Anda di halaman 1dari 11

1.

Partai NasDem
Partai Nasional Demokrat atau Partai NasDem adalah sebuah partai politik di Indonesia
yang baru diresmikan di Hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara pada tanggal 26 Juli 2011. Partai ini
didukung oleh Surya Paloh yang merupakan pendiri organisasi bernama sama yaitu Nasional
Demokrat . Partai ini, semula, didukung oleh pengusaha media, Hary Tanoesoedibjo. Namun
karena perbedaan prinsip, akhirnya Hary memilih bergabung ke Partai Hanura.
Pada Januari 2013, KPU menetapkan 10 partai politik yang lolos tahapan verifikasi
administrasi dan faktual, dan menjadikan Partai NasDem sebagai satu-satunya partai baru yang
lolos sebagai peserta Pemilu 2014. Pada bulan yang sama, partai ini diramaikan oleh isu
terjadinya konflik di tataran para elit partai. Ketua Majelis Tinggi Partai Nasional Demokrat,
Surya Paloh, kabarnya akan dicalonkan sebagai Ketua Umum Partai NasDem pada Kongres
Partai NasDem yang akan diadakan pada 25 Januari 2013 di Jakarta. Pada bulan tersebut juga
terjadi aksi pemecatan terhadap Sekjen DPW DKI Garda Pemuda Nasdem, Saiful Haq, sekaligus
pembekuan kepengurusan DPW tersebut. Pada kongres perdana partai ini, yang diadakan pada
Januari 2013, seluruh peserta kongres Partai NasDem yang berasal dari seluruh Indonesia secara
aklamasi sepakat mengangkat Surya Paloh sebagai Ketua Umum Partai NasDem yang baru,
menggantikan Patrice Rio Capella.

Tokoh penting partai


Surya Paloh merupakan tokoh sentral pendiri Partai NasDem

Berikut ini adalah daftar tokoh-tokoh penting Partai NasDem:


-Ketua Umum : Surya Paloh
-Ketua Bid Pemilihan Umum : Ferry Mursyidan Baldan
-Ketua Bid Organisasi, Keanggotaan & Kaderisasi : Sugeng Suparwoto
-Ketua Bid Media & Komunikasi Politik : Sri Sajekti Sudjunadi

-Ketua Bid Pendidikan Politik & Kebudayaan : Dr. Silverius Sonny Y. Soeharso
-Ketua Bid Politik dan Pemerintahan : Akbar Faizal
-Ketua Bid Hukum, Advokasi & HAM : Taufik Basari
-Ketua Bid Otonomi Daerah : Dr. Ir. Siti Nurbaya Bakar, M.Sc.
-Ketua Bid Pertanian & Maritim : Victor Laiskodat, SH, MH
-Ketua Bid Pertahanan & Keamanan : Tedjo Edhy Purdijatno
-Ketua Bid Energi, SDA & Lingkungan Hidup : Dr. Kurtubi
-Ketua Bid Agama & Masyarakat Adat : Hasan Aminudin
-Ketua Bid Hubungan Luar Negeri : Enggartiasto Lukita
-Ketua Bid Ekonomi & Moneter : Dr. Anthony Budiawan
-Ketua Bid Kesehatan, Perempuan & Anak : Irma Chaniago
-Ketua Bid Industri, Perdagangan & Tenaga Kerja : Zulfan Lindan
-Ketua Bid Olahraga, Pemuda & Mahasiswa : Martin Manurung, SE, MA

Sekretaris Jenderal :
-Nining Indra Shaleh (Pelaksana Tugas menggantikan Patrice Rio Capella yang mengundurkan
diri)
-Wasekjen Bid Organisasi, Keanggotaan & Kaderisasi : Willy Aditya, S.Fil, MDM
-Wasekjen Bid Internal & Kesekretariatan : Dra. Nining Indra Shaleh, M.Si
-Wasekjen Bid Renlitbang : Dedy Ramanta, SH
-Wasekjen Bid Eksternal : Siar Anggretta Siagian, M.Si

