Oleh :
Mohan Ari
105130101111076
Yusvani Nur R
105130101111082
Wisdiani Putri
105130101111083
105130101111084
Bayu Noviaji
105130101111085
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk :
1.Mengetahui pengertian kastrasi
2.Mengetahui macam macam metode kastrasi
3.Mengetahui tekhnik operasi kastrasi
4. Mengetahui keuntungan dan kerugian kastrasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Orchiectomi atau kastrasi adalah sebuah prosedur operasi / bedah dengan tujuan
membuang testis hewan. Kastrasi ini dilakukan pada hewan jantan dalam keadaan tidak sadar
(anastesi umum)
Metode kastrasi dibagi menjadi dua macam yaitu :
1. Metode terbuka
Sayatan dilakukan sampai tunika vaginalis communis, sehingga testis dan epididimis tidak lagi
terbungkus.
2. Metode tertutup
Sayatan hanya sampai pada tunika dartos, sehingga testis masih terbungkus oleh tunika
vaginalis communis. Peningkatan dan penyayatan pada funiculus spermaticus. Kucing yang akan
dikebiri harus dalam keadaan sehat. Sebagian besar kucing dikebiri ketika berumur 5 8 bulan.
Para ahli perilaku hewan menyarankan mengkebiri kucing sebelum memasuki masa puber,
karena dapat mencegah munculnya sifat / perilaku kucing yang tidak diinginkan.
Keuntungan kastrasi, antara lain :
1. Mencegah Kelahiran Anak Kucing Yang Tidak Diinginkan
Salah satu keuntungan mengkebiri kucing adalah mencegah kelahiran anak kucing yang tidak
diinginkan. Selain menjaga populasi kucing tetap terkendalikan, tindakan ini juga
memungkinkan
pemilik
kucing
bisa
merawat
kucing-kucingnya
dengan
maksimal.
Preanastesi
Obat-obatan preanastesi digunakan untuk mempersiapkan pasien sebelum pemberian
agen anestesi baik itu anastesi local, regional ataupun umum. Tujuan pemberian agen preanestesi
tersebut adalah untuk mengurangi sekresi kelenjar ludah, meningkatkan keamanan pada saat
pemberian agen anestesi, memperlancar induksi anestesi, mencegah efek bradikardi dan muntah
setelah ataupun selama anestesi, mendepres reflek vagovagal, mengurangi rasa sakit dan gerakan
yang tidak terkendali selama recovery.
dalam
bentuk
injeksi
harus
disimpan
pada
suhu
kamar.
Atropin sebagai premedikasi diberikan pada kisaran dosis 0,02-0,04 mg/kg, yang diberikan baik
secara subkutan, intra vena maupun intra muskuler.
Atropin dapat menimbulkan beberapa efek, misalnya pada susunan syaraf pusat,
merangsang medulla oblongata dan pusat lain di otak, menghilangkan tremor, perangsang
respirasi akibat dilatasi bronkus, pada dosis yang besar menyebabkan depresi nafas, eksitasi,
halusinasi dan lebih lanjut dapat menimbulkan depresi dan paralisa medulla oblongata. Efek
atropin pada mata menyebabkan midriasis dan siklopegia. Pada saluran nafas, atropin dapat
mengurangi sekresi hidung, mulut dan bronkus. Efek atropin pada sistem kardiovaskuler
(jantung) bersifat bifasik yaitu atropin tidak mempengaruhi pembuluh darah maupun tekanan
darah secara langsung dan menghambat vasodilatasi oleh asetilkolin. Pada saluran pencernaan,
atropin sebagai antispasmodik yaitu menghambat peristaltik usus dan lambung, sedangkan pada
otot polos atropin mendilatasi pada saluran perkencingan sehingga menyebabkan retensi urin.
Anestesi
Anestesi menurut arti kata adalah hilangnya kesadaran rasa sakit, namun obat anestasi
umum tidak hanya menghilangkan rasa sakit akan tetapi juga menghilangkan kesadaran. Pada
operasi-operasi daerah tertentu seperti perut, maka selain hilangnya rasa sakit dan kesadaran,
dibutuhkan juga relaksasi otot yang optimal agar operasi dapat berjalan dengan lancar.
Anestesi umum diperlukan untuk pembedahan karena dapat menyebabkan penderita
mengalami analgesia, amnesia, dan tidak sadarkan diri sedangkan otot-otot mengalami relaksasi
dan penekanan reflek yang tidak dikehendaki.
