(Pudjiastuti, dalam Dian, 2004).
Dampak kegagalan dalam toilet training memberikan pengaruh pada
anak sehingga anak tidak percaya diri, rendah diri, malu, hubungan sosial
dengan teman-temannya terganggu, anak berkepribadian ekspresif dimana
anak menolak untuk latihan toilet training, emosional, cenderung ceroboh
dan

sesuka

hati

dalam

melakukan

kegiatan

sehari-hari

(Harjaningrum,2005.http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0305/13/
hikmah//htm).
Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam upaya
mengembangkan pribadi anak, dimana keluarga merupakan lingkungan
primer bagi setiap individu sejak lahir sampai tiba masanya untuk
meninggalkan rumah dan membentuk keluarga sendiri. Sebelum anak
mengenal lingkungan yang lebih luas, terlebih dahulu anak mengenal

lingkungan keluarganya melalui pengenalan norma-norma dan nilai-nilai


dalam keluarga untuk dijadikan bagian dari pribadinya melalui proses
pengasuhan.
Menurut Slavin (dalam Hidayat, 2003) pola asuh orang tua adalah
pola perilaku interaksi yang digunakan orang tua untuk berhubungan
dengan anak yang meliputi mendidik, membimbing, mendisiplinkan, dan
melindungi anak sampai mencapai kedewasaan sesuai dengan normanorma yang ada di dalam masyarakat.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan penulis di tempat penelitian
didapatkan kejadian enuresis 10% dari 60 anak yang seharusnya mampu
mengontrol buang air secara mandiri tetapi mengalami permasalahan
dengan toilet trainingnya. Hal ini kemungkinan dilatarbelakangi oleh pola
asuh orang tua yang berbeda dan faktor-faktor yang mempengaruhi pola
asuh antara lain sosial ekonomi, tingkat pendidikan, urutan anak dalam
keluarga, nilai-nilai atau kebudayaan yang dianut, kesiapan orang tua dalam
melatih anak serta faktor-faktor yang terdapat pada diri anak antara lain
kesiapan fisik, kesiapan mental, kesiapan intelektual. Melihat fenomena
tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui sejauh mana pola asuh orang tua
dengan tingkat keberhasilan toilet training pada anak usia pra-sekolah di TK
Aisyah III Mojokerto.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah
sebagai berikut: Adakah hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat
keberhasilan toilet training pada anak usia pra-sekolah di TK Aisyah III
Mojokerto?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat
keberhasilan toilet training pada anak usia pra-sekolah di TK Aisyah III
Mojokerto.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi pola asuh orang tua sekolah di TK Aisyah III
Mojokerto.
2. Mengidentifikasi tingkat keberhasilan toilet training pada anak usia prasekolah di TK Aisyah III Mojokerto.
3. Menganalisa

hubungan

pola

asuh

orang

tua

dengan

tingkat

keberhasilan toilet training pada anak usia pra-sekolah di TK Aisyah III


Mojokerto.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat praktis
Sebagai bahan rujukan bagi orang tua dan masyarakat dalam
menerapkan pola asuh tentang toilet training yang dapat diajarkan sedini
mungkin sehingga anak dapat mengontrol toilet trainingnya sesuai dengan
tahap pertumbuhan dan perkembangannya.
1.4.2 Manfaat teoritis
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat sebagai dasar pemikiran
dan pengembangan konsep keperawatan yang berhubungan dengan
tahapan proses tumbuh kembang anak tentang toilet training.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pola Asuh


2.1.1 Pengertian pola asuh
Keluarga merupakan lingkungan primer bagi setiap individu sejak
lahir sampai tiba masanya untuk meninggalkan rumah dan membentuk
keluarga sendiri. Sebelum anak mengenal lingkungan yang lebih luas,
terlebih dahulu anak mengenal lingkungan keluarganya melalui pengenalan
norma-norma dan nilai-nilai dalam keluarga untuk dijadikan bagian dari
pribadinya. Oleh karena itu norma dan nilai yang berlaku dalam keluarga
yang diturunkan melalui pendidikan dan bimbingan orang tua terhadap
anak-anaknya secara turun temurun. Nilai-nilai yang dianut oleh orang tua
akan juga dianut oleh anak. Tidak mengherankan jika ada pendapat yang
mengatakan bahwa segala sifat negatif yang ada pada anak sebenarnya
juga terdapat pada orang tuanya. Bukan semata-mata karena faktor
hereditas atau keturunan akan tetapi karena proses pendidikan sosialisasi
atau menurut istilah Sigmund Freud disebut sebagai proses identifikasi.
Pengertian pola asuh orang tua adalah cara perlakuan orang tua dalam
memenuhi kebutuhan, memberi perlindungan dan mendidik anak dalam
kehidupan sehari-hari (Nurwidianingtyas, 2006).
Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dengan orang
tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti

orang tua mendidik, kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada


dalam masyarakat. Kohn menyatakan bahwa pola asuhan merupakan
sikap orang tua dalam memberikan aturan-aturan, hadiah, maupun
hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritas nya dan cara orang tua
memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya (Mediastore,
2005).
Menurut Mucles dalam Simanjuntak (1984) ada 3 jenis pengaruh
keluarga pada anak yaitu pemenuhan kebutuhan biologis, lingkungan
budaya yang diciptakan keluarga dan kedudukan sosial keluarga,
merupakan faktor-faktor yang erat hubungannya antara orang tua dengan
anak. Peran orang tua dalam memberikan dasar-dasar pendidikan, sikap
dan ketrampilan dasar misalnya pendidikan agama, budi pekerti, sopan
santun, kasih sayang dan rasa aman. Dasar-dasar pendidikan tersebut
dibuat untuk dipatuhi oleh anak. Bahwa pola asuh orang tua dalam
mendidik dan membimbing anak merupakan pencerminan dan karakteristik
tersendiri dari orang tuanya yang dapat mempengaruhi pola sikap anak
dikemudian hari. Menurut Nur Hidayah (dalam Prasetyo, 2003) pola sikap
orang tua sebenarnya adalah refleksi dari pribadi dan suasana hubungan
mereka tidak terlepas dari suasana perkawinan serta pola nilai budaya
yang dianut.
Menurut Slavin pola asuh orang tua adalah pola perilaku interaksi
yang digunakan orang tua untuk berhubungan dengan anak yang meliputi
mendidik, membimbing, mendisiplinkan, dan melindungi anak sampai
mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada di dalam
masyarakat (Petranto, 2006).

Pola asuh adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan
bersifat relative konsisten dari waktu ke waktu yang dapat dirasakan oleh
anak dari segi positif maupun dari segi negatif (Petranto, 2006).

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh


1. Sosial ekonomi
Orang tua yang berasal dari kelas sosial ekonomi menengah ke
atas cenderung lebih bersifat hangat dibandingkan orang tua yang
berasal dari sosial ekonomi rendah. Lebih menekankan pada
perkembangan

keingintahuan

anak,

kontrol

dalam

diri

anak,

kemampuan untuk menunda keinginan, bekerja untuk jangka panjang


dan kepekaan anak dalam hubungannya dengan orang lain. Orang tua
dari golongan ini lebih bersikap terbuka terhadap hal-hal yang baru
(Hetherington dan Parke, 1979 dalam Prasetyo, 2003).
2. Tingkat pendidikan
Orang tua dengan latar belakang pendidikan tinggi dalam
praktek pola asuhnya tampak sering membaca artikel ataupun
mengikuti kemajuan mengenai perkembangan anak dalam mengasuh
anak mereka menjadi lebih siap dalam memiliki latar belakang
pengetahuan luas, sedangkan orang tua dengan latar belakang
pendidikan rendah memiliki pengetahuan dan pengertian yang terbatas
tentang

kebutuhan

perkembangan

anak,

kurang

menunjukkan

pengertian dan cenderung mendominasi anak (Hetherington dan


Parke, 1979 dalam Prasetyo, 2003).

3. Urutan anak dalam keluarga


Orang tua yang hanya mempunyai 2 atau 3 anak akan
menunjukkan pola asuh otoriter, dengan digunakannya pola asuh ini
orang tua beranggapan dapat tercipta ketertiban rumah tangga
(Watson, 1970 dalam Tarmudji, 2001).
4. Kebudayaan atau nilai-nilai yang dianut
Latar belakang budaya menciptakan perbedaan dalam pola
pengasuhan anak. Paham equalitarian menempatkan kedudukan anak
sama dengan orang tua, dianut banyak orang tua dengan latar
belakang budaya barat, sedangkan pada budaya timur orang tua masih
menghargai kepatuhan anak (Watson, 1970 dalam Tarmudji, 2001).
Berdasarkan beberapa hal di atas, banyak faktor yang dapat
mempengaruhi pola asuh orang tua. Sehingga suatu bentuk pola asuh
sangat tergantung pada bagaimana keluarga atau pendidik menata
pola asuh dalam mengasuh hendaknya disesuaikan dengan faktorfaktor yang ada. Oleh karena itu, sistem pola asuh dipengaruhi
beberapa faktor baik membentuk sistem pola asuh otoriter, demokratis,
permissive, penelantar.

2.1.3 Macam-macam pola asuh


Menurut Baumrind dalam (Petranto, 2006) terdapat 4 macam pola
asuh orang tua antara lain:
1. Pola asuh demokratis
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan
kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka.

Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional yang selalu
mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang
tua tipe ini bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap
yang berlebihan dan melampaui batas kemampuan anak, memberikan
kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan
serta pendekatan kepada anak yang bersifat hangat. Sehingga
menghasilkan anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai
hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stress, mempunyai
minat terhadap hal-hal baru, dan kooperatif terhadap orang lain.
2. Pola asuh otoriter
Pola asuh otoriter adalah cenderung menetapkan standar
mutlak harus dipenuhi anak yang disertai dengan ancaman-ancaman.
misalnya kalau tidak mau makan maka tidak akan diajak bicara. Orang
tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah, menghukum apabila
anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua maka
orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak, tidak mengenal
kompromi, dan dalam komunikasi hanya satu arah tidak memerlukan
umpan balik dari anaknya untuk mengerti tentang anaknya. Pola asuh
tipe ini mempunyai karakteristik menghasilkan anak penakut, pendiam,
tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma,
berkepribadian lemah, cemas, menarik diri, mudah terpengaruh,
pemurung, mudah stres.
3. Pola asuh permisif
Pola asuh permisif atau pemanja adalah orang tua memberikan
pengawasan yang sangat longgar, memberikan kesempatan pada anak

untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup, cenderung


tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak dalam kondisi
bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka.
Namun orang tua tipe ini bersifat hangat sehingga disukai oleh anak.
Pola asuh ini menghasilkan anak dengan karakteristik impulsif, agresif,
tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang
percaya diri, kurang matang secara sosial.
4. Pola asuh penelantar
Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya
yang sangat minimum pada anak. Waktu mereka banyak digunakan
untuk kepentingan pribadi mereka seperti bekerja, kadangkala
berhemat biaya hidup untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini
adalah perilaku penelantar secara fisik dan psikis ibu depresi pada
umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik maupun psikis
pada anak sehingga

menghasilkan karakteristik anak-anak moody,

impulsif, agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah,


harga diri rendah, sering bolos, dan bermasalah dengan teman.
Tabel 2.1.

Kode

Pola Asuh Orang Tua Menurut D. Baumrind

Perilaku

Kendali Orang
Tua
Tinggi

Rendah

Sikap
Demokrasi
Tinggi

Penelantar

Permisif

Otoriter

Demokratis

Rendah

Tuntutan
Berprestasi
Tinggi

Tinggi

Rendah

Kasih Sayang

Rendah

a. Kendali orang tua


Cara yang digunakan orang tua dengan memberikan
aturan-aturan yang tegas dalam proses pengasuhan.
b. Sikap demokrasi
Orang tua menetapkan batas dan kontrol dengan bersikap
mendukung anak pada tindakan konstruktif, pendengar aktif bagi
anaknya
c.

Tuntutan berprestasi
Suatu kewajiban yang harus di penuhi anak untuk
mendapatkan reward dari orang tuanya

d. Kasih sayang
Kasih sayang sebagai sebuah ikatan psychobiology antara
anak dengan orang tua, kecenderungan pada anak diekspresikan
dalam pola perilakunya. Pengasuh harus seseorang yang
berkarakter lembut, hangat, dan memberikan rasa aman yang sering di gambarkan sebagai cinta.

2.2 Konsep Toilet Training


2.2.1 Pengertian toilet training
Toilet training dapat juga disebut sebagai potty training adalah suatu
proses pengajaran pada anak untuk mengontrol buang air besar (bowel)
dan buang air kecil (bladder) serta penggunaan kamar mandi sebagai
tempatnya. Mengingat toilet training pada anak dilakukan secara awal
dengan pergi ke kamar mandi dan membiasakan untuk memenuhi
kebutuhan buang air (Sherk, 2006).

Toilet training adalah merupakan suatu usaha untuk melatih anak


agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil maupun buang
air besar yang berlangsung pada fase kehidupan anak yaitu antara umur
18 bulan sampai 2 tahun, dalam melakukan latihan buang air kecil maupun
buang air besar membutuhkan persiapan baik secara fisik, psikologis
maupun intelektual, melalui persiapan tersebut anak mampu mengontrol
buang air besar atau buang air kecil secara mandiri (Alimul, 2005).
Kontrol buang air besar seringkali lebih cepat dikuasai daripada
buang air kecil. Pada bladder kontrol rata-rata pada anak mulai bisa dilatih
melakukan kontrol setelah usia 18 bulan sampai 24 tahun.

