Anda di halaman 1dari 14

Cara Pengobatan Angina

DEFINISI
Angina (angina pektoris) merupakan nyeri dada sementara atau suatu
perasaan tertekan, yang terjadi jika otot jantung mengalami kekurangan
oksigen. Kebutuhan jantung akan oksigen ditentukan oleh beratnya kerja
jantung (kecepatan dan kekuatan denyut jantung). Aktivitas fisik dan emosi
menyebabkan jantung bekerja lebih berat dan karena itu menyebabkan
meningkatnya kebutuhan jantung akan oksigen. Jika arteri menyempit atau
tersumbat sehingga aliran darah ke otot tidak dapat memenuhi kebutuhan
jantung akan oksigen, maka bisa terjadi iskemia dan menyebabkan nyeri.
PENYEBAB
Biasanya angina merupakan akibat dari penyakit arteri koroner.
Penyebab lainnya adalah:
* Stenosis katup aorta (penyempitan katup aorta)
* Regurgitasi katup aorta (kebocoran katup aorta)
* Stenosis subaortik hipertrofik
* Spasme arterial (kontraksi sementara pada arteri yang terjadi secara tibatiba)
* Anemia yang berat.
GEJALA
Tidak semua penderita iskemia mengalami angina. Iskemia yang tidak
disertai dengan angina disebut silent ischemia. Masih belum dimengerti
mengapa iskemia kadang tidak menyebabkan angina. Biasanya penderita
merasakan angina sebagai rasa tertekan atau rasa sakit di bawah tulang
dada (sternum).
Nyeri juga bisa dirasakan di:
- bahu kiri atau di lengan kiri sebelah dalam
- punggung
- tenggorokan, rahang atau gigi
- lengan kanan (kadang-kadang).
Banyak penderita yang menggambarkan perasaan ini sebagai rasa tidak
nyaman dan bukan nyeri.
Yang khas adalah bahwa angina:
- dipicu oleh aktivitas fisik
- berlangsung tidak lebih dari beberapa menit
- akan menghilang jika penderita beristirahat.

Kadang penderita bisa meramalkan akan terjadinya angina setelah


melakukan kegiatan tertentu.
Angina seringkali memburuk jika:
- aktivitas fisik dilakukan setelah makan
- cuaca dingin
- stres emosional.
Variant Angina
Merupakan akibat dari kejang pada arteri koroner yang besar di permukaan
jantung, disebut variant karena ditandai dengan:
- nyeri yang timbul ketika penderita sedang istirahat, bukan pada saat
melakukan aktivitas fisik
- perubahan tertentu pada EKG.
Unstable Angina
Merupakan angina yang pola gejalanya mengalami perubahan. Ciri angina
pada seorang penderita biasanya tetap, oleh karena itu setiap perubahan
merupakan masalah yang serius (misalnya nyeri menjadi lebih hebat,
serangan menjadi lebih sering terjadi atau nyeri timbul ketika sedang
beristirahat). Perubahan tersebut biasanya menunjukkan perkembangan
yang cepat dari penyakit arteri koroner, dimana telah terjadi penyumbatan
arteri koroner karena pecahnya suatu ateroma atau terbentuknya suatu
bekuan.Resiko terjadinya serangan jantung sangat tinggi. Unstable angina
merupakan suatu keadaan darurat.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan terutama berdasarkan gejalanya. Diantara bahkan
selama serangan angina, pemeriksaan fisik atau EKG hanya menunjukkan
kelainan yang minimal. Selama suatu serangan, denyut jantung bisa sedikit
meningkat, tekanan darah meningkat dan bisa terdengar perubahan yang
khas pada denyut jantung melalui stetoskop. Selama suatu serangan, bisa
ditemukan adanya perubahan pada EKG, tetapi diantara serangan, EKG bisa
menunjukkan hasil yang normal, bahkan pada penderita penyakit arteri
koroner yang berat.
Jika gejalanya khas, diagnosisnya mudah ditegakkan. Jenis nyeri, lokasi dan
hubungannya dengan aktivitas, makan, cuaca serta faktor lainnya akan
mempermudah diagnosis.
Pemeriksaan tertentu bisa membantu menentukan beratnya iskemia dan
adanya penyakit arteri koroner:
1. Exercise tolerance testing merupakan suatu pemeriksaan dimana

