Anda di halaman 1dari 6

Euthanasia dalam pandangan agama dan perawatan jenazah

Pemicu 1
: Mengapa agama (Islam) sangat responsif terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan ?
Pemicu 2
Pemicu 3

: Jelaskan visi / pandangan agama tentang Euthanasia!


: Jelaskan visi / pandangan agama tentang sakaratul maut dan
langkah-langkah apa yang dilakukan dalam merawat jenazah !

1. Agama Islam
pengetahuan

sangat

responsif

terhadap

ilmu

Allah menciptakan alam semesta ini untuk kesejahteraan umat


manusia. Manusia disuruh untuk mengelola alam ini agar dapat dimanfaatkan
guna keperluan hidup mereka. Untuk mengelola alam ini tentu saja diperlukan
akal. Allah menyuruh manusia menggunakan akalnya. Islam juga menghendaki
umatnya untuk memiliki ilmu pengetahuan, baik ilmu pegetahuan agama
maupun ilmu pengetahuan umum. Dalam pandangan Islam, ilmu itu tergolong
suci. Ilmu merupakan barang yang sangat berharga bagi kehidupan seseorang,
Ilmu itu bagaikan lampu atau cahaya. Bahwa tidak dapat seseorang berjalan di
malam yang gelap, kecuali dengan lampu. Demikian pula halnya, tidak dapat
seseorang membedakan yang baik dengan yang buruk, kecuali dengan ilmu.
Dalam Al-Quran ditegaskan berulang-ulang bahwa ayat-ayat dalam AlQuran diturunkan bagi umat yang mau berpikir. Pikiran manusia dapat
mengembara ke seluruh alam semesta tanpa batas, hanya tentang ruh saja
pengetahuan manusia sangat sedikit
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah:
"Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi
pengetahuan melainkan sedikit." (Al-Israa\' 17 : 85),
namun dengan upaya yang sungguh-sungguh yang sedikit itu sudah cukup
untuk memasuki alam ruh dan menyaksikan alam Allah, apabila mendapat
rakhmat-Nya. Rakhmat Allah atau juga cahaya Allah hanya diberikan kepada
siapa yang dikehendaki-Nya
Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi.
Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak
tembus[1039], yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca
(dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara,
yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu)
pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak
pula di sebelah barat(nya) [1040], yang minyaknya (saja) hampir-hampir
menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya

(berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia


kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi
manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (An-Nuur 24 :
35)

2. Euthanasia
Definisi Euthanasia
-

Euthanasia secara bahasa berasal dari bahasa Yunani eu yang berarti baik,
dan thanatos, yang berarti kematian (Utomo, 2003:177)
Dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah qatlu ar-rahma atau taysir almaut.
Menurut istilah kedokteran, euthanasia berarti tindakan agar kesakitan atau
penderitaan yang dialami seseorang yang akan meninggal diperingan. Juga
berarti mempercepat kematian seseorang yang ada dalam kesakitan dan
penderitaan hebat menjelang kematiannya (Hasan, 1995:145).
Jadi secara etimologis, euthanasia dapat diartikan sebagai mati dengan baik.
Sedangkan secara harafiah, euthanasia tidak dapat diartikan sebagai
pembunuhan atau upaya menghilangkan nyawa seseorang.
Menurut Philo (50-20 SM), euthanasia berarti mati dengan tenang & baik,
sedangkan Suetonis penulis Romawi dalam bukunya Vita Caesarum
mengatakan bahwa euthanasia berarti mati cepat tanpa derita

Sejarah euthanasia
-

Sekitar tahun 400 sebelum Masehi, sebuah sumpah yang terkenal dengan sebutan The
Hippocratic Oath yang dinyatakan oleh seorang Fisikawan Hipokratis Yunani, dengan jelas
mengatakan:
Saya tidak akan memberikan obat mematikan pada siapapun, atau menyarankan hal tersebut
pada siapapun.- The Hippocratic Oath
Sekitar abad ke-14 sampai abad ke-20, Hukum Adat Inggris yang dipetik oleh Mahkamah Agung
Amerika tahun 1997 dalam pidatonya:
Lebih jelasnya, selama lebih dari 700 tahun, orang Hukum Adat Amerika Utara telah
menghukum atau tidak menyetujui aksi bunuh diri individual ataupun dibantu. Chief Justice
Rehnquist
Tahun 1920, terbitnya buku berjudul Permitting the Destruction of Life not Worthy of Life.
Dalam buku ini, Alfred Hoche, M.D., Dosen Psikologi dari Universtas Freiburg, dan Karl
Binding, Dosen Hukum dari Universitas Leipzig, memperdebatkan bahwa seorang pasien yang
meminta untuk diakhiri hidupnya harus, dibawah pengawasan ketat, dapat memperolehnya dari
seorang pekerja medis. Buku ini men-support euthanasia non-sukarela yang dilakukan oleh Nazi
Jerman
Tahun 1935, The Euthanasia Society of England, atau Kelompok Euthanasia Inggris, dibentuk
sebagai langkah menyetujui euthanasia.
Tahun 1939, Nazi Jerman memberlakukan euthanasia secara non-sukarela