Namun

sebagian besar anak perempuan dapat diberikan toilet training lebih dini
dari pada anak laki-laki yaitu pada usia 2 tahun untuk anak perempuan dan
3 tahun untuk anak laki-laki. Setiap anak memiliki cara sendiri untuk
menunjukkan keinginan buang air pada saat inilah orang tua dapat
menuntunnya ke kamar mandi. Pada kontrol buang air kecil kantong seni
secara biologis perlu dikosongkan sehingga pada bladder kontrol
memerlukan waktu lebih lama bila dibandingkan dengan bowel kontrol.
Setelah usia 18 bulan anak dapat menahan air seninya dalam jangka
waktu 2 jam. Hal ini disebabkan kantong air seni telah bertambah besar
dan sistem persyarafan sebagai alat kontrol telah berkembang lebih baik.
Bladder kontrol belum sempurna sebelum anak berusia 4 tahun
(Anonymous, 2001).
Pada toilet training selain melatih anak dalam mengontrol buang air
besar dan buang air kecil juga dapat bermanfaat dalam pendidikan seks
sebab saat anak melakukan kegiatan tersebut maka anak akan
mempelajari anatomi tubuhnya sendiri serta fungsinya. Dalam proses toilet

training diharapkan terjadi pengaturan impuls atau rangsangan dan instinct


anak dalam melakukan buang air besar atau buang air kecil dan perlu
diketahui bahwa buang air besar merupakan suatu alat pemuasan untuk
melepaskan

ketegangan

dengan

latihan

maka

diharapkan

dapat

melakukan usaha penundaan pemuasan.


Menurut

(Alimul,

2005)

toilet

training

secara

umum

dapat

dilaksanakan pada setiap anak yang memulai memasuki fase kemandirian


pada anak, yang tergantung pada kesiapan pada diri anak maupun orang
tua antara lain:
1. Kesiapan fisik
a. Kontrol volunter anal dan spinter uretra, biasanya pada usia 18-24
bulan
b. Kemampuan untuk kering selama 2 jam
c.

Buang air besar sudah teratur

d. Kemampuan motorik kasar sudah baik, duduk, berjalan dan


melompat
e. Kemampuan motorik halus sudah baik dalam membuka pakaian
2. Kesiapan mental
a. Anak

membutuhkan

suasana

yang

nyaman

agar

mampu

mengontrol dan konsentrasi dalam merangsang untuk buang air


besar maupun buang air kecil
b. Serta mengekspresikan kegembiraan dan ingin melakukan secara
mandiri serta mampu duduk pada toilet selama 5 sampai 10 menit
tanpa meninggalkannya.
c.

Tidak sabar dengan diapers (popok) yang ada jika basah,


bersegera ingin menggantinya dengan secepatnya.

d. Berkeinginan mengetahui tentang kebiasaan orang yang lebih tua


ke kamar mandi.
3. Kesiapan orang tua
a. Mengenali kesiapan anak.
b. Berkeinginan untuk menyediakan waktu untuk toilet training.
c.

Tidak dalam kondisi stress atau perubahan.

4. Kesiapan intelektual
a. Memahami arti buang air besar atau buang air kecil sehingga akan
menjadikan diri anak selalu mempunyai kemandirian dalam
mengontrolnya.
b. Kemampuan komunikasi verbal dan nonverbal sebagai tanda
ketika basah (ngompol) atau berkeinginan untuk defekasi.
c.

Kemampuan untuk meniru kebiasaan dan mengikuti perintah


dalam buang air besar maupun buang air kecil.

2.2.2 Cara toilet training pada anak


Latihan buang air besar atau buang air kecil pada anak merupakan
suatu hal yang harus dilakukan orang tua, mengingat dengan latihan
diharapkan anak mempunyai kemampuan sendiri dalam melaksanakan
buang air kecil dan buang air besar tanpa merasakan ketakutan atau
kecemasan

sehingga

anak

akan

mengalami

pertumbuhan

dan

perkembangan sesuai usia tumbuh kembang anak. Banyak cara yang


dapat dilakukan oleh orang tua dalam melatih anak untuk buang air besar
dan buang air kecil, diantaranya:

1. Teknik Lisan
Merupakan usaha untuk melatih anak dengan cara memberikan
instruksi pada anak dengan kata-kata sebelum atau sesudah buang air
kecil atau besar. Cara ini kadang-kadang merupakan hal biasa yang
dilakukan pada orang tua akan tetapi apabila diperhatikan bahwa
teknik ini mempunyai nilai yang cukup besar dalam memberikan
rangsangan untuk buang air besar atau buang air kecil dimana secara
lisan persiapan psikologis anak akan semakin matang dan akhirnya
anak mampu dengan baik dalam melaksanakan buang air besar atau
buang kecil. Beberapa tindakan yang di lakukan antara lain:
a. Beritahu anak tentang latihan
Orang

tua

memberitahu

tentang

latihan

yang

ingin

diterapkan dengan komunikasi dua arah. Penyampaian informasi


menggunakan kata-kata sederhana dan mudah di mengerti anak,
tunjukkan sikap kasih sayang agar anak menerima apa yang orang
tua minta.
b. Ajak anak ke kamar mandi
Perhatikan jam anak biasanya mengompol. Lalu hitung
frekuensi buang air kecil anak 4 jam, 5 jam atau 6 jam sekali kita
harus mengajak buang air kecil di kamar mandi.
c.

Bimbing anak
Mengajak anak untuk buang air kecil dengan berjalan
bersama dan ajak untuk membuka celana, jangan menggendong,
menuntun, membuka atau memakaikan celananya. Biarkan anak
melakukannya sendiri. Meski masih setengah terjaga namun

sebagian pikirannya yang sadar akan tahu apa yang harus ia


lakukan. Ini sangat baik untuk mendidik anak untuk tahu apa yang
harus dilakukan.

2. Teknik Modeling
Merupakan usaha untuk melatih anak dalam melakukan buang
air dengan cara meniru buang air atau memberikan contoh. Cara ini
dapat dilakukan dengan memberikan contoh-contoh buang air kecil dan
buang air besar atau membiasakan buang air secara benar. Dampak
negatif cara ini apabila contoh yang diberikan salah sehingga akan
dapat diperlihatkan pada anak yang akhirnya anak mempunyai
kebiasaan salah. Selain cara tersebut terdapat beberapa hal dapat
dilakukan seperti observasi waktu pada saat anak merasakan buang
air kecil dan besar, tempatkan anak diatas pispot atau ajak ke kamar
mandi, berikan pispot dalam posisi yang aman dan nyaman, ingatkan
pada anak bila akan melakukan buang air kecil atau buang air besar,
dudukkan anak di atas pispot dan orang tua duduk atau jongkok di
hadapannya sambil mengajak bicara atau bercerita, berikan pujian jika
anak berhasil jangan dimarahi, biasakan akan pergi ke toilet pada jamjam tertentu dan beri anak celana yang mudah dilepas dan
dikembalikan. Beberapa tindakan yang di lakukan antara lain:
a. Buang air kecil sebelum tidur
Setiap anak akan berangkat tidur, minta untuk buang air
kecil terlebih dahulu. Dengan kosongnya kandung kemih berarti
kandung kemih punya waktu untuk penuh kembali jika didukung
kemampuan otot-ototnya sehingga anak terhindar dari ngompol.

b. Latihan siang
Dengan

menggunakan

alarm

yang

diaktifkan

untuk

memberitahu anak kapan harus ke kamar mandi untuk buang air


kecil dan di lakukan secara bertahap. Semakin lama rentang waktu
untuk mengosongkan kandung kemih maka otot-otot kandung
kemih dilatih untuk lebih kuat.
c.

Hadiah dan hukuman


Bila anak berhasil tidak mengompol, berikan apresiasi
misalnya dengan memberi hadiah, pujian, pelukan untuk membuat
senang sehingga termotivasi untuk tidak mengompol. Untuk
menghindari ketergantungan anak dapat di buat kesepakatan
dengan anak jika mengompol mendapat hukuman yang bersifat
membangun seperti membersihkan bekas ompolnya. Gunakan
katakata yang tidak membuat anak merasa sangat bersalah.

2.2.3 Macam-macam toilet training


2.2.3.1 Bowel control (kontrol buang air besar)
Bowel kontrol adalah kemampuan anak menahan dan melepaskan
keinginan buang air besar. Rata-rata anak mulai dilatih melakukan kontrol
setelah usia 18 bulan sampai 2 tahun. Namun sebagian besar anak
perempuan dapat diberikan toilet training lebih dini daripada anak lakilaki, yaitu pada usia 2 tahun untuk anak perempuan dan 3 tahun untuk
anak laki-laki. Setiap anak mempunyai cara sendiri untuk menunjukkan
keinginan buang air besar (Anonymous, 2001). Kegagalan dalam buang
air besar secara tidak sengaja disebut enkropesis disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain:

1. Menahan buang air besar karena takut menggunakan jamban

2. Fisura anus (robekan lapisan anus yang menimbulkan nyeri)


3. Kelainan bawaan (kelainan korda spinalis)
4. Penyakit hischprung, cerebral palsy
5. Kadar tiroid yang rendah
6. Gizi buruk
7. Kelainan psikis pada anak atau keluarga

2.2.3.2 Bladder control (kontrol buang air kecil)


Bladder

control

adalah

kemampuan

anak

menahan

dan

melepaskan keinginan buang air kecil. Karena kantong air seni secara
biologis perlu lebih sering dikosongkan, dimana bladder control lebih
lama dibandingkan bowel kontrol.
Pengosongan kandung kemih merupakan peristiwa refleks yang
melibatkan medulla spinalis, sakralis, saraf parasimpatis, saraf simpatis,
saraf efferent ke kandung kemih datang dari kedua saraf otonom.
Stimulasi sistemik menyebabkan kandung kemih rileks dan kontraksi
spinter. Orifisium ureter menutup, spinter internal berkontraksi terdapat
peningkatan tonus trigonimus dan terjadi vasokontriksi. Efek stimulasi
parasimpatis adalah relaksasi dari spinter internal, stimulasi dari
detruksor dan pengosongan kandung kemih. Sehingga saat kandung
kemih terisi maka tekanan internal meningkat secara perlahan-lahan.
Peningkatan tekanan mengarah pada peningkatan aktifitas dari reseptor
regangan dan menyebabkan refleks kontraksi dari otot detruksor dan

relaksasi spinter sehingga menimbulkan mikturisi atau buang air kecil


(Anonymous, 2001:121).
Kegagalan tidak dapat menahan keluarnya air kencing di sebut
enuresis. Enuresis di golongkan menjadi 2 yaitu:

1. Enuresis primer
Disebabkan keterlambatan kematangan susunan saraf pusat,
faktor genetik, hydrocephalus, gangguan tidur, kurangnya kadar anti
diuretic hormon

2. Enuresis sekunder
Disebabkan ketika anak tiba-tiba mengalami stres kejiwaan
seperti pelecehan seksual, kematian dalam keluarga, kepindahan,
mempunyai adik baru, perceraian orang tua

2.2.3.3 Dampak kegagalan toilet training


Dampak yang paling umum dalam kegagalan toilet training seperti
adanya perlakuan atau aturan yang ketat bagi orang tua kepada anaknya
yang dapat mengganggu kepribadian anak atau cenderung bersifat
retentive dimana anak cenderung bersifat keras kepala. Hal ini dapat
dilakukan oleh orang tua apabila sering memarahi anak pada saat buang
air besar dan buang air kecil. Bila orang tua santai dalam memberikan
aturan dalam toilet training maka anak akan dapat mengalami
kepribadian ekspresif dimana anak cenderung ceroboh, suka membuat
gara-gara, emosional, menolak latihan toilet training dan sesuka hati
dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

Kegagalan dalam toilet training memberikan pengaruh sehingga


anak tidak percaya diri, rendah diri, malu dan hubungan sosial dengan
teman-temannya terganggu (Harjaningrum, 2005).

2.2.3.4 Penanganan kegagalan toilet training


1. Motivational therapy
Dilakukan dengan memberikan hadiah (reward system) untuk
memotivasi anak agar tidak mengompol. Dengan memakai kartu dan
catatan harian untuk mencatat hasil yang telah dicapai anak yang
dilakukan dalam periode 3-6 bulan.

2. Behaviour modification
Merupakan cara yang memiliki tingkat keberhasilan cukup
tinggi mencapai 50%-70%. Sukses ini pada anak-anak besar yang
mempunyai motivasi kuat dan dukungan penuh dari anggota
keluarga. Metode ini didasarkan pada penggunaan alarm yang di
tempelkan dekat alat kelamin, bila anak ngompol akan bergetar dan
berbunyi. Kondisi ini menyebabkan anak terbangun dan menghambat
pengeluaran air kencing yang telah sedikit keluar. Kemudian orang
tua membantu anak untuk melanjutkan buang air kecil di toilet.

3. Diet therapy
Dengan mengurangi makanan yang mengandung kafein,
coklat, soda diduga mempunyai pengaruh terhadap terjadinya
enuresis.

4. Pharmakologis therapy
Hanya diberikan pada anak di atas 7 tahun dengan catatan
bila penanganan tanpa obat tidak berhasil dilakukan (Harjaningrum,
2005).

2.3 Konsep Tugas Perkembangan Anak Usia 4-6 Tahun (Pra Sekolah)
2.3.1 Pengertian tugas perkembangan
Tugas perkembangan adalah merupakan suatu tugas yang muncul
pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu yang apabila tugas
tersebut dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan
kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya, apabila gagal akan
menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan,
menimbulkan penolakan masyarakat dan kesulitan dalam menuntaskan
tugas-tugas berikutnya (Yusuf, 2005).
2.3.2 Fase perkembangan anak usia 4-6 tahun
1. Dimensi biologi (fisik)
Tumbuh kembang secara fisik memerlukan gizi makanan yang
baik dan bermutu terlebih bagi pertumbuhan dan perkembangan otak.
Perkembangan otak dimulai sejak dalam kandungan hingga bayi
berusia 4-5 tahun, dimana perkembangan otak dibagi dalam 2 tahapan
yaitu pertama bayi dalam kandungan hingga dilahirkan merupakan
tahapan jumlah sel-sel otak sedangkan tahapan kedua dari sejak lahir
hingga berusia 3 tahun yang merupakan tahapan besarnya ukuran selsel otak.

