Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat serta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul Terapi
Cairan ini dengan baik dan selesai tepat pada waktunya. Adapun penulisan referat ini
bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat kelulusan kepaniteraan klinik ilmu anestesi di
RSUD Karawang.
Selesainya referat ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan referat ini hingga selesai, terutama kepada dr.
Ade, Sp. An, dr. Ucu, Sp. An, dan dr. Sabur, Sp. An selaku dokter pembimbing dan konsulen
anestesi di RSUD Karawang yang telah membimbing dan memberikan masukan-masukan
yang membantu dalam penyusunan referat ini. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman sejawat dan penata-penata serta pihak-pihak lain yang telah membantu
dalam penyelesaian referat ini yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan referat ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dan penulis berharap semoga referat ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dan menjadi bahan masukan bagi dunia pendidikan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan komponen utama dari seluruh cairan yang berada dalam tubuh. Tubuh
terdiri atas 60 % air, sementara 40 % sisanya merupakan zat padat seperti protein, lemak, dan
mineral. Jumlah cairan tubuh berbeda-beda tergantung dari usia, jenis kelamin, dan banyak
atau sedikitnya lemak tubuh. Proporsi cairan tubuh menurun dengan pertambahan usia, dan
pada wanita lebih rendah dibandingkan pria karena wanita memiliki lebih banyak lemak
disbanding pria, dan lemak mengandung sedikit air. Sementara neonatus atau bayi sangat
rentan terhadap kehilangan air karena memiliki kandungan air yang paling tinggi
dibandingkan dengan dewasa.
Pada saat lahir, kandungan air mengisi sekitar 75% berat badan manusia, saat
menginjak usia 1 bulan mencapai 65% berat badan, sedangkan saat dewasa pada pria
mencapai 60% berat badan dan 50% berat badan pada wanita. Air dalam tubuh terbagi
kedalam dua kelompok besar, yaitu yang berada pada ruang interselular, serta yang berada
pada ruang ekstraselular. Ekstraselular dibagi lagi menjadi cairan intravaskuler dan cairan
interstisial.
Terapi cairan dibutuhkan
nutrisi-nutrisi tersebut tidak dapat terpenuhi secara peroral. Misalnya pada kasus pasien yang
harus puasa dalam jangka waktu lama, karena pembedahan saluran cerna, dan dibutuhkan
juga pada kondisi pasien dengan perdarahan masif, syok hipovolemik, anoreksia berat, mual
muntah tak berkesudahan, serta kondisi-kondisi lainnya. Hampir seluruh pasien yang
menjalani prosedur pembedahan membutuhkan akses vena serta terapi cairan intravena.
Pemeliharaan volume intravaskuler agar tetap pada batas normal sangatlah penting dalam
periode perioperatif. Penilaian volume intravaskuler serta penggantian dari cairan dan
elektrolit yang hilang selama prosedur pembedahan sedang berlangsung harus dapat
dilakukan dengan tepat. Kesalahan dalam penggantian cairan dapat menyebabkan morbiditas
yang cukup bermakna atau bahkan sampai kematian. Mengingat akan hal tersebut, maka
penulis akan mencoba menguraikan tentang terapi cairan dalam referat ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Zat cair
Cairan intrasel
: 40% dari BB
Cairan ekstrasel
: 20% dari BB, terdiri dari:
- cairan intravaskuler : 5% dari BB
- cairan interstisial
: 15% dari BB
Cairan transselular (1-3% BB), terdiri dari:
- LCS, sinovial, gastrointestinal dan intraorbital
Bayi mempunyai cairan ekstrasel lebih besar dari intrasel. Perbandingan ini akan
berubah sesuai dengan perkembangan tubuh, sehingga pada dewasa cairan intrasel dua kali
cairan ekstrasel.
Ginjal berfungsi mengatur jumlah cairan tubuh, osmolaritas cairan ekstrasel,
konsentrasi ion-ion penting dan keseimbangan asam basa. Fungsi ginjal sempurna setelah
anak mencapai umur satu tahun, sehingga komposisi cairan tubuh harus diperhatikan pada
saat terapi cairan.