Agar anestasi umum dapat berjalan dengan sebaik mungkin, pertimbangan utamanya
adalah memilih anestetika ideal. Pemilihan ini didasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu
keadaan penderita, sifat anestetika, jenis operasi yang dilakukan, dan peralatan serta obat yang
tersedia. Sifat anestetika yang ideal antara lain mudah didapat, murah, tidak menimbulkan efek
samping terhadap organ vital seperti saluran pernapasan atau jantung, tidak mudah terbakar,
stabil, cepat dieliminasi, menghasilkan relaksasi otot yang cukup baik, kesadaran cepat kembali,
tanpa efek yang tidak diingini. Obat anestesi umum yang ideal mempunyai sifat-sifat antara lain :
pada dosis yang aman mempunyai daya analgesik relaksasi otot yang cukup, cara pemberian
mudah, mulai kerja obat yang cepat dan tidak mempunyai efek samping yang merugikan. Selain
itu obat tersebut harus tidak toksik, mudah dinetralkan, mempunyai batas keamanan yang luas,
tidak dipengaruhi oleh variasi umur dan kondisi hewan.
Stadium anestesi dibagi dalam 4 yaitu;
(1) Stadium I (stadium induksi atau eksitasi volunter), stadium ini dimulai dari pemberian agen
anestesi sampai menimbulkan hilangnya kesadaran. Pada stadium ini hewan masih sadar dan
memberontak. Rasa takut dapat meningkatkan frekuensi nafas dan pulsus, dilatasi pupil, dapat
terjadi urinasi dan defekasi.
(2) Stadium II (stadium eksitasi involunter), stadium ini dimulai dari hilangnya kesadaran sampai
permulaan stadium pembedahan. Pada stadium ini adanya eksitasi dan gerakan yang tidak
menurut kehendak. Pernafasan tidak teratur, inkontinentia urin, muntah, midriasis, hipertensi,
dan takikardia.
(3) Stadium III (pembedahan/operasi), stadium ini terbagi dalam 3 bagian yaitu; (a) Plane I,
ditandai dengan pernafasan yang teratur dan terhentinya anggota gerak. Tipe pernafasan thoracoabdominal, refleks pedal masih ada, bola mata bergerak-gerak, palpebra, konjuctiva dan kornea
terdepres. ( II, ditandai dengan respirasi thoraco-abdominal dan bola mata ventro medial semua
otot mengalami relaksasi kecuali otot perut. (c) Plane III, ditandai dengan respirasi regular,
abdominal, bola mata kembali ke tengah dan otot perut relaksasi.
(4) Stadium IV (paralisa medulla oblongata atau overdosis),ditandai dengan paralisa otot dada,
pulsus cepat dan pupil dilatasi. Bola mata menunjukkan gambaran seperti mata ikan karena
terhentinya sekresi lakrimal
Setelah hewan berada dalam kondisi anastesi harus dilakukan monitoring anastesi terhadap:
(1) Tingkat kedalaman anastesi, sesuai tingkat depresi terhadap sistem syaraf pusat yang dapat
dilihat melalui tekanan darah, respirasi, reflek pupil, pergerakan bola mata dan kesadaran,
(2) temperatur tubuh, dimana umumnya tubuh tidak mampu mempertahankan temperatur
tubuhnya,
(3) kardiovaskular melalui monitoring pulsus dan detak jantung
(4) respirasi, melalui pemeriksaan tipe respirasi dan komplikasi sistem respirasi .
Ketamin HCl
Ketamin adalah larutan yang tidak berwarna, stabil pada suhu kamar dan relative aman
dengan kerja singkat. Sifat analgesiknya sangat kuat untuk sistim somatik tetapi lemah lemah
untuk sistim visceral, tidak menyebabkan relaksasi otot lurik bahkan kadang-kadang tonusnya
sedikit meninggi.
Secara kimiawi, ketamin analog dengan phencyclidine. Ketamin HCl berwarna putih dan
berbentuk bubuk kristal yang mempunyai titik cair 258-261C. Satu gram ketamin dilarutkan
dalam 5 ml aquades dan 14 ml alkohol. Ketamin yang digunakan sebagai agen anestesi untuk
injeksi dipasaran biasanya mempunyai pH antara 3,5-5,5.
1. Ketamin HCl bekerja dengan memutus syaraf asosiasi serta korteks otak dan thalamus optikus
dihentikan sementara, sedangkan sistem limbik sedikit dipengaruhi. Ketamin HCl merupakan
analgesia yang tidak menyebabkan depresi dan hipnotika pada syaraf pusat tetapi berperan
sebagai kataleptika. Setelah pemberian ketamin, refleks mulut dan menelan tetap ada dan mata
masih terbuka.
2. Penggunaan ketamin mempunyai keuntungan dan kerugian. Keuntungan penggunaan ketamin,
yaitu; (1) dalam pengaplikasianya ketamin sangat mudah, (2) menyebabkan pendepresan
kardiovaskuler dan respirasi minimal, (3) dapat digunakan dalam situasi darurat dimana hewan
belum dipuasakan, karena refleks faring tetap ada, (4) induksi cepat dan tenang, dan (5) dapat
dikombinasikan dengan agen preanestesi atau anestesi lainnya. Kerugian dari penggunaan
ketamin adalah (1) menyebabkan relaksasi otot tidak maksimal bila penggunaannya secara
tunggal, (2) respon yang bervariasi pada beberapa pasien, (3) dapat menyebabkan hipotermia, (4)
dapat menyebabkan kekejangan ektremitas, (5) menyebabkan konvulsi pada beberapa pasien,
dan (6) recovery yang lama.
3. Ketamin dapat dipakai oleh hampir semua spesies hewan. Ketamin bersama xylazine dapat
dipakai untuk anastesi pada kucing. Ketamin dengan pemberian tunggal bukan anastetik yang
bagus. Dosis pada kucing 10-30 mg/kg secara intra muskuler, mula kerja obat 1-5 menit, lama
kerja obat 30-40 jam dan recoverinya 100-150 menit.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan pada praktikum kastrasi ini adalah meja operasi, spuit, pisau
cukur, scalpel, arteri klem, gunting ujung bengkok, spuit, alis forcep, needle, drapping,
stetoskop, duk klem, needle holder, pinset anatomis, pinset sirurgis, gunting tumpul-tumpul, dan
gunting tajam-tajam.
Dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum kastrasi ini adalah kucing jantan dengan
berat badan 3 kg, Atropin Sulfat, Ketamin, Xylazine, Asam Tolfenamic, Acepromazine Maleat
(ACP), Amoxicilin, Limoxin, Alkohol 70%, Betadine, Kapas, Benang Plain Catgut, Benang
Chromic Catgut, dan Tampon steril.
3.2 Cara Kerja
A. Persiapan Operasi (Pra Operasi)
Sebelum melalukakan operasi bedah vasektomi dan kastrasi ada 3 hal yang perlu
dipersiapakan yaitu sebagai berikut:
1. Persiapan Pasien
Pasien adalah kucing kampung bernama Miwon, jenis kelamin jantan, berat badan 1,5 kg,
berwarna belang coklat putih. Sebelum pelaksanaan operasi pasien telah diperiksa keadaan fisik
dengan menggunakan stetoskop dan thermometer. Hewan harus dipuasakan selama 8-12 jam.
2. Persiapan Tempat, Alat dan Bahan
Sebelum melakukan operasi, ruangan dan peralatan operasi harus dibersihkan dan
disterilkan.
3. Persiapan Operator dan Co-Operator
Sebelum melakukan operasi, baik operator maupun co-operator harus terlebih dahulu
melepaskan semua assesoris yang dapat mengganggu jalannya operasi. Tangan dicuci dari
telapak tangan hingga mencapai siku dengan menggunakan air bersih dan sabun, setelah itu
dapat dicuci kembali dengan larutan seperti dettol atau alkohol 70%, kemudian siap memakai
baju operasi (baju lab untuk praktikan)
B. Premidikasi dan Anastesi
Premidikasi yang digunakan adalah atropin sulfat dengan dosis 0,02-0,04 mg/kg BB secara
subkutan. 10 menit kemudian dilanjutkan dengan pemberian ketamin dengan dosis 0,1875
mg/kgBB, xilazin dengan dosis 0,225 mg/kgBB secara intramuskular. Setelah pemberian
anestesi. Frekuensi nafas dan jantung diperiksa setiap 5 menit sekali sampai pembedahan selesai
C. Operasi
a. Kastrasi
1. Preanestesi kucing dengan pemberian atropin (injeksikan secara subkutan)
2. 10 menit kemudian anastesi dengan ketamin dan xylazine secara intramuscular sebelah
kanan kaki
3. Kucing direbah dorsal, ke tempat ekstremitas, difiksasi dalam posisi simetris
4. Basahi bulu-bulu scrotum dan daerah sekitar scrotum dengan air lalu cukur dan bersihkan
dengan alcohol 70%.
5. Buat sayatan/insisi dari cranial ke caudal pada scrotum testis sebelah kanan
6. Pemisahan dan penyayatan skrotum dari ligamen-ligamen yang menempel pada
pembungkus testis
7. Penarikan funiculus spermaticus sampai maksimal
8. Pemifiksasian serta penjahitan funiculus spermaticus
9. Pemotongan funiculus spermaticus pada bagian kaudal simpul jahitan
10. Pengembalian sisa funiculus spermaticus dan pemberian antibiotik pada skrotum
11. Jahit scrotum dengan menggunakan metode sederhana terputus
12. Bersihkan daerah jahitan, olesi betadin
D. Perawatan Pascaoperasi
Penanganan Pasca Operasi yaitu:
1. Pasien ditempatkan dalam kandang yang bersih dan kering (diistirahatkan)
2. Luka bekas operasi diperiksa dengan kontiyu dan dilakukan pengobatan pada bekas luka
selama 4-6 hari
3. Beri nutrisi yang baik dan antibiotika untuk mencegah timbulnya sekunder infeksi
4. Pemberian obat Amoxicilin dan Wound Guard
5. Jahitan di buka setelah bekas operasi kering
Gangguan Yang Mungkin Muncul Setelah Kastrasi
1. Obesitas/kegemukan
Perubahan metabolisme hormon setelah kastrasi menyebabkan kucing tidak lagi agresif dan lebih
suka diam/tidur. Akibat yang sering terjadi setelah kastrasi adalah kegendutan/obesitas. Masalah
ini bisa dicegah dengan mengontrol diet dan sering mengajak kucing bermain. Bermain dengan
kucing menyebabkan kucing bergerak lebih banyak dan membakar cadangan lemak yang
berlebih.
2. Feline Urinary Syndrome (FUS)
FUS adalah kumpulan berbagai gejala penyakit pada kucing berupa gangguan proses
kencing/urinasi
pada
kucing.
Beberapa
penelitian
menyatakan
Kastrasi
tidak
menyebabkan/mempertinggi resiko FUS pada kucing jantan. FUS sering terjadi pada kucing
jantan yang diberi makanan yang banyak mengandung garam mineral terutama magnesium. FUS
dapat dihindari dengan memberikan makanan yang mempunyai kadar Magnesium rendah.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Signalemen
Nama Hewan
: Miwon
Jenis Hewan
: Kucing Lokal
Warna
: Coklat Putih
Kelamin
: Jantan
Umur
: 1,5 Tahun
Berat Badan
: 3,0 Kg
: Tidak Baik
Habitus
: Liar
Gizi
: Kurang
: Tegak
Suhu Tubuh
: 37,6 C
Pulsus
: 88 x /menit
Respirasi
: 24 x /menit
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Fisik Selama Operasi
Jenis Hewan
Umur
Jenis Kelamin
Berat Badan
: Kucing Lokal
: 1 Tahun 5 Bulan
: Jantan
: 3,0 Kg
Waktu (menit)
Suhu (C)
0
15
30
45
60
37,5
37,0
37,2
38,7
38,2
Frekuensi Nafas
(x/menit)
28
32
32
28
36
Frekuensi Nadi
(x/menit)
88
96
96
88
88
Pulsus
(x/menit)
Suhu C
Respirasi
(x/menit)
CRT (dtk)
Makan
Minum
Defekasi
Urinasi
96
96
92
92
37,
2
28
38,
3
36
38,
9
36
38,
5
40
2
+
-
2
+
-
2
+
+
+
2
+
+
+
Sore
Hari 7
Pagi
Sore
Hari 6
Pagi
Sore
Hari 5
Pagi
Sore
Hari 4
Pagi
Sore
Hari 3
Pagi
Sore
Hari 2
Pagi
Sore
Pemeriksa
an
Pagi
Hari 1
10
0
38
32
38,
7
32
38,
8
32
38,
5
36
38,
7
28
38,
8
28
38,
7
32
38,
9
36
38,
9
32
2
++
+
+
+
2
++
+
+
+
2
++
+
+
+
2
++
+
+
+
2
++
+
+
+
2
++
+
+
+
2
++
+
+
+
2
++
+
+
+
2
++
+
+
+
4.2 Pembahasan
Sebelum operasi kastrasi dilakukan, alat alat operasi dipersiapkan. Alat tersebut berupa
duk yang berfungsi sebagai pelindung pasien dari kontaminan dan sebagai alas untuk meletakkan
alat alat operasi yang digunakan selama operasi berlangsung. Towel clamp berfungsi untuk
menjepit duk agar menempel / melekat pada kulit. Needle holder yang berfungsi untuk
memegang jarum. Pinset yang berfungsi untuk memegang jaringan. Gunting yang berfungsi
untuk memotong jaringan. Pisau scalpel berfungsi untuk menginsisi kulit scrotum.
Pada saat praktikum, sebelum dilakukan tindakan operasi, pasien harus dianastesi. Sebelum obat
anastesi diberikan pasien diberikan obat premedikasi berupa Atropin Sulfat sediaan 1 mg /cc.
Dosis Atropin Sulfat yang diberikan adalah 0,04 mg dengan berat kucing 3 kg, sehingga dosis
yang di injeksikan secara intramuscular (IM) pada kucing tersebut adalah ( 0,04 mg / 1 mg/cc ) x
3 KgBB = 0,12 ml. Dan Acepromazine Maleat dosis 0,02 mg /kg, sehingga dosis yang
diinjeksikan intramuskular (IM) adalah 0,02 x 3 kg= 0,06 ml.
Setelah preanastesi diberikan kemudian tunggu 30 menit, dilakukan pencukuran bulu
pada daerah scrotum, daerah tersebut di basahi terlebih dahulu agar saat dicukur bulu tidak
beterbangan. Sisa sisa rambut cukur dibersihkan, kemudian di bilas dengan alkohol 70 %, agar
mengurangi kontaminasi bakteri setelah itu diberikan olesan betadin.
Dilanjutkan dengan pemberian obat anastesi, yaitu Xylazin dosis 2 mg/kg. Sediaan 20
mg/cc , dosis yang diberikan pada pasien denga berat 3 kg yaitu ( 2 mg / 20 mg/cc ) x 3 KgBB =
0,3 ml dan di berikan Ketamin dosis 10 mg/kg, sediaan 100 mg/cc sehingga dosis yang diberikan
( 10 / 100 ) x 3 = 0,3 ml, pemberian obat anastesi tersebut di berikan secara intramuscular pada
kaki sebelah kanan.
Kemudian ketika kondisi pasien sudah dalam keeadaan setengah sadar, pasien direbahkan
dengan posisi rebah dorsal pada meja operasi dan keempat ekstremitasnya difiksasi dalam
keadaan simetris. Agar kucing masih tetap bisa bernafas mulut kucing sedikit dibuka dengan
mengaitkan kedua taringnya dan lidah dijulurkan kesamping. Kemudian beri sayatan pada
scrotum sebelah kanan, panjang sayatan disesuaikan dengan ukuran testis. Sebelum dilakukan
sayatan dan pembedahan dilakukan pemberian towel didaerah sekitar yang akan diinsisi sebagai
pelindung pasien dari kontaminan. Penyayatan dilakukan sampai tunika vaginalis ikut tersayat.
Dan tipe ini termasuk tipe terbuka. Pada testis sebelah kanan, ductus deferens dan arteri
testicularis diikat kemudian dipotong untuk kemudian dibuang. Pada testis sebelah kiri ductus
deferens dan arteri testicularis disimpul, sehingga sayatan dilakukan sampai tunika vaginalis.
Pada metode terbuka memiliki keuntungan, yaitu resiko perdarahan bisa di minimalisir. Kedua
testis yang dipotong kemudian dibuang. Setelah itu metode jahitan terputus sederhana dilakukan
dengan menjahit scrotum.
Recovery dilakukan selama 1 minggu post operasi. Treatment yang diberikan antara lain
pemberian Wound Guard sebagi antiseptik pada luka dan injeksi antibiotik Limoxin serta
analgesik Asam Tolfenamic 2 hari sekali. Pada hari ke 7 dilakukan lepas jahitan apabila jahitan
sudah memenuhi kriteria kesembuhan yang baik. Dengan berat akhir mencapai 3,5 kg.
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Orchiectomy atau kastrasi adalah sebuah prosedur operasi / bedah dengan tujuan
membuang testis hewan. Metode kastrasi adalah orchiectomy terbuka dengan sayatan
dilakukan sampai tunika vaginalis communis, sehingga testis dan epididimis tidak lagi
terbungkus. Premedikasi menggunakan atropin sulfat dan acepromazine, dan obat
anastesi yang digunakan ialah xylazin dan ketamin. Recovery pada hewan kastrasi pada
umumnya membutuhkan waktu 1 minggu dengan perlakuan pemberian antibiotik dan
analgesik serta perawatan luka.
5.2 Saran
Sebaikanya pengawasan saat operasi terhadap praktikan lebih dipersiapkan
dengan baik dan perwatan pasca operasi selalu dikontrol.
Lampiran Gambar