2. Dimensi psikologi
Dalam tumbuh kembang anak terjadi proses imitasi dan
identifikasi anak terhadap orang tuanya oleh karena itu merupakan
unsur dimana anak membina dan menciptakan realitas, pengalaman
yang merupakan pilar terpenting dalam kecerdasan emosional dan
kecerdasan intelektual anak.
3. Dimensi sosial
Pada masa ini anak mulai ke luar rumah dan bergaul dengan
teman sebaya dalam masa bermain dapat dilihat sifatnya apakah
periang, pendiam, penyedih dan gangguan pergaulan yang lain.
4. Dimensi religius
Pada masa ini anak diperkenalkan dasar agama antara lain
bersifat sopan santun, halal dan haram, moral etik lainnya (Hawari,
2007).

2.4.

Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Toilet Training


Menurut Slavin pola asuh orang tua adalah pola perilaku interaksi
yang digunakan orang tua untuk berhubungan dengan anak yang meliputi
mendidik, membimbing, mendisiplinkan, dan melindungi anak sampai
mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada di dalam
masyarakat (Petranto, 2006).
Toilet training merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar
mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil maupun buang air
besar yang berlangsung pada fase kehidupan anak yaitu antara umur 18
bulan sampai 2 tahun, dalam melakukan latihan buang air kecil maupun

buang air besar membutuhkan persiapan baik secara fisik, psikologis


maupun intelektual, melalui persiapan tersebut anak mampu mengontrol
buang air besar atau buang air kecil secara mandiri (Alimul, 2005).

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Faktor yang mempengaruhi pola asuh:


Tingkat sosial ekonomi
Tingkat pendidikan orang tua
Urutan anak dalam keluarga

Pola asuh orang tua


Demokratis
Otoriter
Permisif
Penelantar

Tingkat Keberhasilan Toilet


Training
Keterangan:
= Diteliti
= Hubungan
Gambar 3.1 Kerangka konsep hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat
keberhasilan toilet training di TK Aisyah III Mojokerto.

3.2 Hipotesis Penelitian


Hipotesis dalam penelitian ini adalah Ada Hubungan Antara Pola
Asuh Orang Tua dengan Tingkat Keberhasilan Toilet Training pada Anak Usia
Pra-Sekolah di TK Aisyah III Mojokerto.

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observational analitik yaitu mengkaji hubungan antara variabel yang
bertujuan mengungkapkan hubungan antar variabel. Dengan pendekatan
study cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu
pengukuran variabel independen dan dependen dinilai secara simultan pada
satu saat dan tidak ada follow up (Alimul, 2007).
4.1.1 Kerangka Kerja
Populasi: Anak yang bersekolah di TK Aisyiah III Mojokerto
Penetapan sampel berdasarkan criteria inklusi
Teknik sampling : purposive sampling

Identifikasi tingkat keberhasilan toilet training anak usia pra sekolah


Identifikasi pola asuh orang tua
Management data

Kode

Pola Asuh Orang Tua Menurut D. Baumrind

Perilaku

Kendali
Orang Tua
Tinggi

Sikap
Demokrasi

Rendah

Penelantar

Permisif

Otoriter

Demokratis

Tinggi

Rendah

Tuntutan
Berprestasi
Tinggi

Rendah

Penyajian Hasil
Kesimpulan
Tidak Terdapat Hubungan

Rendah

Analisa Data

Terdapat Hubungan

Tinggi

Kasih Sayang

4.2

Sampling Desain

4.1.2 Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah anak yang bersekolah di TK
Aisyah III Mojokerto. Yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas A dan kelas B
dengan jumlah siswa secara keseluruhan 75
4.1.3 Besar sampel
Sampel dari penelitian ini sebanyak 40 responden sesuai dengan
kriteria inklusi sebagai berikut:
1. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Anak yang orang tuanya bersedia menjadi responden
b. Anak yang tinggal satu rumah bersama orang tua
c.

Anak yang berusia 4-6 tahun

2. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


a. Anak yang orang tuanya tidak hadir di sekolah

b. Data anak yang pernah menderita sakit berdasarkan wawancara


dari guru.
4.1.4 Teknik Sampling
Sampling dari penelitian ini menggunakan teknik purposive yaitu
teknik penerapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi
sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan, masalah dalam
penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi
yang telah dikenal sebelumnya.

4.2 Variabel Penelitian


4.2.1 Variabel independen (bebas)
Variabel independen dalam penelitian ini adalah pola asuh orang
tua.

4.2.2 Variabel dependen (tergantung)


Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat keberhasilan
toilet training.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di TK Aisyiah III Mojokerto pada tanggal 28-

31 Desember 2007

4.4 Bahan dan Alat/Instrumen Penelitian


Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan dengan menggunakan
angket yaitu dengan cara peneliti menyusun sejumlah pertanyaan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti
tentang pribadinya
4.4.1 Uji validitas instrumen
Pengujian

validitas

instrumen

penelitian

untuk

mengetahui

ketepatan instrumen dalam mengukur apa yang hendak diukur. Uji validitas
dapat menggunakan rumus Pearson Product Moment, setelah itu diuji
dengan menggunakan uji t lalu dilihat indeks korelasinya.
Rumus Pearson Product Moment:

n .

rhitung

n.

. n. 2
2

Keterangan:
r hitung = koefisien korelasi
Xi
= jumlah skor item
Yi
= jumlah skor total item
N
= jumlah responden
Rumus Uji t:
t hitung

n 2

1 r
2

Keterangan:
t = nilai thitung
r = koefisien korelasi hasil rhitung
n = jumlah responden
Untuk tabel t = 0.05 derajat kebebasan (dk = n - 2) jika nilai thitung >
ttabel berarti valid demikian sebaliknya, jika nilai thitung nya < ttabel tidak valid,
apabila instrumen valid maka indeks korelasinya (r) adalah sebagai berikut:
0,800 1,000: sangat tinggi
0,600 0,799: tinggi
0,400 0,599: cukup tinggi
0,200 0,399: rendah
0,000 0,199: sangat rendah atau tidak valid
(Alimul, 2007:83-84).
Dari hasil pengujian di dapatkan hasil semua item pertanyaan
mempunyai nilai

Rhitung lebih besar dari Rtabel (0.5139) dengan nilai

signifikansi lebih kecil dari alpha 0.05, sehingga item instrumen tersebut
tergolong valid dan tidak perlu dikeluarkan dari pengujian.
4.4.2 Uji Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas untuk mengetahui hasil pengukuran tetap konsisten
apabila digunakan untuk mengukur variabel secara berulangkali serta
menghasilkan informasi atau data yang sama atau sedikit sekali bervariasi.
Dengan kata lain, instrumen tersebut mampu menunjukkan ke akuratan,
kestabilan, dan kekonsistenan dalam mengukur variabel-variabel yang
hendak diteliti (Sekaran, 1992:13). Alat ukur disebut mempunyai alat
reliabilitas atau dapat dipercaya jika alat ukur tersebut stabil dapat
diandalkan dan diramal (Singarimbun,1995). Teknik pengujian adalah
dengan menggunakan koefisien alpha cronbach, dengan taraf nyata
sebesar 5%. Pengujian reliabilitas ini menggunakan komputer dengan

bantuan program SPSS Release 10.05 for windows. Metode yang


digunakan adalah metode Alpha Cronbach, dengan rumus sebagai berikut:
2
1
k

r11
1 2
k 1

Dimana:

r11 = reliabilitas item pertanyaan


k = banyaknya item
2 = jumlah variabel item
2 = Varian total

Dengan kriteria apabila koefisien korelasi lebih besar dari nilai kritis
atau apabila nilai alpha cronbach > 0,6, maka instrumen tersebut
dinyatakan reliable/handal (Singarimbun, 1995).
Hasil uji reliabilitas menunjukkan hasil perhitungan standardized
item alpha (SIA) lebih besar dari nilai reliabilitas yang diperbolehkan
menurut Singarimbun, 1995) yaitu 0.6. Dengan demikian, maka tiap item di
atas yang digunakan sebagai pengukur variabel yang akan diuji adalah
valid dan reliable. Dengan kata lain, berapa kali pun pertanyaan pada
kuesioner ditanyakan kepada responden yang berbeda, maka hasilnya
tidak akan terlalu jauh berbeda

4.5 Definisi Operasional Variabel

Pola Asuh Orang Tua Menurut D. Baumrind


Kendali
Orang Tua
Perilaku

Tinggi

Ren
dah

Penelantar

Permisif

Otoriter

Demokratis

Sikap
Demokrasi
Tinggi

Ren
dah

Tuntutan
Berprestasi
Tinggi

Tinggi

Ren
dah

Kasih
Sayang

Ren
dah

Ang
ket
yang
di isi
sendiri
oleh
respon
den

Ordinal

Skor
Ada 10 pertanyaan pilihan
jawaban 4=sangat setuju (SS),
3=setuju (S), 2=tidak setuju
(TS), 1=Sangat tidak setuju
(STS) kemudian di kategorikan
dalam rentang tinggi atau
rendah selanjutnya di cocokan
dengan tabel pola asuh orang
tua menurut D. Baumrind

a). kendali
orang tua
b). sikap
demokr-atis
c). tuntutan
berprestasi
d). kasih
sayang

520
1-4
2-8
2-8

512
12
24
24

Tinggi

Pola asuh orang tua meliputi:


Pola asuh demokratis yaitu pola asuh yang memprioritaskan
kepentingan anak, tidak ragu-ragu mengendalikan mereka yang
berdasarkan tindakan rasio. Orang tua tipe ini bersikap realistis
terhadap kemampuan anak
Pola asuh otoriter yaitu menetapkan standar mutlak harus
dipenuhi anak disertai ancaman-ancaman
Pola asuh permissive yaitu orang tua memberikan pengawasan
sangat longgar, memberikan kesempatan anak melakukan
sesuatu tanpa pengawasan yang cukup
Pola asuh penelantar yaitu memberikan waktu dan biaya yang
sangat minimum pada anak.

Skala

Rendah

Indepen
den:
Pola
asuh
orang
tua

Alat
ukur

Parameter

Rentang nilai angket

Definisi
Operasional
Perilaku
orang tua
dalam
interaksi
dengan
anak yang
meliputi
mendidik,
membimbin
g dalam
penerapan
toilet
training ada
anak

Prilaku Ortu dalam


pola asuh

Variabel

Kode

No

1320
3-4
5-8
5-8

No

Variabel

Dependen :
Tingkat
keberha
silan
toilet
training

Definisi
Operasional
Derajat
keberhasila
n anak
dalam
mengendali
kan control
berkemih
dan berak

Parameter
Anak dapat mengontrol fungsi berkemih dan defekasi secara
mandiri :
Anak mampu mengkomunikasikan jika berkeinginan berkemih
Anak mampu mengkomunikasikan jika berkeinginan berak
Anak tidak berkemih di celana
Anak tidak berak di celana
Anak mampu menggunakan toilet dengan baik saat ingin berak
Anak mampu menggunakan toilet dengan baik saat ingin
berkemih

Alat
ukur
Angket
yang
di isi
sendiri
oleh
respon
den

Skala
Ordinal

Skor

Ada 10 pertanyaan yang


dikategorikan dari hasil
prosentase kode skor sbb :
1).< 40% tidak berhasil
2).40-49% kurang berhasil
3).50-75% cukup berhasil
4).76-100% berhasil
(Alimul, 2007)

23

4.6 Teknik Pengumpulan Data


Untuk mengumpulkan data peneliti akan menggunakan metode
angket yang berisi pertanyaan tertutup (Closed Ended Question) yang telah
dibuat oleh peneliti dengan mengacu pada kepustakaan yang terdiri dari 10
pertanyaan untuk pola asuh dan 10 pertanyaan untuk tingkat keberhasilan
toilet training. Untuk data pola asuh orang tua dan tingkat keberhasilan toilet
training menggunakan skala Likert. Dari hasil penyajian kuesioner dijelaskan
secara deskriptif dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi berupa
tabel yang dikonfirmasikan kedalam bentuk prosentase dan narasi.