Tahun 1955, Belanda sebagai negara pertama yang mengeluarkan Undang-Undang yang
menyetujui euthanasia, dan diikuti oleh Australia yang melegalkannya di tahun yang sama.
Setelah dua negara itu mengeluarkan undang-undang yang sah tentang euthanasia, beberapa
negara masih menganggapnya sebagai konflik, namun ada juga yang ikut mengeluarkan undangundang yang sama

Macam macam Euthanasia


1. Euthanasia aktif: perbuatan yang dilakukan secara aktif oleh dokter untuk mengakhiri hidup
seseorang (pasien) yang dilakukan secara medis.Biasanya dilakukan dengan
penggunaan obat-obatan yang bekerja dengan cepat dan mematikan.
2. Euthanasia pasif : perbuatan menghentikan atau mencabut segala tindakan atau pengobatan
yang perlu untuk mempertahankan hidup manusia sehingga pasien
diperkirakan akan meninggal setelah tindakan pertolongan dihentikan.
3. Euthanasia volunteer : Penghentian tindakan pengobatan atau mempercepat kematian atas
permintaan pasien.
4. Euthanasia involunter : jenis euthanasia yang dilakukan pada pasien dalam kedaan tidak
sadar di mana tidak mungkin untuk menyampaikan
keinginannya.Dalam hal ini dianggap famili pasien yang
bertanggung jawab atas penghentian bantuan pengobatan.Perbuatan
ini sulit dibedakan dengan pembunuhan kriminal.
Metode metode Euthanasia
Ada empat metode euthanasia:
-

Euthanasia sukarela: ini dilakukan oleh individu yang secara sadar menginginkan kematian.
Euthanasia non sukarela: ini terjadi ketika individu tidak mampu untuk menyetujui karena faktor
umur, ketidak mampuan fisik dan mental. Sebagai contoh dari kasus ini adalah menghentikan
bantuan makanan dan minuman untuk pasien yang berada di dalam keadaan vegetatif (koma).
Euthanasia tidak sukarela: ini terjadi ketika pasien yang sedang sekarat dapat ditanyakan
persetujuan, namun hal ini tidak dilakukan. Kasus serupa dapat terjadi ketika permintaan untuk
melanjutkan perawatan ditolak.
Bantuan bunuh diri: ini sering diklasifikasikan sebagai salah satu bentuk euthanasia. Hal ini
terjadi ketika seorang individu diberikan informasi dan wacana untuk membunuh dirinya sendiri.
Pihak ketiga dapat dilibatkan, namun tidak harus hadir dalam aksi bunuh diri tersebut. Jika
dokter terlibat dalam euthanasia tipe ini, biasanya disebut sebagai bunuh diri atas pertolongan
dokter. Di Amerika Serikat, kasus ini pernah dilakukan oleh dr. Jack Kevorkian.

Contoh Kasus Euthanasia menurut jenis-jenisnya


-

Contoh euthanasia aktif, misalnya ada seseorang menderita kanker ganas dengan rasa sakit
yang luar biasa sehingga pasien sering kali pingsan. Dalam hal ini, dokter yakin yang
bersangkutan akan meninggal dunia. Kemudian dokter memberinya obat dengan takaran tinggi
(overdosis) yang sekiranya dapat menghilangkan rasa sakitnya, tetapi menghentikan
pernapasannya sekaligus (Utomo, 2003:178)
Contoh euthanasia pasif, misalkan penderita kanker yang sudah kritis, orang sakit yang sudah
dalam keadaan koma, disebabkan benturan pada otak yang tidak ada harapan untuk sembuh.
Atau, orang yang terkena serangan penyakit paru-paru yang jika tidak diobati maka dapat
mematikan penderita. Dalam kondisi demikian, jika pengobatan terhadapnya dihentikan, akan
dapat mempercepat kematiannya (Utomo, 2003:177).

Pandangan Agama tentang Euthanasia

Agama Islam
Menurut agama Islam :

Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (untuk


membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar. (QS AlAnaam : 151)

Dan tidak layak bagi seorang mu`min membunuh seorang mu`min (yang
lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja) (QS An-Nisaa` : 92)

Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha


Penyayang kepadamu. (QS An-Nisaa` : 29).

