Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN

PRAKTIKUM ILMU BEDAH KHUSUS


KASTRASI

Oleh :
Mohan Ari

105130101111076

Yusvani Nur R

105130101111082

Wisdiani Putri

105130101111083

Dwi Tintus G.C.P.S

105130101111084

Bayu Noviaji

105130101111085

PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS BRAWIJYA
MALANG
2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Testis merupakan organ primer dari alat reproduksi jantan yang menghasilkan
spermatozoa dan hormone-hormon reproduksi, khususnya testosteron. Saat dewasa kelamin
testis turun dari rongga perut ke dalam skrotum melalui kanalis inguinalis. Contoh tindakan
bedah yang dilakukan terhadap testis adalah kastrasi.
Kastrasi atau orchiectomi adalah tindakan bedah yang dilakukan pada testis, berupa
pengambilan atau pemotongan testis dari tubuh. Hal ini umumnya dilakukan untuk sterilisasi
(mengontrol populasi), penggemukan hewan, mengurangi sifat agresif, serta salah satu pilihan
terapi dalam menangani kasus-kasus patologi pada testis atau scrotum.

1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk :
1.Mengetahui pengertian kastrasi
2.Mengetahui macam macam metode kastrasi
3.Mengetahui tekhnik operasi kastrasi
4. Mengetahui keuntungan dan kerugian kastrasi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Orchiectomi atau kastrasi adalah sebuah prosedur operasi / bedah dengan tujuan
membuang testis hewan. Kastrasi ini dilakukan pada hewan jantan dalam keadaan tidak sadar
(anastesi umum)
Metode kastrasi dibagi menjadi dua macam yaitu :
1. Metode terbuka
Sayatan dilakukan sampai tunika vaginalis communis, sehingga testis dan epididimis tidak lagi
terbungkus.
2. Metode tertutup
Sayatan hanya sampai pada tunika dartos, sehingga testis masih terbungkus oleh tunika
vaginalis communis. Peningkatan dan penyayatan pada funiculus spermaticus. Kucing yang akan
dikebiri harus dalam keadaan sehat. Sebagian besar kucing dikebiri ketika berumur 5 8 bulan.
Para ahli perilaku hewan menyarankan mengkebiri kucing sebelum memasuki masa puber,
karena dapat mencegah munculnya sifat / perilaku kucing yang tidak diinginkan.
Keuntungan kastrasi, antara lain :
1. Mencegah Kelahiran Anak Kucing Yang Tidak Diinginkan
Salah satu keuntungan mengkebiri kucing adalah mencegah kelahiran anak kucing yang tidak
diinginkan. Selain menjaga populasi kucing tetap terkendalikan, tindakan ini juga
memungkinkan

pemilik

kucing

bisa

merawat

kucing-kucingnya

dengan

maksimal.

2. Kurang Agresif Terhadap Kucing Lain.


Testosteron adalah hormon kelamin jantan. Hormon ini mempengaruhi banyak pola-pola
perilaku pada kucing jantan. Salah satu perilaku yang banyak dipengaruhi hormon testosteron
adalah perilaku agresi. Setelah kebiri, perilaku ini cenderung berkurang banyak. Spraying/Urine
marking Spraying/urine marking adalah salah satu perilaku alami kucing jantan yang tidak di
kebiri. Sebagian besar perilaku ini hilang setelah kucing di kebiri.

3. Tidak Suka Berkeliaran


Kucing betina yang sedang birahi mengeluarkan feromon yang dapat menyebar melalui udara.
Feromon ini dapat mencapai daerah yang cukup jauh. Kucing jantan dapat mengetahui dimana
letak kucing betina yang sedang birahi melalui feromon ini, lalu kemudian mencari dan
mendatangi sang betina meskipun jaraknya cukup jauh. Kucing jantan yang telah dikebiri
cenderung tidak bereaksi terhadap feromon ini dan lebih suka diam di dalam rumah.
4. Lebih Jarang Terluka
Keuntungan medis lain dari kebiri adalah jarangnya kucing terluka akibat berkelahi dengan
kucing lain. Semakin jarang terluka semakin kecil juga kemungkinan terkena penyakit yang
dapat menular melalui luka/kontak.
5. Peningkatan Genetik
Beberapa kucing dikebiri karena mempunyai/membawa cacat genetik. Diharapkan kucingkucing cacat tersebut tidak dapat lagi berkembang biak, sehingga jumlah kucing-kucing cacat
dapat dikurangi.
6. Mengurangi Resiko Tumor & Gangguan Prostat
Tumor dan gangguan prostat lebih sering terjadi pada anjing, pada kucing jarang sekali terjadi.
Sebagian besar gangguan pada prostat berhubungan dengan hormon testosteron yang dihasilkan
oleh testis. Tindakan kebiri menyebabkan hewan tidak lagi menghasilkan hormon tersebut,
sehingga resiko tumor dan gangguan pada prostat dapat dikurangi.
7. Cenderung Lebih Manja
Sebagian besar perilaku agresif pada kucing jantan dipengaruhi hormon testosteron. Kucing yang
dikebiri cenderung tidak agresif dan lebih manja.
Kelemahan dari kucing yang dikastrasi antara lain:
1. Kegemukan atau obesitas. Rata-rata seekor kucing jantan yang dikastrasi membutuhkan
asupan kalori sebanyak 25% untuk menjaga berat badannya dank arena kucing yang dikastrasi
memiliki rata2 proses metabolisme makanan yang rendah maka asupan nutrisi tersebut akan
disimpan menjadi lemak, sehingga menimbulkan kegemukan.
2. Kehilangan untuk memperoleh keturunan yang potensial /berharga terutama untuk para
breeder.

3. Penurunan kadar testosterone mengakibatkan kehilangan sifat maskulinasi dan penurunan


fungsi otot-otot badan. Penurunan kadar testosteron juga mengakibatkan penundaan penutupan
pertumbuhan tulang panjang, sehingga kucing yang dikastrasi pertumbuhan tulang-tulang
ekstremitasnya lebih panjang dibandingkan yang tidak dikastrasi.
Tehnik Kastrasi Terbuka
Dengan jari tangan dinding skrotum dipejet/ditekan secara halus dan hati-hati di atas
salah satu testis lalu didorong ke arah bagian cranial skrotum. Setelah dilakukan insisi pada kulit
skrotum, dan fascia spermatika lalu dilanjutkan menginsisi tunica vaginalis tepat di atas testis
pada daerah raphe median (Gambar 3. A. Insisi diperlebar sampai testis yang ditekan bagian
belakangnya menyembul keluar lubang insisi, kemudian dipegang dan lebih ditarik keluar
(gambar 3.B dan 3.C). Mesorchium tipis yang menggantungkan testis dan epididymis mulai
dari spermatic cord di bagian cranial dan ekor epididymis di bagian caudal, diinsisi (gambar
3.D) dan spermatic cord dipotong dan diligasi menggunakan metode three forceps tie (gambar
3.D-Ia, 3.D-Ib dan 3.D-Ic). Testis yang masih menempel di tunica vaginalis parietalis dengan
ligamen pada ekor epididymis kemudian dipotong. Kadang-kadang perdarahan kecil pada
ligament yang dipotong bila perlu diligasi (gambar 3D-Iia dan 3D-Iib). Testis lainnya dibuang
dengan cara yang sama melalui insisi kulit yang sama. Bila diinginkan jaringan subkutan dijahit
dengan benang catgut 3-0. Kulit ditutup dengan jahitan sederhana terputus menggunakan
benang non absorbable.
Terdapat metode lain tempat insisi skrotum untuk mengeluarkan testis yaitu :
Melalui insisi kulit yang dibuat diatas skrotum bagian ventral dan melalui tunica vaginalis
parietalis untuk mengekspose testis. Yang penting disini adalah drainage bebas dari insisi pada
tunica vaginalis dan kulit skrotum. Testis lainnya diambil dengan cara yang sama melalui insisi
terpisah. Jadi pada metode ini testis dikeluarkan melalui dua insisi masing-masing di atas testis.

Preanastesi
Obat-obatan preanastesi digunakan untuk mempersiapkan pasien sebelum pemberian
agen anestesi baik itu anastesi local, regional ataupun umum. Tujuan pemberian agen preanestesi
tersebut adalah untuk mengurangi sekresi kelenjar ludah, meningkatkan keamanan pada saat
pemberian agen anestesi, memperlancar induksi anestesi, mencegah efek bradikardi dan muntah
setelah ataupun selama anestesi, mendepres reflek vagovagal, mengurangi rasa sakit dan gerakan
yang tidak terkendali selama recovery.

Agen preanastesi digolongkan menjadi 4 yaitu; antikolinergik, morfin serta derivatnya,


transquilizer dan neuroleptanalgesik. Obat-obat yang digunakan untuk anastesi premedikasi
meliputi antikolinergik, analgesik, neuroleptanalgik, tranquilizer, obat dissosiatif dan barbiturate.
Pada umumnya obat-obat preanastesi bersifat sinergis terhadap anastetik namun penggunaanya
harus disesuaikan dengan umur, kondisi dan temperamen hewan, ada atau tidaknya rasa nyeri,
teknik anastesi yang dipakai, adanya antisipasi komplikasi, dan lainnya.
Atropin Sulfat
Atropin merupakan agen preanestesi yang digolongkan sebagai antikolinergik atau
parasimpatolitik. Atropin sebagai prototip antimuskarinik mempunyai kerja menghambat efek
asetilkolin pada syaraf postganglionik kolinergik dan otot polos. Hambatan ini bersifat reversible
dan dapat diatasi dengan pemberian asetilkolin dalam jumlah berlebihan atau pemberian
antikolinesterase.
Atropin sulfat berbentuk kristal putih, tidak berwarna dan tidak berbau. Atropin dalam
bentuk bubuk atau tablet harus disimpan dalam container tertutup dengan suhu 15-30C,
sedangkan

dalam

bentuk

injeksi

harus

disimpan

pada

suhu

kamar.

Atropin sebagai premedikasi diberikan pada kisaran dosis 0,02-0,04 mg/kg, yang diberikan baik
secara subkutan, intra vena maupun intra muskuler.
Atropin dapat menimbulkan beberapa efek, misalnya pada susunan syaraf pusat,
merangsang medulla oblongata dan pusat lain di otak, menghilangkan tremor, perangsang
respirasi akibat dilatasi bronkus, pada dosis yang besar menyebabkan depresi nafas, eksitasi,
halusinasi dan lebih lanjut dapat menimbulkan depresi dan paralisa medulla oblongata. Efek
atropin pada mata menyebabkan midriasis dan siklopegia. Pada saluran nafas, atropin dapat
mengurangi sekresi hidung, mulut dan bronkus. Efek atropin pada sistem kardiovaskuler
(jantung) bersifat bifasik yaitu atropin tidak mempengaruhi pembuluh darah maupun tekanan
darah secara langsung dan menghambat vasodilatasi oleh asetilkolin. Pada saluran pencernaan,
atropin sebagai antispasmodik yaitu menghambat peristaltik usus dan lambung, sedangkan pada
otot polos atropin mendilatasi pada saluran perkencingan sehingga menyebabkan retensi urin.

Anestesi
Anestesi menurut arti kata adalah hilangnya kesadaran rasa sakit, namun obat anestasi
umum tidak hanya menghilangkan rasa sakit akan tetapi juga menghilangkan kesadaran. Pada
operasi-operasi daerah tertentu seperti perut, maka selain hilangnya rasa sakit dan kesadaran,
dibutuhkan juga relaksasi otot yang optimal agar operasi dapat berjalan dengan lancar.
Anestesi umum diperlukan untuk pembedahan karena dapat menyebabkan penderita
mengalami analgesia, amnesia, dan tidak sadarkan diri sedangkan otot-otot mengalami relaksasi
dan penekanan reflek yang tidak dikehendaki.
Agar anestasi umum dapat berjalan dengan sebaik mungkin, pertimbangan utamanya
adalah memilih anestetika ideal. Pemilihan ini didasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu
keadaan penderita, sifat anestetika, jenis operasi yang dilakukan, dan peralatan serta obat yang
tersedia. Sifat anestetika yang ideal antara lain mudah didapat, murah, tidak menimbulkan efek
samping terhadap organ vital seperti saluran pernapasan atau jantung, tidak mudah terbakar,
stabil, cepat dieliminasi, menghasilkan relaksasi otot yang cukup baik, kesadaran cepat kembali,
tanpa efek yang tidak diingini. Obat anestesi umum yang ideal mempunyai sifat-sifat antara lain :
pada dosis yang aman mempunyai daya analgesik relaksasi otot yang cukup, cara pemberian
mudah, mulai kerja obat yang cepat dan tidak mempunyai efek samping yang merugikan. Selain
itu obat tersebut harus tidak toksik, mudah dinetralkan, mempunyai batas keamanan yang luas,
tidak dipengaruhi oleh variasi umur dan kondisi hewan.
Stadium anestesi dibagi dalam 4 yaitu;
(1) Stadium I (stadium induksi atau eksitasi volunter), stadium ini dimulai dari pemberian agen
anestesi sampai menimbulkan hilangnya kesadaran. Pada stadium ini hewan masih sadar dan
memberontak. Rasa takut dapat meningkatkan frekuensi nafas dan pulsus, dilatasi pupil, dapat
terjadi urinasi dan defekasi.
(2) Stadium II (stadium eksitasi involunter), stadium ini dimulai dari hilangnya kesadaran sampai
permulaan stadium pembedahan. Pada stadium ini adanya eksitasi dan gerakan yang tidak

menurut kehendak. Pernafasan tidak teratur, inkontinentia urin, muntah, midriasis, hipertensi,
dan takikardia.
(3) Stadium III (pembedahan/operasi), stadium ini terbagi dalam 3 bagian yaitu; (a) Plane I,
ditandai dengan pernafasan yang teratur dan terhentinya anggota gerak. Tipe pernafasan thoracoabdominal, refleks pedal masih ada, bola mata bergerak-gerak, palpebra, konjuctiva dan kornea
terdepres. ( II, ditandai dengan respirasi thoraco-abdominal dan bola mata ventro medial semua
otot mengalami relaksasi kecuali otot perut. (c) Plane III, ditandai dengan respirasi regular,
abdominal, bola mata kembali ke tengah dan otot perut relaksasi.
(4) Stadium IV (paralisa medulla oblongata atau overdosis),ditandai dengan paralisa otot dada,
pulsus cepat dan pupil dilatasi. Bola mata menunjukkan gambaran seperti mata ikan karena
terhentinya sekresi lakrimal
Setelah hewan berada dalam kondisi anastesi harus dilakukan monitoring anastesi terhadap:
(1) Tingkat kedalaman anastesi, sesuai tingkat depresi terhadap sistem syaraf pusat yang dapat
dilihat melalui tekanan darah, respirasi, reflek pupil, pergerakan bola mata dan kesadaran,
(2) temperatur tubuh, dimana umumnya tubuh tidak mampu mempertahankan temperatur
tubuhnya,
(3) kardiovaskular melalui monitoring pulsus dan detak jantung
(4) respirasi, melalui pemeriksaan tipe respirasi dan komplikasi sistem respirasi .
Ketamin HCl
Ketamin adalah larutan yang tidak berwarna, stabil pada suhu kamar dan relative aman
dengan kerja singkat. Sifat analgesiknya sangat kuat untuk sistim somatik tetapi lemah lemah
untuk sistim visceral, tidak menyebabkan relaksasi otot lurik bahkan kadang-kadang tonusnya
sedikit meninggi.

Secara kimiawi, ketamin analog dengan phencyclidine. Ketamin HCl berwarna putih dan
berbentuk bubuk kristal yang mempunyai titik cair 258-261C. Satu gram ketamin dilarutkan
dalam 5 ml aquades dan 14 ml alkohol. Ketamin yang digunakan sebagai agen anestesi untuk
injeksi dipasaran biasanya mempunyai pH antara 3,5-5,5.
1. Ketamin HCl bekerja dengan memutus syaraf asosiasi serta korteks otak dan thalamus optikus
dihentikan sementara, sedangkan sistem limbik sedikit dipengaruhi. Ketamin HCl merupakan
analgesia yang tidak menyebabkan depresi dan hipnotika pada syaraf pusat tetapi berperan
sebagai kataleptika. Setelah pemberian ketamin, refleks mulut dan menelan tetap ada dan mata
masih terbuka.
2. Penggunaan ketamin mempunyai keuntungan dan kerugian. Keuntungan penggunaan ketamin,
yaitu; (1) dalam pengaplikasianya ketamin sangat mudah, (2) menyebabkan pendepresan
kardiovaskuler dan respirasi minimal, (3) dapat digunakan dalam situasi darurat dimana hewan
belum dipuasakan, karena refleks faring tetap ada, (4) induksi cepat dan tenang, dan (5) dapat
dikombinasikan dengan agen preanestesi atau anestesi lainnya. Kerugian dari penggunaan
ketamin adalah (1) menyebabkan relaksasi otot tidak maksimal bila penggunaannya secara
tunggal, (2) respon yang bervariasi pada beberapa pasien, (3) dapat menyebabkan hipotermia, (4)
dapat menyebabkan kekejangan ektremitas, (5) menyebabkan konvulsi pada beberapa pasien,
dan (6) recovery yang lama.
3. Ketamin dapat dipakai oleh hampir semua spesies hewan. Ketamin bersama xylazine dapat
dipakai untuk anastesi pada kucing. Ketamin dengan pemberian tunggal bukan anastetik yang
bagus. Dosis pada kucing 10-30 mg/kg secara intra muskuler, mula kerja obat 1-5 menit, lama
kerja obat 30-40 jam dan recoverinya 100-150 menit.

BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan pada praktikum kastrasi ini adalah meja operasi, spuit, pisau
cukur, scalpel, arteri klem, gunting ujung bengkok, spuit, alis forcep, needle, drapping,
stetoskop, duk klem, needle holder, pinset anatomis, pinset sirurgis, gunting tumpul-tumpul, dan
gunting tajam-tajam.
Dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum kastrasi ini adalah kucing jantan dengan
berat badan 3 kg, Atropin Sulfat, Ketamin, Xylazine, Asam Tolfenamic, Acepromazine Maleat
(ACP), Amoxicilin, Limoxin, Alkohol 70%, Betadine, Kapas, Benang Plain Catgut, Benang
Chromic Catgut, dan Tampon steril.
3.2 Cara Kerja
A. Persiapan Operasi (Pra Operasi)
Sebelum melalukakan operasi bedah vasektomi dan kastrasi ada 3 hal yang perlu
dipersiapakan yaitu sebagai berikut:
1. Persiapan Pasien
Pasien adalah kucing kampung bernama Miwon, jenis kelamin jantan, berat badan 1,5 kg,
berwarna belang coklat putih. Sebelum pelaksanaan operasi pasien telah diperiksa keadaan fisik
dengan menggunakan stetoskop dan thermometer. Hewan harus dipuasakan selama 8-12 jam.
2. Persiapan Tempat, Alat dan Bahan
Sebelum melakukan operasi, ruangan dan peralatan operasi harus dibersihkan dan
disterilkan.
3. Persiapan Operator dan Co-Operator
Sebelum melakukan operasi, baik operator maupun co-operator harus terlebih dahulu
melepaskan semua assesoris yang dapat mengganggu jalannya operasi. Tangan dicuci dari
telapak tangan hingga mencapai siku dengan menggunakan air bersih dan sabun, setelah itu
dapat dicuci kembali dengan larutan seperti dettol atau alkohol 70%, kemudian siap memakai
baju operasi (baju lab untuk praktikan)
B. Premidikasi dan Anastesi

Premidikasi yang digunakan adalah atropin sulfat dengan dosis 0,02-0,04 mg/kg BB secara
subkutan. 10 menit kemudian dilanjutkan dengan pemberian ketamin dengan dosis 0,1875
mg/kgBB, xilazin dengan dosis 0,225 mg/kgBB secara intramuskular. Setelah pemberian
anestesi. Frekuensi nafas dan jantung diperiksa setiap 5 menit sekali sampai pembedahan selesai
C. Operasi
a. Kastrasi
1. Preanestesi kucing dengan pemberian atropin (injeksikan secara subkutan)
2. 10 menit kemudian anastesi dengan ketamin dan xylazine secara intramuscular sebelah
kanan kaki
3. Kucing direbah dorsal, ke tempat ekstremitas, difiksasi dalam posisi simetris
4. Basahi bulu-bulu scrotum dan daerah sekitar scrotum dengan air lalu cukur dan bersihkan
dengan alcohol 70%.
5. Buat sayatan/insisi dari cranial ke caudal pada scrotum testis sebelah kanan
6. Pemisahan dan penyayatan skrotum dari ligamen-ligamen yang menempel pada
pembungkus testis
7. Penarikan funiculus spermaticus sampai maksimal
8. Pemifiksasian serta penjahitan funiculus spermaticus
9. Pemotongan funiculus spermaticus pada bagian kaudal simpul jahitan
10. Pengembalian sisa funiculus spermaticus dan pemberian antibiotik pada skrotum
11. Jahit scrotum dengan menggunakan metode sederhana terputus
12. Bersihkan daerah jahitan, olesi betadin
D. Perawatan Pascaoperasi
Penanganan Pasca Operasi yaitu:
1. Pasien ditempatkan dalam kandang yang bersih dan kering (diistirahatkan)
2. Luka bekas operasi diperiksa dengan kontiyu dan dilakukan pengobatan pada bekas luka
selama 4-6 hari
3. Beri nutrisi yang baik dan antibiotika untuk mencegah timbulnya sekunder infeksi
4. Pemberian obat Amoxicilin dan Wound Guard
5. Jahitan di buka setelah bekas operasi kering
Gangguan Yang Mungkin Muncul Setelah Kastrasi
1. Obesitas/kegemukan
Perubahan metabolisme hormon setelah kastrasi menyebabkan kucing tidak lagi agresif dan lebih
suka diam/tidur. Akibat yang sering terjadi setelah kastrasi adalah kegendutan/obesitas. Masalah
ini bisa dicegah dengan mengontrol diet dan sering mengajak kucing bermain. Bermain dengan
kucing menyebabkan kucing bergerak lebih banyak dan membakar cadangan lemak yang

berlebih.
2. Feline Urinary Syndrome (FUS)
FUS adalah kumpulan berbagai gejala penyakit pada kucing berupa gangguan proses
kencing/urinasi

pada

kucing.

Beberapa

penelitian

menyatakan

Kastrasi

tidak

menyebabkan/mempertinggi resiko FUS pada kucing jantan. FUS sering terjadi pada kucing
jantan yang diberi makanan yang banyak mengandung garam mineral terutama magnesium. FUS
dapat dihindari dengan memberikan makanan yang mempunyai kadar Magnesium rendah.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Signalemen

Nama Hewan

: Miwon

Jenis Hewan

: Kucing Lokal

Warna

: Coklat Putih

Kelamin

: Jantan

Umur

: 1,5 Tahun

Berat Badan

: 3,0 Kg

4.1.2 Kondisi Umum


Perawatan

: Tidak Baik

Habitus

: Liar

Gizi

: Kurang

Pertumbuhan Badan : Baik


Sikap Berdiri

: Tegak

Suhu Tubuh

: 37,6 C

Pulsus

: 88 x /menit

Respirasi

: 24 x /menit
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Fisik Selama Operasi

Jenis Hewan
Umur
Jenis Kelamin
Berat Badan

: Kucing Lokal
: 1 Tahun 5 Bulan
: Jantan
: 3,0 Kg

Waktu (menit)

Suhu (C)

0
15
30
45
60

37,5
37,0
37,2
38,7
38,2

Prosedur Operasi : Orchiectomy Terbuka


Kelompok : 5

Frekuensi Nafas
(x/menit)
28
32
32
28
36

Frekuensi Nadi
(x/menit)
88
96
96
88
88

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Fisik Post Operatif

Pulsus
(x/menit)
Suhu C
Respirasi
(x/menit)
CRT (dtk)
Makan
Minum
Defekasi
Urinasi

96

96

92

92

37,
2
28

38,
3
36

38,
9
36

38,
5
40

2
+
-

2
+
-

2
+
+
+

2
+
+
+

Sore

Hari 7
Pagi

Sore

Hari 6
Pagi

Sore

Hari 5
Pagi

Sore

Hari 4
Pagi

Sore

Hari 3
Pagi

Sore

Hari 2
Pagi

Sore

Pemeriksa
an

Pagi

Hari 1

10
0
38

104 100 104 104 108 102 104 104 -

32

38,
7
32

38,
8
32

38,
5
36

38,
7
28

38,
8
28

38,
7
32

38,
9
36

38,
9
32

2
++
+
+
+

2
++
+
+
+

2
++
+
+
+

2
++
+
+
+

2
++
+
+
+

2
++
+
+
+

2
++
+
+
+

2
++
+
+
+

2
++
+
+
+

4.2 Pembahasan
Sebelum operasi kastrasi dilakukan, alat alat operasi dipersiapkan. Alat tersebut berupa
duk yang berfungsi sebagai pelindung pasien dari kontaminan dan sebagai alas untuk meletakkan
alat alat operasi yang digunakan selama operasi berlangsung. Towel clamp berfungsi untuk
menjepit duk agar menempel / melekat pada kulit. Needle holder yang berfungsi untuk
memegang jarum. Pinset yang berfungsi untuk memegang jaringan. Gunting yang berfungsi

untuk memotong jaringan. Pisau scalpel berfungsi untuk menginsisi kulit scrotum.
Pada saat praktikum, sebelum dilakukan tindakan operasi, pasien harus dianastesi. Sebelum obat
anastesi diberikan pasien diberikan obat premedikasi berupa Atropin Sulfat sediaan 1 mg /cc.
Dosis Atropin Sulfat yang diberikan adalah 0,04 mg dengan berat kucing 3 kg, sehingga dosis
yang di injeksikan secara intramuscular (IM) pada kucing tersebut adalah ( 0,04 mg / 1 mg/cc ) x
3 KgBB = 0,12 ml. Dan Acepromazine Maleat dosis 0,02 mg /kg, sehingga dosis yang
diinjeksikan intramuskular (IM) adalah 0,02 x 3 kg= 0,06 ml.
Setelah preanastesi diberikan kemudian tunggu 30 menit, dilakukan pencukuran bulu
pada daerah scrotum, daerah tersebut di basahi terlebih dahulu agar saat dicukur bulu tidak
beterbangan. Sisa sisa rambut cukur dibersihkan, kemudian di bilas dengan alkohol 70 %, agar
mengurangi kontaminasi bakteri setelah itu diberikan olesan betadin.
Dilanjutkan dengan pemberian obat anastesi, yaitu Xylazin dosis 2 mg/kg. Sediaan 20
mg/cc , dosis yang diberikan pada pasien denga berat 3 kg yaitu ( 2 mg / 20 mg/cc ) x 3 KgBB =
0,3 ml dan di berikan Ketamin dosis 10 mg/kg, sediaan 100 mg/cc sehingga dosis yang diberikan
( 10 / 100 ) x 3 = 0,3 ml, pemberian obat anastesi tersebut di berikan secara intramuscular pada
kaki sebelah kanan.
Kemudian ketika kondisi pasien sudah dalam keeadaan setengah sadar, pasien direbahkan
dengan posisi rebah dorsal pada meja operasi dan keempat ekstremitasnya difiksasi dalam
keadaan simetris. Agar kucing masih tetap bisa bernafas mulut kucing sedikit dibuka dengan
mengaitkan kedua taringnya dan lidah dijulurkan kesamping. Kemudian beri sayatan pada
scrotum sebelah kanan, panjang sayatan disesuaikan dengan ukuran testis. Sebelum dilakukan
sayatan dan pembedahan dilakukan pemberian towel didaerah sekitar yang akan diinsisi sebagai
pelindung pasien dari kontaminan. Penyayatan dilakukan sampai tunika vaginalis ikut tersayat.
Dan tipe ini termasuk tipe terbuka. Pada testis sebelah kanan, ductus deferens dan arteri
testicularis diikat kemudian dipotong untuk kemudian dibuang. Pada testis sebelah kiri ductus
deferens dan arteri testicularis disimpul, sehingga sayatan dilakukan sampai tunika vaginalis.
Pada metode terbuka memiliki keuntungan, yaitu resiko perdarahan bisa di minimalisir. Kedua
testis yang dipotong kemudian dibuang. Setelah itu metode jahitan terputus sederhana dilakukan
dengan menjahit scrotum.

Recovery dilakukan selama 1 minggu post operasi. Treatment yang diberikan antara lain
pemberian Wound Guard sebagi antiseptik pada luka dan injeksi antibiotik Limoxin serta
analgesik Asam Tolfenamic 2 hari sekali. Pada hari ke 7 dilakukan lepas jahitan apabila jahitan
sudah memenuhi kriteria kesembuhan yang baik. Dengan berat akhir mencapai 3,5 kg.

BAB IV
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Orchiectomy atau kastrasi adalah sebuah prosedur operasi / bedah dengan tujuan
membuang testis hewan. Metode kastrasi adalah orchiectomy terbuka dengan sayatan

dilakukan sampai tunika vaginalis communis, sehingga testis dan epididimis tidak lagi
terbungkus. Premedikasi menggunakan atropin sulfat dan acepromazine, dan obat
anastesi yang digunakan ialah xylazin dan ketamin. Recovery pada hewan kastrasi pada
umumnya membutuhkan waktu 1 minggu dengan perlakuan pemberian antibiotik dan
analgesik serta perawatan luka.
5.2 Saran
Sebaikanya pengawasan saat operasi terhadap praktikan lebih dipersiapkan
dengan baik dan perwatan pasca operasi selalu dikontrol.

Lampiran Gambar

Anda mungkin juga menyukai