4.7 Teknik Analisis Data


Analisis data yang dilakukan untuk menilai hubungan antara pola
asuh orang tua dengan tingkat keberhasilan toilet training pada anak usia pra
sekolah digunakan perhitungan statistik analisis inferensial. Setelah data
terkumpul akan dilakukan pengolahan data dengan tahap:
1. Editing: memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh yang
dilakukan setelah data terkumpul
2. Coding: mengklasifikasikan jawaban dengan memberi kode pada
masing-masing jawaban sesuai dengan kuesioner.
Jumlah item dalam angket sebanyak 20 item, dimana responden akan
diminta untuk memilih pilihan dan diberi skor sebagai berikut:4 = sangat
setuju (SS), 3 = setuju (S), 2 = tidak setuju (TS), 1= Sangat tidak setuju
(STS)
4.7.1 Analisis Untuk Data Pola Asuh
Penilaian pola asuh menggunakan skala likert dengan pilihan
jawaban berupa sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), Sangat

tidak setuju (STS) dengan scoring sangat setuju bernilai 4, setuju bernilai 3,
tidak setuju bernilai 2 dan sangat tidak setuju bernilai 1. Selanjutnya skor
yang didapatkan responden secara individual di jumlah kemudian
dikategorikan dalam jenis perilaku orang tua dengan kategori rendah atau
tinggi, kemudian dicocokkan dengan tabel menurut pola asuh orang tua
menurut D. Baumrind. Kemudian hasilnya dimasukkan dalam kriteria
standar dalam jenis pola asuh. Yang dapat dikategorikan pola asuh otoriter
(kendali orang tua tinggi, sikap demokratis rendah, tuntutan berprestasi
tinggi, kasih sayang rendah), pola asuh penelantar (kendali orang tua
rendah, sikap demokratis rendah, tuntutan berprestasi rendah, kasih
sayang rendah), pola asuh permissive (kendali orang tua rendah, sikap
demokratis tinggi, tuntutan berprestasi rendah, kasih sayang tinggi), pola
asuh demokratis (kendali orang tua tinggi, sikap demokrasi tinggi, tuntutan
berprestasi tinggi, kasih sayang tinggi). Kriteria tersebut ditetapkan sebagai

Kode

a).
kendali
orang
tua
b). sikap
demokratis
c).
tuntutan
berprestasi
d). kasih
sayang

Tinggi

Rendah

Prilaku Ortu

Rentang nilai angket

berikut:

5-20

512

1320

1-4

12

3-4

2-8

24

5-8

2-8

24

5-8

Kendali
Orang Tua

Sikap
Demokrasi

Tuntutan
Berprestas
i

Tin
ggi

Tin
ggi

Tin
ggi

Perilaku
Ren
dah

Ren
dah

Ren
dah

Kasih
Sayang
Tin
ggi

Ren
dah

Penelant
ar

Permisif

Otoriter

Demokra
tis

4.7.2 Analisis Untuk Data Keberhasilan Toilet Training


Penilaian tingkat keberhasilan toilet training menggunakan skala
likert dengan pilihan jawaban berupa sangat setuju (SS), setuju (S), tidak
setuju (TS), Sangat tidak setuju (STS) dengan skoring sangat setuju bernilai 4, setuju bernilai 3, tidak setuju bernilai 2 dan sangat tidak setuju
bernilai 1. Selanjutnya skor yang didapatkan responden secara individual
ditambahkan, dibandingkan dengan skor maksimal dikalikan 100%. Rumus
yang digunakan:
Sp
N Sm x100%

Keterangan :
N
: Prosentase nilai
Sm : Jumlah skor tertinggi
Sp : Jumlah skor yang didapat
Kemudian hasil dimasukkan dalam kriteria standar penelitian dan
dapat dikategorikan dari mulai baik sampai kurang serta ditetapkan
masing-masing kriteria mewakili kriteria tingkat keberhasilan toilet training
yang ditetapkan diatas.
Kriteria tersebut ditetapkan sebagai berikut:

76-100% = berhasil
50-75%

= cukup berhasil

40-49%

= kurang berhasil

< 40%

= tidak berhasil (Alimul, 2007)

4.7.3 Analisis Untuk Mencari Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua
Dengan Tingkat Keberhasilan Toilet Training
Mencari hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat
keberhasilan toilet training pada anak usia pra sekolah. Dengan
menggunakan metode analisa korelasi spearman rank dengan uji
independensi dapat diketahui apakah kedua variabel saling berhubungan
atau tidak dengan tingkat kepercayaan 0.05. Langkah uji sebagai
berikut:

Merumuskan hipotesis

Membuat tabel penolong untuk membuat rangking

Menentukan rs hitung dengan rumus


Korelasi spearman rank bekerja dengan data ordinal maka data
tersebut terlebih dahulu dirubah menjadi data ordinal dalam bentuk
rangking

rs 1

6d 2
n n2 1

Keterangan :
rs
= nilai korelasi Spearman Rank
d2
= selisih setiap pasangan Rank
n
= jumlah pasangan Rank untuk Spearman (5 < n < 30)
a. Menentukan nilai rs tabel Spearman
Tujuan analisa uji di atas untuk mengetahui signifikansi ada
atau tidaknya hubungan antara pola asuh orang tua terhadap
tingkat keberhasilan toilet training pada anak usia prasekolah di TK

Aisyah III Mojokerto. Teknik pengolahan data statistik dilakukan


dengan menggunakan software produk service solution 10.05 PS
(SPSS 10.05).
Bila jumlah sampel (n) lebih dari 30, dimana dalam tabel
tidak ada maka pengujian signifikansi nya menggunakan rumus:

Zhitung= 1

rs
n 1

b. Keputusan analisis
Bila pada taraf signifikansi 0.05 diinterpretasikan sebagai
berikut: Apabila Zhitung > Ztabel, maka Ho ditolak artinya terdapat
perbedaan yang signifikan. Apabila Zhitung < Ztabel, maka Ho diterima
artinya tidak ada perbedaan yang signifikan. Taraf signifikansi 5%
harga Ztabel : Z0,475: 1,96. Interpretasi tinggi rendahnya korelasi dapat
diketahui dari besar kecilnya angka dalam indeks korelasi
(Riduwan dan Akdon, 2007:118).
Tabel 4.1. Derajat Hubungan Berdasarkan Nilai Koefisien Korelasi
No
Nilai Koefisien Korelasi
1
0.8-1.0
2
0.5-0.8
3
0.2-0.5
4
0.0-0.2
(Tim Metodologi FKUB.2002:hal 76).

Derajat Hubungan
kuat
Sedang
Lemah
Dapat diabaikan

4.8 Ethical Penelitian


4.8.1 Informed Consent
Lembar persetujuan penelitian diberikan kepada responden, yaitu
orang tua anak tujuannya supaya responden mengetahui maksud dan
tujuan penelitian serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika
responden bersedia diteliti, harus menandatangani lembar persetujuan jika

responden menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak akan memaksa dan
tetap menghargai hak responden untuk diteliti
4.8.2 Anonymity
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden pada lembar
pengumpulan (kuesioner) yang diisi oleh responden. Lembar tersebut
hanya diberi inisial atau kode tertentu.

4.8.3 Confidentiality
Kejujuran informasi yang diberikan oleh responden akan berguna
bagi peneliti dalam mencapai penelitian yang baik.

4.9 Keterbatasan Penelitian


4.9.1 Instrument/alat ukur
Instrument atau metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah angket tertutup langsung. Keterbatasan dari kuesioner ini adalah:
1. Jika informasi instrumen tidak jelas maka para peserta tidak berespon
secara tepat dan informasi yang diberikan tidak akurat
2. Responden seringkali tidak teliti dalam menjawab pertanyaan
sehingga ada pertanyaan yang terlewati atau tidak terjawab, padahal
sukar diulangi.
3. Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden dengan sengaja
memberikan jawaban yang tidak benar atau tidak jujur
4.9.2 Faktor Feasibility
Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan antara lain:
pertama keterbatasan waktu, lokasi penelitian yang jauh. Kedua karena
menggunakan desain studi cross sectional maka pola asuh dan

keberhasilan toilet training hanya diketahui pada saat ini saja. Ketiga
jumlah pertanyaan yang tidak sama pada masing-masing dimensi pola
asuh sehingga mempengaruhi hasil yang di peroleh.
Pada variabel tingkat keberhasilan toilet training hendaknya
memakai skala guttman dengan pilihan jawaban ya dan tidak untuk lebih
mudah menginterpretasikan jawaban dari pertanyaan yang mewakili tingkat
keberhasilan toilet training.
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai dasar pemikiran
dan pengembangan konsep keperawatan yang berhubungan dengan
tahapan proses tumbuh kembang anak tentang toilet training.

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

Dalam Bab ini dijabarkan hasil yang diperoleh selama melaksanakan


penelitian di TK Aisyah III Mojokerto dari tanggal 28-31 Desember 2007. Sampel
pada penelitian ini adalah anak yang bersekolah di TK Aisyah III Mojokerto
sesuai dengan kriteria inklusi berjumlah 40 orang responden.

5.1 Karakteristik Orang Tua


Tabel 5.1 Distribusi frekwensi karakteristik orang tua berdasarkan umur,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, penghasilan, pekerjaan,
jumlah anak
No
Karakteristik responden
Jumlah
Persentase
1
Umur
a. 26-30 th
16
40
b. 31-35 th
11
27,5
c. 36-40 th
8
20
d. 41 th
5
12,5
Total
40
100
2
Jenis Kelamin
a. Laki-laki
18
45
b. Perempuan
22
55
3

Total
Tingkat Pendidikan
a. SLTP
b. SLTA
c. Diploma
d. Sarjana
Total

40

100

2
20
8
10
40

5
50
20
25
100

Tingkat Penghasilan
a. < 1000.000
b. 1000.000 - 1.500.000
c. > 1.500.000
Total
Pekerjaan
a. IRT
b. Swasta
c. PNS
Total

10
14
16
40

25
35
40
100

16
18
6
40

40
45
15
100

No
6

Karakteristik responden
Jumlah anak
a. 1
b. 2
c. 3
d. >3
Total
Sumber: data primer

Jumlah

Persentase

7
18
11
4
40

17,5
45
27,5
10
100

Berdasarkan tabel 5.1 di atas diperoleh data bahwa frekwensi responden


berdasarkan umur diperoleh frekwensi tertinggi pada umur 26-30 tahun
sebanyak 40% dan frekwensi terendah pada umur 41 th sebanyak 12,5%.
Berdasarkan jenis kelamin diperoleh frekwensi tertinggi pada perempuan
sebanyak 55% dan frekwensi terendah pada laki-laki sebanyak 45%.
Berdasarkan tingkat pendidikan diperoleh frekwensi tertinggi pada pendidikan
SLTA sebanyak 50% dan frekwensi terendah pada pendidikan SLTP sebanyak
5%. Berdasarkan tingkat penghasilan diperoleh frekwensi tertinggi pada
penghasilan > 1.500.000 sebanyak 40% dan frekwensi terendah pada
penghasilan < 1000.000 sebanyak 25%. Berdasarkan pekerjaan frekwensi
tertinggi pada pekerjaan swasta sebanyak 45% dan frekwensi terendah pada
pekerjaan PNS sebanyak 15%. Berdasarkan jumlah anak frekwensi tertinggi
pada jumlah anak dua sebanyak 45% dan frekwensi terendah pada jumlah anak
lebih dari 3 sebanyak 10%.

5.2 Karakteristik Anak


Tabel 5.2 Distribusi frekwensi karakteristik anak berdasarkan umur, jenis
kelamin, urutan anak, kondisi kesehatan
No
Karakteristik responden
Jumlah
Persentase (%)
1
Umur
a. 4-4,5 th
20
50
b. 5-5,5 th
17
42,5
c. 6 th
3
7,5
Total
40
100
2
Jenis kelamin
a. Laki-laki
19
47,5

b. Perempuan
Total
No
Karakteristik responden
3
Urutan anak
a. Sulung
b. Tengah
c. Ragil
Total
4
Kondisi kesehatan
a. Tidak sakit
b. Sakit
Total
Sumber: data primer

21
40
Jumlah

52,5
100
Persentase (%)

14
16
10
40

35
40
25
100

39
1
40

97,5
2,5
100

Berdasarkan tabel 5.2 di atas diperoleh data bahwa frekwensi responden


anak berdasarkan umur diperoleh frekwensi tertinggi pada umur 4-4,5 th
sebanyak 50% dan frekwensi terendah pada umur 6 th sebanyak 7,5%.
Berdasarkan jenis kelamin diperoleh frekwensi tertinggi pada perempuan
sebanyak 52,5% dan frekwensi terendah pada laki-laki sebanyak 47,5%.
Berdasarkan urutan anak diperoleh frekwensi tertinggi pada urutan anak tengah
sebanyak 40% dan frekwensi terendah pada urutan anak ragil sebanyak 25%.
Berdasarkan kondisi kesehatan frekwensi tertinggi pada kondisi tidak sakit
sebanyak 97,5% dan frekwensi terendah pada kondisi sakit sebanyak 2,5%.

5.3 Karakteristik Jenis Pola Asuh


Tabel 5.3 Distribusi frekwensi karakteristik orang tua berdasarkan jenis
pola asuh
No
Karakteristik responden
Frekwensi
Persentase (%)
1 Demokratis
12
30
2 Otoriter
21
52,5
3 Permisif
5
12,5
4 Penelantar
2
5
Total
40
100
Sumber: data primer
Berdasarkan tabel 5.3 di atas diperoleh data bahwa frekwensi responden
berdasarkan jenis pola asuh diperoleh frekwensi tertinggi pada jenis pola asuh

otoriter sebanyak 52,5% dan frekwensi terendah pada jenis pola asuh penelantar
sebanyak 5%.
5.4 Karakteristik Tingkat Keberhasilan Toilet Training
Tabel 5.4 Distribusi frekwensi karakteristik anak berdasarkan keberhasilan
toilet training
No
Karakteristik responden
Frekwensi
Prosentase (%)
1 Berhasil
10
25
2 Cukup berhasil
27
67,5
3 Kurang berhasil
3
7,5
4 Tidak berhasil
0
0
Jumlah
40
100
Sumber: data primer
Berdasarkan tabel 5.4 di atas diperoleh data bahwa frekwensi responden
berdasarkan keberhasilan toilet training diperoleh frekwensi tertinggi pada
kategori cukup berhasil sebanyak 67,5% dan frekwensi terendah pada kategori
kurang berhasil sebanyak 7,5%.
5.5 Karakteristik Hubungan Jenis Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat
Keberhasilan Toilet Training
Tabel 5.5 Distribusi frekwensi responden berdasarkan jenis pola asuh
orang tua dengan tingkat keberhasilan toilet training pada anak
usia pra sekolah
Pola asuh orang tua Tingkat keberhasilan toilet training Cross tabulation

Pola asuh
orang tua

Penelantar
Permisif
Otoriter
Demokratis

Total

Sumber: data primer

Frekwensi
Persentase
Frekwensi
Persentase
Frekwensi
Persentase
Frekwensi
Persentase
Frekwensi
Persentase

Tingkat keberhasilan toilet training


Kurang
Cukup
berhasil
berhasil
Berhasil
1
1
0
50%
50%
1
4
0
20%
80%
1
20
0
4.76%
95.2%
2
10
0
16.6%
83.3%
3
27
10
7.5%
67.5%
25.0%