penderita berjalan di atas treadmill dan dipantau dengan EKG. Pemeriksaan


ini bisa menilai beratnya penyakit arteri koroner dan kemampuan jantung
untuk merespon iskemia. Hasil pemeriksaan ini juga bisa membantu
menentukan perlu tidaknya dilakukan arteriografi koroner atau
pembedahan.
2. Radionuclide imaging yang dilakukan bersamaan dengan exercise
tolerance testing bisa memberikan keterangan berharga mengenai angina.
Penggambaran radionuklida tidak hanya memperkuat adanya iskemia, tetapi
juga menentukan daerah dan luasnya otot jantung yang terkena dan
menunjukkan jumlah darah yang sampai ke otot jantung.
3. Exercise echocardiography merupakan suatu pemeriksaan dimana
ekokardiogram diperoleh dengan memantulkan gelombang ultrasonik dari
jantung. Pemeriksaan ini bisa menunjukkan ukuran jantung, pergerakan otot
jantung, aliran darah yang melalui katup jantung dan fungsi katup.
Ekokardiogram dilakukan pada saat istirahat dan pada puncak aktivitas. Jika
terdapat iskemia, maka gerakan memompa dari dinding ventrikel kiri
tampak abnormal.
4. Arteriografi koroner bisa dilakukan jika diagnosis penyakit arteri koroner
atau iskemia belum pasti. Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan
beratnya penyakit arteri koroner dan untuk membantu menentukan perlu
tidaknya dilakukan pembedahan bypass arteri koroner atau angioplasti.
5. Pemantauan EKG berkelanjutan dengan monitor Holter menunjukkan
kelainan dari silent ischemia.
6. Angiografi kadang bisa menemukan adanya kejang pada arteri koroner
yang tidak memiliki suatu ateroma.
PENGOBATAN
Pengobatan dimulai dengan usaha untuk mencegah penyakit arteri koroner,
memperlambat progresivitasnya atau melawannya dengan mengatasi faktorfaktor resikonya. Faktor resiko utama (misalnya peningkatan tekanan darah
dan kadar kolesterol), diobati sebagaimana mestinya. Faktor resiko
terpenting yang bisa dicegah adalah merokok sigaret.
Pengobatan angina terutama tergantung kepada berat dan kestabilan gejalagejalanya. Jika gejalanya stabil dan ringan sampai sedang, yang paling
efektif adalah mengurangi faktor resiko dan mengkonsumsi obat-obatan.
Jika gejalanya memburuk dengan cepat, biasanya penderita segera dirawat
dan diberikan obat-obatan di rumah sakit. Jika gejalanya tidak menghilang
dengan obat-obatan, perubahan pola makan dan gaya hidup, maka bisa
digunakan angiografi untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan
pembedahan bypass arteri koroner atau angioplasti.
STABLE ANGINA

