:
:
:
:
:
:
:
Evaluasi Lahan
3 (tiga)
6 (enam)
Ganjil
5 dan 6 (2 x 100 menit)
Persiapan Survai Tanah
IV-1
Peta Kompetensi
Kompetensi Mata Kuliah
Mampu menilai karakteristik dan kualitas lahan sebagai dasar penentuan
kemampuan dan kesesuaian lahan untuk berbagai penggunaan yang
berkelanjutan
Kompetensi Dasar 9
Membandingkan berbagai sistem evaluasi
kesesuaian lahan yang ada di Indonesia
Kompetensi Dasar 8
Membandingkan sistem pendekatan
fisiografik dan parametrik untuk
kepentingan evaluasi berbagai
penggunaan lahan dengan benar
Kompetensi Dasar 7
Menganalisa klasifikasi kesesuaian
lahan untuk tanaman dengan benar
Kompetensi Dasar 6
Menganalisa klasifikasi kemampuan
lahan dengan benar
Kompetensi Dasar 5
Menerapkan metode survai dan
pengambilan contoh tanah di
lapangan dengan benar
Kompetensi Dasar 4
Mempersiapkan data/informasi
pendahuluan yang dibutuhkan
untuk pelaksanaan survai tanah
dan sumberdaya lahan dengan
benar
Kompetensi Dasar 3
Mengorganisir data-data yang diperlukan untuk kepentingan
evaluasi lahan dengan benar
Kompetensi Dasar 2
Menunjukkan cara dan pendekatan evaluasi lahan yang benar sesuai
dengan tujuan dan manfaat evaluasi lahan yang ingin dicapai
Kompetensi Dasar 1
Menjelaskan defnisi, tujuan, manfaat, dasar-dasar evaluasi
lahan, serta ruang lingkup evaluasi lahan dengan benar
IV-2
B. MATERI PERKULIAHAN
Perencanaan
Survai
Pelaksanaan
Gambar 4.1. Piramida hubungan sektor-sektor dalam proses survai
Survai merupakan uraian keseluruhan dari aktivitas dan proses,
termasuk didalamnya adalah kegiatan-kegiatan berikut:
a. Perumusan tujuan (pelaksanaan survai khusus atau spesifikasi survai)
b. Prosedur perencanaan (perencanaan proyek survai)
c. Kompilasi data dan ekstraksi informasi (dengan analisis dan
manipulasi data)
d. Penyajian informasi (dalam bentuk peta, laporan, dsb)
Oleh karena itu, tahapan kegiatan dalam survai tanah meliputi: persiapan
(pra survai), pelaksanaan survai tanah (survai utama), analisis data, dan
pembuatan laporan.
IV-3
Pengumpulan Informasi
Pegumpulan data spasial yang meliputi peta dasar, peta tematik dan
peta pendukung lainnya, basis data tanah, iklim, dan keragaan sosial ekonomi
serta budaya masyarakat setempat baik yang berupa data sekunder maupun
data primer. Data spasial berasal dari :
Data penginderaan jauh berupa foto udara atau citra satelit yang
digunakan
untuk
interpretasi
klasifikasi
landform
dan
data
dengan mengganti setiap kelas warna pada citra yang ada dengan warna lain
yang telah disesuaikan dengan kunci interpretasi. Hasil klasifikasi penutupan
lahan ini kemudian dideliniasi sehingga menghasilkan peta penggunaan
lahan dengan menggunakan software-software Geographic Information
System fasilitas digitasi.
a. Perbesaran Citra
b. Penajaman image
Digitasi
c. Klasifikasi Citra
Peta
Penutupan
Lahan
IV-5
2.
3.
5.
6.
7.
8.
IV-7
9.
foto udara atau citra satelit. Klasifikasi landform dapat dilakukan melalui
analisis pola aliran drainase. Pola aliran dipengaruhi oleh lereng, kekerasan
dan struktur batuan, sejarah geologi dan geomorfologi setempat. Gambar 4.3
mengambarkan pola-pola drainase, hubungan pola drainase tersebut dengan
sifat landform dijelaskan sebagai berikut:
a.
b.
c.
Internal; Pola drainase seolah-olah terputus dan membentuk kolamkolam kecil. Hal ini mengindikasikan bahan tanah yang porous. Pola
aliran ini merupakan penciri landform karst.
d.
e.
f.
g.
h.
Annular; Pola aliran dengan sungai utama yang melingkar, anak sungai
membentuk sudut tegak lurus dengan sungai utama. Merupakan penciri
daerah dome (kubah) atau puncak bukit.
IV-8
c. Internal
a. Deranged
b. Centripetal
d. Dislocated
e. Anastroming/braiding
g. Pinnate
h. Annular
i. Dendritik
j. Rectangular
k. Trellis
l. Paralel
f. Radial/centrifugal
Gambar 4.3 Berbagai pola drainase sebagai dasar penilaian unit landform
IV-9
i.
j.
k.
l.
2.
IV-10
3.
Intrusi, umumnya dicirikan oleh pola kontur yang melingkar dan rapat,
sungai-sungai mengalir dari arah puncak dalam pola radial atau anular.
4.
5.