Total
2
100%
5
100%
21
100%
12
100%
40
100.0%

Berdasarkan tabel 5.5 di atas diperoleh data bahwa frekwensi responden


berdasarkan jenis pola asuh orang tua dengan tingkat keberhasilan toilet training
pada anak diperoleh frekwensi tertinggi pada jenis pola asuh otoriter dalam
penerapan toilet training cukup berhasil sebanyak 20 orang dan frekwensi
terendah pada jenis pola asuh penelantar dalam penerapan toilet training
sebanyak cukup berhasil dan kurang berhasil sebanyak 1 orang.
Tabel 5.8 Hasil Uji Spearman di atas sebagai berikut:
Correlations

Spearman's rho

Pola asuh orang tua

Tingkat keberhasilan
toilet training

Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N

Tingkat
Pola asuh
keberhasilan
orang tua
toilet training
1.000
.789**
.
.000
40
40
.789**
1.000
.000
.
40
40

**. Correlation is significant at the .01 level (2-tailed).

Dari data di atas kemudian dicari hubungan antara pola asuh dengan
tingkat keberhasilan toilet training pada anak usia pra sekolah dengan
menggunakan korelasi Spearman Rank. Diperoleh nilai korelasi positif sebesar
0.789 dengan signifikansi sebesar 0.000 (p<0.05). Dimana semakin ke arah pola
asuh demokratis maka penerapan toilet training akan berhasil yang mana pada
pola asuh demokratis memprioritaskan kepentingan anak akan tetapi tidak raguragu dalam mengendalikan mereka yang didasari oleh tindakan rasinal dan
bersikap realistis terhadap kemampuan anak. Sedangkan semakin ke arah pola
asuh penelantar maka penerapan toilet training kurang berhasil. Dan dari hasil
perhitungan dengan rumus Z (sesuai dengan bab IV) yaitu:

Zhitung=

rs
1

n 1

1
, diperoleh Zhitung = 1

40 1

6,244997998

Tabel Z

0.01
0.05
0.025

Z tabel
2.33
1.64
1.96

Oleh karena Zhitung (6.2449) > Ztabel (1.96), serta p < 0.05, maka Ho di tolak
dan dapat ditarik kesimpulan terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh
orang tua dengan tingkat keberhasilan toilet training yang mereka terapkan pada
anak usia prasekolah

BAB VI
PEMBAHASAN

6.1 Pola Asuh Orang Tua


Berdasarkan hasil dari tabulasi data dari tabel 5.3 dalam bab V
didapatkan sebanyak 21 responden menggunakan pola asuh otoriter
(52,5%), 12 responden menggunakan pola asuh demokratis (30%), 5
responden menggunakan pola asuh permissive (12,5%), 2 responden
menggunakan pola asuh penelantar (5%). Dimana responden mempunyai
jumlah anak mayoritas 2 orang anak (45%). Dengan adanya tingkat
perekonomian yang semakin sulit sebagian besar orang tua memprogram 2
anak cukup, dengan harapan seluruh anaknya tidak terdapat masalah dalam
proses tumbuh kembangnya. Dimana orang tua beranggapan dengan
penggunaan pola asuh otoriter dapat tercipta suasana disiplin dengan
harapan anak tersebut patuh terhadap semua perintah orang tua yang dapat
terwujud dalam proses pola pengasuhan. Hal ini didukung oleh teori dari
Watson (1970) bahwa orang tua yang mempunyai dua atau tiga anak
cenderung menggunakan pola asuh otoriter. Dengan digunakannya pola
asuh ini orang tua beranggapan akan tercipta ketertiban rumah tangga.
Berdasarkan tabel 5.1 tingkat penghasilan orang tua sebagian besar
>1.500.000 (40%) dengan adanya tingkat sosial ekonomi yang tinggi maka
orang tua dapat memfasilitasi semua kebutuhan anak. Menurut Hetherington

dan Parke (1979) bahwa orang tua yang berasal dari kelas sosial ekonomi
menengah ke atas cenderung lebih bersifat hangat dibandingkan orang tua
yang berasal dari sosial ekonomi rendah. Lebih menekankan pada
perkembangan keingintahuan anak, kontrol dalam diri anak, lebih bersikap
terbuka terhadap hal-hal yang baru.
Tingkat pendidikan orang tua sebagian besar SLTA (50%) hal ini
mempengaruhi seseorang dalam penerapan pola asuh pada kehidupan
sehari-hari, bahwa salah satu bertambahnya tingkat pengetahuan seseorang
berasal dari proses formal yang telah di tempuh melalui jenjang pendidikan.
Menurut Hetherington dan Parke (1979) orang tua dengan latar belakang
pendidikan yang tinggi dalam praktek pola asuhnya tampak sering membaca
artikel ataupun mengikuti kemajuan mengenai perkembangan anak dalam
mengasuh anak mereka menjadi lebih siap dalam memiliki latar belakang
pengetahuan luas, sedangkan orang tua dengan latar belakang pendidikan
rendah memiliki pengetahuan dan pengertian yang terbatas tentang
kebutuhan perkembangan anak, kurang menunjukkan pengertian dan
cenderung mendominasi anak.

6.2 Tingkat Keberhasilan Toilet Training


Berdasarkan tabel 5.5 tingkat keberhasilan toilet training didapatkan
hasil sebanyak 27 responden menyatakan cukup berhasil (67,5%), 10
responden menyatakan berhasil (25%), 3 responden menyatakan kurang
berhasil (7,5%), sedangkan tidak berhasil dalam toilet training tidak
ditemukan pada responden. Berdasarkan tabel 5.2 bahwa urutan anak dalam
keluarga yang terbanyak urutan tengah (40%) hal ini kemungkinan dilatar
belakangi oleh urutan anak dalam keluarga bahwa dengan adanya

mempunyai adik baru maka perhatian orang tua pada anak pertama
berkurang sehingga mekanisme anak kurang tertarik dalam latihan toilet
training yang bertujuan untuk menarik perhatian orang tua. Didukung oleh
Harjaningrum

bahwa enuresis dapat disebabkan ketika anak tiba-tiba

mengalami stres kejiwaan seperti pelecehan seksual, kematian dalam


keluarga, kepindahan, mempunyai adik baru, perceraian orang tua. Menurut
(Alimul, 2005:66) toilet training tergantung pada kesiapan pada diri anak
maupun orang tua.

6.3. Hubungan Pola Asuh Dengan Tingkat Keberhasilan Toilet Training


Berdasarkan tabel 5.7 didapatkan responden yang menggunakan
pola asuh otoriter mempunyai tingkat keberhasilan toilet training cukup
berhasil 95,2% sedangkan yang kurang berhasil sebanyak 4,76%. Pola asuh
demokratis mempunyai tingkat keberhasilan toilet training berhasil 83,3%
sedangkan 16,6% cukup berhasil. Pola asuh permisif mempunyai tingkat
keberhasilan toilet training cukup berhasil 80%, sedangkan yang kurang
berhasil

sebanyak

20%.

Pola

asuh

penelantar

mempunyai

tingkat

keberhasilan toilet training cukup berhasil sebanyak 50%, namun yang


kurang berhasil sebanyak 50%.
Seperti kita ketahui lingkungan paling dekat dengan anak dan tempat
dimana

anak

keluarganya.

berinteraksi
Terdapat

pertama

banyak

kali

faktor

adalah

dalam

dengan

keluarga

lingkungan
yang

dapat

mempengaruhi perkembangan anak. Salah satu faktor tersebut adalah pola


asuh orang tua yang diterapkan pada anaknya. Dalam menerapkan pola
asuh yang sukses berbeda dengan pola asuh yang efektif. Pola asuh yang
sukses adalah jika orang tua tertarik pada kesuksesan, mereka cenderung

menekan pada power mereka sebagai orang tua dan hanya peduli pada apa
yang dilakukan anak dimana hal tersebut merupakan sesuatu yang
diinginkan orang tua untuk dikerjakan anak segera. Sedangkan pola asuh
efektif adalah dimana orang tua mendapatkan prilaku yang diinginkan dan
juga dalam hubungan dengan anaknya terdapat rasa hormat dan saling
percaya.
Dalam proses penerapan pola asuh pada anak tidak terlepas dari
berbagai unsur antara lain kendali orang tua, aturan, reinforcement, serta
kasih sayang. Dari analisis dengan menggunakan rumus korelasi spearman
rank diperoleh hasil terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh
orang tua dengan tingkat keberhasilan toilet training. Penerapan pola asuh
tipe otoriter didasarkan atas pemberian aturan-aturan orang tua yang harus
dilaksanakan oleh anak sehingga mekanisme kompensasi anak cukup
berhasil dalam toilet training di karenakan anak mengalami tekanan dengan
diberikannya aturanaturan dan jika tidak melakukan sesuai dengan aturan
akan diberikan hukuman. Anak bukan miniatur orang dewasa melainkan
adalah individu yang nantinya akan menjadi dewasa. Anak perlu adanya rasa
nyaman, kasih sayang dari orang tuanya dalam proses pengasuhan dengan
bersikap realistis terhadap kemampuan yang dimiliki anak, tidak berharap
yang berlebihan dan melampaui batas kemampuan anak yang ditunjukkan
dengan memberi kebebasan untuk memilih dan mengendalikan mereka
disertai dengan melakukan pendekatan yang bersifat hangat sehingga anak
tidak merasa dikekang, adanya kasih sayang dan perhatian dari orang tua
akan meningkatkan motivasi serta kemandirian anak.

Hal tersebut didukung oleh teori Baumrind dimana orang tua dengan
pola asuh otoriter menetapkan kendali dan tuntutan yang tinggi pada anak
sedangkan sikap demokrasi dan kasih sayangnya rendah. Sedangkan pada
pola asuh demokratis, orang tua menerapkan sikap demokratis, kasih
sayang, adanya tuntutan serta mengendalikan anak.
Prilaku orang tua yang menggunakan pola asuh demokratis bilamana
orang tua menunjukkan adanya kasih sayang, di sertai aturan-aturan dengan
menetapkan batas dan kontrol yang mendukung anak pada tindakan
konstruktif sehingga tercipta kemandirian pada anak. Contoh prilaku orang
tua yang menggunakan pola asuh demokratis bila saat melatih anak untuk
mengontrol buang air kecil anak terlalu asyik bermain maka saya biarkan
dulu anak bermain sepuasnya baru berlatih. Untuk prilaku orang tua yang
menggunakan pola asuh otoriter bilamana orang tua menetapkan aturanaturan yang harus dilaksanakan anak dalam proses pengasuhan tidak di
sertai dengan kasih sayang orang tua pada anak. Untuk prilaku orang tua
yang menggunakan pola asuh permisif bilamana orang tua sangat
memanjakan anak yang ditandai dengan adanya kasih sayang yang
berlebihan tanpa adanya aturan dalam proses pengasuhan. Untuk prilaku
orang tua yang menggunakan pola asuh penelantar bilamana orang tua tidak
menetapkan aturan yang jelas, kasih sayang yang rendah pada anak, tidak
adanya sikap demokratis dan tuntutan berprestasi sehingga anak tidak
terbimbing dibiarkan tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemauan anak
sendiri. Hal ini biasa terjadi pada orang tua yang terlalu sibuk lebih
mementingkan pekerjaannya dan kurangnya pengetahuan orang tua tentang
cara pengasuhan.

Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan antara lain: pertama


keterbatasan

waktu,

lokasi

penelitian

yang

jauh.

Kedua

karena

menggunakan desain studi cross sectional maka pola asuh dan keberhasilan
toilet training hanya diketahui pada saat ini saja. Ketiga jumlah pertanyaan
yang tidak sama pada masing-masing dimensi pola asuh sehingga
mempengaruhi hasil yang di peroleh.
Pada variabel tingkat keberhasilan toilet training hendaknya memakai
skala guttman dengan pilihan jawaban ya dan tidak untuk lebih mudah
menginterpretasikan jawaban dari pertanyaan yang mewakili tingkat
keberhasilan toilet training.
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai dasar pemikiran dan
pengembangan konsep keperawatan yang berhubungan dengan tahapan
proses tumbuh kembang anak tentang toilet training.

BAB VII
PENUTUP

7.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tanggal 28-31 Desember
2007 yang berjudul hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat
keberhasilan toilet training pada anak usia pra sekolah di TK Aisyah III
Mojokerto dengan menggunakan 40 orang responden. Diperoleh hasil
sebagai berikut:
7.1.1 Pola asuh orang tua
Sebanyak 21 responden menggunakan pola asuh otoriter (52,5%),
12 responden menggunakan pola asuh demokratis (30%), 5 responden
menggunakan pola asuh permisif (12,5%), 2 responden menggunakan pola
asuh penelantar (5%).
7.1.2 Tingkat keberhasilan toilet training
Dari hasil penelitian sebanyak 27 responden menyatakan cukup
berhasil (67,5%), 10 responden menyatakan berhasil (25%), 3 responden
menyatakan kurang berhasil (7,5%), sedangkan untuk toilet training tidak
berhasil tidak ditemukan pada responden. Tetapi saat peneliti melakukan
studi pendahuluan didapatkan angka kejadian enuresis sebesar 10% dari
60 anak yang seharusnya mampu mengontrol buang air secara mandiri
tetapi mengalami permasalahan dengan toilet trainingnya

7.1.3 Hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat keberhasilan toilet
training
Setelah dilakukan analisis di atas dengan menggunakan rumus
Korelasi spearman rank diperoleh hasil sebagai berikut nilai korelasi positif
sebesar 0,789 dengan signifikansi sebesar 0.000 (p < 0.05) Z hitung (6.2449)
> Ztabel (1.96), serta p < 0.05. Dimana semakin ke arah pola asuh
demokratis maka penerapan toilet training akan berhasil sedangkan
semakin ke arah pola asuh penelantar maka penerapan toilet training
kurang berhasil. Sehingga diperoleh kesimpulan Ada Hubungan Pola Asuh
Orang Tua Dengan Tingkat Keberhasilan Toilet Training pada Anak Usia
Pra Sekolah di TK Aisyah III Mojokerto.

