LATAR BELAKANG
kemauan. Dan saya yakin semua pasti sudah pernah mendengar kalimat tersebut
sebelumnya dalam beragam percakapan, dalam beragam artikel, dalam beragam
hal. Masalahnya sekarang seberapa besar keyakinan dan kemauan kita untuk
berubah.
Kalau keyakinan dan kemauan itu cukup besar, rasanya tidak ada yang
tidak mungkin. Saya tidak percaya dengan kalimat tadi, Ya sudah karakter. Mana
bisa berubah lagi. Menurut saya itu adalah sebuah alasan yang dangkal sekali.
Karakter pemarah, karakter pemalas, karakter tukang ngaret, karakter
defensif, karakter pembohong, karakter pembual, karakter egois, karakter
kompulsif, karakter penakut, karakter depresif, karakter manipulatif dan beriburibu karakter lainnya SEMUA BISA BERUBAH. Saya berani mempertaruhkan
semua milik saya untuk kalimat saya tersebut : semua karakter BISA BERUBAH.
Pertanyaannya Hanyalah, mau tidak si manusia itu berubah ?
Kalau sudah mau berubah, pertanyaan selanjutnya dan yang paling
penting, mau tidak dia berjuang untuk berubah ?
Perubahan bukan hal yang mudah dan dapat dicapai dalam waktu satu
malam.
Saya pun tidak pernah bilang itu akan menjadi hal yang mudah serta cepat
dicapai seperti orang makan cabai lalu langsung pedas. Perubahan itu mungkin
perlu dilakukan dengan usaha yang maha gigih sedikit demi sedikit, selangkah
demi selangkah, setakar demi setakar.
Kebayang sudah berapa puluh tahun mungkin si karakter telah mengendap
dan mengalir lancar dalam diri. Kebayang pula sudah berapa puluh tahun kita
telah terbiasa menjalankan karakter tersebut.
Seperti kalau misalnya si koala yang juga sudah turun temurun dari nenek
moyang begitulah adanya. Hal yang mustahil rasanya untuk merubah si koala.
Tetapi sekali lagi, apa iya kita sama sejajar dengan si koala ?
Bagaimana kabarnya dengan atribut Kemanusiaan yang melekat pada
manusia seperti otak, kepintaran, intensi dan kemauan bebas ?
Apa tidak ada gunanya semua untuk menghasilkan keadaan yang lebih
baik ?
Banyak orang mengatakan ingin berubah dan akan berubah. Tetapi tidak
banyak orang yang benar-benar berjuang mewujudkan perubahan itu. Setiap orang
juga tentunya pernah kena teguran, tamparan dan bahkan cacian. Tetapi tidak
banyak orang yang bisa belajar dari teguran, tamparan dan cacian tersebut serta
menjadikannya sebagai wake up call.
Mungkin dulu pernah ada penelitian atau percobaan yang ingin membuat
si koala lebih aktif, lebih gesit dan lebih banyak bergerak. Namun tampaknya
tidak sukses karena si koala tetap lah si koala.
Lalu bagaimana dengan kita ?
Apakah kita tetaplah kita yang sama buruknya dengan sifat si koala ?
Atau kita masih bisa menggunakan atribut Kemanusiaan kita untuk
berjuang dan berubah menghasilkan keadaan yang lebih baik ?
Saya yakin kita bisa.
Saya berharap Yang Diatas terus membimbing kita semua untuk
menggunakan atribut Kemanusiaan yang ada dengan bijak.
B. RUMUSAN MASALAH
C. PEMBAHASAN
Ini terjadi karena kultur kejujuran yang ingin dibentuk tidak disertai dengan
pembangunan perangkat sosial yang dibutuhkan dalam kehidupan bersama. Tiap
orang bisa tergoda menjadi pencuri jika ada kesempatan.
Menjaga keutuhan
Pendidikan karakter semestinya terarah pada pengembangan kultur
edukatif yang mengarahkan anak didik untuk menjadi pribadi yang integral.
Adanya bantuan sosial untuk mengembangkan keutamaan merupakan ciri sebuah
lembaga pendidikan. Dalam konteks kantin kejujuran, bantuan sosial ini tidak
berfungsi sebab anak malah tergoda menjadi pencuri.
Kegagalan kantin kejujuran adalah sebuah indikasi bahwa para pendidik
memiliki kesalahan pemahaman tentang makna kejujuran dalam konteks
pendidikan. Mereka tidak mampu melihat persoalan yang lebih mendalam yang
menggerogoti sendi pendidikan kita.
Kejujuran semestinya tidak dipahami sekadar anak jujur membeli barang
di toko. Padahal, di depan mata, nilai-nilai kejujuran dalam konteks pendidikan
telah diinjak-injak, seperti mencontek, menjiplak karya orang lain, melakukan
sabotase, vandalisme halaman buku yang disimpan di perpustakaan, dan simulasi,
yaitu mengaku telah mengumpulkan dan mengerjakan tugas, padahal sebenarnya
tidak. Hal-hal inilah yang mesti diseriusi oleh para pendidik jika ingin
menanamkan nilai kejujuran dalam konteks pendidikan.
Mencontek telah menjadi budaya dalam lembaga pendidikan kita. Ia bukan
hanya berkaitan dengan kelemahan individu per individu, melainkan telah
membentuk sebuah kultur sekolah yang tidak menghargai kejujuran. Masifnya
perilaku ketidakjujuran itu telah menyerambah dalam diri para pendidik, siswa,
dan anggota komunitas sekolah lain. Untuk itu, pendekatan yang lebih utuh dan
integrallah yang dibutuhkan untuk melawan budaya tidak jujur ini.
Tiga basis
Pendidikan karakter jika ingin efektif dan utuh mesti menyertakan tiga
basis desain dalam pemrogramannya. Tanpa tiga basis itu, program pendidikan
karakter di sekolah hanya menjadi wacana semata.
Pertama, desain pendidikan karakter berbasis kelas. Desain ini berbasis
pada relasi guru sebagai pendidik dan siswa sebagai pembelajar di dalam kelas.
Konteks pendidikan karakter adalah proses relasional komunitas kelas dalam
konteks pembelajaran. Relasi guru-pembelajar bukan monolog, melainkan dialog
dengan banyak arah sebab komunitas kelas terdiri dari guru dan siswa yang samasama berinteraksi dengan materi. Memberikan pemahaman dan pengertian akan
keutamaan yang benar terjadi dalam konteks pengajaran ini, termasuk di
dalamnya pula adalah ranah noninstruksional, seperti manajemen kelas, konsensus
kelas, dan lain-lain, yang membantu terciptanya suasana belajar yang nyaman.
Kedua, desain pendidikan karakter berbasis kultur sekolah. Desain ini
mencoba membangun kultur sekolah yang mampu membentuk karakter anak
didik dengan bantuan pranata sosial sekolah agar nilai tertentu terbentuk dan
terbatinkan dalam diri siswa. Untuk menanamkan nilai kejujuran tidak cukup
hanya dengan memberikan pesan-pesan moral kepada anak didik. Pesan moral ini
mesti diperkuat dengan penciptaan kultur kejujuran melalui pembuatan tata
peraturan sekolah yang tegas dan konsisten terhadap setiap perilaku
ketidakjujuran.
Ketiga, desain pendidikan karakter berbasis komunitas. Dalam mendidik,
komunitas sekolah tidak berjuang sendirian. Masyarakat di luar lembaga
pendidikan, seperti keluarga, masyarakat umum, dan negara, juga memiliki
tanggung jawab moral untuk mengintegrasikan pembentukan karakter dalam
konteks kehidupan mereka.
membujuk org lain. Terlalu pemurah & bersikap ego. Nilai harga diri yg sangat
tinggi, Serta Haus akan pujian. Semangat juang yg luar biasa. Cepat marah &
Sangat cemburu. Cepat berfikir. Suka memimpin & dipimpin. Belajar utk relax
dan Suka mencari kawan.
SEPTEMBER
Sangat cermat,teliti & teratur. suka menegur kesalahan org lain &
mengkritik. Pendiam, sangat cool, sangat baik & mudah simpati. Kerja yg
dilakukan sangat sempurna. Sangat sensitive, banyak berfikir & mudah belajar.
Pandai mendorong diri sendiri. Mudah memahami org lain(daya firasat yg tinggi)
krn banyak menyimpan rahasia. Kurang menunjukan perasaannya. terlalu memilih
pasangan.
OKTOBER
Suka mengambil jalan tengah. Pandai berbohong & berpura-pura. Setia
kawan. Hatinya mudah terusik &Cepat marah. Suka menggantungkan orang lain,
penampilannya rapih karena pengikut mode-mode baru. menyukai new fashion.
Suka akan hal-hal yang baru. cerdas, tapi kurang bisa mengatasi masalah dengan
lawan jenisnya cenderung mempunyai rasa egois yang tinggi.. Mampu menahan
harga diri, tapi ketika benar-benar suka dengan sesorang ia akan mencintai dengan
sepenuh hati dan mampu mengalahkan rasa egois dan harga dirinya. dan sangat
setia. Suka melihat dari perspektifnya sendiri. Tidak suka terima pandangan org
lain. Suka berangan& pandai bercakap. Romantik & Mudah cemburu. Suka
kegiatan luar. Boros & mudah dipengaruhi sekitarnya. Mudah patah semangat.
NOVEMBER
Banyak ide. Tetapi Sukar utk dimengerti atau difahami sikapnya.
Berfikiran ke depan & bijak. Pemikiran yg tajam. Daya firasat yg sgt halus dan
tinggi. Cermat dan teliti. Berani, pemurah, setia, dan sabar. Apabila mau akan
diusahakan sehingga berhasil. Tdk suka marah kecuali digugat. Pandai mendorong
diri sendiri. Tidak menghargai pujian. Kekuatan semangat dan daya juang yg sgt
tinggi dan apabila hendak sesuatu akanmencoba sampai berhasil. Kasih sayang
dan emosi yang sangat mendalam.Suka duduk / diam di rumah. Sangat rajin dan
berkemampuan tinggi. Amanah, jujur setia dan pandai berahasia.
DESEMBER
Sangat setia dan pemurah. Bersifat patriotik. Sangat aktif dalam permainan
dan pergaulan. Sikap kurang sabar dan tergesa-gesa. Bercita-cita tinggi Suka
menjadi orang yang berpengaruh dlm organisasi. Senang apabila didampingi.
Suka bergaul dgn org. Cepat marah dan moody. Benci apabila dikekang. Suka
bergurau dan berfikir dgn logika.
D. PENUTUP
KESIMPULAN
Kita harus menjaga jati diri kita, ke-Indonesia-an kita.Hal yang
membedakan mahasiswa Indonesia dengan Mahasiswa lain di dunia adalah
budaya kita, way of life kita dan ke-Indonesia-an kita. Ada identitas dan
kepribadian yang membuat mahasiswa Indonesia khas, unggul, dan tidak mudah
goyah. Keindonesiaan kita tercermin dalam sikap pluralisme atau ke-Bhineka-an,
kekeluargaan, kesantunan, toleransi, sikap moderat dan keterbukaan, serta rasa
kemanusiaan.Hal-hal inilah yang harus kita jaga, kita pupuk, kita suburkan di hati
sanubari kita dan di hati anak-anak kita. Inilah modal krusial yang paling
berharga.
Budaya serta nilai-nilai yang dianut dalam suatu masyarakat serta sistem
pendidikan yang ada sangat berperan dalam pembentukan karakter suatu bangsa.
karakter bangsa juga dipengaruhi oleh etos kerja, yaitu nilai-nilai hidup yang
membentuk pola kelakuan serta pandangan hidup suatu bangsa. Kita sebagai
mahasiswa wajib untuk mempertahankan budaya tersebut untuk menjaga kualitas
kita dan bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Alavi, Ziauddin. Pemikiran Islam Pada Abad Klasik dan Pertengahan.
Bandung: Angkasa, 2003.
Al Asqalani, Ibnu Hajar. Bulughul Maram. Indonesia: Dar Ihya Al Kutub
Al Arabiyah, 1371 H, Hadits ke-1525.
A.Partanto, Pius. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola, 1994.
Albertus, Doni Koesoema. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak
di Zaman Global, Jakarta: PT. Grasindo, 2007.
_____________________. Pendidikan Karakter Di Zaman Keblinger,
Mengembangkan Visi Guru Sebagai Pelaku Perubahan Dan Pendidik
karakter Jakarta: PT.Grasindo, 2009.
http://www.pengembangandiri.com/articles/52/1/Karakter-Bisakah-KitaMerubahnya/Page1.html. Januari 2009
http://freewebs.com/ezie/arsip8.html . Maret 2011
http://eprints.sunan-ampel.ac.id/229/1/HENI_ZUHRIYAH.pdf . Juni 2010
http://www.freeskripsi.com/PENDIDIKAN-KARAKTER-(Studi-PerbandinganAntara-Konsep-Doni-...Mei 2010