Dalam cairan tubuh terlarut elektrolit. Elektrolit yang terpenting dalam:
Ekstrasel
Intrasel
Non elektrolit:
BM kecil
BM besar
: Glukosa
: Protein
Cairan intravaskuler (5% BB) bila ditambah eritrosit (3% BB) menjadi darah. Jadi
volume darah sekitar 8% dari berat badan. Jumlah darah bila dihitung berdasarkan estimated
blood volume (EBV) adalah:
Neonatus
Bayi
Anak dan dewasa
= 90 ml/kg BB
= 80 ml/kg BB
= 70 ml/kg BB
Na+
K+
0-10 kg
10-20 kg
: 40 ml + 2 ml/kg/jam setiap kg di atas 10 kg (1000 ml + 50
ml/kg di atas 10 kg)
>20 kg
: 60 ml + 1 ml/kg/jam setiap kg di atas 20 kg (1500 ml + 20
ml/kg di atas 20 kg)
Na+
: 2 mEq/kg
K+
: 2 mEq/kg
Cairan masuk:
Minum
: 800-1700 ml
Makanan
: 500-1000 ml
Hasil metabolisme:
- Dewasa
: 5 ml/kg/hari
5
- Anak
: 2-14 tahun
= 5-6 ml/kg/hari
: 7-11 tahun
= 5-7 ml/kg/hari
: 5-7 tahun
= 8-8,5 ml/kg/hari
- Balita
Cairan keluar:
= 8 ml/kg/hari
- Urin
- Feses
: 1 ml/hari
- Invisble loss :
- dewasa : 15 ml/kg/hari
- anak : {30-usia (tahun)} ml/kg/hari
Tekanan hidrostatik
Tekanan onkotik
Tekanan osmotik
= mencapai keseimbangan
Hiperventilasi
Aktivitas ekstrim
Cairan yang mengandung zat dengan BM rendah (< 8000 Dalton) dengan atau tanpa
glukosa.
2. Cairan koloid
Misal : a. Albumin
b. Plasma protein fraction : plasmanat
c. Koloid sintetik : dextran, hetastarch
Cairan yang mengandung zat dengan BM tinggi (> 8000 Dalton), misal: protein
Tekanan onkotik tinggi, sehingga sebagian besar akan tetap tinggal di ruang
intravaskuler.
3. Cairan khusus
Digunakan untuk koreksi atau indikasi khusus, seperti NaCl 3%, Bicnat, Manitol
Cairan Kristaloid
1. Ringer laktat
Cairan paling fisiologis jika sejumlah volume besar diperlukan. Banyak digunakan
sebagai replacement therapy, antara lain untuk syok hipovolemik, diare, trauma, luka bakar.
Laktat yang terdapat di dalam RL akan dimetabolisme oleh hati menjadi bikarbonat untuk
memperbaiki keadaan seperti metabolik asidosis.
Kalium yang terdapat di dalam RL pula tidak cukup untuk maintenance sehari-hari,
apalagi untuk kasus defisit kalium. RL juga tidak mengandung glukosa sehingga bila akan
dipakai sebagai cairan maintenance harus ditambah glukosa untuk mencegah terjadinya
ketosis.
2. Ringer
Komposisinya mendekati fisiologis tetapi bila dibandingkan dengan RL ada beberapa
kekurangan, seperti:
Kadar Cl- terlalu tinggi, sehingga bila dalam jumlh besar dapat menyebabkan asidosis
dilusional dan asidosis hiperkloremia.
retensi kalium
Cairan pilihan untuk kasus trauma kepala
Dipakai untuk mengencerkan sel darah merah sebelum transfusi
pada pasien trauma kapitis (neuro trauma). Dextrose dan air dapat berpindah secara bebas ke
dalam sel otak. Sekali berada dalam sel otak, dextrose akan dimetabolisme dengan sisa air
yang menyebabkan edema otak.
5. Darrow
Digunakan pada defisiensi kalium untuk mengantikan kehilangan harian, kalium
banyak terbuang (diare, diabetik asidosis).