7.2 Saran
1. Dalam

melakukan

penelitian

sejenis

hendaknya

dibuat

jumlah

pertanyaan yang sama pada tiap dimensi perilaku orang tua dalam pola
asuh.

2. Dapat dilakukan pelatihan toilet training bagi orang tua dengan


melakukan kerja sama antara institusi kesehatan dan sekolah.

DAFTAR PUSTAKA
Administrator. 2006.3 Pola Asuh Anak.
http://www.halalguide.info/component/option,combanners/task,click/bid7/htm. Di askses tanggal 24-4-2007.
Alimul

Hidayat, Aziz. 2005.


Jakarta:Salemba Medika.

Pengantar

Ilmu

Keperawatan

Anak

1.

Alimul Hidayat, Aziz. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah Edisi
2. Jakarta:Salemba Medika.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi
Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta.
Ayahbunda.2001.Dari A Sampai Z Tentang Perkembangan Anak. Jakarta: PT
Gaya Favorit Press.
Family doctor. org editorial staff.2006.Toilet Training Your Child
http://www. Familydoctor. Org/about.xml. Di askses tanggal 1-4-2007.
Hawari, Dadang. 2007. Our Children Our Future Dimensi Psikoloreligi Pada
Tumbuh Kembang Anak Dan Remaja. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Hansakunachai T. 2005. Epidemiologi of enuresis among pre-schools age
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/pubmed.htm. Di askses tanggal 24-42007.
Harjaningrum Tri, Agnes. 2005. Sudah Besar Masih Ngompol, Bolehkah
Dibiarkan? http://wrm-indonesia.htm. di akses tanggal 3-11-2007.
Mediastore. 2005.Apotek Online&Media Informasi Obat Penyakit
http://www. mediastore.com. Di askses tanggal 24-4-2007.
Mom&baby room. 2005.Menu Untuk Balita Yang Sedang Sakit
http://www.achiza.blogsome.com. Di askses tanggal 24-4-2007.
Nursalam. 2003.Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan
Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrument Penelitian Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

Nurwidianingtyas,Wiwit. 2006.Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Prilaku


Asertif Pada Remaja. Skripsi Sarjana Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.
Petranto, Ira. 2006. Rasa Percaya Diri Adalah Pantulan Pola Asuh Orang Tuanya
http://dwpptri
jenewa.issuisse.com/buletin/wp-tracck back.php?p=32.
Diaskses tanggal 1-4-2007.
Prasetyo, Eko. 2003. Gambaran Pola Asuh Orang Tua Dengan Anak
Penyandang Autisme Dan Anak Dengan Kebutuhan Nutrisi Khusus
Rumah Sakit Universitas Islam Malang. Skripsi Sarjana Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.
Puji, Dian. 2004.Gambaran Toilet Training Pada Ibu Bekerja. Tugas Akhir
Program Diploma III Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang.
Riduwan dan Akdon. 2007. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika Untuk
Penelitian
(Administrasi
Pendidikan-Bisnis-Pemerintahan-Sosial
Kebijakan- Ekonomi-Hukum-Manajemen-Kesehatan). Bandung:Alfabeta.
Sekartini, Rini. 2006.Toilet Training.
http://www.halal guide.info/content/blogsestion. Di askses tanggal 24-42007.
Sekaran, Uma. 1992. Research Methdos For Business: A Skill-Building Approach. 2nd
edition.John Wiley & Sons, Inc. Singapore.
Singarimbun, M. 1995. Metode Penelitian Survei. Edisi revisi. Cetakan ke-2.
Jakarta:PT Pustaka LP3ES Indonesia.
Sherk, Stepnanie. 2006.Gale Enclopedia Of Childrens Health
http://www.healthline.com/directory/disease-and-conditions.
tanggal 1-4-2007.

Diaskses

Sugiono. 2006. Statistika Untuk Penelitian. Bandung :CV ALFABETA.


Tarmudji, Tarsis. 2001.Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Agresitivitas
Remaja. http://www.pdk.go.id/balibang. Di akses tanggal 9-3-2007.
Tim Metodologi FKUB. 2002. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Keperawatan.
Malang: FKUB (tidak dipublikasikan:hal 76).
Yusuf, Syamsu. 2005.Psikologi Perkembangan Anak&Remaja. Bandung:PT
Remaja Rosdakarya.

KISI-KISI ANGKET
Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Keberhasilan Toilet Training
Pada Anak Usia Pra Sekolah Di TK Aisyah III Mojokerto

Variabel
`Pola
asuh

a) Sikap
Demokratis

Bila saat melatih anak


untuk mengontrol buang
air kecil anak terlalu
asyik bermain maka
saya biarkan dulu anak
bermain sepuasnya baru
berlatih

No
Item
Instru
men
9

b) Kasih
Sayang

Saya memiliki waktu


khusus
mengantarkan
anak ke kamar mandi
untuk buang air besar
Selama
ini
saya
menuruti kemauan anak,
bila akan tidur anak tidak
berkemih dahulu

Selama
ini
saya
mengamati
pola
berkemih anak tiap 2
jam sekali
Saya telah mengajari
anak
menggunakan
kamar kecil pada usia
diatas 18 bulan
Saya
membiasakan
anak pada malam hari
untuk
mengenakan
popok plastik sewaktu
anak sudah tidur
Selama ini saya dan
anggota
keluarga

Sub Variabel

Butir Pertanyaan

c) Kendali
Orang Tua

Jumlah
Soal

Variabel

Sub Variabel
d) Tuntutan
Berprestasi

Butir Pertanyaan

`Toilet
training

a) Buang Air
Kecil

membiasakan
anak
menggunakan
kamar
kecil saat buang air kecil
Anak akan saya batasi
untuk
minum
ketika
menjelang malam hari

10

Jumlah
Soal

Bila pada pagi hari


menjumpai
si
kecil
mengompol
saya
memberi si kecil tugas
membersihkan
kamar
tidurnya
setiap
kali
mengompol
Dalam waktu 1-2 minggu
setelah latihan tetapi
anak
masih
belum
berhasil
maka saya
mengarahkannya untuk
berlatih kembali

Anak
saya
merasa
nyaman setelah kencing
sedikit di celana dan
saat ini anak saya masih
sering mengompol
Saat kencing anak saya
menunjukkan keinginan
dengan
cara anak
bilang mau kencing tapi
sudah kencing terlebih
dahulu di celana
Anak saya bisa jongkok
tanpa mengeluh dan
bersedia latihan jongkok
tetapi setelah 3 menit
anak mengeluh lelah
Anak saya sudah bisa
melepas celana sendiri
bila celana tali, untuk
celana
yang
menggunakan resleting
belum bisa membuka
sendiri
Saat ini anak saya pada
tempatnya ketika buang

No
Item
Instru
men
5

kecil
Anak sudah berani ke
kamar mandi sendiri
tanpa
didampingi

Variabel

Sub Variabel

Butir Pertanyaan

b) Buang Air
Besar

Jumlah soal

Jumlah
Soal

Ketika di kamar mandi


anak saya sudah bisa
menggunakan
kamar
kecil
dengan
benar
(misalnya berak di kloset
lalu
menyiramnya
sampai bersih ketika
selesai)
Saat ini anak saya
jarang mengompol
Pada usia 1 tahun anak
saya mulai dilatih untuk
kencing
Anak saya sudah rutin
berak setiap hari

No
Item
Instru
men
8

9
10

20

LEMBAR PERMOHONAN PERSETUJUAN PENELITIAN


Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Fakultas
Kedokteran Jurusan Keperawatan Universitas Brawijaya Malang :
Nama : Ari Damayanti W
Nim

: 0610722009

Alamat : Jl.Bendungan sutami 2b No 38 Malang


Dengan ini saya mengadakan penelitian dengan judul Hubungan Pola
Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Keberhasilan Toilet Training Pada Anak Usia
Prasekolah di Tk Aisyah III Mojokerto.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola asuh orang
tua dengan tingkat keberhasilan toilet training pada anak usia pra-sekolah.
Manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan rujukan bagi orang tua dan
masyarakat dalam menerapkan pola asuh tentang toilet training yang dapat
diajarkan sedini mungkin sehingga anak dapat mengontrol toilet trainingnya
sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangannya.
Prosedur penelitian ini adalah dengan cara menyebarkan angket pada
orang tua yang menjadi sampel dan bersedia menjadi responden serta
menandatangani informed consent selanjutnya meminta mengisi mengisi angket
yang memerlukan waktu 15-20 menit.

Penelitian ini tidak mengakibatkan yang membahayakan bagi responden


yang bersangkutan. Informasi yang diberikan di jamin kerahasiaannya dan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian dan pengembangan ilmu keperawatan
serta tidak dipergunakan untuk maksud lain.
Apabila bapak/ibu bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, maka
saya mohon untuk menandatangani lembar persetujuan yang disertakan
bersama surat ini, namun bila tidak berkenan maka peneliti menghormati
keputusan tersebut dan tidak ada sangsi apapun.
Atas partisipasi bapak/ibu saya ucapkan terima kasih.
Malang, Desember 2007
Peneliti

(Ari Damayanti W)
PENGANTAR KUESIONER
Judul penelitian

:Hubungan

pola

asuh

orang

tua

dengan

tingkat

keberhasilan toilet training pada anak usia pra sekolah di


TK Aisyiah III Mojokerto.
Peneliti

: Ari Damayanti W
(nomor

telepon

yang

dapat

dihubungi

bila

ada

pertanyaan 081330305056-0321325531)
Pembimbing

I : Lilik Zuhriyah, SKM.Mkes.


II : Yati Sri H, Skp.

Wali Murid Yang Terhormat,


Saya adalah mahasiswa semester III pada Jurusan Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dalam rangka untuk
menyelesaikan tugas akhir, saya bermaksud mengadakan penelitian dengan
judul Hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat keberhasilan toilet training
pada anak usia pra sekolah di TK Aisyiah III Mojokerto.
Saya berkeyakinan bahwa penelitian ini memiliki manfaat yang luas, baik
untuk bapak/ibu wali murid, institusi pendidikan TK Aisyiah III, maupun untuk
keperawatan dalam menerapkan pola asuh tentang toilet training yang dapat

diajarkan sedini mungkin terhadap anak sehingga anak dapat mengontrol toilet
trainingnya sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangannya.
Apabila bapak/ibu wali murid bersedia untuk jadi responden dalam
penelitian ini, silahkan menandatangani persetujuan menjadi subjek penelitian.
Atas kesediaan dan kerja samanya saya ucapkan terima kasih.
Malang, Desember 2007
Mengetahui,
Pembimbing I

Peneliti

Lilik Zuhriyah, SKM.Mkes.

Ari Damayanti W

NIP. 132.185.555

NIM. 0610722009

SURAT PERSETUJUAN
SEBAGAI SUBYEK PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Identitas orang tua:
Nama

:................................................................

Umur

:................................................................

Jenis kelamin

:................................................................

Alamat

:................................................................

Pekerjaan

:................................................................

Pendidikan terakhir

:................................................................

Penghasilan/bulan

:................................................................

Jumlah anak

:................................................................

Identitas anak:
Nama

:................................................................

Umur

:................................................................

Jenis kelamin

:................................................................

Anak ke

:................................................................

Apakah anak anda pernah sakit?


Jika ya, tuliskan sakit apa
No responden

:...............................................................
:..................................(di isi oleh peneliti)

Saya telah mendapatkan penjelasan dengan baik mengenai tujuan dan


manfaat penelitian yang berjudul Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan
Tingkat Keberhasilan Toilet Training Pada Anak Usia Pra-Sekolah di TK Aisyiah
III Mojokerto
Saya mengerti bahwa saya akan diminta untuk mengisi kuesioner dan
menjawab pertanyaan tentang perasaan dan harapan saya, yang memerlukan
waktu 15-20 menit. Saya mengerti bahwa resiko yang akan terjadi dari penelitian
ini tidak ada. Apabila ada pertanyaan yang menimbulkan respon emosional,
maka penelitian ini akan dihentikan dan peneliti akan memberi dukungan.
Saya mengerti bahwa saya berhak menolak untuk berperan serta dalam
penelitian ini atau mengundurkan diri dari penelitian setiap saat tanpa adanya
sanksi atau kehilangan hak-hak saya.
Saya telah diberi kesempatan untuk bertanya mengenai penelitian ini atau
mengenai peran serta saya dalam penelitian ini, dan telah dijawab serta
dijelaskan secara memuaskan. Saya secara sukarela dan sadar bersedia
berperan serta dalam penelitian ini dengan menandatangani surat persetujuan
menjadi responden atau subjek penelitian.
Malang, Desember 2007
Penelti

Tanda Tangan Responden

(Ari Damayanti W)

(................................)
Tanda Tangan Saksi

(...............................)

