Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PROBLEM BASED LEARNING 1

BLOK MENTAL HEALTH NURSING


SEMESTER VI

Disusun oleh :
KELOMPOK 1
Desta Opchera

(G1D011002)

Tri Pantiyanti

(G1D011010)

Triya Nurul F

(G1D011023)

Syfa Handayani

(G1D011035)

Fitri Wahyu H

(G1D011041)

Priyan Pratmanto

(G1D011050)

Atikah K.H

(G1D011058)

Salfiyah

(G1D011065)

Aulian An Nisa

(G1D011073)

Eko M Prasetiyo

(G1D011078)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INDONESIA


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2014

BAB I
PENDAHULUAN
Kecemasan adalah suatu perasaan yang normal dirasakan oleh setiap individu. Namun
kecemasan perlu diwaspadai ketika individu tidak dapat meredam rasa cemas tersebut dalam
situasi dimana kebanyakan orang mampu menanganinya tanpa adanya kesulitan yang berarti.
Kecemasan sering dihadapi ketika individu merasa tidak percaya diri saat akan berbicara di
depan umum, ketika individu akan melakukan suatu ujian baik tertulis maupun praktek, dan
ketika individu mendapatkan stressor yang secara tiba-tiba datang serta membuatnya kaget.
Gangguan kecemasan diperkirakan diidap 1 dari 10 orang. Menurut data National Institute of
Mental Health (2005) di Amerika Serikat terdapat 40 juta orang mengalami gangguan kecemasan
pada usia 18 tahun sampai pada usia lanjut.
Ahli psikoanalisa beranggapan bahwa penyebab kecemasan neurotik dengan memasukan
persepsi diri sendiri, dimana individu beranggapan bahwa dirinya dalam ketidakberdayaan, tidak
mampu mengatasi masalah, rasa takut akan perpisahan, terabaikan dan sebagai bentuk penolakan
dari orang yang dicintainya. Perasaan-perasaam tersebut terletak dalam pikiran bawah sadar yang
tidak disadari oleh individu. Kecemasan akan memberikan efek negatif kepada individu jika
individu tersebut tidak dapat mengatasi kecemasan dengan baik atau tidak memiliki mekanisme
koping positif. Individu yang tidak dapat mengatasi kecemasannya dengan baik, ia cenderung
mudah cemas dan kurang percaya diri sehingga pekerjaan yang seharusnya bisa dikerjakan
dengan baik menjadi kurang maksimal. Kemudian suatu hal atau permasalahan yang seharusnya
bisa diatasi dengan mudah tetapi menjadi merugikan diri sendiri bahkan bisa membuat masalah
yang baru.

BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
A. Pengertian
Menurut Lubis (2009) menjelaskan bahwa kecemasan adalah tanggapan dari sebuah
ancaman

nyata

ataupun

khayal.

Individu mengalami

kecemasan

karena adanya

ketidakpastian dimasa mendatang, Kecemasan dialami ketika berfikir tentang sesuatu tidak
menyenangkan yang akan terjadi. Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai
ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan
mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut
pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai
perubahan fisiologis dan psikologis (Rochman, 2010). Oleh karena itu, Dapat disimpulkan
kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada situasi tertentu yang sangat mengancam
yang dapat menyebabkan kegelisahan karena adanya ketidakpastian dimasa mendatang serta
ketakutan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi (Hardiani, 2012).
B. Penyebab
Penyebab gangguan kecemasan umum secara pasti tidak diketahui. Namun ada
beberapa penjelasan mengenai hal-hal yang dapat menyebabkan gangguan kecemasan ini,
diantaranya yaitu:
1. Trauma psikologis masa lalu
Trauma tersebut dapat terjadi misalnya pada masa anak-anak seseorang tidak
mempersiapkan diri dengan baik sehingga mengalami kegagalan dalam melakukan hal
tertentu. Apabila seseorang tersebut melakukan sesuatu yang berhubungan dengan
kejadian masa lalu tersebut, ia akan berpikiran tentang kegagalan dan hal tersebut
membuatnya merasa cemas.
2. Menghadapi situasi yang baru
Apabila seseorang mengalami suatu situasi atau keadaan yang baru, ia cenderung
memikirkan hal-hal negatif seperti khawatir jika tidak mampu menghadapi keadaan
tersebut atau takut akan mengalami kegagalan. Hal tersebut akan memicu terjadinya
kecemasan. Konflik pikiran tersebut dapat dipicu adanya pengalaman gagal pada masa
lalu sehingga takut menghadapi kondisi baru yang mungkin menurutnya bisa saja gagal
seperti sebelumnya.

