Anda di halaman 1dari 16

UPAYA KHUSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN

KEDELAI (UPSUS PAJALE) DI KECAMATAN KEBUN TEBU


KABUPATEN LAMPUNG BARAT
(Laporan Praktikum Mekanisasi Pertanian)

Oleh
Kelompok 5
Andino Nurponco G.
1414121026
Bramantio Cahyo Nugroho 1414121000
Bimo Nur Prabowo
1414121000
Amara Ayunilanda M. 1414121022
Anisa Mawarni
1414121000

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam rangka untuk mensukseskan program Upaya Khusus padi, jagung dan
kedelai. Pemerintah memberikan bantuan kepada setiap kelompok tani di tiap-tiap
kecamatan. Bantuan yang diberikan adalah berupa pemberian alat-alat untuk
menunjang keberhasilan suatu pertanian. Alat-alat yang diberikan antara lain,
hand traktor, pompa air, RMU, penggilingan kopi, mesin bubuk kopi dan terpal.
Kecamatan Kebun Tebu, Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu tempat
yang menerima bantuan dari pemerintah tersebut.
Sejalan dengan tekad Pemerintah yang saat ini sedang dilakukan Upaya Khusus
(Upsus) untuk mewujudkan Swasembada PAJALE (Padi, Jagung dan Kedelai)
melalui dukungan pembiayaan yang sangat besar. Dukungan biaya tersebut di
antaranya adalah untuk memfasilitasi atau meningkatkan kapasitas balai
penyuluhan kecamatan. Oleh karena itu, momentum yang baik ini mari kita
upayakan untuk mewujudkan Balai Penyuluhan sebagai Pos Simpul Koordinasi
(Posko) Pelaksana Upsus Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai di
tingkat Kecamatan, dalam rangka mempercepat swasembada pangan.
Melalui program Upsus tiga komoditas utama padi jagung kedelai (pajale),
pemerintah Presiden Jokowi sangat bertekad untuk mensukseskan kedaulatan
pangan dalam 3 tahun ini, yaitu pada tahun 2017. Pada kegiatan Upsus pajale,
segala strategi dan upaya dilakukan untuk peningkatan luas tanam dan
produktivitas di daerah-daerah sentra produksi pangan. Operasioanalisasi
pencapaian target di lapangan benar-benar dilaksanakan secara all in untuk
mensukseskan program yaitu dengan penyediaan dana, pengerahan tenaga,

perbaikan jaringan irigasi yang rusak, bantuan pupuk, ketersedian benih unggul
yang tepat (jenis/varietas, jumlah, tempat, waktu, mutu, harga ), bantuan traktor
dan alsintan lainnya yang mendukung persiapan, panen dan pasca panen termasuk
kepastian pemasarannya (Tapari, 2015).
Posko Upsus PAJALE adalah Balai Penyuluhan Kecamatan atau Balai
Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K). Sebenarnya tidak hanya
BP3K yang dapat dijadikan sebagai posko, namun kali ini sebagai pembantu
program Upsus Pajale dipercayakan pada lembaga tersebut. Untuk itu BP3K yang
keberadaannya dijamin Undang-Undang dinilai sesuai untuk berperan sebagai pos
simpul koordinasi dari berbagai program pemabnguan pertanian, baik
program/kegiatan pusat maupun daerah.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari diadakannya Upsus Pajale ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mewujudkan swasembada padi, jagung dan kedelai.
2. Menyediakan kebutuhan prasarana dan sarana pertanian berupa air irigasi,
benih pupuk dan alsintan dan sarana produksi lainnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Melalui program Upsus tiga komoditas utama padi jagung kedelai (pajale),
pemerintah Presiden Jokowi sangat bertekad untuk mensukseskan kedaulatan
pangan dalam 3 tahun ini, yaitu pada tahun 2017. Pada kegiatan Upsus pajale,
segala strategi dan upaya dilakukan untuk peningkatan luas tanam dan
produktivitas di daerah-daerah sentra produksi pangan. Operasioanalisasi
pencapaian target di lapangan benar-benar dilaksanakan secara all in untuk
mensukseskan program yaitu dengan penyediaan dana, pengerahan tenaga,
perbaikan jaringan irigasi yang rusak, bantuan pupuk, ketersedian benih unggul
yang tepat (jenis/varietas, jumlah, tempat, waktu, mutu, harga ), bantuan traktor
dan alsintan lainnya yang mendukung persiapan, panen dan pasca panen termasuk
kepastian pemasarannya (Hakim, 2015).
Pemenuhan kebutuhan bahan pangan bagi rakyat merupakan tugas negara yang
tidak ringan. Penduduk Indonesia yang sudah di atas 250 juta jiwa, lebih dari 90%
menjadikan beras sebagai makanan pokok. Angka Tetap (ATAP) BPS tahun 2013,
menunjukkan capaian produksi beras nasional 71,28 juta ton GKG atau setara
dengan 39,50 juta ton beras, sedang angka impor beras sampai dengan Oktober
2014 sebesar 405 ribu ton. Sisi lain, kedaulatan pangan menjadi harga mati
sebagai cita-cita dalam rangka mewujudkan mimpi kemandirian bangsa dan
negara dalam bidang pangan (Priyo, 2015).
Padi ( Oryza sativa ) termasuk suku rumput rumputan dan berakar serabut. Padi
beranak melalui tunas yang tumbuh dari pangkal batang sehingga membentuk
rumpun. Setiap batang padi pada umumnya dapat beranak lebih dari satu baying.
Tetapi tidak semua dari anak padi ini menghasilkan buah padi yang berkualitas,

