Setelah hari mulai gelap, Puyuh mengajak Tempua mencari pohon tumbang untuk dijadikan tempat
bermalam karena malam ini giliran Tempua yang mencoba sarang Puyuh. Setelah mencari, akhirnya
ditemukan pohon tumbang di dekat air mengalir. Sangat cocok bagi Puyuh.
Puyuh, dimana kita akan tidur? tanya Tempua karena ia tidak melihat sarang untuk tidur
mereka.
Disini, kita akan berlindung di bawah pohon ini, jawab Puyuh. Tempua merasa tidak
nyaman, tetapi mengikuti apa yang dilakukan Puyuh.
Tak lama kemudian, Puyuh sudah tertidur pulas sedangkan Tempua masih gelisah dan
mondar-mandir saja. Tiba-tiba hujan turun, membasahi tempat Puyuh dan Tempua tidur.
Puyuh, aku kedinginan, kata Tempua. Tidak apa-apa, kalau hujan reda tentu tidak akan
kedinginan lagi, jawab Puyuh.
Keesokan harinya Tempua mengeluh pada Puyuh bahwa ia tidak bisa tidur di sarang
Puyuh. Ternyata mereka masing-masing tidak cocok dengan sarang kawannya. Mereka
akhirnya memahami bahwa setiap makhluk mempunyai kesukaan dan kebiasaan yang tidak
bisa dipaksakan. Walaupun berbeda begitu, mereka saling menghargai perbedaan dan
pendapat itu sebagai hal yang wajar. Keduanya juga tetap bersahabat.