3. Pandangan lingkungan sosial


Penilaian lingkungan terhadap perilaku tertentu dianggap sebagai sesuatu yang sangat
penting. sehingga timbul rasa apabila akan melakukan sesuatu seseorang akan merasa
cemas bila ia berpikir apa yang dilakukannya tersebut akan mendapat penilaian yang
buruk dari lingkungannya (Semiun, 2006).
C. Tanda dan Gejala
Menurut Spencer & Beverly (2005) dalam (Hardiani,2012) gejala-gejala kecemasan
diklasifikasikan dalam tiga jenis gejala, diantaranya yaitu :
1. Gejala fisik dari kecemasan, yaitu: kegelisahan, anggota tubuh bergetar, banyak
berkeringat, sulit bernafas, jantung berdetak kencang, merasa lemas, panas dingin, mudah
marah atau tersinggung.
2. Gejala behavioral dari kecemasan, yaitu: berperilaku menghindar, terguncang, melekat
dan dependen.
3. Gejala kognitif dari kecemasan, yaitu: khawatir tentang sesuatu, perasaan terganggu akan
ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi dimasa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang
menakutkan akan segera terjadi, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi
masalah, pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan, sulit berkonsentrasi.
GAD (Generalized Anxiety Disorder) merupakan salah satu gangguan psikologis
remaja terdapat dalam DSM-IV yang memiliki karakteristik hadirnya rasa cemas dalam
kurun waktu relatif lama dan

tanpa sebab yang jelas. Gangguan kecemasan

umum(Generalized Anxiety Disorder) adalah gangguan kronis yang ditandai dengan


kecemasan terus-menerus, tanpa fobia atau panik. Biasanya dimulai pada masa anak-anak
atau remaja tetapi dapat dimulai pada usia 20 tahunan. Gejala pada kecemasam umum yaitu :
kecemasan yang berlebihan, yang mudah kelelahan, ketegangan otot, kegelisahan, lekas
marah, sulit berkonsentrasi, dan gangguan tidur, gangguan konsentrasi (Zahra,2005). Tanda
gejala gangguan kecemasan umum :
1. Rasa was-was dan keresahanyang tak menentu
2. Terlalu peka dan mudah tersinggung dalam pergaulan, merasa minder, depresi dan serba
sedih
3. Sulit berkonsentrasi serta takut salah dalam mengambil keputusan
4. Mengeluarkan banyak keringat dan telapak tangannya sering basah
5. Sering berdebar-debar dan tekanan darahnya tinggi

6. Sering mengalami anxiety attack yaitu tiba-tiba merasa cemas tanpa ada pemicu yang
jelas
D. Individu yang Beresiko
Orang dengan Gangguan Kecemasan Umum (GAD) seringkali merasa khawatir yang
berlebihan tentang kesehatan, keluarga, hasil karyanya, ataupun uang.

GAD biasanya

muncul sejak masa anak-anak atau masa remaja, namun GAD juga dapat dimulai pada usia
muda yaitu setelah usia 20 tahun. Berikut ini merupakan faktor risiko dari gangguan
kecemasan umum, antara lain :
1.

Perempuan

2.

Memiliki anggota keluarga dengan gangguan kecemasan

3.