Gunung api, dicirikan umumnya oleh bentuk kerucut dan pola aliran
radial, serta kawah pada puncaknya untuk gunung api muda, sementara
untuk gunung api tua dan sudah tidak aktif, dicirikan oleh pola aliran
anular serta pola kontur melingkar rapat atau memanjang yang
menunjukan adanya jenjang volkanik atau korok-korok.
6.
lahan adalah kelompok lahan yang memiliki sifat-sifat yang sama atau
hampir sama, yang penyebarannya digambarkan melaui peta. Satuan peta
lahan (landunit) disusun berdasarkan tingkat survei atau skala peta yang
akan dibuat baik detil, semi detil maupun tinjau atau reconaissance. Batasbatas SPT umumnya berdasarkan pada sifat-sifat lahan yang mudah
dipetakan seperti relief atau kelas lereng, bentuk lahan existing (landform),
bahan induk tanah dan penggunaan lahan (saat ini).
Pembentukkan landunit dilakukan melalui proses overlay peta-peta
tematik (iklim, bahan induk, penggunaan lahan dan kelas kemiringan lereng).
Teknik overlay merupakan pendekatan yang sering dan baik digunakan
dalam perencanaan tata guna lahan.
Melalui
IV-11
Peta Iklim
Peta Geologi
Peta Landuse
Overlay
IV-12
Judgment
sample
Stratified
random sample
Simple random
sample
Systematic sample
(grid system)
Composite
sample
IV-13
Survai Pendahuluan
Survai pendahuluan atau prasurvai merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk mematangkan persiapan survai. Kegiatan ini merupakan
pengujian pendahuluan terhadap kondisi lapang. Pengujian dilakukan
terhadap hasil interpretasi citra yaitu ground chek penggunaan lahan dan
hasil interpretasi landform berikut batas-batasnya. Data yang diperoleh pada
kegiatan prasurvai ini akan digunakan untuk memperbaharui peta kerja yang
sudah dibuat. Terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan dalam prasurvai
adalah:
a.
b.
c.
IV-14
Tabel 4.1 Hubungan tingkat kerapatan observasi dan waktu yang diperlukan dengan intensitas survai pada tanah alluvial
(Dent and Young, 1981)
IV-15
secara
berkelompok
menginterpretasi
klasifikasi
landform dari foto udara yang disediakan sebagai salah satu tahapan
dalam persiapan survai
2. URAIAN TUGAS
a. Obyek Garapan
-
Foto udara
c.
Klasifikasi landform
IV-16
3. RUBRIK PENILAIAN
DIMENSI
Sangat
Kurang
Di bawah
Memuaskan Batas
Memuaskan
Memuaskan standard
(4)
(3)
(5)
(2)
(1)
SKOR
Ketepatan
waktu
pengumpulan
Tepat waktu
Tidak tepat
waktu
Kerapihan
Rapih
Tidak
Rapih
Kelengkapan
Isian
100 % terisi
80 % terisi
60 %
terisi
40 - 60 %
terisi
< 60 %
terisi
Analisis unit
landform
100 %
benar
80 % benar
60 %
benar
40 % benar
< 40 %
benar
Analisis
klasifikasi
lanform
100 %
benar
80 % benar
60 %
benar
40 % benar
< 40 %
benar
Perhitungan Nilai
-
Nilai per Komponen (NCo): (S1 x NC1) + (S2 x NC2) + ...... + (Sx x NCy)
S : Skor, NC : Nilai kriteria
Kriteria Kompetensi:
IV-17
Kelas
: ___________________
Kelompok : ___________________
No Foto Udara
Elevasi
Klasifikasi Landform : (Hasil analisis unit landorm, formasi geologi & topografi)
Formasi Geologi
Penggunaan
lahan
Identifikasi
penggunaan
lahannya,
contoh:
sawah, hutan,
ladang, dsb
Relief
Kelas
lereng,
contoh:
berombak,
berbukit,
dsb
Kode unit
landform
Kode unit
landform
disesuaika
n dengan
Sistem
Klasifikasi
Dessaunett
IV-18
D. DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, T.S. 1993. Survai Tanah dan Evaluasi Lahan. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Christian C.S. and Stewart G.A. 1968. Methodology of integrated surveys in
Aerial survey and integrated studies. Conference Proceedings (ed. by
UNESCO). Toulouse, France. . 233280.
Dessaunettes, J.R. 1977. Catalogue of landforms for Indonesia. Working Paper
No. 13. Land Capability Apprisial Project. Soil Research Institute.
Bogor.
Dijkerman, J.C. 1974. Pedology as a science: the role of data, modelsand
theories in the study of natural soil systems. Geoderma (11), p : 7393.
Marsoedi, W., J., Dai, N., Suharta, Darul S.W.P, S. Hardjowigeno, H., Hof, dan
E.R. Jorden. 1997. Pedoman Klasifikasi Landform. Centre for Soil and
Agroclimate Research. Bogor.
Van Zuidam, R.A. and F.I., van Zuidam-Cancelado. 1979. Terrain Analysis and
Classification Using Aerial Photographs. International Institute for
Aerial Survey and Earth Science. Enschede-Netherlands.
IV-19