Pengobatan dimaksudkan untuk mencegah atau mengurangi iskemia dan


meminimalkan gejala.
Terdapat 4 macam obat yang diberikan kepada penderita:
1. Beta-blocker
Obat ini mempengaruhi efek hormon epinephrine dan norepinephrine pada
jantung dan organ lainnya. Beta-blocker mengurangi denyut jantung pada
saat istirahat. Selama melakukan aktivitas, Beta-blocker membatasi
peningkatan denyut jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen.
Beta-blocker dan nitrat telah terbukti mampu mengurangi kejadian serangan
jantung dan kematian mendadak.
2. Nitrat (contohnya nitroglycerin). Nitrat menyebabkan pelebaran pada
dinding pembuluh darah, terdapat dalam bentuk short-acting dan longacting. Sebuah tablet nitroglycerin yang diletakkan di bawah lidah
(sublingual) biasanya akan menghilangkan gejala angina dalam waktu 1-3
menit, dan efeknya berlangsung selama 30 menit. Penderita stable angina
kronik harus selalu membawa tablet atau semprotan nitroglycerin setiap
saat. Menelan sebuah tablet sesaat sebelum melakukan kegiatan yang
diketahui penderita dapat memicu terjadinya angina, akan sangat
membantu penderita. Nitroglycerin tablet juga bisa diselipkan diantara gusi
dan pipi bagian dalam atau penderita bisa menghirup nitroglycerin yang
disemprotkan ke dalam mulut; tetapi yang banyak digunakan adalah
pemakaian nitroglycerin tablet sublingual.
Nitrat long-acting diminum sebanyak 1-4 kali/hari. Nitrat juga terdapat
dalam bentuk plester dan perekat kulit, dimana obat ini diserap melalui
kulit selama beberapa jam. Nitrat long-acting yang dikonsumsi secara rutin
bisa segera kehilangan kemampuannya untuk mengurangi gejala. Oleh
karena itu sebagian besar ahli menganjurkan selang waktu selama 8-12 jam
bebas obat untuk mempertahankan efektivitas jangka panjangnya.
3. Antagonis Kalsium
Obat ini mencegah pengkerutan pembuluh darah dan bisa mengatasi kejang
arteri koroner. Antagonis kalsium juga efektif untuk mengobati variant
angina. Beberapa antagonis kalsium (misalnya verapamil dan diltiazem) bisa
memperlambat denyut jantung. Obat ini juga bisa digabungkan bersama
Beta-blocker untuk mencegah terjadinya episode takikardi (denyut jantung
yang sangat cepat).
4. Antiplatelet (contohnya aspirin) Platelet adalah suatu faktor yang
diperlukan untuk terjadinya pembekuan darah bila terjadi perdarahan.
Tetapi jika platelet terkumpul pada ateroma di dinding arteri, maka
pembentukan bekuan ini (trombosis) bisa mempersempit atau menyumbat

arteri sehingga terjadi serangan jantung. Aspirin terikat pada platelet dan
mencegahnya membentuk gumpalan dalam dinding pembuluh darah, jadi
aspirin mengurangi resiko kematian karena penyakit arteri koroner.
Penderita yang alergi terhadap aspirin, bisa menggunakan triklopidin.
UNSTABLE ANGINA
Pada umumnya penderita unstable angina harus dirawat, agar pemberian
obat dapat diawasi secara ketat dan terapi lain dapat diberikan bila perlu.
Penderita mendapatkan obat untuk mengurangi kecenderungan
terbentuknya bekuan darah, yaitu:
- Heparin (suatu antikoagulan yang mengurangi pembentukan bekuan darah)
- Penghambat glikoprotein IIb/IIIa (misalnya absiksimab atau tirofiban)
- Aspirin.
Juga diberikan Beta-blocker dan nitroglycerin intravena untuk mengurangi
beban kerja jantung. Jika pemberian obat tidak efektif, mungkin harus
dilakukan arteriografi koroner dan angioplasti atau operasi bypass.
Operasi bypass arteri koroner
Pembedahan ini sangat efektif dilakukan pada penderita angina dan penyakit
arteri koroner yang tidak meluas. Pembedahan ini bisa memperbaiki
toleransi penderita terhadap aktivitasnya, mengurangi gejala dan
memperkecil jumlah atau dosis obat yang diperlukan.
Pembedahan dilakukan pada penderita angina berat yang:
- tidak menunjukkan perbaikan pada pemberian obat-obatan
- sebelumnya tidak mengalami serangan jantung
- fungsi jantungnya normal
- tidak memiliki keadaan lainnya yang membahayakan pembedahan
(misalnya penyakit paru obstruktif menahun).
Pembedahan ini merupakan pencangkokan vena atau arteri dari aorta ke
arteri koroner, meloncati bagian yang mengalami penyumbatan. Arteri
biasanya diambil dari bawah tulang dada. Arteri ini jarang mengalami
penyumbatan dan lebih dari 90% masih berfungsi dengan baik dalam waktu
10 tahun setelah pembedahan dilakukan. Pencangkokan vena secara
bertahap akan mengalami penyumbatan.
Angioplasti koroner
Alasan dilakukannya angioplasti sama dengan alasan untuk pembedahan