Lama tinggal di bawah pengaruh kekerasan, kemiskinan dan faktor-faktor negatif


lainnya

4.

Harga diri rendah

5.

Rokok atau penyalahgunaan zat berbahaya lainnya

6.

Stress

E. Penegakan Diagnosa
Gangguan kecemasan umum ditegakan diagnosanya ketika seseorang mengalami
kekhawatiran yang berlebihan selama minimal 6 bulan. Kehawatiran ini meliputi
permasalahan yang dihadapi dikehidupannya (National Institute of Mental Health, n.d).
F. Pencegahan dan penatalaksanaan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahaan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup aspek fisik
(somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Berikut beberapa hal
yang dapat digunakan untuk pencegahan dan terapi ansietas:
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara:
a. Makan makan yang bergizi dan seimbang.
b. Tidur yang cukup.
c. Cukup olahraga
d. Tidak merokok.
e. Tidak meminum minuman keras.
2. Terapi kognitif-perilaku
Terapi ini sangat penting pada ketiga tipe kecemahan fobia. Kunci pengobatan

adalah dilakukannya pemajanan pada objek atau situasi yang diikuti disertai dengan

pembalikan dari kepercayaan (kognisi) bahwa sesuatu yang menakutkan dan tidak
diharapkan akan terjadi dimasa datang.
3. Terapi psikofarmaka.
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan cemas dengan memakai obat-obatan
yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf)
di susunan saraf pusat otak (sistem limbik). Terapi psikofarmaka menggunakan obat
tranquilier digunakan untuk membantu pasien melawan fobia. Pada fobia sosial, betabloker (misal propranolol, atenolol) dapat digunakan untuk membantu mengendalikan
gejala kehilangan kemampuan otonomik (misal, diberi obat sebelum berpidato).
Sedangkan MAOI (misal, fenelzin), SSRI dan gabapentin (Neurontin) efektif pada fobia
sosial yang menyeluruh. Pada agorafobia dengan atau tanpa serangan panik, gunakan
pada pengobatan seperti pada gangguan panik pada TCA, MAOI, alprazolam (Tomb,
2004).
4. Terapi somatic
Keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat dari
kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik)
itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
5. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan sesuai kebutuhan pasien, yang termasuk psikoterapi antara lain:
a. Psikoterapi suportif, bertujuan untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan
agar pasien tidak merasa putus asa serta meningkatkan rasa percaya diri.
b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai bahwa
ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re-konstruksi)
kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
d. Psikoterapi kognitif, bertujuan memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan
untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika
kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi
stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor
keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan
sebagai faktor pendukung.
G. Treatment

Gangguan kecemasan umum biasanya diobati dengan psikoterapi dan obat-obatan.


Psikoterapi yang digunakan adalah psikoterapi perilaku kognitif yang dilakukan dengan
mengajarkan seseorang berfikir yang berbeda, berperilaku, dan bereaksi terhadap situasi yang
dapat membantu ketika klien mengalami cemas dan khawatir. Selain hal tersebut, masalah ini
juga dapat diatasi dengan menggunakan obat anti depresan dan obat ansietas. Obat yang
digunakan

untuk

gangguan

kecemasan

umum

adalah

paroxetine,

escitalopram,

benzodiazepines, impripamin, buspiron dan hydroxine.


Selain itu, kecemasan umum ini juga dapat ditreatment dengan nonfarmaka, yaitu
dengan distraksi dan relaksasi. Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan
kecemasan dengan cara mengalihkan perhatian pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa
terhadap cemas yang dialami. Stimulus sensori yang menyenangkan menyebabkan pelepasan
endorfin yang bisa menghambat stimulus cemas yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli
cemas yang ditransmisikan ke otak (Potter & Perry, 2005).
Salah satu distraksi yang efektif adalah dengan memberikan dukungan spiritual
(membacakan doa sesuai agama dan keyakinannya), sehingga dapat menurunkan hormonhormon stressor, mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan
mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh
sehingga menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut
nadi, dan aktivitas gelombang otak. Laju pernafasan yang lebih dalam atau lebih lambat
tersebut sangat baik menimbulkan ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang lebih dalam
dan metabolisme yang lebih baik. Sedangkan terapi relaksasi yang dilakukan dapat berupa
relaksasi,