dalam arti untuk digunakan sebagai bibit. Tanaman padi bekembang biak dengan
biji, artinya dapat ditanam dengan bijinya. Tetapi penanaman dengan biji sulit
dilakukan. Oleh karena itu untuk memudahkan penanaman bibit padi harus
disemai terlebih dahulu.Padi yang dijadikan bibit harus dipilih dari malai dan biji
yang baik. Hal ini dimaksudkan agar tanaman padi benar benar tanaman yang
sempurna. Jadi langka yang penting dalama pembibitan adalah seleksi. Kegagalan
dalam seleksi terhadap bibit padi berakibat kegagalan dalam produksi padi, sebab
hanya bibit padi yang baik menghasilkan malai yang baik (Wiryani, 1967).
Kedelai salah satu komoditas tanaman pangan yang sangat di butuhkan oleh
penduduk Indonesia dan dipandang penting karena merupakan sumber protein,
nabati, lemak, vitamin dan mineral yang murah dan mudah tumbuh diberbadai
wilayah Indonesia serta kedelai merupakan salah satu jenis tanaman palawija yang
cukup penting setelah kacang tanah dan jagung. Sebagai bahan makanan kedelai
mempunyai kandungan gizi yang tinggi terutama protein (40%), lemak (20%),
karbohidrat (35%) dan air (8%) (Suprapto, 1997).
Jagung adalah tanaman rerumputan tropis yang sangat adaptif terhadap perubahan
iklim dan memiliki masa hidup 70-210 hari. Jagung dapat tumbuh hingga
ketinggian 3 meter. Jagung memiliki nama latin Zea mays. Tidak seperti tanaman
biji-bijian lain, tanamn jagung merupakan satu satunya tanaman yang bunga
jantan dan betinanya terpisah. Jagung dapat menghasilkan hasil panen melimpah
dengan curah hujan 300 mm perbulan. Jika kurang dari 300 mm perbulan akan
mengakibatkan kerusakan pada tanaman jagung, namun demikian, faktor dari
kelembapan tanah juga berdampak pada berkurangnya hasil panen (Belfield dan
Brown, 2008).
Jagung merupakan sumber thiamin (vitamin B1) yang sangat penting bagi
kesehatan sel otak dan fungsi kognitif sebab thiamin dibutuhkan untuk
membentuk acetylcholine yang berfungsi memaksimalkan komunikasi antar sel
otak dalam proses berpikir dan konsentrasi jika kadar zat ini menurun maka akan
menyebabkan pikun dan penyakit Alzheimer. Jagung juga mengandung asam

pentotenat (vitamin B5) yang berperan dalam proses metabolisme karbohidrat,


protein dan lemak untuk diubah menjadi energi (Widyastuti, 2002).
Kebutuhan jagung dalam negeri untuk pakan ternak mencapai 4,90 juta ton dan
bahkan masih mengimpor jagung 1.80 juta ton tahun 2005 dan diprediksi menjadi
6,60 juta ton dan diperkirakan akan mengimpor jagung mencapai 2.20 juta ton
tahun 2010, kalau produksi nasional tidak dipacu (Akil, dkk. 2005).