bypass. Tidak semua penyumbatan bisa menjalani angioplasti, hal ini


tergantung kepada lokasi, panjang, beratnya pengapuran atau keadaaan
lainnya.
Angioplasti dimulai dengan menusuk arteri perifer yang besar (biasanya
arteri femoralis di paha) dengan jarum besar. Kemudian dimasukkan kawat
penuntun yang panjang melalui jarum menuju ke sistem arteri, melewati
aorta dan masuk ke dalam arteri koroner yang tersumbat. Sebuah kateter
(selang kecil) yang pada ujungnya terpasang balon dimasukkan melalui
kawat penuntun ke daerah sumbatan. Balon kemudian dikembangkan selama
beberapa detik, lalu dikempiskan. Pengembangan dan pengempisan balon
diulang beberapa kali.
Penderita diawasi dengan ketat karena selama balon mengembang, bisa
terjadi sumbatan alliran darah sesaat. Sumbatan ini akan merubah gambaran
EKG dan menimbulkan gejala iskemia. Balon yang mengembang akan
menekan ateroma, sehingga terjadi peregangan arteri dan perobekan lapisan
dalam arteri di tempat terbentuknya sumbatan. Bila berhasil, angioplasti
bisa membuka sebanyak 80-90% sumbatan.
Sekitar 1-2% penderita meninggal selama prosedur angioplasti dan 3-5%
mengalami serangan jantung yang tidak fatal. Dalam waktu 6 bulan
(seringkali dalam beberapa minggu pertama setelah prosedur angioplasti),
arteri koroner kembali mengalami penyumbatan pada sekitar 20-30%
penderita.
Angioplasti seringkali harus diulang dan bisa mengendalikan penyakit arteri
koroner dalam waktu yang cukup lama. Agar arteri tetap terbuka, digunakan
prosedur terbaru, dimana suatu alat yang terbuat dari gulungan kawat
(stent) dimasukkan ke dalam arteri. Pada 50% penderita, prosedur ini
tampaknya bisa mengurangi resiko terjadi penyumbatan arteri berikutnya.
PROGNOSIS
Faktor penentu dalam meramalkan apa yang akan terjadi pada penderita
angina adalah umur, luasnya penyakit arteri koroner, beratnya gejala dan
yang terpenting adalah jumlah otot jantung yang masih berfungsi normal.
Makin luas arteri koroner yang terkena atau makin buruk penyumbatannya,
maka prognosisnya makin jelek. Prognosis yang baik ditemukan pada
penderita stable angina dan penderita dengan kemampuan memompa yang
normal (fungsi otot ventrikelnya normal). Berkurangnya kemampuan
memompa akan memperburuk prognosis.
PENCEGAHAN

Cara terbaik untuk mencegah terjadinya angina adalah merubah faktorfaktor resiko:
* Berhenti merokok
* Mengurangi berat badan
* Mengendalikan tekanan darah, diabetes dan kolesterol.
http://www.spesialis.info/?cara-pengobatan-angina,702

