Anda di halaman 1dari 16

1

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)


PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KEC. JAPAH
TAHUN ANGGARAN 2016
Uraian Pendahuluan

1. Latar Belakang

Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Blora Nomor 18 Tahun


2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Blora, disebutkan bahwa Kecamatan
Japah
berdasarkan
sistem perkotaannya menempati posisi sebagai Pusat
Pelayanan Kawasan (PPK). Suatu kota dengan status sistem
perkotaan PPK berarti kota tersebut berfungsi untuk melayani
kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa. Kecamatan
Japah memiliki fungsi perdagangan, pertanian, industri ,dan
permukiman.
Kecamatan Japah secara geografis terletak di bagian barat
dari Kota Blora sejauh 21 km, memiliki wilayah seluas
103,052 km2 atau hanya 5,66% luas Kabupaten Blora dan
terbagi menjadi 18 desa. Sebagian besar wilayah Kecamatan
Japah merupakan hutan
negara dengan luas mencapai
53,89%. Sektor pertanian merupakan penggerak utama
perekonomian sekaligus sumber utama mata pencaharian
masyarakat di Kecamatan Japah. Ketersediaan air masih
menjadi kendala utama sektor pertanian. (BPS, 2015)
Kecamatan ini termasuk ke dalam kawasan yang sering
terjadi bencana kekeringan. Kecamatan Japah termasuk
bagian dari pusat perwilayahan pembangunan ke-4 yang
berpusat di Kunduran. Di samping itu Kecamatan Japah
memiliki 1 (satu) Pusat Pelayanan Lokal (PPL) yaitu Desa
Sumberejo sebagai Desa Pusat Pertumbuhan.
Sebagai kawasan strategis daerah dari sudut kepentingan
fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, terdapat beberapa
embrio komoditas unggulan dan issu strategis
sebagai
berikut :
1. Desa Ngiyono dan Sumberejo merupakan sentra penghasil
buah durian dan rambutan
2. Relokasi puskesmas
3. Dibutuhkannya Tempat Pembuangan Sementara (TPS)
4. Dibutuhkannya sub terminal
5. Munculnya home indutri seperti mebel dan batik
Dengan berbagai permasalahan dan potensi tersebut,
penataan kota Kecamatan Japah perlu dilakukan secara
sinergis sekaligus bersifat teknis operasional, dalam hal ini
adalah Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). Keberadaan RDTR
ini secara teknis tidak hanya
akan digunakan sebagai
instrumen perencanaan, namun juga sebagai instrumen
perijinan serta pengendalian pemanfaatan ruang.
RDTR sebagai salah satu perwujudan rencana spasial perlu
dilengkapi dengan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) .
KLHS adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh
dan
partisipatif
untuk
memastikan
bahwa
prinsip
pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan
terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau
kebijakan, rencana dan/atau program. KLHS merupakan
upaya untuk mendekatkan hasil akhir suatu dokumen

perencanaan yang selaras dengan kaidah tata kelola


lingkungan
dalam mewujudkan pembangunan yang
menjaga kelestarian lingkungan. KLHS menjadi kebutuhan
manakala suatu dokumen Kebijakan Rencana Pembangunan
(KRP) disusun guna
meminimalisir dampak negatif dari
pelaksanan sampai output, outcame maupun benefit suatu
pembangunan, sehingga keberlanjutan dan kelestarian
lingkungan hidup tetap terjaga dalam kondisi yang sehat,
aman,
nyaman
dan
mendukung
segala
aktifitas
penggunanya. KLHS berarti juga menerapkan prinsip
precautionary principles, dimana kebijakan, rencana dan/atau
program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan
pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak
negatif terhadap lingkungan hidup
Maksud dan
Tujuan