Cairan Koloid
Yang termasuk golongan ini adalah:
1. Albumin
2. Bloood product: RBC
3. Plasma protein fraction: plasmanat
4. Koloid sintetik: dextran, hetastarch
Berdasarkan tujuan pemberian cairan, ada 3 jenis:
1. Cairan rumatan (maintenance)
Cairan bersifat hipotonis: 5% Dextrose, 5% Dextrose in 0,25 NS dan 5% Dextrose in
0,5 NS
2. Cairan pengganti (replacement)
Cairan bersifat isotonis: RL, NaCl 0,9%, koloid
3. Cairan khusus
Cairan bersifat hipertonis: NaCl 3%, Manitol 20%, Sodium bicarbonas (Bicnat)
Kristaloid dibanding Koloid
Resusitasi dengan kristaloid akan menyebabkan ekspansi ke ruang interstisial,
sedangkan koloid yang hiperonkotik akan cenderung menyebabkan ekspansi ke volume
intravaskuler dengan menarik cairan dari ruang interstitial. Koloid isoonkotik akan mengisi
ruang intravaskuler tanpa mengurangi volume interstisial.
10
terjadi reaksi-reaksi yang tidak diinginkan, seperto gangguan hemostasis yang berhubungan
dengan dosis. Pada umumnya pemberian koloid maksimal adalah 33 ml/kg BB.
2.3 Elektrolit
Gangguan elektrolit yang sering mengancam kehidupan pada pasien keadaan kritis
adalah kalium, natrium, kalsium, magnesium dan fosfat. Urgensi terapi tergantung pada
keadaan klinis, bukan kadar absolut (absolute electrolyte value).
a. Kalium
o Kalium penting untuk mempertahankan membran potensial elektrik.
o Gangguan kadar kalium terutama mempengaruhi system kardiovaskuler,
neuromuskuler dan gastrointestinal
o Kadar normal: 3,5-5,5 mEq/L
b. Natrium
o Natrium penting dalam menentukan osmolaritas darah, berperan pada regulasi
volume ekstrasel
o Gangguan natrium mempengaruhi neuronal dan neuromuscular junction
o Kadar normal: 135-145 mg/L
c. Kalsium
o Kalsium berfungsi untuk kontraski otot, transmisi impuls saraf, sekresi
hormone,
pembekuan
darah,
pembelahan
dan
pergerakan
sel
dan
penyembuhan luka
o Kadar kalsium sebaiknya dinilai dari ionized calcium
o Kadar normal: 1-1,25 m.mol/L
d. Fosfat
o Berperan dalam metabolism energy
e. Magnesium
o Berfungsi untuk transver energy dan stabilitas elektrik.
2.4 Gangguan Keseimbangan Air Dan Elektrolit
I. Gangguan keseimbangan cairan
Kehilangan cairan dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan yang
mengakibatkan dehidrasi, misalnya pada keadaan gastroenteritis, demam tinggi, pembedahan,
luka bakar, dan penyakit lain yang menyebabkan input dan output tidak seimbang.
Dehidrasi
Adalah keadaan dimana kurangnya cairan tubuh dari jumlah normal akibat kehilangan
cairan, asupan yang tidak mencukupi atau kombinasi keduanya.
Dehidrasi dibedakan atas :
11
Dehidrasi hipotonik
- Kadar Na < 130 mmol/L
- Osmolaritas < 275 mOsm/L
- Letargi, kadang-kadang kejang
Dehidrasi isotonik
- Na dan osmolaritas serum normal
Dehidrasi hipertonik
- Na > 150 mmol/L
- Osmolaritas > 295 mOsm/L
- Haus, iritabel, bila Na > 165 mmol/L dapat terjadi kejang
Kehilangan cairan melalui diare
Hipokloremi
Hipokalemi
Alkalosis metabolic
yang memerlukan puasa sebelum dan sesudah pembedahan, maka terapi cairan tersebut
berfungsi untuk mengganti defisit cairan saat puasa sebelum dan sesudah pembedahan,
mengganti kebutuhan rutin saat pembedahan dan mengganti perdarahan yang terjadi.