III. METODOLOGI TURUN LAPANG

3.1 Waktu dan Tempat


Pengambilan data dari BP3K Kebun Tebu, Lampung Barat telah dilakukan oleh
salah satu senior kami, dan kami memperolehnya pada tanggal 12 Desember 2015
di kawasan Universitas Lampung.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah flashdisk dan laptop.

3.3 Metode Pelaksanaan


Adapun metode pelaksanaan yang dilakukan adalah meminta langsung kepada
senior yang telah menjadi salah satu pembimbing serta penyuluh di kecamatan
Kebun Tebu, Lampung barat dalam program Upsus Pajale ini.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil

Tribudimakmur

Purajaya

Purawiwitan

1
1
1

5
1
1

LANTAI
JEMUR/TERPAL

MESIN BUBUK KOPI

3
Dwi Tunggal
Triguna 45
Triguna 6
Triguna 7
Triguna 8
KWT Melati
Mekar Makmur 5
Mekar Makmur 7
Putra Abung Sejahtera
Abung Abadi
Karya Tani
Sri Rezeki
Bina Tani
Sri Wangi Mandiri
Bina Jaya
Kilu Tawai

KOPIPENGGILINGAN

2
Tribudisyukur

KELOMPOK TANI

RMU

1
1

PEKON

POMPA AIR

N
O

HAND TRAKTOR

Adapun data yang diperoleh dari BP3K yang diperoleh adalah sebagai berikut :

1
1

1
1
1

1
1
1
1
1

1
1
1
1
1

Muara Jaya I

Muara Jaya II

7
8

Cipta Mulya
Tugu Mulya

Sinar Luas

10

Muara Baru

P3A Purawiwitan
Sri Mulya
Harapan Maju
Tunas Mandiri
Bakti Lestari
Sikusulang
Atar Way Besai
Way Palau
Mekar Arum
Sumber Makmur
Gapoktan Mulya Sejati
Bintang Alam S
Ribang Lestari
Suka Jaya

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

4.2 Pembahasan
Kecamatan Kebun Tebu, Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu
kecamatan yang terdiri dari 10 Pekon dan 30 Kelompok tani yang mendapatkan
batuan berupa alat-alat penunjang pelaksanaan pertanian dari pemerintah. Alatalat yang diberikan berupa hand traktor, pompa air, RMU, penggilingan kopi,
mesin bubuk kopi dan terpal. Alat-alat tersebut diberikan untuk membatu
terlaksananya program Upsus Pajale. Adapun pemberian mesin penggiling dan
bubuk kopi karena banyak petani kopi disana, tapi hanya sedikit saja kelompok
tani yang menerima mesin tersebut. Kebanyakan dari kelompok tani menerima
alat traktor tangan atau hand tractor, dikarenakan masih minimnya alat
pengolahan tanah di kecamatan tersebut.
Dalam program ini pemerintah mengikutsertakan penyuluh dan mahasiswa. Di
Lampung sendiri 226 mahasiswa tenaga pendamping dan 23 dosen pembimbing
membantu dalam program Upaya Khusus (Upsus) Peningkatan Produksi Padi,
Jagung, dan Kedelai (Pajale) di Provinsi Lampung Tahun 2015. Universitas
Lampung (Unila) secara simbolis melepas 226 mahasiswa pendamping untuk