Topik ke-145: Nyeri Dada - Angina Pectoris


27/12/2013
7 Comments

Pendahuluan
Nyeri dada dapat disebabkan oleh berbagai macam kondisi. Yang kita bahas di sini adalah
nyeri dada yang disebabkan oleh kondisi di mana otot jantung tidak cukup mendapatkan
suplai darah; yang dalam istilah medisnya Angina Pectoris. Bila pembuluh darah arteri
coronaria yang bertugas menyuplai darah ke otot jantung sudah berada dalam kondisi yang
tidak baik, kemudian terjadi kondisi beban kerja jantung bertambah, maka di saat itu lah
seseorang dapat merasakan angina. Beban kerja jantung bertambah berat pada kondisi
aktivitas fisik, emosi tinggi, suhu yang ekstrim, dan ketika sedang makan. Angina pectoris
adalah nyeri sesaat merupakan gabungan dari rasa nyeri, tekanan, perasan, dan rasa
penuh yang dapat terjadi pada dada, leher, bahu, rahang, lengan atas dan punggung atas.
Fakta Tentang Angina Pectoris

1. Angina pectoris bersifat sementara yang lamanya dari mulai beberapa detik sampai
hitungan menit. Tidak sampai terjadi sepanjang hari seperti pada serangan jantung;
tapi adanya angina merupakan tanda akan datangnya serangan jantung.
2. Makin lama episode angina, berarti makin serius kondisi dari sumbatan pada arteri
coronaria.

3. Angina pectoris yang tidak diacuhkan akan benar dapat menjadi sebuah serangan
jantung yang dapat menyebabkan kematian.
4. Lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita.
5. Kondisi lain yang dapat menyebabkan nyeri dada: GERD, infeksi saluran pernafasan
atas, asma, nyeri otot dan ligamen.

Dengarkan rekaman radio talk show untuk topik ini; click di sini.

Pembagian Angina Pectoris

1.
2. Stable Angina. Adalah tipe yang paling sering. Penderita merasakannya secara
reguler dengan pola dan episode yang dapat diperkirakan. Kejadiannya kurang dari 5
menit dan dapat hilang dengan obat nitroglycerin di bawah lidah.
3. Unstable Angina. Adalah tipe yang jarang, tidak dapat diprediksi, malah sering terjadi
saat penderita sedang istirahat. Dapat merupakan kondisi lanjutan dari stable
angina, walaupun dapat saja langsung terjadi unstable angina. Rasa nyerinya terasa
lebih sering, lebih berat, lebih lama, dan tidak hilang dengan obat nitroglycerin di
bawah lidah. Penderita biasanya membutuhkan perawatan di RS untuk mencegah
serangan jantung.

Faktor Resiko Angina Pectoris

1. Merokok dan asap rokok orang lain


2. Kencing manis
3. Tekanan darah tinggi
4. Kadar kolesterol tinggi
5. Obesitas
6. Penggunaan stimulant dan narkoba
7. Konsumsi caffeine dalam jumlah tinggi
8. Minuman beralkohol

9. Malas beraktivitas fisik


10. Faktor usia
11. Riwayat genetik dalam keluarga.

Penyebab Angina Pectoris

1. Penyakit pada arteri coronaria, di mana arteri bisa tersumbat, menyempit, atau
malah rusak (misalnya arteriosclerosis); sehingga jantung kurang mendapatkan
suplai darah.
2. Coronary artery spasm, yang dapat menyebabkan unstable angina. Merupakan
kejadian kakunya otot pembuluh darah arteri koronaria. Bisa terjadi dengan atau
tanpa adanya penyakit lain pada arteri koronaria.
3. Sebab lain; seperti sumbatan pada arteri koronaria karena bekuan darah, infeksi dan
inflamasi pada pembuluh darah tersebut, trauma (misal pada sebuah kecelakaan),
gangguan mircrovascular).
Baca artikel lainnya di blog Dr. Indra K. Muhtadi

Gejala Angina Pectoris

1. Rasa tidak nyaman seperti nyeri, tekanan, perasan, rasa penuh pada dada bagian
tengah.
2. Rasa terbakar dan himpitan di bagian dada.