Agama Kristen Protestan


Pemimpin gereja khatolik dan protestan mengakui bahwa apabila
tindakan mengakhiri kehidupan ini dilegalisasi maka berarti suatu pemanfaat
untuk perbuatan dosa, juga dimasa depan merupakan suatu racun bagi dunia
perawat kesehatan memusnahkan harapan mereka atas pengobatan. Sejak
awalnya cara pandang kaum kristiani dalam menanggapi masalahbunuh
diri dan pembunuhan berdasarkan belas kasihan (mercy killing)adalah dari
sudut kekudusan kehidupan. Sebagai suatu pemberian tuhan,mengakhiri
dengan alasan apapun juga adalah bertentangan dengan maksuddan tujuan
pemberian tersebut.
Agama Kristen Katolik
Sejak pertengahan abad ke-20, gereja khatolik telah berjuang untuk
memberikan pedoman sejelas mungkin mengenai penanganan mereka

terhadap penderita sakit tak tersembuhkan. Tanggal 5 Mei 1980 kongregasu


untuk ajaran iman telah menerbitkan deklarasi tentang euthanasia, khusunya
dengan semakin meningkatnya kompleksitas sistem-sistem penunjang hidup
dan gencarnya promosi euthanasia sebagai sarana yang sah untuk
mengakhiri
hidup.

Agama Hindhu
Pandangan agama hindu terhadap euthanasia adalah didasarkan pada
ajaran tentang karma, moksa dan ahimsa.
Bunuh diri adalah suatu erbuatan yang terlarang di dalam ajaran hindu
dengan pemikiran bahwa perbuatan tersebut dapat menjadi suatu faktor
yang mengganggu pada saat reinkarnasi oleh karena menghasilkan karma
buruk.

Agama Buddha

Ajaran agama Budha sangat menekankan kepada makna dari kehidupan


dimana penhindaran untuk melakukan pembunuhan. Makhluk hidup adalah
merupakan salah satu moral dalam ajaran budha. Berdasarkan pada hal
tersebut maka nampak jelas bahwa euthanasia adalah suatu perbuatan yang
tidak dapat dibenarkan dalam ajaran agama budha.
Pandangan Medis tentang Euthanasia

Secara medis, Eithanasia diperbolehkan, dengan ketentuan yang terdapat


pada diri pasien, seperti alasan-alasan tentang dilakukannya Euthanasia
untuk pasien tersebut.
Hukum Euthanasia berdasarkan UU

Merujuk pada KUHP Pasal 304 KUHP


Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan atau membiarkan orang
dalam
kesengsaraan,
sedang
ia
wajib
memberikan
kehidupan,perawatan, kepada orang itu,karena hukum yang berlaku
baginya atau karena perjanjian,dipidana dengan pidana penjara selamalamanya dua tahun delapan bulan atau denda sebanyak banyaknya
empat ribu limaratus rupiah
Euthanasia Ditinjau Berdasarkan UU No.39 Tahun 1999 Tentang Hak
Asasi Manusia Dan Hukum Pidana
Euthanasia menurut KUHPidana dan Kode Etik Kedokteran. Dalam pasal
344 KUHP dinyatakan: barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas
permintaan orang itu sendiri, yang disebutkannya dengan nyata dengan
sungguh-sungguh, dihukum penjara selamalamanya dua belas tahun.

Alasan dilakukan Euthanasia


Rasa Sakit yang Tidak Tertahankan
Pasien atau calon korban harus masih dapat membuat keputusan dan
mengajukan permintaan tersebut dengan serius.
Ia harus menderita suatu penyakit yang terobati pada stadium
terakhir atau dekat dengan kematiannya.
Tujuannya adalah sekedar untuk melepaskan diri dari rasa nyeri.
Ia harus menderita rasa nyeri yang tak tertahankan.
Dilakukan oleh dokter yang berwenang atau atas petunjuknya.
Kematian harus melalui cara kedokteran dan secara manusiawi.
Solusi Bagi Pasien yang Putus Asa dari Kesembuhan
Sehingga ingin bunuh diri atau euthanasia adalah, ia menyadari akan
kelemahan imannya, sebab sakit adalah satu bentuk ujian kesabaran. Jika ingin
euthanasia dengan permintaan sendiri maka Allah mengancamnya melalui hadis
Nabi yang artinya :
Barang siapa mencekik lehernya, ia akan mencekik lehernya pula
dalam neraka. Dan siapa menikam dirinya, maka ia menikam dirinya pula
dalam api neraka (dalam kitab Shahih Bukhari).

3. Sakaratul maut dan perawatan jenazah


sakaratul maut merupakan suatu proses pengurangan kadar siksaan akhirat
kita kelak. Demikianlah rencana Allah. Wallahu alam bis shawab.

Anda mungkin juga menyukai