2.6 Tujuan Terapi Cairan
Pemberian cairan intravena adalah untuk memulihkan volume sirkulasi darah. Pada
syok, tujuan resusitasi cairan adalah untuk memulihkan perfusi jaringan dan pengiriman
oksigen ke sel (DO2) agar tidak terjadi iskemia jaringan yang berakibat gagal organ. Dalam
terapi cairan perlu dipertimbangkan distribusi diferensial air, garam, dan protein plasma.
Volume cairan pengganti yang diperlukan untuk mengembalikan volume sirkulasi darah
ditentukan oleh ruang distribusi cairan pengganti, yang tergantung kadar koloid dan NA +
cairan pengganti.
PV : 5% dari BB
Rumus di atas berlaku bila tidak ada syok: syok, sepsis atau hipoksemia yang
berkepanjangan, sebab keadaan tersebut akan mengganggu kemampuan membran kapiler
untuk membatasi perpindahan transvaskuler protein serum.
2.7 Resusitasi cairan
- Kristaloid :
-
NaCl 0,9%
Lactate Ringer
: maksimal 15 ml/kg
: dapat sampai 5L
- Koloid :
-
: maksimal 15 ml/kg
: maksimal 33 ml/kg
13
saturation: 70%
Cardiac Index : 2,5 L/min/m2
Normal mental status
24 jam pertama :
1/2 dosis diberikan 8 jam pertama, 1/2 dosis berikut 16 jam kemudian
Sesuaikan dosis infus untuk menjaga urin 30-50 ml/jam pada dewasa
1.
3.
4.
Insulin infus diberikan bila kadar gula darah > 200 mg%
5.
Histamin H2-blocker dan antacid sebaiknya diberikan untuk menjaga pH lambung 7,0
Pada pembedahan akan menyebabkan cairan pindah ke ruang ketiga, ke ruang peritoneum, ke
luar tubuh. Untuk menggantinya tergantung besar kecilnya pembedahan, yaitu :
Kelainan elektrolit
Ketidakseimbangan asam-basa
Emboli udara
Lokal : Flebitis dan infeksi local
16
BAB III
KESIMPULAN
Tubuh manusia terdiri dari 60% zat air yang disebut juga cairan tubuh. Cairan tubuh
ini didalamnya terkandung nutrisi-nutrisi yang amat penting peranannya dalam metabolisme
sel, sehingga amat penting dalam menunjang kehidupan.
Dalam pembedahan, tubuh kekurangan cairan karena perdarahan selama pembedahan
ditambah lagi puasa sebelum dan sesudah operasi. Maka terapi cairan amat diperlukan untuk
pemeliharaan dan mencegah kehilangan cairan terlalu banyak yang bisa membahayakan.
Cairan tubuh terdistribusi dalam ekstrasel dan intrasel yang dibatasi membran sel.
Adanya tekanan osmotik yang isotonik menjaga difusi cairan keluar sel atau masuk ke dalam
sel.
Dalam terapi cairan harus diperhatikan kebutuhannya sesuai usia dan keadaan pasien,
serta cairan infus itu sendiri. Pemberian infus yang tidak sesuai untuk keadaan tertentu akan
sia-sia dan tidak bisa menolong pasien.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Soenarjo, Jatmiko HD. Anestesiologi. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas
Kedokteran UNDIP/RSUP Dr. Kariadi. Semarang: Ikatan Dokter Spesialis Anestesi dan
Reanimasi (IDSAI) Cabang Jawa Tengah; 2010.p.259-64
2. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Edisi kedua. Bagian Anestesiologi dan Terapi
Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta. 2009; 133-9
3. Morgan GE. Mikhail MS. Clinical Anesthesiologi. 4ed. Appleton & Lange Stamford. 2006
4. Miller RD. Anesthesia 7th ed. Churchill Livingstone Philadelphia. 2009
5. Sunatrio. Resusitasi Cairan. Media Aesculapius. Jakarta; 2000
6. Leksana E. Terapi Cairan dan Elektrolit. SMF/Bagian Anestesi dan Terapi Intensif.
Fakultas Kedokteran Universitas Dipenogoro. Semarang
7. Sunatrio S. Terapi Cairan Kristaloid dan Koloid untuk Resusitasi Pasien kritis. Second
Fundamental Course on Fluid Therapy. PT. Widatra Bhakti. Jakarta; 2003.
18