ditugaskan di 13 kabupaten/kota di Provinsi Lampung. Sedangkan program Upsus


Peningkatan Produksi Pajale secara nasional. bekerja sama dengan 14 perguruan
tinggi, 6 STTP, dan Tentara Nasional Indonesia (TNI-Babinsa).
Dalam satu periode pendampingan mahasiswa akan bertugas selama tiga bulan di
lapangan di bawah pengawasan dosen pembimbing yang bertugas turun lapang
sekurang-kurangnya delapan hari dalam sebulan. Pada tahun 2015 pendampingan
akan dilaksanakan dalam dua periode. Setiap mahasiswa mendampingi 5-8
kelompok tani dengan luas lahan 100-200 hektare. Setiap dosen pembimbing akan
membimbing 5-13 mahasiswa. Wilayah yang akan mendapatkan pendampingan
yakni 13 kabupaten/kota meliputi Lampung Selatan (16 kecamatan, 24
pendamping, dan 2 dosen), Lampung Barat (12 kecamatan, 19 pendamping, dan 2
dosen), Lampung Tengah (9 kecamatan, 20 pendamping, dan 2 dosen), Lampung
Utara (17 kecamatan, 24 pendamping, dan 2 dosen), Lampung Timur (19
kecamatan, 20 pendamping, dan 2 dosen), Kota Metro (3 kecamatan, 1
pendamping), dan Tanggamus (17 kecamatan, 38 pendamping, dan 4 dosen).
Selanjutnya Tulangbawang (11 kecamatan, 26 pendamping, dan 3 dosen),
Tulangbawang Barat (5 kecamatan, 5 pendamping, dan 1 dosen), Waykanan (14
ecamatan, 19 pendamping, dan 2 dosen), Pringsewu (9 kecamatan, 7 pendamping,
dan 1 dosen) , Pesawaran (7 kecamatan, 11 pendamping, dan 1 dosen), serta
Pesissir Barat (10 kecamatan, 13 pendamping, dan 1 dosen).
Dalam keberlangsungan program ini, BP3K dipercaya sebagai posko dan
penyuluh. Adapun peran BP3K sebagai Penggerak Upsus Pajale adalah:
1.

Sebagai tempat pertemuan petugas (Penyuluh, KCD, Babinsa, Mahasiswa,


POPT, dll) membahas rencana pendampingan petani.

2.

Sebagai tempat koordinasi pelaksanaan supervisi kegiatan Upsus Pajale,


misalnya suprvisi untuk pengamanan penyaluran benih, pupuk dan alsintan.

3.

Tempat koordinasi dalam pelaksanaan gerakan massal, seperti: perbaikan


jaringan irigasi, pengolahan tanah, tanam, pengendalian hama, gerakan panen
dan pengamanan hasi, dll.

4.

Sebagai sekretariat penyusunan laporan perkembangan Upsus Pajale,


dimana data disiapkan penyuluh dan divalidasi oleh KCD selanjutnya dikirim
ke tingkat kabupaten/kota.

Mahasiswa pun tak luput dalam upaya pengawalan dan pendampingan ini, tapi
harus dilakukan bersama dengan penyuluh pertanian. Hampir sama seperti para
penyuluh, tugas mahasiswa adalah melaksanakan pengawalan dan pendampingan
pelaksanaan GP-PTT, POL, RJIT, dan PAT. Selain itu mahasiswa juga berperan
memfasilitasi introduksi teknologi dari Perguruan Tinggi, mengembangkan
jejaring dan kemitraan dengan pelaku usaha serta identifikasi pendataan dan
pelaporan teknis pelaksanaan kegiatan.
Berbeda dengan penyuluh pertanian dan Babinsa, mekanisme untuk mahasiswa
harus bersinergi dengan program akademik yaitu KKN (Kuliah Kerja Nyata).
Mekanisme pendampingan yang dilakukan mahasiswa saat ini melibatkan 5 STPP
(Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian) dan 14 Universitas Negeri/Institut
Pertanian Negeri. Lima STPP yang terlibat adalah STPP Medan, STPP Bogor,
STPP Magelang, STPP Malang, dan STPP Gowa. Sedangkan untuk PTN yang
terlibat adalah Universitas Syah Kuala (Aceh), Universitas Sumatera Utara
(Sumut), Universitas Andalas (Sumbar), Universitas Sriwijaya (Sumsel),
Universitas Lampung (Unila), Institut Pertanian Bogor (Bogor), Universitas
Gajahmada (Yogyakarta), Universitas Lambung Mangkurat (Kalsel), Universitas
Tanjungpura (Kalbar), Universitas Brawijaya (Malang), Universitas Udayana
(Bali), Universitas Mataram (NTB), Universitas Tadulako (Sulteng), dan
Universitas Hasanuddin (Sulsel).
Para mahasiswa kemudian akan disupervisi dosen dan masyarakat tani. Untuk
satu dosen, umumnya memegang 5-10 mahasiswa. Terdapat beberapa persyaratan
yang dipertimbangkan oleh masyarakat tani dan harus dipenuhi oleh mahasiswa.
Persyaratan tersebut yaitu direkomendasikan oleh organisasi/asosiasi petani,
diutamakan berlatar pendidikan pertanian, sebaiknya berdomisili di lokasi