meditasi, relaksasi imajinasi dan visualisasi serta relaksasi progresif (Isaacs,

2005).
BAB III
PENUTUP
Gangguan kecemasan umum (Generalized Anxiety Disorder) merupakan suatu kondisi
gangguan psikologis kronis dengan karakteristik hadirnya rasa takut atau khawatir berlebihan
secara terus menerus dalam waktu lama tanpa sebab yang jelas. Diagnosa gangguan kecemasan
umum ditegakkan setelah individu mengalami kekhawatiran berlebih dalam kehidupan sehari-

hari minimal selama 6 bulan. Gangguan ini biasanya mulai muncul pada usia anak-anak atau
remaja, namun tidak menutup kemungkinan juga pada usia dewasa. Rentang usia tersebut
memiliki banyak faktor risiko mengalami gangguan kecemasan umum. Faktor risikonya sangat
besar dialami oleh perempuan, serta individu dengan anggota keluarga dengan gangguan
kecemasan, pengaruh kekerasan, harga diri rendah, rokok atau NAPZA, dan stress berlebih.
Pada umumnya, individu dengan gangguan kecemasan umum akan mengalami
ketegangan otot, mudah lelah, kegelisahan, lekas marah, sulit berkonsentrasi, gangguan tidur,
dan gangguan konsentrasi. Beberapa gejala tersebut kemudian dikelompokan menjadi tiga yaitu,
gejala fisik, gejala sikap, dan gejala kognitif. Gejala-gejala tersebut menjadi manifestasi yang
dapat merugikan individu, sehingga dibutuhkan penatalaksanaan untuk menanganinya. Beberapa
terapi yang biasanya digunakan untuk menangani gangguan kecemasan umum diantaranya,
terapi kognitif perilaku, terapi psikofarmaka, terapi somatik, psikoterapi. Untuk menghindarinya,
tindakan pencegahan yang dilakukan yaitu dengan menekan faktor risiko yang salah satunya
yaitu meningkatkan kekebalan individu terhadap stress

Daftar Pustaka
Gangguan Kecemasan Umum. (2011, juli 10). Retrieved maret 25, 2014, from Obat: Kedokteran
dan Kesehatan: http://omedicine.info/id/generalized-anxiety-disorder.html.
Hardiani, Carina A. (2012).Kecemasan Dalam Menghadapi Masa Bebaspada Narapidana Anak
Di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kutoarjo. Yogyakarta : Program Studi Bimbingan Dan
Konseling Jurusan Psikologi Pendidikan Dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta.
Hawari, D., 2008, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
Isaacs, Ann. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa Psikiatri Edisi 3. Jakarta : EGC.
Lubis, Namora Lumongga. (2009). Depresi, Tinjauan Psikologis. Jakarta: Kencana.
National Institute of Mental Health. (n.d.). What Is Generalized Anxiety Disorder? Retrieved
Maret 25, 2014, from NIMH: http://www.nimh.nih.gov/health/topics/generalized-anxietydisorder-gad/index.shtml.
Semiun, Y. (2006). Kesehatan mental 2. Yogyakarta: Kanisius.
Tomb, D. A. (2004). Buku saku psikiatri. Jakarta: EGC.
Potter, A Patricia. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4 .Jakarta : EGC.
Rochman, Kholil Lur . (2010). Kesehatan Mental. Purwokerto: Fajar Media Press
Zahra, Rosmiyani, P.( 2005). Journal Provitae : Lingkungan keluarga dan peluang
munculnya masalah remaja. Volume 1.No 2. November,2005. Fakultas Psikologi
Universitas Tarumanegara Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai