MENINGITIS
OLEH :
KELOMPOK IV
1. Ida Bagus Dwi Martahadi
2. Ni Luh Tutik Hermi Wahyuni
3. Ni Made asri Wulandari
4. Ni Made Diah Pusparini Pendet
5. I Komang Wisita
6. Putu Diah Purnama Dewi
7. I Komang Gede Siadiana
8. Ni Nyoman Arydawati
9. I.A.Santhi Suprihatin
10. Ni Luh Wayan Septarieni
(0602105012)
(0602105021)
(0602105026)
(0602105029)
(0602105037)
(0602105049)
(0602105052)
(0602105058)
(0602105072)
(0602105076)
Definisi Pengertian
Meningitis adalah radang selaput otak yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme.
Meningitis merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan arahnoid dan piamatter di
otak serta spinal cord. Inflamasi ini lebih sering disebabkan oleh bakteri dan virus
meskipun penyebab lainnya seperti jamur dan protozoa juga terjadi. (Donna D.,1999).
Meningitis adalah suatu infeksi/peradangan dari meninges,lapisan yang tipis/encer yang
mengepung otak dan jaringan saraf dalam tulang punggung, disebabkan oleh bakteri,
virus, riketsia, atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan kronis. (Harsono.,
2003)
Meningitis adalah infeksi yang menular. Sama seperti flu, pengantar virus meningitis
berasal dari cairan yang berasal dari tenggorokan atau hidung. Virus tersebut dapat
berpindah melalui udara dan menularkan kepada orang lain yang menghirup udara
tersebut. (Anonim., 2007)
Meningitis adalah radang membran pelindung sistem syaraf pusat. Penyakit ini dapat
disebabkan oleh mikroorganisme, luka fisik, kanker, atau obat-obatan tertentu.
Meningitis adalah penyakit serius karena letaknya dekat otak dan tulang belakang,
sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran, bahkan kematian.
(wikipedia.com)
Meningitis, yang kadang-kadang disebut leptomeningitis, adalah infeksi selaput
arachnoid dan cssdi dalam ruangan subarachnoid. (Robbins dan Kumar, 1995)
2.
Epidemiologi/insiden kasus
Kebanyakan kasus meningitis disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri,
jamur, atau parasit yang menyebar ke dalam darah ke cairan otak.
Daerah sabuk meningitis di Afrika terbentang dari Senegal di barat ke Ethiopia di
timur. Daerah ini ditinggali kurang lebih 300 juta manusia. Pada 1996, terjadi wabah
meningitis dimana 250 ribu orang menderita penyait ini dengan 25 ribu korban jiwa.
Meningitis pada bayi dan anak di Indonesia, khususnya di Jakarta merupakan penyakit
yang cukup banyak. Angka kejadian tertinggi pada umur 2 bulan sampai 2 tahun.
3.
Haemophillus influenzae
Streptococcus, grup A
Staphylococcus aureus
Escherichia coli
Klebsiella
Proteus
Pseudomonas
b. Virus
Merupakan penyebab sering lainnya selain bakteri. Infeksi karena virus ini biasanya
bersifat self-limitting, dimana akan mengalami penyembuhan sendiri dan
penyembuhan bersifat sempurna
c. Jamur
Meningitis karena jamur yang biasanya menyerang SSP pada pasien dengan AIDS.
Gejala klinisnya bervariasi tergantungdari system kekebalan tubuh yang akan
berefek pada respon inflamasi. Contohnya: coccidioides dan candida
d. Protozoa
( Donna D., 1999)
4.
Anatomi fisiologi
Otak dan sumsum otak belakang diselimuti meningea yang melindungi struktur syaraf
yang halus, membawa pembuluh darah dan dengan sekresi sejenis cairan yaitu cairan
serebrospinal. Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu:
a. Pia meter
Yang menyelipkan dirinya ke dalam celah pada otak dan sumsum tulang belakang dan
sebagai akibat dari kontak yang sangat erat akan menyediakan darah untuk strukturstruktur ini.
b. Arachnoid
Merupakan selaput halus yang memisahkan pia meter dan dura meter.
c. Dura meter
Merupakan lapisan paling luar yang padat dan keras berasal dari jaringan ikat tebal
dan kuat.
5.
Kerusakan neurologist
Selain dari adanya invasi bakteri, virus, jamur maupun protozoa, point dentry
masuknya kuman juga bisa melalui trauma tajam, prosedur operasi, dan abses otak
yang pecah, penyebab lainnya adalah adanya rinorrhea, otorrhea pada fraktur basis
cranii yang memungkinkan kontaknya CSF dengan lingkungan luar.
a. Meningitis Bakterial
Bakteri penyabab yang paling sering ditemukan adalah Streptococcus pneumoniae
dan Neisseria meningitides (meningococcal). Pada lingkungan yang padat seperti
lingkungan asrama, barak militer, pemukiman padat lebih sering ditemukan kasus
meningococcal meningitis.
Faktor pencetus terjadinya meningitis bacterial diantaranya adalah :
Otitis media
Pneumonia
Sinusitis
Operasi spinal
Meningitis bakteri juga bisa disebabkan oleh adanya penurunan system kekebalan
tubuh seperti AIDS.
b. Meningitis Virus
Disebut juga dengan meningitis aseptic, terjadi sebagai akibat akhir/sequeledari
berbagai penyakit yang disebabakan oleh virus spereti campak, mumps, herpes
simplex dan herpes zoster. Pada meningitis virus ini tidak terbentuk exudat dan pada
pemeriksaan CSF tidak ditemukan adanya organisme. Inflamasi terjadi pada korteks
serebri, white matter dan lapisan meninges. Terjadinya kerusakan jaringan otak
tergantung dari jenis sel yang terkena. Pada herpes simplex, virus ini akan
mengganggu metabolisme sel, sedangkan jenis virus lain bisa menyebabkan gangguan
produksi enzyme neurotransmitter, dimana hal ini akan berlanjut terganggunya fungsi
sel dan akhirnya terjadi kerusakan neurologist.
c. Meningitis Jamur
Meningitis cryptococcal merupakan meningitis karena jamur yang paling serimh,
biasanya menyerang SSP pada pasien dengan AIDS. Gejala klinisnya bervariasi
tergantungdari system kekebalan tubuh yang akan berefek pada respon inflamasi.
Gejala klinisnya bia disertai demam atau tidak, tetapi hamper semuaklien ditemukan
sakit kepala, nausea, muntah dan penurunan status mental
6.
Mumps
Meningitis serosa (Bila pada hasil kultur CSF pada pemeriksaan lumbal
pungsi, hasilnya negative, misalkan penyebabnya adalah virus)
Meningitis aseptik (Bila pada hasil kultur CSF pada pemeriksaan kultur
lumbal pungsi hasilnya positif , misalkan penyebabnya adalah bakteri
pneumococcus)
7.
Gejala Klinis
Gejala meningitis tidak selalu sama, tergantung dari usia si penderita serta apa yang
menyebabkannya. Gejala yang paling umum (Japardi, Iskandar., 2002)
adalah :
demam yang tinggi
sakit kepala
pilek
mual dan muntah
kejang
fotofobia
penderita merasa sangat lelah
leher terasa pegal dan kaku
gangguan kesadaran
gangguan mental
penglihatan menjadi kurang jelas
tanda Kernigs dan Brudzinky positif
8.
Pemeriksaan Fisik
Suhu tubuh : 38 410C, dimulai pada fase sistematik, kemerahan, panas, kulit
kering, dan berkeringat.
Sakit kepala yang hebat, nyeri otot, kaku kuduk, sakit punggung.
9.
Pemeriksaan diagnostik/Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pungsi lumbal
gula CSS.
Pemeriksaan lengkap
Kurasan lambung.
Takahashi, PAP,Imuzim.
CT
scan
kepala
(kalau
ada
indikasi
khusus
sepeerti
hidrosephalus)
b. Radiologi
CT Scan/MRI : melihat lokasi lesi, ukuran ventrikel, hematom, hemoragik
Rontgent kepala : mengindikasikan infeksi intrakranial
10.
Diagnosis/kriteria diagnosis
Diagnostik meningitis tidak dapat dibuat berdasarakan gejala klinis. Diagnosis pasti
hanya dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan cairan serebrospinal melalui lumbal
pungsi. Cairan serebrospinal biasanya mengalami peningkatan, umumnya berwarna
opalesen sampai keruh, reaksi nonne dan pandy akan positif. Tekanan cairan diukur
dan cairannya diambil untuk kultur, pewarnaan gram, hitung jenis, serta menentukkan
kadar glukosa dan protein. Kultur pewarnaan gram dibutuhkan untuk menentukkan
kuman penyebab.
11.
Pencegahan
Kebersihan menjadi kunci utama proses pencegahan terjangkit virus atau bakteri
penyebab meningitis. Ajarilah anak-anak dan orang-orang sekitar untuk selalu cuci
tangan, terutama sebelum makan dan setelah dari kamar mandi. Usahakan pula untuk
tidak berbagi makanan, minuman atau alat makan, untuk membantu mencegah
penyebaran virus. Selain itu lengkapi juga imunisasi si kecil, termasuk vaksin-vaksin
seperti HiB, MMR, dan IPD. ( Japardi, Iskandar., 2002 )
Pada orang dewasa, vaksin mengingokokus yang telah diijinkan di Amerika Serikat
dapat diggunakan sebagai pencegahan. Vaksin ini mencakup polisakarida grup A,C,
W135 dan Y.
12.
Theraphy/tindakan penanganan
Meningitis dapat diobati dengan obat anti jamur, seperti:
Itrakonazol
Amfoterisin B : obat yang sangat manjur, tetapi obat ini dapat merusak ginjal,
obat ini disuntikkan atau diinfus secara perlahan, memiliki efek samping yang
parah tetapi dapat dikurangi dengan memakai obat semacam ibuprofen.
(Yayasan Spiritia., 2006)
13.
Prognosis
Mortalitis tergangtung pada virulensi kuman penyebab, daya tahan tubuh pasien,
terlambat atau cepatnya mendapat pengobatan yang tepat dan pada cara pengobatan
dan perawatan yang diberikan.
Pasien yang parah dan dengan kombinasi adanya demam, dehidrasi, alkalosis dan
edema serebral memungkinkan terjadinya kejang. Obstruksi jalan nafas, henti nafas,
atau disritmia jantung dapat terjadi, sehingga intervensi keperawatan harus
bekerjasama dengan dokter.
2. Diagnosa 2
Tujuan : suhu tubuh pasien dalam batas normal ( 36,5 37,2 0C )
Pantau
suhu
tubuh
pasien
(derajat
dan
pola),
perhatikan
menggigil/diaporesis.
3. Diagnosa 3
Tujuan : pasien mampu melakukan mobilisasi secara mandiri
4. Diagnosa 4
Tujuan : pasien dan keluarga mempunyai pengetahuan tentang kondisi,
prognosis, dan pengobatan terhadap penyakitnya.
5. Diagnosa 5
Tujuan : Integritas kulit pasien tidak mengalami kerusakan
6. Diagnosa 6
Tujuan : tidak terjadi cidera pada pasien
Berikan privasi dan perlindungan saat kejang
Melindungi kepala dengan bantalan untuk menghindari cedera
Singkirkan semua prabot yang dapat mencedrai pasien selama kejang
Jika aura mendahului kejang, masukan tang spatel yang diberi bantalan
4. Evaluasi
a. Tanda-tanda vital dalam batas normal
b. Syok dapat dihindari
c. Nyeri pasien berkurang
d. Pasien sadar, diorientasi negatif
e. Terbebas dari infeksi dan komplikasi meningitis
f. Cairan tubuh seimbang
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth.2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol.3. Jakarta :EGC
Doengoes, E.M,dkk.2002.Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC
Nanda.2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006. Prima Medika.
Anonim. 2007. Apa Itu Meningitis. URL : http://www.bluefame.com/lofiversion/indexphp/t47283.html
Harsono.
2003.
Meningitis.
Kapita
Selekta
Neurologi.
URL
http://www.uum.edu.my/medic/meningitis.htm
Japardi, Iskandar. 2002. Meningitis Meningococcus. USU digital library URL :
http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi23.pdf
Quagliarello, Vincent J., Scheld W. 1997. Treatment of Bacterial Meningitis. The New
England
Journal
of
Medicine.
336
708-16
URL
http://content.nejm.org/cgi/reprint/336/10/708.pdf
Yayasan Spiritia. 2006. Meningitis Kriptokokus. Lembaran Informasi 503. URL :
http://spiritia.or.id/li/bacali.php?lino=503