kabupaten pendampingan, serta berkelakuan baik dan berkomitmen penuh


terhadap program (Priyo, 2015)
Tiga jenis tanaman pangan yang dijadikan sasaran adalah padi, jagung dan kedelai
yang mana ketiganya merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan di
Indonesia. Padi merupakan makanan pokok yang menjadi prioritas dan harus
selalu ada. Jagung juga merupakan bahan mentah dalam pembuatan tepung dan
lain-lain. Serta kedelai yang merupakan bahan pokoko dasri tempe, tahu, kecap
dan masih banyak lagi namun Indonesia masih impor dari Amerika. Sebagian
besar kedelai yang kita konsumsi merupakan hasil impor dari Amerika, karena di
Indonesia sendiri produksi kedelai sangat rendah. Hal ini sangat wajar karena
kedelai merupakan tanaman yang membutuhkan hari panjang, dan hal tersebut
tidak terjadi di Indonesia yang beriklim tropis. Hari panjang dapat ditemukan di
tempat yang beriklim sedang seperti Amerika. Oleh karena itu kita masih
mengimpor kedelai dari Amerika.
Menurut Hilman, et al. (2004), proyeksi permintaan kedelai tahun 2018 sebesar
6,11 juta ton, sedangkan produksi kedelai tahun 2003 sekitar 672.000 ton, padahal
produksi tahun 1992 pernah mencapai 1,87 juta ton. Karenanya, tanpa upaya dan
kebijakan khusus, hingga tahun 2018 kebutuhan kedelai nasional tetap akan
bergantung pada impor. Rendahnya produksi tersebut dapat disebabkan oleh
banyak faktor pembatas yang menyebabkan produksi yang dihasilkan belum
mampu memenuhi kebutuhan di Indonesia.
Jagung (Zea mays. L.) merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan
manusia dan hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang
cukup memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras. Selain sebagai
makanan pokok, jagung juga merupakan bahan baku makanan ternak. Kebutuhan
akan konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat. Hal ini didasarkan pada
makin meningkatnya tingkat konsumsi perkapita per tahun dan semakin
meningkatnya jumlah penduduk Indonesia. Di Indonesia jagung merupakan
komoditi tanaman pangan penting, namun tingkat produksi belum optimal.

Tanaman padi dibudidayakan sebagai tanaman pangan utama. Keadaan iklim,


struktur tanah dan air setiap daerah berbeda maka dari itu setiap tanaman di
daerah berbeda juga. Perbedaan jenis padi umumnya terletak pada, usia tanaman,
jumlah hasil, mutu beras, dan ketahanan terhadap hama dan penyakit. Kualitas
jenis padi pada beberapa dasawarsa yang lalu umumnya rendah pada daerah
daerah petanian. Upaya peningkatan produk tanaman padi terus dilakukan
diantaranya dengan penyilangan padi untuk mendapatkan jenis bibit padi varietas
baru yang unggul. Yang dimaksud dengan bibit unggul, ialah bibit padi yang telah
diuji coba dan menunjukkan bermacam macam keunggulan jika dibandingkan
dengan jenis lain. Kelebihan kelebihan bibit padi varietas unggul antara yang
lain : umurnya pendek hasilnya banyak, tahan tehadap hama dan penyakit
(Yandianto, 2003).
Adapun bantuan benih yang diberikan kepada kelompok tani, telah memiliki
standar yang ditentukan, yaitu :
a. Benih Padi lnbrida
1) Varietas unggul yang dilepas Menteri Pertanian,
2) Benih bersertifikat minimal kelas Benih sebar (BR)/ Extension Seed (ES).
3) Benih diterima petani maksimal 1 bulan sebelum masa kadaluarsa label.
4) Spesifikasi mutu benih :

Daya tumbuh minimal 80%.