Maksud dari penyusunan RDTR Kecamatan Japah ini adalah


mewujudkan RDTR yang mendukung terciptanya kawasan
strategis maupun kawasan fungsional secara aman, nyaman,
produktif dan berkelanjutan.
Dengan disusunnya RDTR Kecamatan Japah maka KLHS
bermaksud untuk memastikan bahwa dalam dokumen
rencana tersebut telah mempertimbangkan aspek kajian
lingkungan strategis.
Adapun tujuan Penyusunan RDTR adalah :
1. sebagai arahan bagi masyarakat dalam pengisian
pembangunan fisik kawasan;
2. sebagai pedoman bagi instansi dalam menyusun zonasi,
dan pemberian periijinan kesesuaian pemanfaatan
bangunan dengan peruntukan lahan.
Sedangkan KLHS bertujuan untuk memfasilitasi dan menjadi
media proses belajar bersama antar pelaku pembangunan,
dimana seluruh pihak yang terkait penyusunan dan evaluasi
kebijakan, rencana dan/atau program dapat secara aktif
mendiskusikan seberapa jauh substansi kebijakan, rencana
dan/atau
program
yang
dirumuskan
telah
mempertimbangkan
prinsip-prinsip
pembangunan
berkelanjutan. Melalui proses KLHS, diharapkan pihak-pihak
yang terlibat dalam penyusunan dan evaluasi kebijakan,
rencana dan/atau program dapat mengetahui dan memahami
pentingnya
menerapkan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan dalam setiap penyusunan dan evaluasi
kebijakan, rencana dan/atau program.
Dengan penyusunan RDTR Kecamatan Japah ini,
diharapkan akan dihasilkan dokumen perencanaan
ruang yang berfungsi sebagai:
1. kendali mutu pemanfaatan ruang wilayah kabupaten
berdasarkan RTRW;
2. acuan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang lebih rinci
dari kegiatan pemanfaatan ruang yang diatur dalam
RTRW;

3. acuan bagi kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang;


4. acuan bagi penerbitan izin pemanfaatan ruang; dan
5. acuan dalam penyusunan Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL).
Sasaran

Sasaran dari penyusunan RDTR Kecamatan Japah ini adalah:


1. menciptakan keselarasan, keserasian, keseimbangan antar
lingkungan
permukiman
kawasan
di
Kecamatan
Kedungtuban;
2. mewujudkan keterpaduan program pembangunan antar
kawasan maupun dalam kawasan;
3. terkendalinya pembangunan kawasan strategis dan fungsi
kota,
baik
yang
dilakukan
pemerintah
maupun
masyarakat/swasta
dengan
tetap
memperhatikan
kelestarian lingkungan;
4. mendorongnya investasi masyarakat di dalam kawasan;
dan
5. terkoordinasinya
pembangunan
kawasan
antara
pemerintah dan masyarakat/swasta serta adanya jaminan
kepastian hukum dalam hal pemanfaatan ruang.
Sasaran penyusunan KLHS :
1. Perancangan Proses KLHS/Memahami konteks (termasuk
proses dan prosedur) penyusunan/evaluasi KRP dan
Peluang Integrasi KLHS.
2. Pengkajian Pengaruh KRP
3. Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP
4. Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil
KLHS
5. Dokumentasi KLHS dan Akses Publik

Lokasi Kegiatan

Kec.Japah Kab. Blora

Sumber
Pendanaan

Kegiatan ini dibiayai dari sumber pendanaan: APBD Kab. Blora


Tahun Anggaran 2016

6. Nama dan
Organisasi
Pejabat
Pembuat
Komitmen

Nama Pejabat Pembuat Komitmen: Agus Puji Mulyono, S.Sos,


M.Si
Satuan Kerja: DPU Kab. BLora
Data Penunjang

7. Data Dasar
8. Standar Teknis
9. Studi-Studi
Terdahulu
10. Referensi
Hukum

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2011


tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan
Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
RISPAM Kabupaten Blora Tahun 2013
1. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah
2. Undang Undang No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
3. Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Pena

taan Ruang.
4. Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentan
g Bentuk dan
Tata Cara.Peran SertaMasyarakat dalam Penataan Ru
ang.
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/ PRT/ M/
2010 tentangStandard.Pelayanan Minimal Bidang Peke
rjaan Umum dan Penataan Ruang.
8. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Renc
ana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah.
9. Peraturan Daerah Kabupaten Blora No. 1 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Sampah
10.Peraturan Daerah Kabupaten Blora No. 2 Tahun 2011,
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
11.Peraturan Daerah Kabupaten Blora No. 18 Tahun
2011, tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Blora.
12.Peraturan Daerah Kabupaten Blora Nomor 2 Tahun
2012 tentang Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan,
dan Toko Modern
13.Keputusan Bupati Blora Nomor 620/326/2014 tentang
Penetapan Status Ruas Jalan Sebagai Jalan Kabupaten
di Wilayah Kabupaten Blora
Ruang Lingkup
11. Lingkup
Kegiatan

A. RUANG LINGKUP RDTR


Ruang Lingkup pekerjaan penyusunan RDTR Kecamatan
Japah meliputi:
1. Lingkup Wilayah
Lingkup wilayah penyusunan RDTR Kecamatan Japah
meliputi Kecamatan Japah seluas 103,052 km2
2. Lingkup Substansi
Muatan RDTR Kecamatan Japah terdiri atas :
a. tujuan penataan BWP;
b. rencana pola ruang;
c. rencana jaringan prasarana;
d. penetapan
Sub
BWP
yang
diprioritaskan
penanganannya;
e. ketentuan pemanfaatan ruang; dan
f. peraturan zonasi.
Proses Penyusunan RDTR
Proses penyusunan RDTR mencakup kegiatan persiapan
penyusunan, pengumpulan data, pengolahan data, dan
perumusan konsepsi RDTR.

1. Persiapan penyusunan RDTR


Persiapan penyusunan RDTR terdiri atas:
a. persiapan awal, yaitu upaya pemahaman terhadap KAK
dan penyiapan anggaran biaya;
b. kajian awal data sekunder, yaitu review RDTR
sebelumnya dan kajian awal RTRW kabupaten dan
kebijakan lainnya; dan
c. persiapan teknis pelaksanaan meliputi penyusunan
metodologi/metode dan teknik analisis rinci, serta
penyiapan rencana survei.
2. Pengumpulan Data
Untuk keperluan pengenalan karakteristik BWP dan
penyusunan rencana pola ruang dan rencana jaringan
prasarana BWP, dilakukan pengumpulan data primer dan
data sekunder.
Pengumpulan data primer dilakukan melalui:
a. penjaringan
aspirasi
masyarakat
(yang
dapat
dilaksanakan) melalui penyebaran angket/kuesioner,
temu wicara, wawancara orang per orang, focus group
discussion (FGD),dan lain sebagainya; dan/atau
b. pengenalan kondisi fisik dan sosial ekonomi BWP secara
langsung melalui kunjungan ke semua bagian dari
wilayah kabupaten.
Pengumpulan data sekunder yang berasal dari instansi
pemerintah, lembaga formal dan informal, dan literatur.
Data yang dihimpun dalam pengumpulan data meliputi:
a. data wilayah administrasi;
b. data fisiografis;
c. data kependudukan;
d. data ekonomi dan keuangan;
e. data ketersediaan prasarana dan sarana ;
f. data peruntukan ruang;
g. data penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan lahan;
h. data terkait kawasan dan bangunan (kualitas, intensitas
bangunan, tata bangunan); dan
i. peta dasar rupa bumi dan peta tematik yang
dibutuhkan, penguasaan lahan, penggunaan lahan, peta
peruntukan ruang, pada skala atau tingkat ketelitian
minimal peta 1:5.000.
Hal-hal
yang
perlu
diperhatikan
dalam
proses
pengumpulan data meliputi: tingkat akurasi data, sumber
penyedia data, kewenangan sumber atau instansi
penyedia data, tingkat kesalahan, variabel ketidakpastian,
serta variabel-variabel lainnya yang mungkin ada.
Data dalam bentuk data statistik dan peta, serta informasi
yang dikumpulkan berupa data tahunan (time series)
minimal 5 (lima) tahun terakhir dengan kedalaman data
setingkat kelurahan/desa. Data berdasarkan kurun waktu
tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran
perubahan apa yang terjadi pada bagian dari wilayah
kabupaten
3. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data untuk penyusunan RDTR
meliputi:

a. analisis karakteristik wilayah, meliputi:


i. kedudukan dan peran bagian dari wilayah kabupaten
dalam wilayah yang lebih luas (kabupaten);
ii. keterkaitan antar wilayah kabupaten dan antara
bagian dari wilayah kabupaten;
iii. keterkaitan antarkomponen ruang di BWP;
iv. karakteristik fisik bagian dari wilayah kabupaten;
v. kerentanan terhadap potensi bencana, termasuk
perubahan iklim;
vi. karakteristik sosial kependudukan;
vii. karakteristik perekonomian; dan
viii. kemampuan keuangan daerah.
b. analisis potensi dan masalah pengembangan BWP,
meliputi:
i. analisis kebutuhan ruang; dan
ii. analisis perubahan pemanfaatan ruang.
c. analisis kualitas kinerja kawasan dan lingkungan.
Keluaran dari pengolahan data meliputi:
a. potensi dan masalah pengembangan di BWP;
b. peluang dan tantangan pengembangan;
c. kecenderungan perkembangan;
d. perkiraan kebutuhan pengembangan di BWP;
e. intensitas pemanfaatan ruang sesuai dengan daya
dukung
dan
daya
tampung
(termasuk
prasarana/infrastruktur dan utilitas); dan
f. teridentifikasinya indikasi arahan penanganan kawasan
dan lingkungan.
4. Perumusan Konsep RDTR
Perumusan konsep RDTR dilakukan dengan:
a. mengacu pada RTRW;
b. mengacu pada pedoman dan petunjuk pelaksanaan
bidang penataan ruang; dan
c. memperhatikan RPJP kabupaten dan RPJM kabupaten.
Konsep RDTR dirumuskan berdasarkan hasil analisis yang
telah dilakukan sebelumnya dengan menghasilkan
beberapa alternatif konsep pengembangan wilayah, yang
berisi:
a. rumusan tentang tujuan, kebijakan, dan strategi
pengembangan wilayah kabupaten; dan
b. konsep pengembangan wilayah kabupaten.
Setelah dilakukan beberapa kali iterasi, dipilih alternatif
terbaik sebagai dasar perumusan RDTR. Hasil kegiatan
perumusan konsepsi RDTR terdiri atas:
a. tujuan penataan BWP;
b. rencana pola ruang;
c. rencana jaringan prasarana;
d. penetapan dari bagian wilayah RDTR yang diprioritaskan
penanganannya;
e. ketentuan pemanfaatan ruang; dan
f. peraturan zonasi
Catatan: Proses penyusunan peraturan zonasi sebagai
bagian dari RDTR dilakukan secara pararel dengan
penyusunan RDTR. Oleh karena itu tahap pra persiapan
dan persiapan penyusunan peraturan zonasi sama

dengan proses serupa dalam penyusunan RDTR.


i. Pengumpulan Data/Informasi yang Dibutuhkan
Untuk keperluan pengenalan karakteristik wilayah
kabupaten dan penyusunan peraturan zonasi, harus
dilakukan pengumpulan data primer dan data
sekunder.
Pengumpulan data primer dilakukan melalui:
1). wawancara atau temu wicara kepada masyarakat
untuk menjaring aspirasi masyarakat terhadap
kebutuhan yang diatur dalam peraturan zonasi
serta
kepada
pihak
yang
melaksanakan
pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan
ruang; dan
2). peninjauan ke lapangan untuk pengenalan kondisi
fisik wilayah kabupaten secara langsung.
Data sekunder yang harus dikumpulkan meliputi:
1). peta-peta
rencana
kawasan
dari
RTRW/RDTR/RTBL; dan
2). data dan informasi, meliputi:
jenis penggunaan lahan yang ada pada daerah
yang bersangkutan;
jenis dan intensitas kegiatan yang ada pada
daerah yang bersangkutan;
identifikasi
masalah
dari
masing-masing
kegiatan serta kondisi fisik (tinggi bangunan
dan lingkungannya);
kajian dampak terhadap kegiatan yang ada
atau akan ada di zona yang bersangkutan;
standar teknis dan administratif yang dapat
dimanfaatkan
dari
peraturan-perundangundangan nasional maupun daerah;
peraturan
perundang-undangan
terkait
pemanfaatan lahan dan bangunan, serta
prasarana di daerah yang bersangkutan; dan
peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan penggunaan lahan yang ada di
kabupaten yang akan disusun peraturan
zonasinya.
Hasil kegiatan pengumpulan data akan menjadi
bagian dari dokumentasi buku data dan analisis.
ii. Analisis dan Perumusan Ketentuan Teknis
Kegiatan analisis dan perumusan ketentuan teknis,
meliputi:
1). tujuan peraturan zonasi;
2). klasifikasi zonasi;
3). daftar kegiatan;
4). delineasi blok peruntukan;
5). ketentuan teknis zonasi, terdiri atas:
ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan;
ketentuan intensitas pemanfaatan ruang;
ketentuan tata bangunan;
ketentuan prasarana minimal;
ketentuan tambahan; dan

ketentuan khusus.
6). standar teknis;
7). ketentuan pengaturan zonasi;
8). ketentuan pelaksanaan, terdiri atas:
ketentuan variansi pemanfaatan ruang;
ketentuan insentif dan disinsentif; dan
ketentuan penggunaan lahan yang tidak sesuai
(non conforming situation) dengan peraturan
zonasi.
9). ketentuan dampak pemanfaatan ruang;
10).
kelembagaan; dan
11).
perubahan peraturan zonasi
Hasil dari tahap analisis didokumentasikan di dalam buku
data dan analisis dan menjadi bahan untuk menyusun
peraturan zonasi. Adapun hasil kegiatan perumusan
rancangan peraturan zonasi berupa zoning text untuk BWP
saja.
B. Ruang Lingkup KLHS
Tahap 1: Perancangan Proses KLHS
Agar proses KLHS dapat berjalan efektif, maka proses KLHS
perlu dirancang dengan baik dan jelas. Sangat penting untuk
memahami proses penyusunan/evaluasi KRP, agar dapat
mengintegrasikan KLHS dengan proses dan prosedur
penyusunan KRP;
Pengintegrasian ini meliputi:
Integrasi proses/prosedural;
Integrasi substansial/logika.
Penapisan KRP selain RPJP/M dan RTRW
Proses penapisan untuk KRP yang berpotensi menimbulkan
dampak dan/atau risiko lingkungan hidup dilakukan
berdasarkan kriteria sesuai Penjelasan UU PPLH No. 32 Tahun
2009 (Penjelasan Pasal 15 ayat 2 huruf b) meliputi dampak
dan risiko :
Perubahan iklim;
Kerusakan,
kemerosotan,
dan/atau
kepunahan
keanekaragaman hayati
Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana
banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan
dan lahan
Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam
Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan
Peningkatan
jumlah
penduduk
miskin
atau
terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok
masyarakat
Peningkatan
risiko
terhadap
kesehatan
dan
keselamatan manusia
Tahap 2: Pengkajian Pengaruh KRP
2.1Identifikasi dan Pelibatan Pemangku Kepentingan dan

10

Masyarakat
Pemangku Kepentingan dan masyarakat yang dilibatkan
hendaknya :
Representatif;
Selektif sesuai konteks KRPnya;
Proses komunikasinya lancar, terbuka, dan demokratis;
Perlu moderator yang efektif;
Didokumentasikan dengan baik
2.2
Identifikasi dan Penentuan Isu-isu Pembangunan
Berkelanjutan
Identifikasikan
isu-isu Pembangunan Berkelanjutan
yang strategis dan selektif;
Gunakan data kondisi lingkungan hidup wilayah
(baseline data termasuk data yang lampau, saat ini
dan proyeksi yang akan datang, bila diperlukan);
Pilih isu yang strategis dan mempertimbangkan
masukan masyarakat dan pemangku kepentingan
lainnya
2.3 Identifikasi KRP
Pahami tujuan dan fokus KRP
Pahami muatan KRP. Untuk RDTR muatannya meliputi :
- tujuan penataan BWP;
- rencana pola ruang;
- rencana jaringan prasarana;
- penetapan
Sub
BWP
yang
diprioritaskan
penanganannya;
- ketentuan pemanfaatan ruang;
- peraturan zonasi.
Cermati muatan KRP yang memiliki potensi dampak
dan risiko lingkungan.
Catatan: Dalam banyak kasus substansi/materi KRP begitu
banyak dan tentunya tidak perlu ditelaah semuanya
tergantung pada potensi dampak dan risiko lingkungan
2.4 Telaahan Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan
Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup untuk pembangunan;
Perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan
hidup;
Kinerja layanan/jasa ekosistem;
Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;
Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap
perubahan iklim; dan
Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman
hayati.
Catatan: Bila diperlukan, dapat dilakukan kajian di luar enam
hal di atas.
Tahap 3. Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP

11

Pengembangan berbagai alternatif perbaikan muatan KRP


atau
mitigasi
pengaruh
yang
ditimbulkan
dengan
pertimbangan :
Memberi arahan atau rambu mitigasi terkait dengan
KRP yang diperkirakan menimbulkan dampak dan
risiko lingkungan atau bertentangan dengan kaidah
pembangunan berkelanjutan
Menyesuaikan ukuran, skala, dan lokasi usulan KRP
Menunda, memperbaiki urutan atau waktu, atau
mengubah prioritas pelaksanaan KRP
Mengubah muatan KRP
Bentuk Alternatif Penyempurnaan
Perbaikan rumusan kebijakan;
Perbaikan muatan rencana;
Perbaikan materi program; dan/atau
Pemantauan perizinan yang berkaitan dengan usaha
dan/atau kegiatan yang telah melampaui daya dukung
dan daya tampung lingkungan hidup.
Tahap
4.
Rekomendasi
Perbaikan
KRP
dan
Pengintegrasian Hasil KLHS
Rekomendasi perbaikan atau penyempurnaan KRP
berdasarkan alternatif penyempurnaan KRP (dan/atau
termasuk mitigasinya) pada tahap sebelumnya
Rekomendasi merupakan pilihan yang bersifat saling
menguntungkan di antara berbagai kepentingan dalam
lingkup memperbaiki rumusan, muatan, dan materi
KRP
Rekomendasi memberikan manfaat yang lebih luas
bagi keberlanjutan pembangunan
Rekomendasi sesuai dengan urgensi, konteks dan
situasi KRP
Rekomendasi mengusulkan alternatif dan mitigasi yang
rasional dan dapat dilaksanakan dalam batasan
sumber daya yang ada
Tahap 5. Dokumentasi, Akses Publik, dan Penjaminan
Kualitas KLHS
Proses dan hasil KLHS harus didokumentasikan dengan
baik
Dokumentasi KLHS akan menjadi dokumen publik dan
dapat menjadi bahan untuk dievaluasi kualitasnya;
Dokumentasi KLHS harus dapat diakses oleh publik;
Penjaminan kualitas KLHS merupakan tanggung jawab
pembuat KRP dan dapat dipakai sebagai jaminan untuk
menjamin kualitas keputusan publik.
Dalam proses akhir, pembuat KRP dapat menyusun sebuah
laporan KLHS yang sifatnya merangkum keseluruhan proses
pelaksanaan KLHS yang telah dilalui. Laporan KLHS ini
menjadi lampiran (bila diperlukan) dalam dokumen KRP yang
bersangkutan

12

12.

Keluaran

Keluaran RDTR :
-

Laporan Pendahuluan
Laporan Antara
Laporan Akhir
Album Peta
Raperda
Master CD
Transkrip dialog dan foto dokumentasi
pembahasan
- Peta Zonasi berpigura ukuran A0
- Naskah Akademik
Laporan KLHS :
- Laporan Pendahuluan
- Laporan Akhir
- Master CD
13. Peralatan,
Material,
Personil dan
Fasilitas dari
Pejabat
Pembuat
Komitmen
14. Peralatan
dan Material
dari Penyedia
Jasa
Konsultansi
15. Lingkup
Kewenangan
Penyedia Jasa
16. Jangka
Waktu
Penyelesaian
Kegiatan
17.

Personil

Memperoleh data primer maupun data sekunder guna


keperluan analisis dalam peyusunan RDTR Kec. Japah
180 hari kalender

Posisi

Kualifikasi

Jumlah
Orang Bulan

Tenaga Ahli:
1.Ahli
Perencanaan
Wilayah
dan
Kota
(Team
Leader)
2. Ahli

S2 Teknik Planologi
dengan pengalaman
kerja di bidangnya
selama min.3 tahun

S2 Teknik Lingkungan
dengan
pengalaman
kerja
di
bidangnya

13

Lingkung
an

3. Ahli
Arsitek/P
erancang
Kota
4. Ahli
Ekonomi
Wilayah
5. Ahli
Sosial
Budaya
6. Ahli
Hidrologi

7. Ahli
Kependu
dukan

selama min.3 tahun


6
S1 Arsitektur dengan
pengalaman kerja di
bidangnya selama min.3
tahun
6
S1
Ekonomi
dengan
pengalaman kerja di
bidangnya selama min.3
tahun
S1
Sosial
dengan
pengalaman kerja di
bidangnya selama min.3
tahun
S1
Sipil
dengan
pengalaman kerja di
bidangnya selama min.3
tahun

6
6

6
S1
Sosial
dengan
pengalaman kerja di
bidangnya selama min.3
tahun

8. Ahli GIS

S1 Penginderaan Jauh
dengan
pengalaman
kerja
di
bidangnya
selama min.3 tahun

9. Ahli
Hukum

S1
Hukum
dengan
pengalaman kerja di
bidangnya selama min.3
tahun

Tenaga Pendukung (jika ada):


1. Juru
Gambar/
Drafter
2. Sekretaris/
Tenaga
Administrasi

SMA / Sederajat

SMA / Sederajat

14

18. Jadwal
Tahapan
Pelaksanaan
Kegiatan

No

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kegiatan

Apr
il

Me
i

Jun
i

Juli

Au
g

Se
pt

Penandatanganan
Kontrak
Paparan Lap.
Pendahuluan
Survey
FGD Lap.Antara I
FGD Lap.Antara II
FGD Lap. Akhir
Paparan Lap. Akhir
(Raperda dan Zonasi)
Laporan

19. Laporan
Pendahuluan

Laporan Pendahuluan memuat : Latar Belakang, tujuan dan


sasaran studi, (hipotesis) isu-isu strategis, pendekatan dan
metodologi yang akan digunakan, jadwal pelaksanaan,
rencana kerja, manajemen tenaga ahli.
Laporan ini
diserahkan dengan ukuran kertas A4 dilengkapi dengan peta
ukuran A3.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya: 1 (satu)
bulan sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku laporan.

20. Laporan
Bulanan

Laporan Bulanan memuat : Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya: hari


kerja/bulan sejak SPMK diterbitkan sebanyak - buku laporan.

21. Laporan
Antara

Laporan Antara RDTR memuat hasil sementara pelaksanaan


kegiatan :
Berisi realisasi dari rencana kerja, antara lain: hasil
pengumpulan data dan informasi hasil survey, identifikasi
permasalahan
dan
arahan
kebijakan
pengembangan
perkotaan serta hasil analisis. Pada tahap ini Tim Konsultan
melakukan kajian dan analisis karakteristik wilayah, analisis
potensi dan masalah pengembangan kawasan, analisis daya
dukung dan daya tampung (termasuk prasarana dan utilitas)
dan daya tampung dan dukung lingkungan hidup, dan
analisis kualitas kinerja kawasan dan bangunan serta konsep
rencana. Pembahasan Laporan Antara dilakukan sebanyak 2
(dua) kali. Data dan Analisis dilengkapi dengan peta skala
1:5.000.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya: 4 (empat)
bulan sejak SPMK diterbitkan sebanyak 10 (sepuluh) buku
laporan.

22. Laporan
Akhir

Laporan Akhir memuat: seluruh proses penyusunan RDTR


sebagaimana yang diminta dalam KAK dan sesuai dengan
sistematika
dalam
Pedoman,
setelah
dilaksanakan
pembahasan dengan pihak-pihak terkait. Pembahasan
Laporan Akhir dilakukan sebanyak 2 (dua) kali.

15

Laporan RDTR harus diserahkan selambat-lambatnya: 5


(lima) bulan sejak SPMK diterbitkan sebanyak :
a. 10 (sepuluh) set buku laporan akhir RDTR
b. 5 (lima) set Album Peta A1
Album peta yang disajikan dengan skala atau tingkat
ketelitian minimal 1:5.000 dalam format A1 yang
dilengkapi dengan data peta digital keluaran terbaru yang
memenuhi ketentuan sistem informasi geografis (GIS)
yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang. Album
peta yang diserahkan minimum terdiri atas:
- peta wilayah perencanaan, yang berisi informasi rupa
bumi, dan batas administrasi BWP dan sub BWP (bila
ada);
- peta penggunaan lahan saat ini;
- peta rawan bencana;
- peta penetapan sebaran penduduk;
- peta rencana pola ruang BWP, yang meliputi rencana
alokasi zona dan subzona sesuai klasifikasi yang telah
ditentukan;
- peta rencana jaringan prasarana BWP, yang meliputi
rencana pengembangan jaringan pergerakan, jaringan
energi/kelistrikan, jaringan telekomunikasi, jaringan air
minum, jaringan drainase, jaringan air limbah,
prasarana lainnya; dan
- peta penetapan Sub BWP yang diprioritaskan
penanganannya
c. 10 (sepuluh) Raperda
d. 5 (lima) cakram padat (compact disc)
Data laporan dan peta, yang berisi dokumentasi seluruh
kegiatan berupa: laporan pendahuluan, data dan analisis,
dan rencana dalam format *.doc (ms. word), peta dasar
format RBI dan citra satelit (resolusi 0.6 m), album peta
format *.shp (arcview), transkip dialog, foto dokumentasi
dan bahan-bahan presentasi RDTR dalam format *.ppt (ms
power point).
e. 3 (tiga) eksemplar transkip dialog dan foto dokumentasi
pada tiap pembahasan laporan.
f. 1 (satu) set Peta Zonasi berpigura ukuran A0
g. 3 (tiga) set Naskah Akademik
Sedangkan Laporan KLHS yang diserahkan meliputi :
a. Laporan Pendahuluan sebanyak 5 set
b. Laporan Akhir sebanyak 5 set
Master CD yang berisi data laporan yang berisi seluruh
kegiatan berupa Laporan Pendahuluan dan Laporan Akhir
dalam format ms.word, transkip dialog, foto dokumentasi,dan
bahan-bahan presentasi dalam format ms.power point
sebanyak 5 set.
Hal-Hal Lain

16

23. Produksi
dalam
Negeri

Semua kegiatan jasa konsultansi berdasarkan KAK ini harus


dilakukan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia kecuali
ditetapkan lain dalam angka 4 KAK dengan pertimbangan
keterbatasan kompetensi dalam negeri.

24. Persyaratan
Kerjasama

Jika kerjasama dengan penyedia jasa konsultansi lain


diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan jasa konsultansi ini
maka persyaratan berikut harus dipatuhi:
-

25. Pedoman
Pengumpulan
Data
Lapangan
26. Alih
Pengetahuan

Pengumpulan data lapangan harus memenuhi persyaratan


berikut:
Menggunakan data terbaru
Jika diperlukan, Penyedia Jasa Konsultansi berkewajiban untuk
menyelenggarakan pertemuan dan pembahasan dalam
rangka alih pengetahuan kepada personil proyek/satuan kerja
Pejabat Pembuat Komitmen berikut: Blora, 11 Februari 2016
Pejabat Pembuat Komitmen
Bidang Tata Ruang
DPU Kabupaten Blora

Agus Puji Mulyono, S.Sos,


M.Si
NIP. 19710822 199703 1 003

Anda mungkin juga menyukai