-Bendahara Umum : Frankie Turtan


-Waben Bid Penggalangan Dana : Guntur Santosa
-Waben Bid Pengelolaan Aset : Joice Triatman
-Ketua Dewan Pakar : Bachtiar Aly

Partai NasDem memiliki beberapa organisasi sayap, di antaranya:


-Badan Advokasi Hukum (BAHU) NasDem, diketuai oleh Taufik Basari -Pelaksana Tugas
-Gerakan Massa Buruh (Gemuruh), diketuai oleh Irma Chaniago[12]
-Liga Mahasiswa Nasdem, diketuai oleh Willy Aditya
-Persatuan Petani Nasional Demokrat (Petani NasDem)[13]

2. Partai Golongan Karya


Partai Golongan Karya (Partai Golkar), sebelumnya bernama Golongan Karya (Golkar)
dan Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar), adalah sebuah partai politik di
Indonesia. Partai GOLKAR bermula dengan berdirinya Sekber GOLKAR pada masa-masa akhir
pemerintahan Presiden Soekarno, tepatnya 1964 oleh Angkatan Darat untuk menandingi
pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik. Dalam perkembangannya, Sekber
GOLKAR berubah wujud menjadi Golongan Karya yang menjadi salah satu organisasi peserta
Pemilu.
Dalam Pemilu 1971 (Pemilu pertama dalam pemerintahan Orde Baru Presiden Soeharto),
salah satu pesertanya adalah Golongan Karya dan mereka tampil sebagai pemenang.
Kemenangan ini diulangi pada Pemilu-Pemilu pemerintahan Orde Baru lainnya, yaitu Pemilu
1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Kejadian ini dapat dimungkinkan, karena pemerintahan
Soeharto membuat kebijakan-kebijakan yang sangat mendukung kemenangan GOLKAR, seperti
peraturan monoloyalitas PNS, dan sebagainya.

Ketua Umum DPP Golkar


Djuhartono (1964-1969)
Suprapto Sukowati (19691973)
Amir Moertono (19731983)
Sudharmono (19831988)
Wahono (19881993)
Harmoko (19931998)
Akbar Tandjung (19982004)
Jusuf Kalla (20042009)
Aburizal Bakrie (20092015)

-Ideologi Partai
Partai dengan ideologi Liberal muncul bersamaan dengan reformasi. Karena masyarakat
liberal tidak pernah menjadi bagian dari entitas politik Indonesia, maka partai-partai seperti ini
menyamarkan dirinya dengan berideologi Pancasila. Sebab hanya dengan berideologi Pancasila
keberadaan partai ini dapat diterima oleh masyarakat Indonesia. Identitas asli mereka yang
liberal akan dengan sendirinya tertolak oleh massa karena bertentangan dengan Sosialisme
Indonesia. Ideologi Liberal mereka dapat dilihat dalam aktifitas politiknya yang Quid pro Quo.
Seluruh aktifitas politiknya adalah transaksional, siapa-dapat-apa. Partai yang sejatinya
berideologi Liberal ini hanya ada dua, yaitu Golkar dan Demokrat.
Golkar pada masa orde Suharto merupakan partai boneka dari rezim junta militer. Sejak
reformasi digulirkan, partai ini melakukan mekanisme bertahan hidup dengan melakukan
banyak perubahan pada partai ini untuk pencitraan bebas dari pengaruh orde Suharto, mulai dari
menyingkirkan unsur militer, paradigma baru, dan langkah-langkah pencitraan lainnya.
Akibatnya setelah bebas pengaruh militer, Golkar kini bersifat liberal. Golkar digolongkan

sebagai partai Nasionalis dengan ideologi resmi Pancasila (Pasal 5 AD GOLKAR). Cara
pandang terhadap Pancasila masih seperti orde Suharto yang dijadikan ideologi keramat. Akan
tetapi seluruh aktifitas politiknya tidak mencerminkan adanya aktifitas ideologis, yang ada
hanyalah pragmatisme. Model Quid pro Quo yang dijalankan Golkar adalah model yang lebih
pasif. Dengan kondisi ini, golkar tidak memiliki tokoh sentral yang kuat, karena dalam tubuh
Golkar sendiri terbagi atas faksi-faksi yang masing-masing mencoba merebut kursi
kepemimpinan partai. Arena politik yang dimainkan juga lebih sempit dan cenderung mencari
titik aman.

3. Partai Demokrat
Partai Demokrat adalah sebuah partai politik Indonesia. Partai ini didirikan pada 9
September 2001 dan disahkan pada 27 Agustus 2003. Pendirian partai ini erat kaitannya dengan
niat untuk membawa Susilo Bambang Yudhoyono, yang kala itu menjadi Menteri Koordinator
bidang Politik dan Keamanan di bawah Presiden Megawati, menjadi presiden. Karena hal inilah,
Partai Demokrat terkait kuat dengan figur Yudhoyono.
Pada Kongres IV Partai Demokrat yang diadakan di Hotel Shangri-La, Surabaya, 12 Mei
2015, Susilo Bambang Yudhoyono kembali terpilih menjadi Ketua Umum untuk periode 20152020. Partai Demokrat adalah sebuah partai politik Indonesia. Partai ini didirikan pada 9
September 2001 dan disahkan pada 27 Agustus 2003. Pendirian partai ini erat kaitannya dengan
niat untuk membawa Susilo Bambang Yudhoyono, yang kala itu menjadi Menteri Koordinator
bidang Politik dan Keamanan di bawah Presiden Megawati, menjadi presiden. Karena hal inilah,
Partai Demokrat terkait kuat dengan figur Yudhoyono.
Pada Kongres IV Partai Demokrat yang diadakan di Hotel Shangri-La, Surabaya, 12 Mei
2015, Susilo BamPemilu Anggota Legislatif 2004. Partai ini pertama kali mengikuti pemilihan
umum pada tahun 2004 dan meraih suara sebanyak 7,45% (8.455.225) dari total suara dan
mendapatkan kursi sebanyak 57 di DPR. Dengan perolehan tersebut, Partai Demokrat meraih
peringkat ke 5 Pemilu Legislatif 2004. Menjelang Pemilu 2004, popularitas partai ini cukup
terdongkrak dengan naiknya popularitas Yudhoyono waktu itu. Bersama PKS, partai ini menjadi

the rising star pada pemilu kedua di Era Reformasi itu. Popularitas partai ini terutama berada di
kota-kota besar, dan di wilayah bekas Karesidenan Madiun, tempat Yudhoyono berasal.
-Ideologi Partai
Demokrat menjadi partai paling fenomenal belakangan ini. Sebagai partai yang
mengkalaim dirinya partai Nasionalis, Demokrat membedakan asas dan ideologi didalam
anggaran dasarnya. Asas Demokrat adalah Pancasila (Pasal 2 AD Demokrat) dan ideologinya
adalah Nasionalis-Religius (Pasal 3 AD Demokrat). Sebuah pengertian yang ambigu hasil
sinkretisme Pancasila [baca Pancasila: Sebuah Pseudo-Ideology]. Hal ini justru menunjukkan
Demokrat tidak memiliki ideologi sesungguhnya. Aktifitas politik yang dijalankannya juga
menguatkan hal itu, pragmatisme murni yang mengarah pada Liberalisme-Kapitalisme. Berbeda
dengan GOLKAR, Demokrat menjalankan model Quid pro Quo ala Amerika yang lebih
progresif. Dapat kita lihat segala sikap, cara pandang, dan kebijakan partai sangat-sangat meniru
partai politik Amerika terutama sesama Partai Demokrat. Termasuk dengan adanya rekayasa
penokohan ala Amerika pada tokoh sentralnya. Walaupun tokoh sentral Demokrat berlatar
belakang militer, sifat-sifat shadow entity sudah tidak nampak lagi padanya. Hasil interaksi dan
didikan selama ini telah mengubah tokoh sentral berideologi Liberal, terutama selama berada di
Fort Bragg Amerika.

4. Partai Keadilan Sejahtera


Dengan bergantinya PK menjadi PKS, partai ini kembali bertanding di pemilihan umum
legislatif Indonesia 2004. PKS meraih total 8,325,020 suara, sekitar 7.34% dari total perolehan
suara nasional. PKS berhak mendudukkan 45 wakilnya di DPR dan menduduki peringkat
keenam partai dengan suara terbanyak, setelah Partai Demokrat. Presiden partai, Hidayat Nur
Wahid, terpilih sebagai ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan 326 suara, mengalahkan
Sutjipto dari PDIP dengan 324 suara. Hidayat menyerahkan jabatan presiden kepada Tifatul
Sembiring, juga seorang mantan aktivis kampus dan pendiri PKS.

Berikut susunan DPP PKS Hasil masa khidmat 2015-2020


Ketua Majelis Syuro : Dr. Salim Segaf Al-Jufri
Wakil Ketua Majelis Syuro : Dr. Hidayat Nur Wahid
Sekretaris Majelis Syuro : Ir. H. Untung Wahono M.Si
Ketua Majelis Pertimbangan Pusat : Suharna Surapranata MT
Ketua Dewan Syariah Pusat : Dr. KH. Surahman Hidayat

Presiden : Sohibul Iman Ph.D


Sekretaris Jenderal : Dipl.Ing Taufik Ridlo Lc
Wakil Sekretaris Jenderal : Dr. Mardani Ali Sera
Bendahara Umum : Mahfudz Abdurrahman S.Sos
Wakil Bendahara Umum : Dr. Abdul Kharis Al Masyhari

Ketua Bidang Kerjasama Internasional : Anis Matta Lc


Ketua Badan Penegak Disiplin Organisasi : H. Abdul Muiz Saadih MA
Ketua Badan Pembinaan dan Pengembangan Luar Negeri : Dr Taufik Ramlan Wijaya
Ketua Badan Perencanaan : KH Buchori Yusuf Lc MA
Ketua Badan Pembinaan Kepemimpinan Daerah : H Ahmad Heryawan Lc M.Si

Ketua Bidang Wilayah Dakwah Sumatera Bagian Utara : Dr Hermanto


Ketua Bidang Wilayah Dakwah Sumatera Bagian Selatan : Drs H Gufron Azis Fuadi

Ketua Bidang Wilayah Dakwah Banjabar : Tate Qomarudin Lc


Ketua Bidang Wilayah Dakwah Jatijaya : Ir H Sigit Sosiantomo
Ketua Bidang Wilayah Dakwah Bali : Sugeng Susilo
Ketua Bidang Wilayah Dakwah Kalimantan : Hb Aboe Bakar SE
Ketua Bidang Wilayah Dakwah Sulawesi : Cahyadi Takariawan
Ketua Bidang Wilayah Dakwah Intim : Dr H Muhammad Kasuba MA
Ketua Bidang Kaderisasi : Amang Syafruddin Lc
Ketua Bidang Kepemudaan : Mustafa Kamal S.S
Ketua Bidang Kepanduaan dan Olahraga : Asep Saefullah Danu
Ketua Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga : Dra. Wirianingsih M.Si
Ketua Bidang Seni dan Budaya : Muhammad Ridwan
Ketua Bidang Pemberdayaan SDM dan Lembaga Profesi : Drs H Musholli
Ketua Bidang Pemberdayaan Jaringan Usaha dan Ekonomi Kader : Deni Tresnahadi
Ketua Bidang Pembangunan Keumatan dan Dakwah : Hilman Rosyad Lc
Ketua Bidang Polhukam : Drs H Almuzammil Yusuf M.Si
Ketua Bidang Kesra : Dr Fahmy Alaydroes MM MED
Ketua Bidang Ekonomi, Keuangan, Industri, Teknologi, dan Lingkungan Hidup : Ir H Memed
Sosiawan ME
Ketua Bidang Ketenagakerjaan, Petani, dan Nelayan : Ledia Hanifah Amalia
Ketua Bidang Pemenangan Pemilu dan Pilkada : Drs Khoirul Anwar Apt
Ketua Bidang Hubungan Masyarakat : Dedi Supriyadi SIkom

-Ideologi Partai
PKS adalah partai Islam yang secara resmi berideologi Islam di dalam anggaran
dasarnya (Pasal 2 AD PKS). Latar belakang massa PKS adalah massa Tarbiyah, yang bermula
dari gerakan dakwah kampus. Ketika lahir ditahun 1998 sebagai Partai Keadilan, dikenal sebagai
partai Islam yang militan dan mengangkat Syariat Islam sebagai platform perjuangan.
Kemudian pada tahun 2003, PK berubah menjadi PKS untuk mengikuti pemilu tahun 2004. PKS
bergerak sebagai partai kader, tidak seperti partai lain yang bergerak sebagai partai massa.
Tokoh-tokoh sentral PKS, meskipun tidak terlalu menonjol, merupakan tokoh yang dikenal
kadernya, tetapi tidak begitu akrab dengan massa diluar kader. Pada tahun 2010, PKS mengambil
langkah percobaan dengan menjadi partai terbuka dan mengganti perjuangan Syariat menjadi
pokok-pokok ajaran Islam dalam berpemerintahan.

5. Partai Gerindra
GERINDRA adalah partai Nasionalis yang secara resmi berideologi Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. (Pasal 5 AD GERINDRA). Pancasila ditempatkan sebagai
ideologi, persis yang dilakukan Suharto pada masanya, dengan sedikit perbedaan yang juga
menyertakan UUD45 sebagai ideologi juga. Tokoh sentral GERINDRA adalah bekas militer dari
kalangan Kopassus yang notabene juga merupakan bagian dari shadow entity yang pernah
berkuasa pada orde sebelumnya. Cara pandang, sikap, dan langkah-langkah yang diambil sangat
mirip dengan gaya partai boneka dimasa lalu, yang tidak mencerminkan adanya ideologi. Bahkan
partai sangat bergantung dengan tokoh sentralnya. Segala kebijakan dan keputusan berada di
tokoh sentral semata, bukan pada partainya.

6. Partai Hanura
Hanura juga merupakan partai Nasionalis yang menurut anggaran dasarnya berideologi
Pancasila. (Pasal 11 AD Hanura). Ideologi Pancasila yang dianutnya sangat mirip dengan
konsep Orde Suharto tanpa ada perbedaan sedikit pun. Hanura didirikan oleh sekelompok
purnawirawan militer dengan didukung beberapa cendikiawan yang kini diketuai oleh mantan

militer. Ketua umum yang sekaligus menjadi tokoh sentral partai ini, kini turut didukung dan
didampingi oleh pengusaha media sebagai sidekick sang tokoh sentral. Kehadiran sidekick
berperan sebagai unsur pendukung partai, untuk hal yang tidak mampu dilakukan oleh shadow
entity secara mandiri. Sidekick akan menjadi pemodal partai, publikasi-promosi, simbol etnis,
dan simbol de-militerisasi. Sidekick pun juga memiliki simbiosis yang menguntungkan diri dan
kelompoknya. Walau metode dan cara kerja partai masih serupa dengan partai shadow entity
lainnya, secara pragmatik Hanura masih memiliki kelebihan diatas partai sejenis lainnya dengan
memiliki sidekick tersebut.

TUGAS KOMUNIKASI POLITIK

Nama
NPM

: Risty Nadya Sabrina


: 1416031111

Jurusan Ilmu Komunikasi


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung

Anda mungkin juga menyukai