Kadar air maksimal 13%.

Campuran varietas lain (CVL) maksimal 0,5%.

Kotoran benih maksimal 2%.

b. Benih Padi Hibrida


1) Varietas unggul yang dilepas Menteri Pertanian.
2) Benih bersertifikat kelas Benih Sebar (BR/ES).
3) Benih diterima petani maksimal 1 bulan sebelum masa kadaluarsa label.
4) Spesifikasi mutu benih :

Daya tumbuh minimal 80%.

Kadar air maksimal 13%.

Campuran varietas lain (CVL) maksimal 0,5%.

Kotoran benih maksimal 2%.

c. Benih Jagung Hibrida


1) Varietas unggul yang dilepas Menteri Pertanian.
2) Benih bersertifikat kelas Benih Sebar (BR/ES).
3) Benih diterima petani maksimal 1 bulan sebelum masa kadaluarsa label.
4) Spesifikasi mutu benih:

Daya tumbuh minimal 85%.

Kadar air maksimal 12%.

Kotoran benih maksimal 2%.

d. Benih Kedelai
1) Varietas unggul yang dilepas Menteri Pertanian.
2) Benih bersertifikat minimal kelas Benih Sebar 2 (BR 2).
3) Benih diterima petani maksimal 1 bulan sebelum masa kadaluarsa label.
4) Spesifikasi mutu benih:

Daya tumbuh minimal 80%.

Kadar air maksimal 11 %.

Carnpuran varietas lain (CVL) maksimal 0,5%.

Kotoran benih maksimal 3%.

V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan ini adalah sebagai berikut :
1. Padi, jagung dan kedelai dijadikan prioritas utama dalam program Upsus
dikarenakan merupakan makanan pokok di Indonesia.
2. Diadakannya program ini dikarenakan makin menurunnya petani tanaman
pangan ditengah meningkatnya petani hortikultura.
3. Berjalannya program ini dibantu oleh Mahasiswa dan Dosen serta TNI agar
mampu berjalan dengan baik.
4. Meskipun keterlibatan batan dari berbagai unsur sangat berpengaruh, namun
petani merupakan penentu keberhasilan dari program ini.

DAFTAR PUSTAKA

Akil, M., M. Rauf, I.U. Firmansyah, Syafruddin, Faesal, R. Efendi, dan A.


Kamaruddin. 2005. Teknologi budidaya jagung untuk pangan dan pakan
yang efisien dan berkelanjutan pada lahan marjinal. Balai Penelitian
Tanaman Serealia, Maros, p.15-23.
Belfield, Stephanie & Brown, Christine. 2008. Field Crop Manual. Maize (A
Guide to Upland Production in Cambodia). Canberra.
Hilman, Y. A. 2004. Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian Kontribusi Terhadap
Ketahanan Pangan dan Perkembangan Teknologinya. Dalam Makarim, et
al. (penyunting). Inovasi Pertanian Tanaman Pangan. Puslitbangtan Bogor;
95-132 hlm.
Kurniawan, H. 2015. Upaya Khusus (Upsus) Swasembada Pangan 2015-2017.
http://biogen.litbang.pertanian.go.id/index.php/2015/02/upaya-khususupsus-swasembada-pangan-20. Diakses pada tanggal 13 Desember 2015.
Menteri Pertanian. 2015. Pedoman upaya khusus (upsus) peningkatan produksj
padi, jagung dan kedelai melalui program perbaikan jaringan irigasi dan
sarana pendukungnya. Jakarta
Priyo, K. 2015. Upsus Pajale. http://www.agronomers.com/2015/05/upsuspajale.html. Diakses pada tanggal 13 Desember 2015.
Suprapto, 1997. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tapari, H. 2015. Upsus Pajale. Penyuluh Pertanian pada Sekretariat Bakorluh.
Ungaran.
Widyastuti, Yustina E. dan Adisarwanto T. 2002. Meningkatkan Produksi Jagung
di Lahan Kering, Sawah, dan Pasang Surut. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Wiryani. 1967. Padi. Rinjani. Solo
Yandianto. 2003. Bercocok Taanam Padi. Penerbit M2S. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai