Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Kelahiran Prematur
2.1.1 Definisi
Kelahiran premature didefinisikan sebagai pembukaan
cervix dan kontraksi uterus serta kelahiran bayi yang terjadi
sebelum usia gestasi mencapai 37 minggu (20-27 minggu).
Kelahiran prematur yang paling serius pada kehamilan karena 90%
bayi yang dilahirkan secara prematur akan meninggal dan lebih
dari 75% yang meninggal adalah bayi yang dilahirkan pada usia
gestasi

kurang

dari

37

minggu

(Perry,

Hockenberry,

Lowdermilk, & Wilson, 2010)


Persalinan dan kelahiran prematur adalah kelahiran yang terjadi
setelah usia gestasi 20 minggu tetapi belum mencapai usia 37
minggu. Kelahiran premature merupakan penyebab 2/3 kematian
bayi dan separuh kematian bayi tersebut berkaitan dengan BBLR
(Bobak, Laudermilk, Jensen, & Perry, 2005).
2.1.2

Etiologi (Perry, Hockenberry, Lowdermilk, & Wilson, 2010)


a.

b.

Kebiasaan ibu
1)

Perokok

2)

Penggunaan alkohol atau penggunaan obat terlarang

3)

Nutrisi kurang

4)

Jarak kehamilan terlalu dekat

5)

Aktivitas seksual

6)

Pekerjaan yang terlalu berat

Karakteristik ibu
1)

Terlalu muda atau terlalu tua

2)

Riwayat kehamilan premature sebelumnya

3)

Tinggi badan kurang dari 150 cm

4)

Serviks pendek (serviks inkompeten)

c.

5)

Anomali uterus

6)

Pelebaran serviks prematur

7)

Terlalu dini

8)

BB ibu terlalu rendah saat hamil (<45 kg)

9)

Status sosial ekonomi rendah

10)

Korban dari kekerasan

Faktor-faktor lain
1)

Stress

2)

Iritabilitas uterus

3)

Kehamilan kembar

4)

Prenatal care yang terlambat atau tidak

5)

KPD

6)

Anemia

7)

Infeksi (polinefritis, korioamionitis)

8)

Penurunan produksi progesteron

9)

Kerusakan jaringan desidua

10)

Hidramnion

11)

Gangguan plasenta

12)

Hipertensi gestasional

13)
2.1.3

Patofisiologi

2.1.4 Manifestasi Klinis


a.

Aktifitas uterus
Kontraksi uterus yang lebih sering (setiap 10 menit) dan
bertahan selama 1 jam atau lebih. Kontrakasi uterus dapat
bersifat sangat nyeri atau tidak terlalu nyeri.

b.

Ketidaknyamanan
Ketidaknyamanan terjadi pada abdominal bagian bawah perut
dan rasanya hampir sama seperti nyeri lambung, nyeri
pinggang yang bersifat tumpul, nyeri kram seperti saat

menstruasi, pervik seperti terasa tertekan, dan lebih sering


kencing.
c.

Sekresi vagina
Terdapat perubahan karakter pada sekresi vagina meliputi

sekresi mucus atau air, darah, flek kecoklatan, dan berbau, ketuban
pecah dini.
2.1.5 Penatalaksanaan
2.1.6 Asuhan Keperawatan
a.

Pengkajian
1)

Identitas
Kelahiran prematur biasanya terjadi pada perempuan
dengan usia yang terlalu muda atau terlalu tua, tidak
menikah, tingkat pendidikan rendah, dan banyak terjadi
ada ras afrika amerika.

2)

Keluhan Utama

2.2

Kelahiran Postmature
2.2.1

Definisi
Kelahiran postmature atau biasa disebut kelahiran post date
adalah kelahiran yang terjadi pada saat usia gestasi memasuki akhir
minggu ke 42 atau lebih dari 294 hari dari HPHT. Insiden kelahiran
bayi

posature

atau

posterm

diperkirakan

4-19%

(Perry,

Hockenberry, Lowdermilk, & Wilson, 2010).


.

2.2.2

Etiologi
a.

Kekurangan hormon estrogen pada plasenta

b.

Sekresi progesteron yang terus berlanjut setelah usia


kehamilan selesai

2.2.3

Patofisiologi
Rendahnya

hormon

estrogen

dapat

menyebabkan

penurunan produksi prekursor protaglandin dan menurunkan


pembentukan reseptor oxitosin di dalam miometrium. Sehingga
tidak terjadi kontraksi yang merupakan tanda-tanda persalinan.
Usia

kehamilan

yang

melebihi

usia

42

minggu,

dapat

mengakibatkan penurunan fungsi plasenta dan jumlah cairan


amnion sekitar 250-300 mL. oligohidramnion dapat menyebabkan
distress pada janin, sehingga menekan tali pusat dan menyebabkan
janin mengeluarkan mekonium, mekonium yang bercampur dengan
cairan

amnion

dapat

teraspirasi

dengan

bayi

dan

dapat

membahayakan janin. Janin yang lahir pada usia kehamilan lebih


dari 42 minggu dapat mengalami asfiksia, aspirasi mekonium dan
gawat nafas. Dampak jangka panjang yang dapat terjadi pada bayi
yang lahir postmature antara lain bayi akan mengalami gangguan
tidur, pencernaan dan menderita penyakit lain serta memiliki nilai
mental dan perkembangan yang rendah.

2.2.4

Manifestasi Klinis
a.

Penurunan berat badan pada ibu

b.

Penurunan ukuran uterus (akibat penurunan jumlah cairan


amnion)

c.
2.2.5

Cairan amnion berwarna kerus (bercampur mekonium)

Dampak Kelahiran Posterm


a.

Resiko maternal
Berhubungan dengan kelahiran seorang bayi yang besarnya
berlebih. Wanita dengan persalinan postmature beresiko
mengalami induksi persalinan, melahirkan dengan bantuan
forcep, laserasi perineal yang terkait dengan kelahiran
pervaginam, dan kelahiran SC, trauma jalan lahir, perdarahan
postpartum dan infeksi.

b.

Resiko pada Bayi


Resiko pada janin dapat dibagi menjadi dua macam. Yang
pertama berhubungan dengan kemungkinan trauma lahir dan
asfiksia yang disebabkan adanya disporposi sefalopelvik.
Resiko kedua terkait dengan efek yang membahayakan janin
yaitu plasenta tua.

2.3

Ketuban Pecah Dini


2.3.1

Definisi
Ketuban pecah dini didefinisikan sebagai keluarnya cairan
amnion secara spontan dari membrane amnion. Cairan keluar
melalui membrane fetal yang mengalami rupture dan terjadi setelah
28 minggu dari kehamilan dan beberapa jam kelahiran yang
sebenarnya terjadi. Kata premature bukan berarti usia kehamilan
yang masih preterm (Gahwagi, Busarira, & Atia, 2015).
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan pecahnya kantung
ketuban secara spontan dan kebocoran awal cairan amnion sebelum
awal persalinan pada usia kehamilan. Ketuban pecah dini (PROM)
merupakan pecahnya membran amnion sebelum 27 minggu usia

kehamilan

(Perry, Hockenberry, Lowdermilk, & Wilson,

Maternal Child Nursing Care, 2014)


2.3.2

Etiologi
Menurut (Mercer, 2012), Penyebab ketuban pecah dini
adalah:
a. Inflamasi (Corioamnionitis)
b. Stress dari kontraksi uterus
c. Peningkatan tekanan intrauterine

2.3.3

Patofisiologi

2.3.4

Klasifikasi ketuban pecah dini


Menurut (Gahwagi, Busarira, & Atia, 2015), klasifikasi
dari ketuban pecah dini adalah:
a.

Early PROM (kurang dari 12 jam setelah terjadi pecahnya


ketuban)

b.

Prolonged PROM (terjadi 12 jam atau lebih setelah terjadi


pecahnya ketuban)

2.3.5

Faktor resiko
Faktor resiko ketuban pecah dini menurut

(Perry,

Hockenberry, Lowdermilk, & Wilson, Maternal Child Nursing


Care, 2014) adalah:
a.

Riwayat kehamilan preterm, khususnya jika diikuti dengan


ketuban pecah dini

b.

Infeksi genital atau sistem perkemihan

c.

Servikal pendek selama trimester kedua

d.

Kelahiran premature

e.

Overdistensi uterus

f.

Perdarahan pada trimester kedua dan ketiga

g.

Gangguan pernapasan

h.

Gangguan jaringan penghubung

i.

Status social ekonomi rendah

j.

Berat badan dibawah rata-rata

k.

Defisit nutrisi

l.

Perokok

2.3.6 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi menurut (Mercer, 2012)
adalah:
a. Komplikasi maternal
1)

Abrupsi plasenta

2)

Retain plasenta

3)

Perdarahan

4)

Sepsis

5)

Kematian

b. Komplikasi pada janin


1)

Infeksi intrauterine

2)

Prolapse tali pusat

3)

Penekanan

umbilical

cord

terkait

dengan

oligohidroamnion dan abrupsi plasenta


4)

Pulmonary hypoplasia sebelum usia kehamilan 20


minggu

2.3.7 Penatalaksanaan
Menurut (Institute of Obstetricians and Gynaecologists,
2015), penalatalaksanaan ketuban pecah dini meliputi:
a.

Observasi tanda tanda korioamnionitis secara klinis


setidaknya setiap 4 6 jam

b.

Pemeriksaan swab vagina mingguan dan pemeriksaan darah


lengkap juga harus dipertimbangkan

c.

Pemantauan kondisi janin menggunakan cardiotography,


serta pengawasan rutin kondisi janin

d.

Ibu hamil dengan tanda tanda klinis korioamnionitis harus


dimulai terapi antibiotic spectrum luas serta pemantauan
lebih ketat
Penatalaksanaan menurut (APEC Guidelines, 2013)

Anda mungkin juga menyukai