3. Keluhan tersebut dapat menjalar ke bahu, leher, rahang, lengan, dan punggung atas.
4. Dapat disertai dengan keluhan lain seperti nafas pendek, nyeri kepalaringan,
pingsan, gelisah, gugup, keringat dingin, pucat, mual dan muntah.

Kapan Mencari Pertolongan Medis

1. Bila baru pertama kali mengalami kumpulan gejala-gejala seperti di atas. Apa lagi
kalau Anda mengetahui memiliki faktor-faktor resikonya.
2. Bila sudah terdiagnosis pernah mengalami angina, kemudian terjadi serangan ulang
sementara dengan saran yang diberikan dokter keluhan angina tidak kunjung
berkurang.
3. Bila gejala angina pectoris, terasa berbeda dan tidak seperti biasanya. Terutama bila
nyeri dirasakan saat sedang beristirahat.

Pemeriksaan Penunjang Diagnosis

1. EKG, yang dapat diteruskan dengan treadmill dan echocardiogram.


2. Rontgen Thorax
3. Pemeriksaan darah untuk melihat faktor resiko dan penyakit penyerta.
4. Angiogram arteri coronaria.

Penanganan Angina Pectoris


Dilakukan Sendiri

Hentikan semua aktivitas yang dicurigai memicu timbulnya angina, dan beri tahu
orang di sekitar Anda. Ini diperlukan bila sekiranya terjadi serangan jantung.

Berbaring atau mengkondisikan tubuh yang nyaman dengan kepala lebih tinggi dari
tubuh.

Kunyah obat aspirin, tapi cukup satu tablet saja.

Bila merupakan kejadian ulangan, segera konsumsi nitroglycerin di bawah lidah dan
tunggu 5 menit. Bila belum hilang, dapat konsumsi lagi dan tunggu kembali 5 menit.
Bila masih belum hilang juga, tablet ketiga dapat dikonsumsi, tapi harus segera ke
rumah sakit.

Dilakukan Dokter

1. Bila berada di RS, dokter hampir pasti memasang satu jalur infus untuk pemberian
obat-obatan. Kemudian memasangkan selang oksigen ke hidung atau muka pasien.
2. Memberikan aspirin kunyah, kecuali pasien sudah mengkonsumsinya.
3. Memberikan nitroglycerin bila pasien belum mengkonsumsinya. Dan bila benar
angina, maka akan dilakukan observasi.
4. Memberikan obat-obatan lain untuk mengatasi gejala dan penyakit penyertanya
seperti obat beta blockers, calcium channel blockers, statins,
5. Pasien mungkin diizinkan pulang atau menginap di RS untuk observasi atau untuk
prosedur angiogram.
6. Tapi bila dicurigai bukan angina, melainkan awal dari serangan jantung, dokter akan
memberikan obat fibrinolytic, pasien harus dirawat inap bahkan mungkin diobservasi
di CICU.
7. Untuk mengatasi penyebab dari angina, dokter akan melakukan prosedur-prosedur
seperti pada kasus-kasus arteriosklerosis dan atherosclerosis, yang dimulai
dari ballooning, pemasangan stent, sampai dengan operasi coronary artery bypass.

Pencegahan Angina Pectoris


Mencegah terjadinya angina pectoris adalah berarti mencegah terjadinya serangan jantung
yang akhirnya merupakan pencegahan dari kejadian mati mendadak. Caranya adalah
dengan merubah pola dan gaya hidup sbb.:

1. Berhenti merokok dan menjauhi asap rokok orang lain.


2. Hindari minuman beralkohol.
3. Mengontrol tekanan darah agar tidak tinggi.
4. Menurunkan kadar lemak dalam darah.
5. Menjaga kadar gula darah jangan sampai tinggi.
6. Menjaga berat badan ideal, dengan BMI < 25
7. Diet sehat dan teratur. Hindari makan sampai perut terlalu kenyang.
8. Batasi konsumsi caffeine.
9. Aktif secara fisik dan melakukan olahraga secara rutin.