KUESIONER
Petunjuk Pengisian:
I. Berilah tanda checklist () pada kolom (Sangat Setuju/Setuju/Tidak
Setuju/Sangat Tidak Setuju) yang sesuai dengan pilihan anda
II. Jawaban yang dipilih hanya satu jawaban
III. Jawaban ditulis sendiri dan tidak boleh diwakilkan

No

PERNYATAAN

SS

TS

STS

Pola Asuh Orang Tua


1

Selama ini saya mengamati pola berkemih anak tiap


2 jam sekali

Saya telah mengajari anak untuk menggunakan


kamar kecil pada usia diatas 18 bulan

Selama ini saya menuruti kemauan anak, bila akan


tidur anak tidak berkemih dahulu

Saya membiasakan anak pada malam hari untuk


mengenakan popok plastik sewaktu anak sudah
tidur

Bila pada pagi hari menjumpai si kecil mengompol


saya memberi si kecil tugas membersihkan kamar
tidurnya setiap kali mengompol

Saya memiliki waktu khusus mengantar anak ke


kamar mandi untuk buang air besar

Selama

ini

saya

dan

anggota

keluarga

membiasakan anak menggunakan kamar kecil saat


buang air kecil
8

Bila dalam waktu 1-2 minggu setelah latihan tetapi


anak

masih

belum

berhasil

maka

saya

mengarahkannya untuk berlatih kembali


9

Bila saat melatih anak untuk mengontrol buang air


kecil anak terlalu asyik bermain maka saya biarkan
dulu anak bermain sepuasnya baru berlatih

No
10

PERNYATAAN
Anak akan saya batasi untuk minum ketika menjelang
malam hari
Tingkat Keberhasilan Toilet Training

Anak saya merasa nyaman setelah kencing sedikit di


celana

dan

saat

ini

anak

saya

masih

sering

mengompol
2

Saat kencing anak saya menunjukkan keinginan


dengan

cara anak bilang mau kencing tapi sudah

kencing terlebih dahulu di celana


3

Anak saya bisa jongkok tanpa mengeluh dan bersedia


latihan jongkok tetapi setelah 3 menit anak mengeluh
lelah

Anak saya sudah bisa melepas celana sendiri bila


celana tali, untuk celana yang menggunakan resleting
belum bisa membuka sendiri

Anak saya sudah rutin berak setiap hari

Saat ini anak saya pada tempatnya ketika buang kecil

Anak saya sudah berani ke kamar mandi sendiri tanpa


didampingi

Ketika di kamar mandi anak saya sudah bisa


menggunakan kamar kecil dengan benar (misalnya
berak di kloset lalu menyiramnya sampai bersih ketika
selesai)

Saat ini anak saya jarang mengompol

10

Pada usia 1 tahun anak saya mulai dilatih untuk


kencing

SS

TS

STS

Tabel Distribusi frekwensi jawaban responden tentang pola asuh


Jawaban
No

Pertanyaan

Mengamati pola berkemih


anak tiap 2 jam sekali
Mengajari anak
menggunakan kamar
kecil pada usia diatas 18
bulan
Menuruti kemauan anak,
bila akan tidur anak tidak
berkemih dahulu
Membiasakan anak pada
malam hari mengenakan
popok plastik
Saat menjumpai si kecil
mengompol
saya
memberi
tugas
membersihkan
kamar
tidurnya
setiap
kali
mengompol
Memiliki waktu khusus
mengantarkan anak ke
kamar mandi
Selama ini saya dan
anggota keluarga
membiasakan anak
menggunakan kamar
kecil saat buang air kecil
Dalam waktu 1-2 minggu
setelah latihan anak
belum berhasil maka
saya mengarahkan untuk
berlatih kembali
Saat melatih anak
mengontrol buang air
kecil anak asyik bermain
saya biarkan anak
bermain sepuasnya baru
berlatih
Anak tidak saya batasi
minum ketika menjelang
malam hari

3
4
5

6
7

10

Keterangan:
F : frekwensi,
TS : tidak setuju,
SS : sangat setuju

S
STS

TS

Total

STS
F
%

SS

10.0

22.5

19

47.5

20.0

100

40

10.0

15.0

17

42.5

13

32.5

100

40

17.5

18

45.0

20.0

17.5

100

40

12

30.0

13

32.5

13

32.5

5.0

100

40

10.0

20.0

27

67.5

2.5

100

40

10

25.0

15

37.5

11

27.5

10.0

100

40

5.0

7.5

20.0

27

67.5

100

40

7.5

18

45.0

16

40.0

7.5

100

40

20.0

14

35.0

10

25.0

20.0

100

40

10.0

17.5

25

62.5

10.0

100

40

: setuju
: sangat tidak setuju

Pada pertanyaan nomor satu responden paling banyak menjawab


pertanyaan setuju sebanyak 19 responden, pertanyaan nomor dua paling banyak

menjawab pertanyaan sangat setuju sebanyak 13 responden, pertanyaan nomor


tiga paling banyak menjawab pertanyaan tidak setuju sebanyak 18 responden,
pertanyaan nomor empat paling banyak menjawab pertanyaan tidak setuju dan
setuju sebanyak 13 responden, pertanyaan nomor lima paling banyak menjawab
pertanyaan setuju sebanyak 27 responden, pertanyaan nomor enam paling banyak
menjawab pertanyaan tidak setuju sebanyak 15 responden, pertanyaan nomor
tujuh paling banyak menjawab pertanyaan sangat setuju sebanyak 27 responden,
pertanyaan nomor delapan paling banyak menjawab pertanyaan tidak setuju
sebanyak 18 responden, pertanyaan nomor sembilan paling banyak menjawab
pertanyaan tidak setuju sebanyak 14 responden, pertanyaan nomor sepuluh paling
banyak menjawab pertanyaan setuju sebanyak 25 responden.
Tabel Distribusi frekwensi jawaban responden tentang keberhasilan toilet
training
Jawaban
No

Pertanyaan

Anak
merasa
nyaman
setelah kencing sedikit di
celana, saat ini anak sering
mengompol
Saat kencing anak bilang
mau kencing tapi sudah
kencing terlebih dahulu di
celana
Anak
jongkok
tanpa
mengeluh dan bersedia
latihan
jongkok
tetapi
setelah 3 menit anak
mengeluh lelah
Anak bisa melepas celana
sendiri bila celana tali,
celana resleting belum bisa
Anak saya sudah rutin
berak setiap hari
Saat ini anak tidak pada
tempatnya ketika buang
kecil
Anak berani ke kamar
mandi
sendiri
tanpa

4
5
6
7

TS

Total

STS
F
%

SS

16

40.0

16

40.0

20.0

100

40

10

25.0

15

37.5

12

30.0

7.5

100

40

10.0

22.5

20

50.0

17.5

100

40

2.5

17.5

22

55.0

10

25.0

100

40

7.5

7.5

22

55.0

12

30.0

100

40

17

42.5

14

35.0

22.5

100

40

5.0

17.5

20

50.0

11

27.5

100

40

didampingi
Jawaban
No

Pertanyaan

Anak
sudah
bisa
menggunakan kamar kecil
dengan benar
Saat ini anak saya jarang
mengompol
Pada usia 1 tahun anak
mulai dilatih untuk kencing

9
10

Keterangan:
F : frekwensi,
TS : tidak setuju,
SS : sangat setuju

S
STS

TS

Total

STS
F
%

SS

5.0

12.5

18

45.0

15

37.5

100

40

11

27.5

13

32.5

15

37.5

2.5

100

40

10.0

24

60.0

12

30.0

100

40

: setuju
: sangat tidak setuju

Pada pertanyaan nomor satu responden paling banyak menjawab


pertanyaan sangat tidak setuju sebanyak 16 responden, pertanyaan nomor dua
paling banyak menjawab pertanyaan tidak setuju sebanyak 15 responden,
pertanyaan nomor tiga paling banyak menjawab pertanyaan setuju sebanyak 20
responden, pertanyaan nomor empat paling banyak menjawab pertanyaan setuju
sebanyak 22 responden, pertanyaan nomor lima paling banyak menjawab
pertanyaan setuju sebanyak 22 responden, pertanyaan nomor enam paling banyak
menjawab pertanyaan sangat tidak setuju sebanyak 17 responden, pertanyaan
nomor tujuh paling banyak menjawab pertanyaan sangat setuju sebanyak 20
responden, pertanyaan nomor delapan paling banyak menjawab pertanyaan tidak
setuju sebanyak 18 responden, pertanyaan nomor sembilan paling banyak
menjawab pertanyaan setuju sebanyak 15 responden, pertanyaan nomor sepuluh
paling banyak menjawab pertanyaan tidak setuju sebanyak 24 responden.

LAMPIRAN
KEGIATAN PENELITIAN
No
Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
No

Hasil Jawaban Soal Pola Asuh


1
4
3
1
2
2
3
2
2
2
3
3
2
3
3
2
4
3
3
3
4
3

10

Jmlh
Skor

2 2 2 4 1 4 1 1 1
2 3 2 3 1 4 2 2 3
4 4 1 3 1 4 2 4 4
4 2 1 3 2 3 3 2 3
3 2 2 2 1 4 3 2 4
3 2 3 3 2 4 3 2 3
3 2 2 2 3 4 3 3 3
2 3 1 1 2 4 2 3 2
2 1 3 3 1 4 2 1 3
4 1 3 2 2 4 4 1 1
4 2 2 3 3 2 2 2 3
1 2 2 2 2 4 2 2 2
2 2 2 3 1 4 2 1 3
3 2 1 2 1 4 3 2 3
3 2 2 3 1 4 2 2 3
4 2 4 2 3 4 3 3 4
4 1 1 3 2 4 2 2 3
4 2 2 3 2 4 2 1 3
4 3 1 3 1 4 2 1 1
4 2 2 3 2 1 3 2 2
3 2 1 3 1 3 3 2 3
Hasil Jawaban Soal Pola Asuh

22
25
28
25
25
28
27
22
22
25
26
21
23
24
24
33
25
26
23
25
24
Jmlh

Jmlh
Skor
Max
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
Jmlh

Kategori

55
63
70
63
63
70
68
55
55
63
65
53
58
60
60
83
63
65
58
63
60
%

Otoriter
Otoriter
Demokratis
Otoriter
Otoriter
Otoriter
Demokratis
Permisif
Otoriter
Otoriter
Otoriter
Penelantar
Otoriter
Otoriter
Otoriter
Demokratis
Otoriter
Otoriter
Otoriter
Otoriter
Otoriter
Kategori

Kendali
Ortu
13
14
14
13
15
16
14
11
14
15
14
11
14
14
14
20
15
16
13
13
13

Kategori
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Rendah
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Rendah
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi

Sikap
Demokratis
1
2
4
2
2
2
3
3
1
1
2
2
1
2
2
3
2
1
1
2
2

Perilaku Orang Tua


Tuntutan
Kategori
Berprestasi
Rendah
5
Rendah
5
Tinggi
5
Rendah
6
Rendah
5
Rendah
6
Tinggi
5
Tinggi
3
Rendah
5
Rendah
6
Rendah
5
Rendah
4
Rendah
5
Rendah
5
Rendah
5
Tinggi
5
Rendah
5
Rendah
5
Rendah
5
Rendah
6
Rendah
6
Perilaku Orang Tua

kategori
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Rendah
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi

Kasih
Sayang
2
4
5
4
3
4
5
5
2
3
5
4
3
3
3
5
3
4
4
4
3

kategori
Rendah
Rendah
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah
Tinggi
Tinggi
Rendah
Rendah
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah

Responden

10

Skor

22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40

3
3
3
1
2
1
3
2
1
4
4
3
3
4
4
3
3
4
3

4
3
3
4
1
1
3
2
1
3
3
3
3
4
3
4
3
3
3

1
2
1
1
4
4
2
2
4
1
4
2
3
3
4
3
4
3
3

3
3
3
1
1
1
2
2
1
1
3
4
3
3
2
3
3
3
3

3
3
2
3
1
1
3
2
1
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3

2
2
2
2
2
4
2
3
4
2
3
3
3
3
4
3
3
4
3

4
4
4
4
4
2
3
3
2
1
3
4
3
3
4
3
4
4
4

4
2
3
2
2
1
2
2
3
1
2
3
3
4
3
2
3
3
3

1
3
2
2
4
3
2
3
4
1
4
3
4
4
3
4
3
4
3

2
3
2
3
4
1
3
3
3
2
3
3
3
2
3
3
3
3
3

27
28
25
23
25
19
25
24
24
19
32
31
31
33
33
31
32
34
31

Skor
Max
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40

68
70
63
58
63
48
63
60
60
48
80
78
78
83
83
78
80
85
78

Otoriter
Otoriter
Otoriter
Otoriter
Permisif
Permisif
Otoriter
Permisif
Permisif
Penelantar
Demokratis
Demokratis
Demokratis
Demokratis
Demokratis
Demokratis
Demokratis
Demokratis
Demokratis

Kendali
Ortu
16
16
15
13
12
6
14
12
8
11
16
17
15
16
16
16
16
17
16

Kategori
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Rendah
Rendah
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi

Sikap
Demokratis
1
2
2
2
4
3
2
3
4
1
4
3
4
4
3
4
3
4
3

Kategori
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Tinggi
Tinggi
Rendah
Tinggi
Tinggi
Rendah
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi

Tuntutan
Berprestasi
7
5
5
5
3
2
5
4
4
4
5
6
6
7
6
5
6
6
6

kategori
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Rendah
Rendah
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi

Kasih
Sayang
3
4
3
3
5
8
4
4
8
3
7
5
6
6
8
6
7
7
6

kategori
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Tinggi
Tinggi
Rendah
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi

KEGIATAN PENELITIAN

No
Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40

1
1
2
1
2
1
2
2
1
1
2
2
2
1
1
1
1
1
2
1
2
2
1
2
2
2
2
1
1
3
1
1
3
2
3
3
3
3
3
2
3

Hasil Jawaban Soal Toilet


Training
2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1 1 3 1 2 4 1
4
1 2 4 4 1 3 3 3
3
1 4 4 1 1 4 1 1
4
2 3 3 3 2 3 3 2
4
2 1 3 3 2 3 3 1
4
2 3 3 2 2 3 3 3
3
3 3 3 3 2 3 4 1
3
1 2 2 2 1 4 4 1
3
1 3 2 3 1 2 4 3
3
2 2 3 3 1 4 4 3
3
2 2 3 3 2 3 3 2
4
2 2 2 1 2 2 2 2
2
2 3 3 3 2 3 2 1
4
1 3 2 4 1 4 4 2
4
3 4 4 4 2 3 3 1
3
4 4 4 4 1 4 4 1
4
1 3 3 4 1 3 4 1
4
3 3 3 3 1 3 4 2
3
1 1 3 4 1 4 4 2
4
2 3 3 3 2 3 3 2
3
2 2 3 3 2 2 3 3
3
2 2 4 4 1 3 3 3
3
2 3 2 3 2 3 3 3
3
2 1 2 3 3 3 3 2
3
2 3 3 3 1 2 4 2
3
3 3 2 3 2 2 3 3
4
2 2 3 2 1 1 2 2
2
2 3 3 3 1 3 4 1
3
3 3 3 3 2 3 3 2
3
1 2 3 1 1 1 1 4
2
1 3 3 3 1 2 2 1
2
4 3 4 4 3 4 3 3
3
3 4 4 4 2 4 4 2
3
3 3 3 3 3 3 4 3
3
3 4 4 4 3 4 2 3
3
3 4 4 3 3 3 3 2
3
3 3 3 4 3 4 3 3
3
3 3 4 4 3 3 3 3
3
3 4 3 3 3 4 4 3
4
4 3 3 3 3 3 3 3
3

Jumlah
Skor
19
26
22
27
23
26
27
21
23
27
26
19
24
26
28
31
25
27
25
26
25
26
26
24
25
27
18
24
28
17
19
34
32
31
33
31
32
32
33
31

Jumlah
Skor
Maximal
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40

Kategori

47.5
65
55
67.5
57.5
65
67.5
52.5
57.5
67.5
65
47.5
60
65
70
77.5
62.5
67.5
62.5
65
62.5
65
65
60
62.5
67.5
45
60
70
42.5
47.5
85
80
77.5
82.5
77.5
80
80
82.5
77.5

kurang berhasil
cukup berhasil
cukup berhasil
cukup berhasil
cukup berhasil
cukup berhasil
cukup berhasil
cukup berhasil
cukup berhasil
cukup berhasil
cukup berhasil
cukup berhasil
cukup berhasil
cukup berhasil
cukup berhasil
berhasil
cukup berhasil
cukup berhasil
cukup berhasil
cukup berhasil
cukup berhasil
cukup berhasil
cukup berhasil
cukup berhasil
cukup berhasil
cukup berhasil
kurang berhasil
cukup berhasil
cukup berhasil
cukup berhasil
kurang berhasil
berhasil
berhasil
berhasil
berhasil
berhasil
berhasil
berhasil
berhasil
berhasil

No
Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40

Umur
(th)
33
32
31
39
30
32
27
40
28
42
33
37
33
28
30
37
29
37
28
29
37
37
50
33
28
31
34
39
28
31
35
27
41
28
43
45
29
25
27
26

Keterangan:
S = Sulung
T = Tengah
R = Ragil
P = Perempuan
L = Laki-laki

P/L
P
P
P
L
P
P
P
L
P
L
L
P
P
L
P
P
L
P
L
L
P
L
L
L
L
P
P
L
P
P
P
P
L
L
L
L
L
P
P
P

Karakteristik Orang Tua


Penghasilan
Pekerjaan Pendidikan
(bulan)
PNS
S1
1,500,000
IRT
SMU
2,000,000
PNS
Diploma
850,000
Swasta
SMU
3,000,000
IRT
SMU
2,000,000
IRT
SMU
1,500,000
IRT
SMU
900,000
Swasta
SMU
800,000
Swasta
SMU
1,000,000
Swasta
SMU
2,000,000
Swasta
SMU
2,000,000
PNS
SMU
1,425,000
IRT
SMU
600,000
Swasta
S1
3,000,000
Swasta
SLTP
700,000
Swasta
Diploma
1,000,000
Swasta
SMU
1,500,000
IRT
SMU
900,000
PNS
SMU
1,500,000
Swasta
SMU
650,000
Swasta
S1
3,500,000
Swasta
SLTP
600,000
PNS
SMU
1,500,000
Swasta
S1
3,000,000
Swasta
SMU
1,700,000
IRT
S1
800,000
IRT
SMU
1,000,000
Swasta
SMU
1,500,000
IRT
S1
2,000,000
IRT
Diploma
1,000,000
IRT
SMU
500,000
IRT
Diploma
1,000,000
PNS
S1
1,600,000
Swasta
Diploma
1,800,000
Swasta
Diploma
1,600,000
Swasta
S1
2,000,000
PNS
S1
2,700,000
IRT
Diploma
1,000,000
IRT
S1
1,700,000
IRT
Diploma
1,000,000

Jumlah
anak
2
2
2
2
3
3
3
2
2
4
3
2
3
3
2
3
3
2
2
2
2
2
4
1
2
2
2
4
1
2
3
3
1
1
3
1
2
1
2
1

Karakteristik Anak
Umur P/L Urutan Sakit
(th)
anak
Tidak
4
P
S
Tidak
4
P
T
Tidak
4
P
S
Tidak
5
P
S
Tidak
5
P
S
Tidak
4
L
T
Tidak
5
P
T
Tidak
3
P
S
Tidak
5
P
S
Tidak
4
L
S
Tidak
4
P
S
Tidak
4
L
S
Tidak
5
L
T
Tidak
5
L
T
Tidak
5
L
T
Tidak
4
P
R
Tidak
5
P
R
Tidak
5
P
T
Tidak
4
L
T
Tidak
4
P
T
Tidak
4
L
T
Tidak
5
P
R
Tidak
4
L
S
Tidak
4
L
S
Tidak
5
P
T
Tidak
4
L
T
Tidak
4
L
S
Asma
4
P
T
Tidak
5
P
T
Tidak
4
L
S
Tidak
6
P
S
Tidak
4.5
L
R
Tidak
5.5
L
R
Tidak
6
L
R
Tidak
5
P
T
Tidak
4.5
L
T
Tidak
5
P
R
Tidak
5.5
L
R
Tidak
4.5
P
R
Tidak
5.5
L
R
Tidak

Hasil Uji Validitas dan reliabilitas

1. Kuesioner Keberhasilan Toilet Training


Reliability
****** Method 2 (covariance matrix) will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y
A N A L Y S I S
S C A L E
(A L P H A)
1.
KK.1
Kuesioner no.1
2.
KK.2
Kuesioner no.2
3.
KK.3
Kuesioner no.3
4.
KK.4
Kuesioner no.4
5.
KK.5
Kuesioner no.5
6.
KK.6
Kuesioner no.6
7.
KK.7
Kuesioner no.7
8.
KK.8
Kuesioner no.8
9.
KK.9
Kuesioner no.9
10.
KK.10
Kuesioner no.10
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Mean
3.2000
3.3333
3.1333
3.2667
3.1333
3.3333
2.9333
2.9333
3.1333
3.1333
15.0

KK.1
KK.2
KK.3
KK.4
KK.5
KK.6
KK.7
KK.8
KK.9
KK.10
N of Cases =

Statistics for
Scale
Item Means
Item Variances

Cases
15.0
15.0
15.0
15.0
15.0
15.0
15.0
15.0
15.0
15.0

Mean
31.5333

Variance
24.8381

Std Dev
4.9838

N of
Variables
10

Mean
3.1533

Minimum
2.9333

Maximum
3.3333

Range
.4000

Max/Min
1.1364

Variance
.0198

Mean
.7914

Minimum
.2381

Maximum
1.3524

Range
1.1143

Max/Min
5.6800

Variance
.1022

R E L I A B I L I T Y
Item-total Statistics

KK.1
KK.2
KK.3
KK.4
KK.5
KK.6
KK.7
KK.8
KK.9
KK.10

Std Dev
.7746
.4880
.9155
.8837
.9155
.7237
1.1629
1.0998
.9155
.8338

Scale
Mean
if Item
Deleted
28.3333
28.2000
28.4000
28.2667
28.4000
28.2000
28.6000
28.6000
28.4000
28.4000

Reliability Coefficients
Alpha =
.8571

A N A L Y S I S
Scale
Variance
if Item
Deleted
20.5238
22.4571
20.8286
20.2095
19.6857
20.8857
19.9714
20.2571
20.9714
20.8286

S C A L E

Corrected
ItemTotal
Correlation
.5292
.6634
.5795
.5843
.5311
.5183
.6381
.5406
.5612
.5355

10 items
Standardized item alpha =

(A L P H A)

Squared
Multiple
Correlation
.6872
.7340
.8677
.6762
.7867
.7070
.5444
.6502
.6617
.7747
.8768

Alpha
if Item
Deleted
.7241
.7405
.7428
.7279
.7206
.7269
.7554
.7526
.7454
.7351

2. Kuesioner Pola Asuh


Reliability
****** Method 2 (covariance matrix) will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y
A N A L Y S I S
S C A L E
(A L P H A)
1.
KP.1
Kuesioner no.1
2.
KP.2
Kuesioner no.2
3.
KP.3
Kuesioner no.3
4.
KP.4
Kuesioner no.4
5.
KP.5
Kuesioner no.5
6.
KP.6
Kuesioner no.6
7.
KP.7
Kuesioner no.7
8.
KP.8
Kuesioner no.8
9.
KP.9
Kuesioner no.9
10.
KP.10
Kuesioner no.10
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Mean
3.0000
2.8000
3.2000
3.0000
3.4000
2.8000
2.7333
2.8667
3.0000
2.8000
15.0

KP.1
KP.2
KP.3
KP.4
KP.5
KP.6
KP.7
KP.8
KP.9
KP.10
N of Cases =

Statistics for
Scale
Item Means
Item Variances

Cases
15.0
15.0
15.0
15.0
15.0
15.0
15.0
15.0
15.0
15.0

Mean
29.6000

Variance
27.6857

Std Dev
5.2617

N of
Variables
10

Mean
2.9600

Minimum
2.7333

Maximum
3.4000

Range
.6667

Max/Min
1.2439

Variance
.0437

Mean
.8419

Minimum
.5429

Maximum
1.1714

Range
.6286

Max/Min
2.1579

Variance
.0385

R E L I A B I L I T Y
Item-total Statistics

KP.1
KP.2
KP.3
KP.4
KP.5
KP.6
KP.7
KP.8
KP.9
KP.10

Std Dev
1.0000
.9411
.7746
1.0000
.7368
.8619
.9612
.8338
.9258
1.0823

Scale
Mean
if Item
Deleted
26.6000
26.8000
26.4000
26.6000
26.2000
26.8000
26.8667
26.7333
26.6000
26.8000

Reliability Coefficients
Alpha =
.8732

A N A L Y S I S
Scale
Variance
if Item
Deleted
22.6857
23.0286
23.2571
22.6857
24.1714
23.4571
22.2667
23.0667
22.9714
22.3143

S C A L E

Corrected
ItemTotal
Correlation
.5199
.5175
.5155
.5199
.6101
.5175
.5956
.5899
.6346
.6107

10 items
Standardized item alpha =

(A L P H A)

Squared
Multiple
Correlation
.7353
.8335
.8084
.8541
.9010
.7184
.7852
.7686
.6709
.6678
.8777

Alpha
if Item
Deleted
.7571
.7570
.7468
.7571
.7584
.7569
.7463
.7483
.7547
.7596

TIM ETIKA PENELITIAN MAHASISWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
KETERANGAN KELAYAKAN ETIK PENELITIAN
(ETHICAL CLEARENCE)
No.

/J10.17/AK-TA-PSIK/IX/2007

Setelah Tim Etika Penelitian Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya mempelajari
dengan seksama rancangan penelitian yang diusulkan:
Judul

Hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat keberhasilan toilet training
pada anak usia pra sekolah di TK Aisyah III Mojokerto.

Peneliti

Ari Damayanti W

NIM

0610722009

Unit/Lembaga

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang

Tempat Penelitian :

TK Aisyiah III Mojokerto

Maka dengan ini dinyatakan bahwa penelitian tersebut telah memenuhi atau layak etik.
Malang,
An. Ketua
Koordinator Divisi I (Mahasiswa SI-FKUB)

Dr. dr. Teguh Wahju Sardjono, DTM&H, MSc, SpPark


NIP. 130 809 100

PERNYATAAN TELAH MELAKSANAKAN PENELITIAN DAN


MEMENUHI ETHICAL CLEARANCE
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama

: Ari Damayanti W

NIM

: 0610722009

Jurusan

: Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Menyatakan bahwa saya telah melaksanakan proses pengambilan data penelitian sesuai dengan
yang disetujui pembimbing dan telah memperoleh pernyataan kesediaan dan persetujuan dari
responden sebagai sumber data.

Malang,
Pembimbing,

Yang membuat pernyataan

Yati Sri Hayati, SKp.

Ari Damayanti W

NIP. 132 300 041

NIM.0610722009

Mengetahui,
Tim Etik Penelitian Kesehatan
Koordinator Divisi I (Mahasiswa S-1 FKUB)

Dr.dr.Teguh Wahyu Sardjono, DTM&H,MSc,SpPark


NIP.130.809.100

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama

: Ari Damayanti W

NIM

: 0610722009

Jurusan

: Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya
sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran orang lain. Yang saya akui sebagai
tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila di kemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir ini
adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Malang,
Yang membuat pernyataan

(Ari Damayanti W)
NIM.0610722009

CURICULUM VITAE

Nama

: Ari Damayanti W

Tempat, tanggal lahir

: Mojokerto, 23 Desember 1982

Alamat rumah

: Jl. Pekayon II No.1 Mojokerto

Alamat di Malang

: Jl. Bendungan Sutami 2b No. 38

Riwayat Pendidikan

: 1. MI Nurul Huda I Mojokerto


2. SMP Negeri V Mojokerto
3. SPK Sutomo Surabaya
4.Diploma III Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang
5.Program Study Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya Malang

Riwayat Pekerjaan

: Perawat pelaksana RSUD.Prof.Dr.Soekandar Mojokerto

Anda mungkin juga menyukai