10. Kurangi stress baik fisik mau pun psikis.


11. Hindari obat-obatan stimulant seperti amphetamine, ecstasy, dan narkoba.
12. Bila sudah terdiagnosis pernah mengalami angina, sediakan selalu tablet aspirin
kunyah dan tablet nitroglycerin.
http://www.indramuhtadi.com/blog-articles-2013/topik-ke-145-nyeri-dada-anginapectoris

Kombinasi Clopidogrel-Aspirin pada Stroke Akut

Studi terbaru yang dilakukan di Cina menunjukkan bahwa kombinasi aspirin dan
clopidogrel superior dibanding aspirin saja dalam mengurangi risiko stroke, tanpa meningkatkan risiko
perdarahan. Stroke umum terjadi dalam beberapa minggu pertama setelah transient ischemic attack
(TIA) atau stroke iskemik minor. Terapi kombinasi clopidogrel dengan aspirin mungkin memberikan
perlindungan yang lebih baik terhadap stroke susulan dibandingkan aspirin saja.
Studi ini merupakan studi acak, tersamar ganda, kontrol plasebo, yang dilakukan di 114 pusat studi di
Cina. Peneliti secara acak memberikan terapi kombinasi clopidogrel + aspirin atau plasebo + aspirin
pada 5170 pasien (dalam waktu 24 jam setelah onset stroke iskemik atau TIA risiko tinggi).
Clopidogrel yang diberikan adalah dengan dosis awal 300 mg, dosis pemeliharaan 75 mg per hari
untuk 21 hari pertama. Kelompok kontrol diberikan plasebo atau aspirin (75 mg per hari selama 90
hari).
Semua peserta menerima open label aspirin pada dosis yang ditentukan dokter: 75 300 mg pada
hari pertama. Outcome primer dalam studi ini adalah stroke (iskemik atau hemoragik) selama 90 hari
follow up dalam intention to treat analysis. Perbedaan perawatan dinilai dengan menggunakan model
Cox-proportional
hazards,
dengan
pusat
studi
sebagai
efek
random
/
acak.
Stroke terjadi pada 8,2% pasien kelompok clopidogrel-aspirin, lebih sedikit dibanding 11,7% pada
kelompok aspirin saja (hazard ratio, 0,68; 95% confidence interval, 0,57 0,81; P<0,001).
Perdarahan derajat sedang atau berat terjadi pada 7 pasien (0,3%) di kelompok clopidogrelaspirin
dan pada 8 pasien (0,3%) kelompok aspirin saja (P=0,73); tingkat kejadian stroke hemoragik adalah
0,3% pada setiap kelompok.
Pada pasien dengan TIA atau stroke minor yang dapat dirawat 24 jam setelah onset, kombinasi
clopidogrel dengan aspirin superior dibanding dengan aspirin saja dalam mengurangi risiko stroke
dalam 90 hari pertama, dan tidak terdapat peningkatan risiko perdarahan. (AGN)

Image:
Ilustrasi
Referensi: Wang Y, Wang Y, Zhao X, Liu L, Wang D, Wang C, et al. Clopidogrel with Aspirin in Acute
Minor Stroke or Transient Ischemic Attack. NEJM 2013. DOI: 10.1056/NEJMoa1215340

Clopidogrel + Aspirin = Pencegah Stroke

Amerika Serikat (3 Apr.'09). Mengkonsumsi clopidogrel, yakni obat anti


pembekuan darah. bersamaan dengan aspirin dikatakan mampu
mencegah stroke dan serangan jantung pada orang yang mengalami
fibrilasi atrial.
Fibrilasi atrial (atrial fibrillation) adalah gangguan ritme jantung di mana
bagian atas jantung bergetar, bukannya berdenyut secara normal. Hal ini
menyebabkan darah mengumpul dan membentuk bekuan yang dapat
bergerak menuju otak, sehingga menyebabkan stroke.
Mau tahu informasi kesehatan terpercaya?
klik disini
Biasanya kasus semacam ini ditangani dengan warfarin, namun penentuan
dosisnya adalah hal yang menyulitkan. Bila dosisnya terlalu sedikit, maka
akan terjadi stroke, namun bila terlalu banyak maka terjadi risiko
pendarahan. Pasien yang diberi warfarin biasanya sering bolak-balik ke
dokter untuk memonitor dosisnya.
Karena alasan tersebut, maka banyak penderita stroke yang kemudian
beralih kepada aspirin, walau pun khasiat aspirin kurang bila dibandingkan
dengan warfarin untuk mencegah stroke.
Dr. Stuart Connolly, dari Universitas Mc Master Ontario, memimpin sebuah
penelitian guna menguji apakah dengan menambahkan clopidogrel, di
samping aspirin, akan membantu penderita stroke tersebut.

Penelitian ini melibatkan 7.554 pasien penderita stroke. Sebagian diberi


aspirin, sebagian sisanya diberi aspirin dan clopidogrel.
Setelah diamati selama 4 tahun, kombinasi dua macam obat ini mampu
menurunkan serangan jantung, kematian akibat jantung, stroke, dan
pembekuan darah sebesar 11%. Akan tetapi kombinasi ini menyebabkan
peningkatan pendarahan, yakni sebesar 251 kasus bila dibandingkan
dengan 162 kasus pada pasien yang hanya mengkonsumsi aspirin. Namun
pendarahan ini tidaklah fatal.
Hasil penelitian ini diterbitkan dalam New England Journal of Medicine, dan
dipresentasikan dalam konferensi American College of Cardiology hari
Selasa lalu.
Menanggapi hasil penelitian tersebut, Dr. Richard Page, seorang ahli
jantung dari Universitas Washington menyatakan bahwa warfarin tetaplah
obat utama namun pada pasien yang tidak mampu mentoleransinya,
kombinasi clopidogrel dan aspirin dapat diberikan.

INTISARI: LATAR BELAKANG:Persentase kejadian stroke berulang dalam 30 hari pertama


setelah serangan adalah 3-10% dan risiko terjadi pada 6 bulan pertama yaitu 8,8%.
Pemberian terapi antiplatelet pada pasien stroke iskemik dapat mencegah kejadian
stroke berulang. Hasil penelitian terkait efektivitas pemberian terapi antiplatelet
kombinasi aspirin dan klopidogrel dibandingkan dengan aspirin tunggal berbeda-beda.
METODE: Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan metode kohort yang
dilakukan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Kelompok pertama adalah pasien stroke
iskemik yang mendapatkan terapi antiplatelet aspirin tunggal sebanyak 77 subyek.
Kelompok kedua adalah pasien stroke iskemik yang mendapatkan terapi antiplatelet
kombinasi aspirin-klopidogrel sebanyak 70 pasien. Outcome penelitian ini yaitu kejadian
stroke berulang dalam kurun waktu 6 bulan setelah kejadian stroke pertama. Data
diperoleh dari data sekunder yaitu rekam medik dan follow-up kejadian stroke berulang
sebagian dilakukan dengan menghubungi pasien atau keluarga pasien. HASIL: Stroke
berulang terjadi pada 8,6% pasien stroke yang mendapatkan terapi antiplatelet
kombinasi aspirin-klopidogrel dibandingkan 13,0% pasien pada kelompok yang
mendapatkan terapi antiplatelet aspirin tunggal (RR 1,22; 95%CI 0,807 1,850;
p=0,391). KESIMPULAN:Kejadian stroke berulang 6 bulan setelah serangan stroke iskemik
pertama di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, antara pasien yang mendapatkan terapi
antiplatelet kombinasi aspirin-klopidogrel dan antiplatelet aspirin tunggal tidak berbeda.

Anda mungkin juga menyukai